BATHARI DURGA (VERSI & SUDUT PANDANG)
Batari atau Bathari Durga / Durgā (Dewanagari) adalah sakti (istri) Siwa. Dalam agama Hindu, Dewi Durga adalah ibu dari Dewa Ganesa dan Dewa Kumara (Kartikeya).
Sang Hyang Bathari Durga dan Sang Hyang Bathara Guru (Bathara Syiwa Jagadnatha).
Bathari Durga Pramoni ing Kahyangan (di khayangan) Setragandamayit, garwanipun Bathara Kala.
Kadangkala disebut Uma atau Parwati. Dewi Durga biasanya digambarkan sebagai seorang wanita cantik berkulit kuning yang mengendarai seekor harimau. Beliau memiliki banyak tangan dan memegang banyak tangan dengan posisi mudra, gerak tangan yang sakral yang biasanya dilakukan oleh para pendeta Hindu. Di Nusantara, Dewi ini cukup dikenal pula. Candi Prambanan di Jawa Tengah, misalkan juga dipersembahkan kepada Dewi ini. Dalam bahasa Sansekerta, durga berarti yang tidak bisa dimasuki atau terpencil.
Bethari Durga sebenarnya, pada mulanya, adalah istri Batara Guru. Yakni waktu ia masih berwajah cantik, dan masih bernama Dewi Uma atau Dewi Umayi. Suatu sore menjelang senja, Batara Guru dan Dewi Uma pergi menghibur diri menunggang Lembu Andini mengangkasa melihat-lihat pemandangan alam. Di atas lautan dekat Nusakambangan, sewaktu angin menyingkap kain yang dikenakan Dewi Uma, Batara Guru tergiur melihat betis istrinya. Ia lalu merayu Dewi Uma dan mengajaknya memadu kasih saat itu juga di atas punggung Lembu Andini. Namun Dewi Uma menolak ajakan itu karena merasa hal itu sangat tidak pantas. Batara Guru tidak menghiraukan penolakan istrinya, dan terns berusaha merayu, sedangkan Dewi Uma terus berusaha menghindar. Akhirnya, karena tak lagi dapat menahan hasratnya, keluarlah (mani) Batara Guru, jatuh ke laut.
Penolakan Dewi Uma membuat Batara Guru kesal dan marah. Sepulangnya di kahyangan mereka bertengkar. Apalagi secara diam-diam Lembu Andini kemudian saling memanas-manasi mereka. Dalam keadaan marah Dewi Uma mengatakan: "Perbuatan seperti tadi Kakanda hanya pantas dilakukan oleh makhluk yang bertaring panjang...." Karena Dewi Uma memiliki kesaktian tinggi, apa yang diucapkannya itu kemudian terjadi. Bukan main marah Batara Guru setelah menyadari taringnya tumbuh menjadi panjang. Tanpa berpikir lagi ia segera membalas mengutuk Dewi Uma menjadi seorang raseksi (raksasa perempuan).
Versi lain menyebutkan Batara Guru mengutuk Dewi Uma menjadi raksasa karena adanya pengaduan dari Hyang Wenang bahwa istrinya itu suka berbuat serong. Tetapi jarang ada dalang, baik dalang Wayang Kulit Purwa, maupun dalang Wayang Golek Purwa Sunda yang menganut versi ini.
Setelah Baling kutuk mengutuk itu keduanya sama-sama menyesal. Karena Dewi Uma telah terlanjur berubah ujud menjadi raksasa, maka Batara Guru menganggapnya tidak pantas lagi menjadi istrinya. Karena itu Batara Guru lalu menukar badan jasmaninya dengan tubuh Sang Hyang Permoni yang cantik tetapi berhati dengki dan culas. Sedangkan jiwa Sang Hyang Permoni dimasukkan ke tubuh Dewi Uma yang telah berujud raksasa itu, dan diberi nama Batari Durga.
Beberapa saat kemudian datanglah makhluk ganas yang berasal dari kama benih Batara Guru yang jatuh ke laut itu. Makhluk ini mengamuk di kahyangan lalu mengajukan tiga tuntutan, yakni minta diakui sebagai anak, diberi nama, dan diberi istri. Tuntutan ini dikabulkan Batara Guru. Makhluk itu diberi nama Batara Kala, dan diberi istri Batari Durga. Mereka diberi tempat di Kahyangan Setra Gandamayi(t), di Hutan Krendawahana. Di tempat ini mereka berkuasa atas segala macam jin, gandarwa, hantu, dan makhluk halus lainnya.
BATARI DURGA (DEWI GEDENG PERMONI)
Batari Durga pada mulanya bernama Dewi Pramoni. Ia sangat cantik jelita sehingga mabuk asmara dengan Batara Guru, karena dengan bermodal paras rupawan itu, Batara Guru akan jatuh cintan kepadanya. Suatu hari ia pergi bertapa mengingin kan mejnadi istri Batara Guru. Keinginan terkabul, tetapi hanya dalam lahirnya saja yaang terlaksana, sebab pada kakekatnya, jiwa Dewi Pramoni tidak dapat terwujud dalam kenyataan. Segala sesuatu telaha da kodrat kepastiannya yang gaib. Jasmaninya yang cantik menjadi permaisuri Batara Guru, sedangkan jiwanya harus menjelma kepada jasmani Dewi Umayi yang telah berubah menjadi raseksi. Sehingga antara Dewi Umayi dan Dewi pramoni saling bertukar raga. Jiwa Pramoni masuk ke dalam raga Umayi yang berujud raseksi,s ebaliknya jiwa Umayi menempati raga Dewi Pramoni yang cantik jelita.
Dewi Umayi sebenarnya adalah putri hartawan dari negeri Merut yang dipersembahkan kpada batara Guru. Setelah berputera lima orang, suatu senja Batara Guru dan Dewi Umayi berpesiar dengan menaiki lembu Andini. Dalam tamasya terbang di angkasa, Sanghyang Guru timbul hasrat asmaranya ingin bersengama di atas punggu lembu Andini, tetapi Dewi Umayi menolak demi menjaga kehormatannya selaku ratu dari sekian bidadari di kahyangan. Penolakan Dewi Umayi semata-mata ingin menjaga kewibaan Batara Guru agar tidak melakukan hasrat asmaranya di sembarang tempat. Karena Batara Guru mekasa, maka Dewi Umayi menyabda bahwa hasrat suaminya itu melebihi hasratnya raksasa, seketika itu juga Batara Guru memiliki taring dan bergelar Sanghyang Randuwanda.
Karena besarnya hawa nafsu rahsa Sanghyang Randuwanda, Dewi Umayi menghindar sehingga kama (sperma) meloncat jatuh ke dalam samodera, yang akhirnya beruah menjadi bola api raksasa, semakin lama bola api kejadiaan dari kama salah sasaran itu menjadi raksasa. Kelak bayir aksasa tersebut menimbulkan kegoncangan dan para dewa tak mampu menghadapinya. Oleh Sanghyang Guru, raksasa sakti tadi diberi nama Batara Kala.
Dalam pengembaraannya di atas punggung lembu Andini, Batara guru tertararik dengan seorang wanita bernama Dewi Lokati, karena ia merasa dicampakkan oleh istriya. Batara Guru mendekati Dewi Lokati, namaun putri berparas jelita itu telah menjelma ke dalam butiran padi. Oleh Sanghyang Guru, butiran padi dipetik dan diserahkan kepada raja Purwacarita Prabu Sri maha Punggung atau Prabu Makukuhan agar ditanam.
Benih padi yang ditanam raja Makukuhan telah berbuah. Sanghyang Guru kembali timbul asmaranya ingin menyantap padi jelmaan Dewi Lokawati, sehinga raja tribuwana tersebut beralih rupa menjadi seekor burung pipit putih dan terbang ke negeri Purwacarita. Melihat suaminya beralih rupa menjadi urung pipit, Dewi Umayi mngajak para bidadari seketi (1000,000) kurang satu uuntuk menyusup ke dalam tanaman padi. Para bidadari tadi beralih rupa menjadi rumput kejawan yang buahnya mirip dengan buah padi.
Pada saat padi mulai menguning, buah rumput kejawan itupun telah mulai tua buahny. Buah rumpuh kejawan menutupi buat padi yang siap dipanen. Burung pipit meanjadi marah setiap hendak mematuk buah padi selalu dihangangi oleh buah rumput kejawaan, Akhirnya buah rumput itupun dipatuk dan digigitnya kaut-kuat, maka keduanya berubah menjadi Batara Guru dan Batari Umayi. Pada saat yang bersamaan datanglah Batara Kala yang selalu memeperhatikan Dewi Umayi. Batara Guru menjadi cemburu, dan Dewi Umayi menjadi pelampiasan amarahnya. “Kalau kau jatuh cinta dengan Batara Kala, jadilah raseksi saja.” sabda Sanghyang Guru. Dewi Umayi seketika itu juga berubah menjadi raseksi yang menyeramkan.
Suatu hari Batara Guru melihat wanita cantik yang tidak lain adalah Dewi Parwati, putri hartawan Umaran yang tercipta dari buah ranti. Perempuan yang cantik dan juga bernama Dewi Pramoni tadi diambil istri oleh batara Guru, tetapi hanya raganya saja. Jiwa Parwati dipindahkan ke dala
kejadian dari Dewi Umayi, sebaliknya jiwa Umayi diambi dan ditempatkan ke dalam tubuh Pramoni.
Raseksi jelmaan Dewi Pramoni itu kemudian ditempatkan di hutan Setaganda mayit dan dijodohkand engan Batara Kala. Dia mendapat tugas merajai para gandarwa, setan dan makhluk halus yang jahat lainnya. Pada waktu itu pula Dewi Pramoni bergelar Batari Durga. Sedangkan perkawinannya dengan Batara Kala, Batari Pramoni menurunkan kala Yawana, Kala Durgangsa, Jaramaya, Ranumaya dan masih banyak lagi putra-putra yang lain.
Watak Batari Durga sangat jahat karena ia mengemban tugas menggoda orang yang baik budi. Dalam pewayangan, bentuk atau wanda Batari Durga ini dinamakan wanda Rangkung. Sedangkan dalam cerita Sudamala, Batari Durga berhasil diruwat oleh Raden Sadewa, bungsu Pandawa. Ia kembali menjadi bidadari yang cantik dan pulang ke Tinjomaya, tempat bersemayamnya para bidadari kahyangan.
VERSI PEDALANG SUNDA
Gedeng Permoni dalam versi pedalangan sunda Dewi Permoni katanya mantan istri Arjuna yang kemudian bertukar tubuh sama Dewi Uma yang jadi raksasi karena tidak puas punya suami manusia biasa kayak Arjuna tetapi pingin punya suami Dewa. Oleh Batara Guru kemudian Dewi Permoni dijodohkan ke Batara Kala yg sama-sama berwujud raksasa. Konon setelah itu Dewi Permoni sering menyesali keputusannya bertukar tubuh & meninggalkan Arjuna sehingga kemudian sering membuat onar karena kepengen balik ke Arjuna.
VERSI WAYANG PURWO
Dalam pewayangan, Batari Durga menjadi 'sesembahan' (yang disembah) oleh mereka yang memiliki sifat suka mengambil jalan pintas. Burisrawa, misalnya, menyembah dan mohon pertolongan Batari Durga ketika ia tidak dapat membendung rasa rindunya pada Dewi Subadra, istri Arjuna. Dengan bantuan Batari Durga, Burisrawa dapat masuk ke Kasatrian Madukara tanpa diketahui dan kemudian nyaris dapat menodai Subadra. (Lakon Sembadra Larung)
Lesmana Mandrakumara, putra sulung Prabu Anom Duryudana, juga pernah minta bantuan Batari Durga agar dapat mempersunting Dewi Pregiwati, putri Arjuna. Walaupun Durga membantunya, usaha ini gagal dan Dewi Pregiwati menjadi istri Pancawala, putra Prabu Yudistira.
Kelak, menjelang pecah Baratayuda, Bathari Durga pernah dimintai tolong oleh Dewi Kunti, agar membinasakan gandarwa Kalantaka dan Kalanjaya. Kedua gandarwa sakti itu mengancam keselamatan Pandawa, karena mereka hendak membantu Kurawa. Bathari Durga bersedia memenuhi permintaan Kunti, dengan syarat ibu para Pandawa itu harus menyerahkan Sadewa sebagai kurban. Dewi Kunti tidak sanggup memenuhi permintaan Bethari Durga itu. Namun ternyata akhirnya Bathari Durga dapat pulih kembali menjadi bidadari cantik setelah diruwat oleh Sadewa, salah seorang si kembar dari keluarga Pandawa. Sadewa sanggup meruwat Batari Durga setelah tubuhnya disusupi oleh Batara Guru. Peristiwa itu dikisahkan dalam lakon Sudamala atau Murwakala.
Walaupun pada Wayang Purwa tokoh Batari Durga sering dilukiskan jahat, bengis, dan menakutkan, beberapa sekte agama di India, terutama di wilayah utara, Durga dipuja sebagai dewi pelindung. Mereka percaya Durga adalah Dewi Penolong bagi orang yang sedang terkena musibah atau menderita karena suatu perlakuan yang tidak adil. Dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa, tokoh Bathari Durga digambarkan dengan tiga wanda, yakni wanda Gidrah, wanda Wewe, dan wanda Gedrug.
BATHARI DURGA PENGUWASA KABEH SETAN PRIPRAYANGAN
Bathari Durga iku mula bukane duwe jeneng Dewi Pramuni kang sulistya ing rupa. Dewi Pramuni mendhem rasa tresna marang panguwasa tribuwana, yaiku Bathara Guru.
(Batari durga pada awalnya mempunyai nama Dewi Pramuni yang sangat cantik. Dewi Pramuni mempunyai rasa cinta kepada penguasa 3 dunia yaitu bhatara guru).
Kanggo nggayuh ketemune rasa tresnane marang Bathara Guru, sawijining dina Dewi Pramuni tapa brata. Sawise nemoni maneka rupa pacoban lan godhan, wusanane katekan Bathara Guru, Dewi Umayi lan Bathara Kala.
(Untuk mendapatkan keinginanya bercinta dengan bhatara guru, suatu hari dewi pramuni melakukan tapa. setelah menemui banyak macam godaan ahirnya kedatangan bhatara guru dewi umayi dan bhatara kala).
Ing wawanrembug antarane Bathara Guru lan Dewi Pramuni, adhedhasar andharan ing Kitab Purwacarita, kaya kang kapethik ing buku Ensiklopedi Wayang Purwa, weton Balai Pustaka, Bathara Guru gelem nyembadani pepenginane Dewi Pramuni kang pengin dadi prameswarine.
(Dalam pembicaraan antara bhatara guru dan dewi pramuni berdasarkan cerita yang dipetik dalam buku ensiklopedia wayang purwa keluaran balai pustaka, bhatara guru mau mengabulkan keinginan dewi pramuni yang ingin menjadi permaisurinya).
Ananging ora kabul sakabehe, amarga mung tata lair wae sing bisa dadi prameswarine Bathara Guru. Dene jiwane ora bisa dadi prameswarine panguwasa tribuwana iku.
(Tapi tak terjadi semuanya karena dari fisik saja yang bisa menjadi permaisurinya betara guru. sedangkan jiwanya tak bisa menjadi permaisuri penguasa 3 dunia tersebut).
Amarga kasektene Bathara Guru, Dewi Umayi lan Dewi Pramuni banjur ijolan raga. Jiwane Dewi Umayi manjing ing ragane Dewi Pramuni, lan suwalike jiwane Dewi Pramuni manjing ing ragane Dewi Umayi kang arupa raseksi.
(Karena kesaktian Bhatara Guru, Dewi Umayi dan Dewi Pramuni lalu bertukar raga. jiwanya Dewi Umayi berdiam di raga Dewi Pramuni dan sebaliknya jiwa dewi pramuni berdiam di raganya Dewi Umayi yang berupa raksesa perempuan).
Adhedhasar andharan ing buku Ensiklopedi Wayang Purwa, weton Balai Pustaka, Dewi Pramuni (jiwane Dewi Pramuni kang manjing ing ragane raseksi Dewi Umayi sabanjure antuk jejuluk Bathari Durga kang tegese kuciwa, ala, ora nyenengake. Lan sabanjure Dewi Durga dipacangake kalawan Bathara Kala.
(Berdasarkan tulisan di buku ensiklopedia wayang balaipustaka dewi pramuni (jiwa Dewi Pramuni yang ada dlm raga raksasa betina dewi umayi selanjutnya mendapat julukan Bhatara Durga yang artinya kecewa jelek dan tidak menyenangkan. dan kemudian batari durga di pasangkan dengan Bhatara Kala).
Lan wiwit wektu iku, Bathari Durga disembah dening para kang ngrasuk agama Durga. Bathari Durga katetepake dumunung ing kayangan Krendayana. Kayangan iku sabanjure kondhang sinebut pasetran Gandamayit/Ganda Umayi.
Dan ejak saat itu bhatari durga disembah oleh mereka yang menganut agama durga. bhatari durga ditetepkan bertempat tinggal di krendayana. kayangan itu selanjutnya lebih terkenal dengan sebutan pasetran ganda mayit/ganda umayi.
(Bathari Durga antuk jejibahan nguwasani para gandarwa, setan lan titah datan kasat mata liyane kang asipat durangkara. Ing jagad pewayangan, wandane Bathari Durga iku arupa Rangkung.
Bhatari durga mendapatkan tugas menguasai genderuwo, setan dan mahluk yang tidak dapat dilihat lainya yang bersipat jelek. dalam jagad pewayangan bentuk bhatari durga berupa rangkung?(maaf ga ngerti saya makna rangkung)
Dene Dewi Umayi (jiwane Dewi Umayi kang manjing ing ragane Dewi Pramuni) iku watake sabar, rasa pangrasane alus sarta landhep, adil, wani mbelani bebener, tanggung jawab, bekti mring sisihane lan gemati marang anak turune.
(Sedangkan dewi umayi (jiwanya dewi umayi yang berada dalam raga dewi pramuni)itu berwatak sabar, sipatnya halus dan tajam mata bhatinya, adil dan berani membela yang benar, bertanggung jawab dan berbahkti kepada suaminya dan sangat sayang pada anak keturunanya).
Ing lakon carangan Sudamala, Bathari Durga antuk ruwat lan bisa luwar saka wujud raseksine dening Sahadewa. Bathari Durga sabanjure palakrama kalawan Bathara Kala lan peputra Dewasrani.
(Dalam lekom karangan sudamala bhatari durga dapat ruwat dan bisa keluar dr wujud raksasa nya oleh bantuan sadewa. bahatari durga lalu kimpoi dengan bhatara kala dan memiliki putra bernama dewa srani).
Ing jagad pedhalangan, Dewasrani iku putrane Bathari Durga lan Bathara Guru. Bathari Durga duwe hak paring bebana marang sapa wae kang nyembah dheweke.
(Dalam jagad pedalangan dewa srani itu putra batari durga dengan batara guru. batara durga punya hak memberi pembalasan kepada siapa saja yang menyembah dirinya).
Ing lakon Sumbadra Larung, Bathari Durga paring pangestu marang pepenginane Burisrawa kanggo nresnani Dewi Sumbadra. Ing lakon Pancawala Lena, Bathari Durga mbiyantu Leksmana Mandrakumara, pangeran pati ing Astina, lan paring pangestu marang pepenginane Leksmana kang arep nglamar Dewi Pergiwati, putrane putri Arjuna.
(Dalam lakon sumbadra larung bhatara durga memberi restu pada keinginan burisrawa untuk mencintai dewi sumbadra. dalam lakon pancawala lena batari durga membantu lesmana mandrakumara putra mahkota dari hastina. dan juga memberi restu kepada keinginan leksamana yang mau melamar dewi pergiwati, putri dari arjuna).
Dene ing lakon Wahyu Cakraningrat, Bathari Durga paring bebana marang Samba, putrane Sri Kresna, lan paring pangestu mring gegayuhane kanggo ngrebut Wahyu Cakraningrat. Sapa kang kasil ngrengkuh Wahyu Cakraningrat pinitaya bakal dadi raja gung binathara.
(Dalam lekon wahyu cakraningrat Batari Durga memberikan restu pada samba putranya Sri Kresna, dan memberikan restu kepada keinginannya untuk merebut wahyu cakraningrat. Siapa yang berhasil merebut wahyu cakraningrat akan dipercaya menjadi raja agung di dunia).
Ananging ing telung kedadeyan iku, kabeh ora ana kang bisa kasembadan pepenginane. Kabeh gegayuhane para satriya ing telu kedadeyan iku padha cabar. Iku amarga pepesthen tumrap sipat jiwane kang adoh saka sing dipengini.
(Tapi dalam ke 3 kejadian itu. semua tak ada yang bisa kejadian keinginanya. semua keinginan para satria di 3 kejadian itu pada batal. karena kepastian dari sipat jiwanya yang jauh dari yang diinginkanya).
Bathari Durga dadi sesembahane para kang nganut agama Durga kang duwe aturan lan paugeran dhewe. Miturut Pustaka Raja Purwa kaya kang kapethik ing buku Ensiklopedi Wayang Purwa, weton Balai Pustaka, cacahe agama kang nyembah dewa karana Bathari Durga dadi ana wolu.
(Betari Durga jadi sesembahan bagi emreka yang menganut agama durga yang punya aturan dan hukum sendiri. menurut pustaka raja purwa yang dipetik dari ensiklopedia wayang purwa balaipustaka banyaknya agama yang menyembah dewa karena bhatari durga ada delapan).
Kawolune yaiku agama Syiwa (nyembah Sanghyang Syiwa/Bathara Guru), agama Sambo (nyembah Sanghyang Sambo), agama Brahma (nyembah Sanghyang Brahma), agama Indra (nyembah Sanghyang Indra).
(Pertama agama siwa menyembah siwa, agama sambo menyembah sambo, agama brahma menyembah brahma, agama indra menyembah indra).
Sabanjure, agama Bayu (nyembah Sanghyang Bayu), agama Wisnu (nyembah Sanghyang Wisnu), agama Kala (nyembah Sanghyang Kala) lan agama Durga (nyembah Sanghyang Bathari Durga).
(Selanjutnya agama bayu menyembah bayu, agama wisnu menyembah wisnu agama kala menyembah sanghyang kala dan agama durga menyembah Bathari Durga).
KISAH DEWI KEMATIAN DALAM KEPERCAYAAN HINDU
Kali, juga dikenal sebagai Kalika, adalah dewi Hindu.
Kali merupakan kepala Mahavidya, kelompok yang terdiri dari sepuluh dewi Tantra yang masing-masing membentuk aspek berbeda dari ibu dewi, Parwati.
Kali sering digambarkan berdiri (menginjak) atau menari di atas dewa Hindu Siwa, yang berbaring tenang dan bersujud di bawahnya.
Kali dipuja oleh umat Hindu di India dan Nepal.
Kali adalah dewi Hindu yang dikaitkan dengan kegelapan, kematian, dan kehancuran, namun sekaligus juga bisa mewakili pembaruan, pembersihan, serta ibu.
Kali merupakan salah satu dewi Hindu yang paling menakutkan serta merupakan tokoh sentral dalam beberapa cerita dan karya seni yang mengerikan.
Di antara pemeluk Hindu, Kali mengilhami rasa hormat dan pengabdian serta memiliki peran yang amat kompleks.
Dalam bahasa Hindi, Kali berarti “yang hitam,” dan makna ini dapat diartikan dalam beberapa cara.
Sang dewi jelas memiliki sifat gelap dan menakutkan yang bisa dianggap sebagai hitam.
Dia juga mampu menelan dunia dalam kegelapan yang identik dengan warna hitam.
Sementara kegelapan memunculkan rasa takut akan kematian pada orang yang tidak siap, hal ini juga melambangkan perdamaian bagi pengikutnya.
Dalam kebanyakan karya seni, Kali digambarkan memiliki kulit gelap berwarna hitam atau biru serta memiliki tiga mata.
Salah satu dari empat lengan yang dimilikinya membawa pedang, sementara yang lain memegang kepala setan.
Dua lengan lainnya nampak membentuk simbol-simbol berkat. Kali juga sering digambarkan memakai kalung kepala manusia atau bagian tubuh manusia lainnya serta dengan lidah yang menjulur.
Dewi Kali dianggap memiliki banyak kesamaan dengan dewi Hindu lain yaitu Durga.
Banyak agama memiliki peran untuk dewa atau tokoh kuat yang memiliki kemampuan menyebabkan kehancuran total, dan Kali adalah salah satu dewi dalam tradisi tersebut.
Menurut mitologi Hindu, Kali sering dikaitkan dengan Shiwa, dan dalam beberapa mitos, hanya Shiwa yang bisa mengendalikannya.
Kali sering digambarkan dalam tindakan membunuh setan dan mengamuk di medan perang, tetapi mitologi Hindu juga melukiskan dirinya sebagai sosok ibu yang penuh kasih.
KELAHIRAN KALI
Terdapat beberapa versi cerita tentang bagaimana Kali pertama kali muncul.
Satu versi menceritakan ketika dewi Durga, yang memiliki sepuluh tangan dan masing-masing membawa senjata dan yang mengendarai singa atau harimau dalam pertempuran, bertarung dengan Mahishasura (atau Mahisa) atau iblis kerbau.
Durga menjadi sangat marah sehingga amarahnya meledak dari dahinya dalam bentuk Kali.
Setelah lahir, Kali menjadi liar dan memakan semua iblis yang dia temui, mengikat kepala mereka dengan rantai yang dia kenakan di lehernya.
Tampak tidak mungkin untuk menenangkan serangan berdarah Kali, yang sekarang meluas ke setiap pelaku kejahatan.
Baik manusia maupun dewa tidak tahu apa yang harus dilakukan menghadapi amukan Kali.
Untungnya, Shiwa yang perkasa menghentikan amukan Kali dengan berbaring di jalan yang dilaluinya.
Ketika sang dewi menyadari di atas siapa dia berdiri, Kali akhirnya menjadi tenang.
Legenda ini menjelaskan hubungan Kali dengan medan pertempuran dan area di mana kremasi dilakukan.
Dalam versi lain, Kali diceritakan muncul ketika Parwati melepaskan kulit gelapnya yang kemudian menjadi Kali.
Itu sebab, salah satu nama Kali adalah Kaushika (Selubung), sementara Parwati tetap sebagai Gauri (Yang Adil).
Cerita ini menekankan warna gelap kulit Kali yang merupakan simbol kegelapan abadi dan yang memiliki potensi untuk menghancurkan dan menciptakan.
Dalam versi ketiga, manusia dan dewa diteror oleh Daruka yang hanya bisa dibunuh oleh seorang wanita.
Parwati diminta oleh para dewa untuk menghadapi iblis yang merepotkan itu.
Dia menjawab dengan melompat ke tenggorokan Shiwa untuk mencari halahala.
Hal ini karena bertahun-tahun sebelumnya Shiwa telah menelan halahala, racun yang muncul dari pengadukan lautan selama periode penciptaan dan yang mengancam akan mencemari dunia.
Dengan menggabungkan diri dengan racun yang masih ada di tenggorokan Siwa, Parwati berubah menjadi Kali.
Melompat dari tenggorokan Shiwa dengan bentuk barunya, Kali dengan cepat mengalahkan Daruka dan dunia menjadi damai kembali.
KALI DAN RAKTABIJA
Dalam versi lain dari kelahiran Kali, terdapat cerita tentang Raktabija (Benih Darah) yang mengerikan.
Iblis ini, seperti kebanyakan iblis, menyebabkan banyak masalah pada manusia dan dewa.
Namun, Raktabija memiliki kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak iblis setiap kali setetes darahnya tumpah ke tanah.
Oleh karena itu, setiap kali Raktabija diserang dan terluka, lebih banyak iblis yang justru muncul.
Para dewa memutuskan untuk bekerja sama dan menggabungkan semua shakti atau energi ilahi mereka dan menghasilkan satu makhluk super yang dapat menghancurkan Raktabija.
Hasil dari upaya para dewa ini memunculkan Kali (dalam versi lain memunculkan Durga yang kemudian memunculkan Kali).
Kali kemudian mencari Raktabija dan iblis-iblisnya dan mulai menelan mereka semua agar tidak menumpahkan darah dalam prosesnya.
Raktabija juga terbunuh ketika Kali memenggal kepalanya dengan pedang dan kemudian meminum semua darahnya.
Hal ini dilakukan Kali untuk memastikan tidak ada darah yang jatuh ke tanah dan dengan demikian tidak ada lagi iblis baru yang muncul untuk mengancam dunia.
Kisah terkenal lainnya yang melibatkan Kali adalah petualangannya dengan sekelompok pencuri.
Para pencuri ingin mempersembahkan pengorbanan manusia ke Kali, dan dengan tidak bijaksana memilih seorang biksu Brahmana sebagai korban.
Menyeret sang biksu ke kuil terdekat, para pencuri bersiap untuk melakukan pengorbanan di depan patung Kali ketika tiba-tiba patung itu menjadi hidup.
Marah pada rencana pencuri untuk membunuh seorang biksu, Kali membalas dengan memenggal kepala seluruh kawanan pencuri.
Lebih dari itu, Kali melemparkan kepala korbannya untuk menghibur dirinya sendiri.
Sementara itu, sang biksu memiliki kesempatan meloloskan diri dan melanjutkan hidupnya.
KALI DALAM SENI HINDU
Dalam seni tradisi Hindu, Kali dalam bentuk femininnya sering digambarkan dengan kulit biru atau hitam, telanjang, dan mengenakan mahkota tanah liat yang dicat atau disepuh.
Dia, seperti banyak dewa Hindu, merupakan sosok yang memiliki banyak lengan dengan jumlah empat, delapan, sepuluh, dua belas, atau bahkan delapan belas.
Setiap lengan biasanya memegang suatu benda dan dapat berupa pedang, belati, trisula, cangkir, drum, chakra, kuncup teratai, cambuk, jerat, bel, dan perisai.
Kadang-kadang tangan kirinya membentuk abhaya mudra, sementara tangan kanan membuat persembahan varada mudra.
Dia sering digambarkan duduk dengan kaki disilangkan dan memiliki delapan kaki.
Pose Kali yang paling umum dalam lukisan adalah dalam kedoknya yang paling menakutkan sebagai pembunuh setan, di mana dia berdiri atau menari dengan satu kaki di atas Shiwa yang berbaring dan memegang kepala yang terpenggal.
Dia mengenakan rok yang terbuat dari potongan lengan manusia, kalung kepala yang dipenggal, dan anting-anting anak-anak yang mati.
Kali sering digambarkan memiliki ekspresi menakutkan dengan lidah terjulur yang meneteskan darah.
DEWI KALI DALAM AGAMA HINDU
Kali atau Kālī adalah perwujudan dari sakti Dewa Siwa Parwati. Kali biasanya digambarkan sebagai seorang wanita berkulit hitam dan berwajah mengerikan; berlumuran darah dan berkalungkan tengkorak ular dileher atau dikaki serta lidah menjulur. Dalam Kitab Suci Veda. Dewi Kali merupakan sosok yang melambangkan kemarahan wanita dan juga aspek suci pemusnahan dosa. Sosok Dewi Kali adalah Ibu Pelindung Alam Semesta, pelindung dari Malapetaka dan penghancur Kejahatan. Dewi Kali merupakan lambang kematian.
Berkalung tengkorak sebagai lambang kematian. Wajahnya mengerikan simbol bahwa kematian ditakuti manusia. Lidahnya menjulur keluar sebagai simbol bahwa tidak ada hari tanpa kematian, kematian selalu lapar, setiap orang akan ditelan maut. Bersama Dewa Siwa, Dewi Kali bertugas melebur segala makhluk yang sudah tak layak hidup di dunia.
Dewi Kali dikatakan dapat menghancurkan malapetaka dan roh jahat dan iblis jahat lainnya. Menyebutkan nama Dewi Kali tidak boleh secara sembarangan dikarenakan amarah Dewi Kali bisa sangat terasa apabila Beliau tidak dihormati. Dewi Kali didalam Kitab Suci Weda dikatakan bahwa Ia ada di setiap wanita karena itu setiap wanita memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh pria.
Dewi Kali adalah perwujudan langsung dari Adi Shakti Parashakti. Perwujudan Dewi Kali adalah wujud tertinggi dari Dewi Parwati setelah Lalita Tripura Sundari, Shailaputri, Kushmanda, dan Kaalratri. Dewi Kali adalah wujud tertinggi dari Adi Shakti Parashakti juga, yang merupakan ibu Alam Semesta yang Ada sebelum Alam Semesta diciptakan.
Dalam aliran Hindu India Selatan atau Hindu Tamil wujud tertinggi dari Dewi Parwati adalah Dewi Mariamman yang adalah bentuk tertinggi dari Dewi Adi Shakti Parashakti juga. Lalu dilanjutkan dengan Rajarajeshwari, Meenakshi, dan Sandhyamman
KISAH PARWATI DAN MAHAKAALI
Parwati diperkenalkan sebagai wanita manis, ibu dan jinak yang, seperti setiap individu periode lainnya, dicuci otak menjadi pria yang percaya lebih unggul dari wanita. Siwa suaminya tidak percaya itu. Dia bersama dengan Dewa Wisnu menenangkan Parwati menerima sebuah visi Mahakali, dewi pejuang hebat, melawan gerombolan setan.
Seperti kebanyakan cerita dalam Mitologi Hindu, cerita ini dimulai dengan perang antara para dewa dan iblis. Namun, kali ini para dewa dikalahkan dan diusir dari rumah mereka di surga. Mereka dipaksa untuk berlindung dengan Parwati dan Siwa, di rumah mereka di gunung Kailash.
Raja iblis dan antagonis Primer, Shumbh mengirim utusannya ke Kailash, mengumumkan perang terhadap Siwa dan Parwati karena melindungi para dewa. Tapi karena kecantikan Parwati, setan-setan itu mundur tanpa banyak bicara dan memberitahu Shumbh dan saudaranya yang sederhana, Nishumbh, kecantikan dari Parvati.
Sementara itu, Siwa Menginformasikan Parvati dan para dewa bahwa hanya seorang wanita yang bisa membunuh duo setan karena anugerah surgawi. Dia juga mengejek Parwati, mengatakan kepadanya bahwa tidak pantas setan untuk mendapatkan keuntungan yang spesifik, karena tidak ada wanita yang cukup tangguh untuk melawan pria. Parwati diam mengangguk, dan Siwa ingin mengubah pendapatnya.
Utusan iblis-iblis tersebut tiba dengan usulan Shumbh: jika Parwati menikahi Shumbh, dia akan berhenti memburu para dewa. Para dewa dengan keras bereaksi terhadap kata-kata utusan dan mengancam untuk membunuhnya. Tapi Parwati menghentikan mereka dan menolak usulan Shumbh, tapi juga memperingatkan iblis untuk menggunakan penghakimannya yang lebih baik dan tidak menghina wanita. Dia kemudian menyuruhnya keluar.
Parwati mengeluh kepada Siwa tentang penganiayaannya. Dia hanya berkata "Mengapa wanita mendatangi pria untuk memecahkan masalah mereka. Wanita perlu melawan pertempuran mereka sendiri." Dan kemudian melanjutkan untuk berbicara dalam kalimat metaforis yang menjadi sangat penting bagi Parwati nanti. Dia jatuh ke dalam trans, seperti biasanya dan Parwati dibiarkan memikirkan arti kata-katanya.
Karena menghormati kelembutan dan keramahan Parwati, para dewa bersumpah untuk melindunginya. Tak terhindarkan, Shumbh mengirim kepercayaannya, Dhoomralochan untuk membawa Parwati ke neraka ibu kotanya dengan paksa. Ketika dia menyerang dengan tentara yang terdiri dari 60.000 pasukan dan menghina kecerdasan wanita, Parwati kehilangan kesabarannya dan berteriak keras ke luar angkasa. Karena getaran kosmis dari jeritannya, Dhoomralochan dan tentaranya berubah menjadi debu.
Ini menandai dimulainya transisi Parwati ke dalam Dewi Mahakali . Pada saat inilah Dewi dewi yang lain seperti Lakshmi dan Saraswathi menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dari Parwati.
Shumbh marah dan mengirim sekumpulan iblis lain untuk membawa Parwati kehadapannya dan mengalahkan para dewa. Dalam perang ini, para dewa dipimpin oleh Dewi Narasimhi yang karena penampilan mengerikannya keliru menjadi dewi pejuang dari visi Parwati.
Saat setan menyembelih dewa satu persatu, komandan, Chand dan Mund berpura-pura kehilangan Dewi Lakshmi, mereka memutuskan untuk menculiknya
Saat melihat kengerian, Parwati mengingat sesuatu yang telah dikatakan Siwa sebelumnya sebelum dia tidak sadar: "Jika seorang wanita melepaskan shandynya (keraguan, ketakutan), dia menjadi 'Shankar' (Tuhan, kekuatan tertinggi). Dan akhir ini akan menandai awal yang lebih besar. " Parvati bergegas ke depan untuk melindungi Dewi Lakshmi yang berusaha mempertahankan dirinya sendiri namun sia-sia.
Saat dia berlari menuju para iblis, kemarahannya sudah kelewat batas, dia menenangkan diri dari semua keragu-raguan dan ketakutannya dan mengubah dirinya menjadi Dewi Kali, sang pejuang.
Parwati, yang berkulit putih (Gauri), naif, polos dan penjinak Dewa Siwa menjadi Mahakali, yang berkulit hitam kebiruan ( Kali ), galak, berani dan digemari oleh Siwa. Dia dipersenjatai dengan sebuah pedang, rambutnya berantakan dan karangan bunga iblis menempel di lehernya dan celemek lengan iblis di pinggangnya.
Saat dia turun menuju tentara iblis, dia membunuh ribuan iblis termasuk Chand dan Mund yang mendapatkan julukan "Chamunda".
Dia memberi nasihat kepada Dewi lain untuk juga melepaskan hukun mereka dan belajar memperjuangkan diri mereka sendiri. Dia mengatakan kepada mereka bahwa setiap kali manusia memperlakukan wanita kurang dari apapun yang dia layak dapatkan, dia memiliki semua hak untuk berubah menjadi Kali.
Para dewi Lakshmi, Saraswathi, Narsinghi, Aranyani dan Aindri bergabung dengannya dalam pertempuran membantunya dalam menghancurkan iblis.
Raja iblis kemudian mengirim Rakthabija iblis yang terkenal sebagai musuh utama Mahakali. Dia memiliki kemampuan untuk menciptakan tiruan dirinya dari setiap tetes darahnya yang jatuh.
Setiap kali seorang Dewi menyerangnya Rakthabija lain lahir. Kali kemudian menjebak semua darah yang merembes keluar dari diri Rakthabija dan menghabiskannya sepenuhnya dari nektar pseudo-nya, membunuhnya.
Pertama-tama dia memotong kepala Rakthabija dan membawa amock di medan perang, membunuh semua orang yang menghalangi jalannya.
Untuk menghentikan amukan Dewi Kali,Dewa Siwa terbangun dari transnya dan berbaring di depan Dewi Kali. Dia melangkah ke arahnya, menyadari bahwa dia telah menginjak suaminya (yang merupakan dosa dalam budaya India) dan menjulurkan lidahnya karena malu.
Sedih, Kali kembali menjadi Parwati. Dewa Siwa membuat dia sadar bahwa dia tidak melakukan kesalahan apa-apa, tapi Parwati juga terganggu oleh fakta bahwa Kali harus mewujudkan dirinya dan tidak ada wanita lain pada saat dibutuhkan. Dia menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih kepadanya daripada hanya ibu rumah tangga.
Dia memulai perjalanan jauh dari kailash dalam misi realisasi diri, di mana dia diperkenalkan kepada Dewi Sati, inkarnasi sebelumnya, oleh Siwa yang bertindak sebagai pembimbingnya. Dalam perjalanan, dia bertemu dengan Ambika / Durga, di antaranya dia adalah sebuah bentuk.
Pertunjukan tersebut kemudian mengenalkan dan menceritakan karakter dongeng dari Mitologi Hindu seperti Sati, Bhadrakali, Kartikeya, Veerabhadra dan banyak antagonis seperti Tarakasura, Bhandasura, Daruka dan lainnya.
Cerita ini mungkin berlanjut dengan dia mewujudkan potensinya dan bahwa dia adalah Kekuatan Primer (Tuhan) dan menyebabkan kematian orang-orang yang tidak benar (termasuk Shumbh dan nisumbh)
DEWA-DEWI HINDU
Kelompok Utama
Aditya · Astadikpala · Aswin · Mahawidya · Marut · Matrika · Nawadurga · Nawagraha · Nawadewata · Prajapati · Rudra · Sakti · Trimurti · Wasu
Dewa Hindu.
Agni · Baruna · Bayu · Brahma · Candra · Dyaus Pita · Ganesa · Hanoman · Indra · Kartikeya · Kresna · Kuwera · Siwa · Surya · Rama · Wisnu · Yama · lebih banyak.
Dewi Hindu.
Daksayani · Durga · Gangga · Gayatri · Kali · Laksmi · Parwati · Pertiwi · Radha · Saci · Saraswati · Uma · Yamuna · lebih banyak..