TAN KENO KINOYO NGOPO
Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti dari ajaran islam kejawen oleh pujangga besar Raden Ngabehi Ronggo warsito, dalam Serat Wirit Hidayat Jati.
Didalam faham trinitas wirid hidayat jati dinyatakan bahwa Allah itu badan-Ku Rasul itu Rahsa-ku dan Muhammad itu Cahya-ku.
Diri manusia dibagi menjadi tujuh lapis, dari halus sampai kasar yang menjadi wahananya Dzat yaitu :
1. Khayu, artinya Hidup disebut Atma
2. Nur artinya Cahaya, disebut pranawam
3. Sir artinya Rahsa disebut pramana
4. Roh artinya nyawa, disebut suksma.
5. Nafsu artinya Angkara
6. Akal, artinya budi
7. Jasad artinya badan
Alam juga dibagi menjadi 7 tingkatan yaitu :
1. Alam Rohiyah artinya alam nyawa.
2. Alam siriyah artinya alamnya Rahsa.
3. Alam Nuriyah artinya alamnya cahya.
4. Alam nuriyah luhur
5. Alam Uluhiyah artinya lamanya Tuhan.
6. Alam Uluhiyah luhur.
7. Alam Uluhiyah yang paling luhur.
Disamping itu terdapat Tahta Mahgligai yang menjadi wahanyanya kanugrahan (karunia Tuhan) sebab Nugraha itu Dzatnya Tuhan dan kanugrahan itu sifatnya kawula yang tinggal didalam tubuh manusia, yaitu :
Bait-Al- Makmur, terletak didalam kepala Adam
Bait-Al Muharam terletak didalam dadanya Adam
Bait-Al-Muqoddas terletak didalam kemaluanya Adam
Disamping itu ia mengemukakan cara Manekung (Meditasi ) Warisan Panembahan Senopati dan cara meluluhkan badan (mensyucikan diri lahir dan bathin. Warisan dari Sunan Pakubuwono 1. Secara suprematif dalam surat Thaha, 20:14,
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tiada Tuhan selain Aku dan dirikan sholat untuk mengingatku. Kemudian Al-ghazali dalam statement nya Ektasis bukanlah terleburnya makhluq dalam Allah sebagai kesatuan dlam identitas ittihad. Juga bukan manunggalnya atau penyatuan antara dua pihak yang berbeda pada tingkat Ada. Yang sama seolah-olah dalam ucapan-ucapan para mistisi yang mengalami kedasyatan Allah sehingga menimbulkan kesan hiperaktif, akibat mabuk cinta kasih.
Dalam firman-firman Allah sebagai berikut :
1. Sesungguhnya Dia Maha Meliputi Segala Sesuatu.
( QS. Fushshilat, 41; 54 ).
2. Dan tiap-tiap sesuatu pasti binasa kecuali wajah-Nya.
( QS. Qashash, 28;88 )
3. Dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat nadi.
( QS. Qaaf, 50; 16 )
Para mufasirrin Ali Ash Shabuni menafsirkan bahwa : innahu bikulli syai’in Muhit,
Dalam hal ini secara implist adalah ilmunya baik secara global maupun terperinci, lebih tegasnya Allah merupakan Subjek yang meliputi segala sesuatu, dia sebagai subjek yang mengetahui segala maklumat tak terbatas kemudian segala sesuau adalah dhomir Huwa, yang menunjukkan orang ketiga tunggal yang melakukan suatu perbuatan, tetapi dengan alas an apa mereka menggantikan arti huwa (Dia) menjadi sifat segala sesuatu, sedangkan kita tahu itu ada karena ia ada Wujud.
(tempat bergantungnya segala sifat memiliki kesempurnaan meliputi zat, sifat, af’al dan asma. Dhomir huwa merupakan wujud sedangkan sifat, af’al dan asma, merupakan diluar dirinya (wujud-Nya) tetapi bergantung pada dirinya, karena adanya disebut oleh zat (sosok).
Sedangkan dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat nadi. Seolah-olah zat itu sendiri yang lebih dekat dari urat leher, Allah swt lebih dekat terhadap manusia daripada keringatnya yang bercampur baginya.
Kemudian Syech nawawi, maupun Ali Shabuni menafsirkan :
Segala sesuatu pada hakikatnya adalah fana’ (binasa) kecuali Zatnya yang kekal dan Qudus.
Didalam penghayatan mistisnya para sufi menafikan segala sesuatu termaksud dirinya sendiri, sehingga muncul kesadaran yang wajib ada adalah yang mutlak.
Laa maujudaa illallah, sebenarnya konsepsi monotheisme, yang dibawa oleh rosullullah SAW, pada hakikatnya segala sesuatu akan binasa kecuali wajahnya yang abadi (Baqa).
Seorang nabi Musa meyelami arti diri sampai batas tertinggi berkendak menemui tuhan yang pada akhirnya dikabarkan dalam Al-qur’an ia pingsan, sebuah rahasia terungkap namum pembodohan bagi mufasirrin, secara logis nabi musa pingsan…apakah arti pingsan menurut mufasirrin, ia menjawab karena tarberdaya melihat kuasa tuhan yang disebut Cahaya tertinggi, permasalahanya berdasarkan Apa ia menafsiri, berdasarkan ilmu bersifat matrilais, ataukah medis, peninjauan segara implicit, bahwa, ketika berdasarkan matrialis ilmu berarti ia adalah kebohongan, alasanya, karena ia belum menjalani, berdasarkan fisik yang lebur karena energi cahaya itu rasional, sebuah bentuk apapun didunia dinilai dari radius berapa, sebuah benda pasti hancur atau tidak itu dinilai dari hokum jarak kecepatan dibagi waktu, tetapi secara teoritis belum mendekati kebenaran, sedangkan kebenaran itu diakui secara empiris bahwa setiap teori bermula dari eksperimen dan eksperimen demikian diartikan sebagai Case of Reseach,cukup bisa dianggap Valid karena de jure atau de facto. Sedangkan kebenaran penulis bahwa makna pingsan menurut penulis ia tak tahu apa-apa dan tidak berarti apa-apa, yang dalam istilah Jawa Tan Keno Kinoyo Ngopo.
Sedangkan menurut sumber literatur, ia ada adalah keniscayaan, bermula dan mengakhiri, semua berasal dari ketiadaan, wujud dan berkehendak dimana ia belum menemukan sumber diri, ketika ia berusaha menjadi insane kamil, ia berputar dengan egosentris tatkala itu adalah wujud tetapi fana; dan didalam wujud itu ego berperan ingin menguasai arti dari hidup yang dalam kekuatan itu ada nilai yang berpangkal dari ilmu yang menganggap dirinya berjalan karena ilmu segala yang terbatas dan tak terbatas pada hakikatnya adalah terbatas, karena ketidakterbatsan itu pada hakikatnya adalah terbatas semua itu fana baik ilmu sejati ataupun ilmu materi, seseorang berjalan melalui hakiki dan kembali menuju hakiki, dan hakiki pada hakikatnya lenyap tanpa kata, tanpa aksara tanpa ilmu tanpa amal, semua kosong karena wujud pada hakiki adalah kosong tuhan esa melainkan kosong karena Esa ketika ia masih berbeda dengan diri ketika menyatu semua hanylah kosong dan esa, esa dan kosong itu tidak ada karena kemenjadian adalah terjadi dan ada bukan ada dan berada bukan berada ada dan berada pada hakikatnya sama terpisah karena ruang menyatu bukan karena ruang semua fana dan mati jism, wujud, akal ruh, nafas, nufus, tanaffas, anfus air,angin, tanah, api, anasir, arah mata angin, bumi, matahari, bulan bintang rosul, dulur sejati, ilmu sejati khalifah itu kosong, karena setiap elemen pada hikakatnya adalah wujud tapi fana, hakiki adalah fana, maya dan nyata itu tidak ada yang ada berarti tidak ada, setiap definisi adalah ilmu ketika ilmu berarti semu adalah kosong,
Dalam dunia spiritual Jawa (Kejawen) manunggaling kawulo-Gusti atau menyatunya manusia dengan Tuhan merupakan pengalaman spiritual manusia yang sifatnya sangat pribadi dan sangat kesulitan dalam menyampaikan dengan susunan kata dan kalimat, apalagi untuk disampaikan dalam bentuk tulisan atau kata-kata, dan hanya bisa dipahami dan dimengerti hanya oleh yang bersangkutan (pengalaman spiritual). Pada umumnya, manunggaling kawulo-gusti ini bisa dipandang sebagai tingkatan tertinggi dalam olah spiritual manusia.
Perlu untuk dimengerti bahwa Gusti atau Tuhan dalam dunia spiritual Jawa itu dipercaya adanya. Tuhan itu ada, namun bagaimana wujudnya itu yang tidak bisa dikira-kira (tan keno kiniro) dan tak bisa dibayangkan (tan keno kinoyo ngopo).
Hubungan antara manusia dan Tuhan dilambangkan dengan matahari Manusia dilambangkan dengan cawan (cangkir Djawa yang tidak bertelunga) yang diberi air.
Letakkan sejumlah cawan yang berisi air di tengah lapangan saat tengah hari. Kemudian lihatlah ke dalam cawan-cawan tersebut. Di dalam cawan akan terdapat matahari sebagai akibat dari sinar matahari yang mengenai dasar cawan. Penggambaran ini menunjukkan bahwa Tuhan itu ada dan berada di luar tubuh manusia namun sekaligus dengan kuasanya berada di dalam diri manusia. Namun manusia tidak sama dengan Tuhan.
Dalam dunia spiritual Jawa, bayangan matahari di dalam cawan itu disebut dengan nama suksma sejati. Di dalam suksma sejati inilah sang guru sejati berada. Guru sejati inilah yang kemudian dikenal sebagai jati diri manusia, yang dalam lakon wayang Dewa Ruci dilambangkan sebagai Dewa Ruci yang merupakan sejatinya Bima.
Peradaban Djawa yang tinggi akan memiliki pengalaman yang luas tentang arti dan makna kehidupan. Salah satu yang paling menonjol dari pengalaman itu adalah terdapatnya kemampuan dalam olah kata. Lihat saja bangsa Yunani yang memiliki kemampuan dalam ilmu sastra dan filsafat. Mereka dalam urusan ini tak perlu diragukan lagi dan memang sudah terkenal di seantero dunia. Begitu pula dengan bangsa Arab, Persia, Romawi, India, China, Indian, dll.
Tetapi, bangsa kita khususnya orang Jawa pun memiliki kemampuan dalam olah kata (filsafat) ini. Ia tersebar di dalam beberapa media, termasuk yang termaktub di dalam serat-serat sejarah dan melalui tradisi lisan. Ini terjadi dengan sebuah kesadaran yang tinggi, karena memang sudah menjadi falsafah bangsa ini selama berabad-abad. Mereka tidak kalah dengan bangsa-bangsa lainnya, bahkan menurut saya lebih hebat dari semua bangsa di dunia.
Untuk membuktikan hal tersebut, mari ikuti penelurusan berikut ini :
1. Tentang konsep ketuhanan (tauhid).
Pangeran iku ora ono sing padho. Mulo ojo nggambar-ngambarake wujuding Pangeran.
artinya : Tuhan itu tak ada yang bisa menyamainya. Oleh sebab itu jangan menggambar-gambarkan wujud Tuhan.
Pangeran iku dudu dewo utowo manungso, nanging sekabehing kang ono iku, uga dewa lan manungso asale soko Pangeran.
artinya : Tuhan itu bukan dewa atau manusia, namun segala yang ada ini, termasuk dewa dan manusia itu berasal dari Tuhan.
Pangeran iku biso ngawohi kahanan opo wae tan keno kinoyo ngopo.
artinya : Tuhan itu bisa mengubah segalanya tanpa mungkin dapat diperkirakan manusia.
Pengeran iku kuaso tonpo piranti, mulo soko kuwi ojo darbe pengiro yen manungso iku biso dadi wakiling Pangeran.
artinya : Tuhan itu berkuasa tanpa menggunakan alat pelengkap apa pun, oleh sebab itu jangan beranggapan manusia itu dapat mewakili Tuhan.
Pangeran biso ngerusak kahanan kang wis ora diperlokake, lan biso gawe kahanan anyar kang diperlokake.
artinya : Tuhan itu bisa merusak sesuatu yang tidak diperlukan, dan bisa menciptakan sesuatu yang baru yang diperlukan.
Ora ono kesakten sing mandhi papesthen, awit papesthen iku wis ora ono sing biso murungake.
artinya : Tidak ada kesaktian yang bisa menyamai kepastian Tuhan, karena tidak ada yang dapat menggagalkan kepastian Tuhan.
Owah ono gingasring kahanan iku soko kersaning Pangeran Kang Murbahing Jagad.
artinya : Perubahan itu hanya atas kehendak Tuhan Yang Menguasai Jagad (alam semesta).
2. Tentang konsep Tuhan dan manusia.
Weruh marang Pangeran iku ateges wis weruh marang awake dhewe. Lamun durung weruh awake dhewe, tangeh lamun weruh marang Pangeran.
artinya: Mengakui adanya Tuhan berarti sudah mengenal dirinya sendiri. Jikalau belum mengetahui dirinya sendiri mustahil dapat mengenal Tuhan.
Gusti iku sambatan naliko siro lagi nandhang kasengsaraan. Pujinen yen siro lagi nompo kanugerahing Gusti.
artinya : Sebutlah nama Tuhan jika engkau sedang menderita sengsara. Bersyukurlah pada-Nya jika engkau mendapat anugerah.
Gusti iku dumunung ono jeneng siro pribadi, dene ketemune Gusti lamun siro tansah eling.
artinya : Tuhan itu ada dalam dirimu sendiri, dan pertemuan dengan-Nya akan terjadi jika engkau senantiasa ingat kepada-Nya.
Ojo lali saben ari eling marang Pangeran niro. Jalaran sejatine siro ikuh tansah katunggon Pangeraniro.
artinya : Jangan lupa setiap hari untuk mengingat Tuhan. Sebab hakikatnya engkau selalu di jaga oleh Tuhanmu.
Lamun ono jaman ora kepenak siro ojo lali nyuwun pangapuro marang Pangeran. Jalan Pangeraniro bakal aweh pitulungan.
(Jikalau mengalami keadaan (zaman) yang tidak enak, jangan lupa memohon ampun kepada Tuhan. Karena Tuhan akan memberi pertolongan-Nya kepadamu).
Sing sopo nyembah lelembut iku keliru. Jalaran lelembut iku sejatine rowangiro, lan ora perlu disembah koyo dene menembah marang Pengeran.
(Menyembah makhluk halus itu keliru. Sebab makhuk halus itu sebenarnya adalah temanmu, dan tidak perlu di sembah seperti Tuhan).
Sing sopo seneng ngerusak katentremaning liyan bakal di bendu dening Pangeran lan dielehake dening tumindake dhewe.
(Barang siapa suka merusak ketenteraman orang lain akan mendapatkan murka Tuhan, dan akan di gugat karena ulahnya sendiri).
3. Tentang hakekat diri
Lamun siro kepengin wikan marang alam jaman kelanggenan, siro kudu weruh alamiro pribadi. Lamun siro durung mikani alamiro pribadi adoh ketemune.
artinya : Jikalau engkau ingin mengetahui alam abadi, engkau harus lebih dulu mengenali alam pribadimu. Kalau engkau belum mengetahui alam pribadimu, masih jauhlah alam abadi itu dari dirimu.
Lamun siro durung wikan kadangiro pribadi, cubo dulunen siro pribadi.
artinya : Jikalau engkau belum mengetahui alam pribadimu, maka tanyakanlah kepada yang mengetahuinya.
Lamun siro wis mikani alamiro pribadi, alam jalan kalanggengan iku cedhak tanpo senggolan, adoh tanpo wangean.
artinya : Jikalau engkau telah mengetahui alam pribadimu, alam abadi akan menjadi dekat tanpa dengan menyentuhnya, jauh dari dirimu tanpa ada yang membatasinya.
Lamun siro wis mikani alamiro pribadi, mara siro mulango marang wong kag durung wikan.
artinya : Jikalau engkau telah mengetahui alam pribadimu, hendaklah engkau mengajarkannya kepada yang belum mengetahui.
Kadangiro pribadi ora bedo karo jeneng siro pribadi, gelem nyambut gawe.
artinya : Terkadang pribadimu itu tidaklah berbeda dengan dirimu sendiri, suka bekerja.
Kahanan kang ono iki ora suwe. Mesthi ngalami owah gingsir. Mulo ojo lali marang sapadha-padning timitah.
artinya : Keadaan yang ada ini tak lama. Pasti mengalami perubahan. Oleh karena itu jangan melupakan sesama hidup.
Rame ing gawe, sepi ing pamrih.
artinya : Selalu rajin bekerja dan tidak mengharapkan pamrih.
Kudu angon wektu
(Harus pandai memperhatikan suasana).
4. Tentang konsep hidup.
Donya iki dalan iyo kudu diambah mesthine. Amanging dudu benere yen dirungkebana. Sing sopo ngambah dalan kudu sumurup kang ono ing ngarepa sanadyan diparanono mung bakal diliwati bae.
artinya : Dunia ini ibarat jalan yang harus ditempuh apa mestinya. Tapi bukan kebenaran yang dituju. Siapa bakal menempuh jalan harus tahu yang di depannya, meskipun akan didatangi, hanya di lewati saja.
Urip iku ing donya tan lami. Umpamane jibeng menyang pasar tan langgeng neng pada wae, tan wurung nuli mantuk raring wismane sangkane uni. Ing mengko ojo samar sangkan paranipun ing mengko podho weruh yen asale sangkan paran duking nguni ojo nganti kesasar.
(Hidup di dunia itu tidak lama. Ibarat orang pergi ke pasar tak abadi di pasar saja, kemudian juga pulang pada rumah asalnya itu. Nantinya jangan cemas asal mulanya tadi pada saatnya sama tahu kalau asal mula kehidupan tersebut jangan sampai tersesat).
Sing sopo mung arep gawe seriking liyan, kuwi uga arep memahi ciloko.
artinya : Barang siapa yang membuat sakit hati orang lain, ia juga akan celaka.
Sing sopo seneng udur, iku bakal keno bebendu dening Pangeran.
artinya : Barang siapa yang suka bertengkar, akan terkena amarah/hukuman Tuhan.
Wani marang penggawe kang ora bener, kuwi kaholong titah kang orang becik tumindahke.
(Berani menjalankan perbuatan yang tidak baik, itu tergolong makhluk yang tidak baik tabiatnya).
Mungsuh sing wis nungkul ojo dipateni.
(Musuh yang sudah menyerah jangan di bunuh).
5. Tentang konsep keluarga.
Sing sopo mung arep oleh wae nanging emoh kangelan, iku aran wong kesed. Iku kabeh ojo ditiru, jalran keluarwargo lan bongso uga rugi.
(Barang siapa yang hanya ingin enaknya saja, tapi tidak suka bekerja keras, itu orang yang malas. Itu semua jangan ditiru, sebab keluarga dan bangsa juga rugi).
Wong tuo kudu memulung kang prayogo marang putra wayah.
(Orang tua harus mengajarkan yang baik dan pantas kepada anak cucunya)
Anane keluwargo sae margo wong-wonge apik. Mulo ojo darbe pengiro lamun wong-wonge podho olo kaluwargane bisa batik.
(Kaluarga akan baik jika anggota keluargnya baik. Oleh karena itu jangan berpikir bahwa keluarga akan menjadi baik jika anggotanya tidak baik).
Sedulur iku apik lamun kabeh darbe panjangka amrih rahayu.
(Saudara itu baik kalau semuanya mencita-citakan kebahagiaan).
Wong tuo ora keno dadi mungsuhe anake.
(Orang tua tidak boleh menjadi musuh anaknya).
Cedhak keluwargo kang becik, enajan ketularan becik.
(Dekat dengan keluarga yang baik, tentu akan ketularan yang baik).
Mikul dhuwur, mendem jero.
(memikul tinggi, memendam dalam nasehat agar anak bisa menjaga nama baik keluarga dan menutup rapat aib keluarga).
6. Tentang konsep bertetangga.
Tonggo iku podho karo bapak biyung.
(Tentanggga itu sama dengan bapak dan ibu).
Sing sopo ora seneng tetanggan kelebu wong kang ora becik.
(Barang siapa yang tidak suka hidup bertetangga tergolong orang yang tidak baik).
Tonggo kang ora becik atine ojo dicedhaki, nanging oo dimusuhi.
(Tetangga yang tidak baik hatinya jangan di dekati, tetapi jangan pula di musuhi).
Tonggo iku singkirono lamun darbe sipat kang kurang prayogo.
(Jauhi tetangga yang mempunyai sifat tidak sepantasnya).
Tetangga iku kadyo ulo umpamane, keno diingu nanging yo gelem nyokot.
(Tetangga itu seumpama ular, bisa dipelihara tapi juga mau menggigit).
Tonggo sing gelem tetulung iku titenono. Yen mangku arep iku bakal ketoro. Nanging yen sarana bebarengan urip bakal dadi konco selawase.
(Perhatikan tetangga yang suka menolong. Kalau punya pamrih pasti lekas terlihat. Tetapi kalau hanya sebagai sarana hidup bersama, akan menjadi teman selamanya).
7. Tentang konsep menuntut ilmu.
Ngelmu iku kalakone kanthi laku. Lekase lawan kas. Tegese kas nyantosani. Setya budya pangekese dur angkoro.
(Ilmu itu terwujud dengan laku. Di mulai dengan kemauan. Kemauan membuat sentosa. Budi setia penghancur nafsu angkara).
Sasmitaning ngaurip puniki yekti ewuh yen nora weruha. Tan jumeneng ing uripe. Sakeh kang ngaku-aku pangrasane pan wus utami, tur durung wruh ing rasa, rasa kang satuhu rasaning rasa punika. Upayanen darapon sampurneng dhiri ing kauripaniro.
(Makna kehidupan itu sungguh sayang bila tak tahu. Tidak kokoh hidupnya. Banyak orang mengaku perasaaanya sudah utama, padahal belum tahu rasa, rasa yang sesungguhnya. Hakikat rasa itu adalah usahakan supaya diri sempurna dalam kehidupan).
Yen siro nggeguru kaki amiliha manungsa kang nyoto. Ingkang becik martabate sarto kang weruh ing khukum. Kang ibadah lan kang wirangi sokur oleh wong topo. Iya kang wus mungkul tan mikir piwewehing liyan. Iku panyes yon den gurunono kaki sertane kawrihana.
(Jika kamu berguru pilihlaj manusia nyata. Yang baik martabatnya serta tahu hukum. Yang beribadah dan sederhana syukur dapat bertapa. Yang sudah menanggalkan pamrih pemberian orang. Itu pantas kamu berguru serta ketahuilah)
Lamun ono wong micoro ilmu, tan mufakat ing patang prekoro, ojo siro age-age. Anganggep nyatanipun saringono dipun bersih limbangen kang patang prekoro rumuhun dalili hadis lan ijmak lan kiyase papat iku salah siji adate kang mufakat.
(Kalau ada orang yang bicara ilmu, tak setuju empat perkara, jangan cepat-cepat percaya padanya. Saringlah yang teliti, pertimbangkan empat hal perkara terdahulu, dalil hadits dan ijma` dan keempat Qiyas. Semua telah disepakati).
Wong kang ahli sastra ingarane luhur sastrane. Layak yen mangsi lan kertas. Pantes yen luhur ngakal ning sastra suraosipun. Luhur sejatining sastra, sastra praboting negoro. Lumaku saben dino mang migar pradata hukum, sanadyan tan kanthi ngakal.
(Orang yang ahli sastra disebut luhur sastranya. Tepat jika tinta dan kerta. Patas jika luhur akalnya pada satra maknanya. Luhur sejatinya sastra, sastra sarana negara. Berjalan tiap hari serta wujud perdata hukum, meskipun tiada dengan akal).
8. Tentang konsep kepemimpinan dan bernegara.
Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
(Seorang pemimpin itu harus bisa berada di depan sebagai suri tauladan, harus bisa berada di tengah untuk senantiasa membaur dengan rakyatnya dan sebagai pengayom, dan harus bisa berada di belakang sebagai motivator demi kemajuan yang dipimpinnya).
Lamun ono penguasane asale soko wong olo, iku ora luwes bakal konangan alane. Sebab kabeh mau wis kewoco soko tumindhake panguasa mau.
(Jikalau ada penguasa yang tidak berasal dari orang yang baik, tiada lama pastinya akan ketahuan jeleknya. Sebab akan tampak dari tindakan si penguasa itu)
Janma iku tan keno kiniro kinoyo ngopo. Mula ojo siro seneng ngaku lan rumongso pinter dhewe.
(Manusia walau bagaimanapun tidak bisa diterka. Oleh karena itu janganlah engkau suka mengaku dan merasa paling pandai).
Ratu iku durung mesthi kepenak uripe, lamun ora biso ngaweruhi kawulane.
(Penguasa itu belum tentu enak hidupnya, bila tak mengetahui aspirasi rakyatnya).
Ratu kang mung seneng uripe margo akeh bandane, ing tembe matine orang kajen. Mulo dadi rata ojo sawiyah-wiyah marang kawulane.
Penguasa yang enak hidupnya hanya karena banyak harta benda kelak matinya tak akan terhormat. Oleh sebab itu jangan kejam dan sewenang-wenang terhadap rakyatnya).
Ratu kang murang sarak iku ojo diajeni, jalaran ratu kang koyo mengkono iku gawe rusaking negoro.
(Penguasa yang kejam dan serakah jangan dihormati, sebab penguasa yang seperti itu akan merusak negara).
Ratu iku kudu gawe tentrem poro kawulane, mergo yen ora mengkono biso dadi kawulane ngrebut negoro.
(Penguasa itu harus bisa membuat tenteram rakyanya, karena jika tidak rakyatnya akan merebut kekuasaan dalam negara itu).
Pathokaning negoro iku dumunung ono angger-anggering negoro.
(Tiang sebuah negara itu terletak pada undang-undang negara).
Dhasaring negoro iku ono limo, kapisan paserah anane negara iki marang kang Murbeng Dumadhi. Kapindo percoyo marang anane manungso iku soko kang Murbeng Dumadhi. Kaping telu ojo siro ngilwatake bongso niro pribadi. Kaping papat siro ojo mung kepingin menang dhewe, mulo perlu rerembungan amrih becike. Kaping limo kewajiban aweh sandhang kalawan pangan lan uga njogo katentraman lehir kalawan batin.
(Dasar sebuat negara itu adal lima. Pertama, pasrah adanya negara kepada Tuhan. Kedua, percaya bahwa manusia itu adanya dari Tuhan. Ketiga, jangan mengabaikan bangsamu sendiri. Keempat, engkau jangan ingin menang sendiri, karena itu harus suka bermusyawarah bagaimana baiknya. Kelima, berkewajiban memberi sandang dan papan serta ketenteraman lahir batin).
Bongso iku minangka sarana kuwating negoro. Mulo ojo ngiwarake kebangsaniro pribadi. Supoyo kenugerhan bongso kang handana warih.
(Bangsa itu sebagai sarana kuatnya negara. Oleh karena itu janganlah mengabaikan rasa kebangsaanmu sendiri, agar memiliki bangsa yang berjiwa kesatria).
Para muda ojo ngungkurake kawruh kang nyoto, amrih karya ungguling bongso lan biso gawe rahayuning sesama.
(Para pemuda jangan mengabaikan ilmu pengetahuan yang nyata, agar negaranya menjadi makmur
dan dapat membuat keselamatan sesamanya).
Imajiner Nuswantoro
Fattaqullaha la'allakum tasykuruun...
BalasHapus