Sak begja begjane wong kang lali, isih bejo wong kang eling lan waspada
Seuntung-untungnya orang lupa, masih untung orang yang selalu ingat dan waspada.
Arti dari filosofi tersebut adalah orang yang paling beruntung itu orang yang selalu ingat kepada yang Kuasa dan berhati-hati dalam menjalani hidup.
(Seberuntung-beruntungnya orang yang lupa), luwih begja kang eling lawan waspada (lebih beruntung yang ingat dan waspada).
Peribahasa ini dicuplik dari ajaran Ranggawarsita yang sangat terkenal. Prinsipnya, berisi nasihat yang mengingatkan jangan suka anut gubyuk tidak punya prinsip dan pendirian yang teguh (mengikuti arus).
Jika ingin begja dalam arti menemukan keberuntungan dan keselamatan kapan dan dimanapun, orang harus mempunyai pendirian tegas, ingat kepada Tuhan, dan waspada terhadap segala kemungkinan.
Sak begja-begjane wong kang lali luwih begja wong kang eling lan waspadha, seberuntungnya manusia yang lupa diri masih lebih beruntung manusia yang ingat dan waspada (sadar diri)
Sadar diri maksudnya tahu aturan hidup, menjalankan hukum yang berlaku dan tidak melanggar ketentuan yang berlaku.
Sedangkan waspada mawas diri dalam tingkah laku dan perbuatan.
Kutipan kata muntiara Djawa kuno itu terdapat pada goresan makna bait ke 7 Sesat Kalathida dipun serat pujangga RN Ronggowarsito (1802-1873).
Tulisan kutipan tersebut :
Amenangi jaman edan, ewuh aya ing pambudi.
Melu edan nora tahan, yen tan melu anglakoni, boya kaduman melik, kaliren wakasananipun.
Dilalah kersa Allah, begja-begjaning kang lali, luwih begja kang eling lawan waspada.
Msksud yang terkandung Serat Kalatidha tersebut :
Menghadapi jaman edan keadaan menjadi serba sulit, turut serta melakukan tidak mendapatkan bagian, akhirnya menderita dan lelaparan, sudah kehendak Allah, betapapun bahagianya orang yang lupa, lebih berbahagia mereka yang sadar dan waspada.