B.R.Ay Adipati Sedah Mirah / Sedhah Mirah / Punggawa Keraton Kidul namanya Nyai Sedah Mirah / Punggawa Nyai Nitipiro
(Seri : Menelusuri Jejak Sedah Merah / Sedhah Mirah)
Segudang Prestasi BRAy Sedah Mirah
BRAy Sedah Mirah ( … – 1826),
RA Kartini (1879-1904)
B.R.Ay Adipati Sedah Mirah pada masa hidupnya memiliki segudang prestasi besar.
Selain dikenal berparas cantik, juga pandai berdiplomasi serta memiliki ilmu pengasihan tinggi sehingga beliau sebagai wanita mempunyai kharisma dan wibawa luar biasa.
Sebagai pemimpin, beliau pemimpin yang dicintai rakyatnya, pemimpin yang disayangi rajanya, dihormati kawan, sekaligus disegani lawan.
BRAy Adipati Sedah Mirah adalah seorang pujangga, beliaulah penulis Kitab Ponconiti.
Selain itu beliau juga dikenal sebagai pemegang babon serat yasan dalem Susuhunan seperti kitab Wulang Reh yasan dalem PB IV, dan serat babad Centhini yang ditulis semasa PB V. Kepandaiannya dalam bidang olah kanuragan atau ilmu beladiri pencak silat, membuat sang Raja berkenan menganugerahkan gelar padanya sebagai seorang Adipati.
Berkat kepiawaian beliau banyak bidang khususnya spiritual, BRAy Adipati Sedah Mirah dipercaya oleh Keraton untuk mengemban tugas sebagai pemimpin upacara dan ritual sakral yakni Adhang Dhandhang Kyai Duda atau menanak nasi menggunakan alat berupa kukusan dan dhandhang yang terbuat dari tembaga.
Dhandhang Kyai Duda adalah pusaka peninggalan Ki Ageng Tarub dan istrinya yang seorang bidadari Dewi Nawang Wulan.
Berkat dhandhang pusaka ini pula bidadari Dewi Nawang Wulan menanak nasi cukup hanya satu butir beras tetapi nasinya bisa dimakan orang banyak.
Selanjutnya BRAy Adipati Sedah Mirah memimpin acara labuh semua bekas acara ritual adhang dhandhang Kyai Duda ke pantai selatan tepatnya di pantai Parangkusumo.
Acara ini cukup langka karena diadakan hanya setiap 8 tahun atau sewindu sekali.
Begitulah sekilas tentang BRAy Adipati Sedah Mirah.
Banyak sekali nama Sedah Mirah, tetapi saat ini hanya ada dua yang dikenal secara langsung.
Yang satunya adalah Punggawa Keraton Kidul namanya Nyai Sedah Mirah, dan satu lagi punggawa bernama Nyai Nitipiro.