Pangeran Siung Laut / Menak Sembuyu
Siung Laut atau lebih dikenal Raja Menak Sembuyu.
Pada awal abad ke-14, Kerajaan Blambangan diperintah oleh Raja Menak Sembuyu, salah satu keturunan Prabu Hayam Wuruk dari Majapahit. Raja Menak Sembuyu memiliki seorang permaisuri dan seorang putri yang bernama Dewi Sekardadu.
Siung Laut, cucu dari Menak Dedali Putih dan merupakan anak dari Rabut Macanpethak yang melakukan Sidayatra di Gunung Semeru dan tidak berkenan menjadi Raja Blambangan. (1476-1479).
Setelah Menak Dedali Putih meninggal dunia, pengganti sebagai raja di Blambangan adalah Siung Laut.
Cerita kerajaan Blambangan Setelah Menak Jingga Tidak Berkuasa. Setelah Joko Umbaran atau Menak Jingga tidak berkuasa, Raja Blambangan berikutnya-menurut penjaga Situs Umpak Songo, Soimin-ialah Siung Laut.
Namun, Siung Laut kemudian pergi ke Bali dan menyerahkan takhta Blambangan kepada patihnya, Joto Suro.
Siung Laut memiliki putri bernama Sedah Merah. Siung Laut ingin menikahkan sang putri dengan patihnya, Joto Suro.
Namun, Sedah Merah malah memilih seorang pangeran bernama Pangeran Julang untuk menjadi suaminya dan pergi ke Mataram.
Setelah menjadi Raja Blambangan, Joto Suro menyerang Mataram dan membawa kembali Sedah Merah. Pangeran Julang kalah dan pergi mengungsi. Di Blambangan, Sedah Merah menolak Joto Suro. Sedah Merah akhirnya bunuh diri.Dikisahkan pula, Joto Suro mengangkat patih yang bernama Ario Bendung. Joto Suro pada suatu ketika memerintahkan Ario Bendung pergi untuk menyerang Mataram. Waktu itu, Pangeran Julang, suami Sedah Merah, masih berada di Mataram.
Di Mataram, Ario Bendung diberi tahu bahwa dirinya hanya ditipu Joto Suro. Hal yang terjadi sesungguhnya adalah Joto Suro menginginkan istrinya. Maka, Ario Bendung pulang dari Mataram dan menemukan istrinya sudah terbunuh karena menolak Joto Suro. Terjadilah kemudian pertempuran Ario Bendung melawan Joto Suro.
Joto Suro terkalahkan.
Ario Bendung kemudian kembali ke Mataram untuk mengabarkan keadaan Blambangan kepada Pangeran Julang.
Ada kutipan yang unik dalam Catatan Kerajaan Blambangan.
Dikisahkan bahwa Ario Bendung mengabarkan hanya rakyat Blambangan yang masih hidup. Pangeran Julang lalu menyatakan, masih ada satu orang yang hidup.
Ario Bendung pun menanyakan nama orang yang hidup tersebut. "Pikir sendiri," kata Pangeran Julang.
Ario Bendung mengetahui yang dimaksudkan Pangeran Julang, lalu ia bunuh diri.
Di dalam baris kalimat terakhir cerita itu, dikisahkan bahwa ketika Ario Bendung ke Mataram, Blambangan dilanda lahar. Yang hidup tersisa hanya 10 orang, kemudian lima orang pergi ke Mataram dan lima orang lain menetap di Blambangan.
Imajiner Nuswantoro