Uri-uri Budaya di Petilasan Sang prabu Sri Aji Joyoboyo
Gelar lengkap Sri Aji Joyoboyo adalah Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa. Ia adalah raja terkenal dari Kerajaan Kediri yang memerintah sekitar tahun 1135-1159 M.
Selain gelar abhisekanama tersebut, ia juga dikenal dengan nama Prabu Jayabaya. Ia membawa Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya dan dikenal karena kebijaksanaannya serta kemampuannya dalam meramal masa depan. Ramalan-ramalannya dikenal sebagai Jangka Jayabaya.
![]() |
Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa |
BACA DISINI :
- PASAREAN (makam) SRI AJI JOYOBOYO & KETURUNAN SERTA PUNGGAWANYA DI MAKAM KI AGENG BOTO PUTIH KAWEDUSAN KEDIRI
https://syehhakediri.blogspot.com/2022/07/pasarean-sri-aji-joyoboyo-keturunan.html
Petilasan Sang prabu Sri Aji Joyoboyo terletak di Desa Menang, Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri. Kawasan ini terbagi menjadi dua yaitu pamuksan Sri Aji Joyoboyo dan sendang Tirta Kamandanu. Meskipun berbeda akan tetapi menjadi sebuah kesatuan, di mana sendang tirta kamandanu sebagai kolam mandinya Raja Joyoboyo sedangkan pamuksan adalah tempat di mana hilangnya jiwa beserta jasadnya (muksa). Di dalam kompleks pamuksan terdiri dari loka busana sebagai tempat untuk menanggalkan busana raja, loka mahkota sebagai tempat menanggalkan mahkota, dan loka muksa yang di yakini sebagai sebuah tempat di mana Sang Prabu Sri Aji Joyoboyo muksa ( hilangnya jiwa beserta jasadnya). Bangunan suci loka muksa terdiri dari lingga dan yoni yang menyatu dengan sebuah batu bulat berlubang di bagian tengah yang menyerupai mata. Lingga dan yoni melambangkan unsur hidup manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Batu bulat yang berlubang berbentuk mata melambangkan sisi kewaskitaan perpaduan antara rasional dan irasional dan batu yang berlubang tembus artinya kemampuan untuk melihat jauh kedepan. Kompleks ini memiliki tiga pintu yang berarti sebuah representasi dari kehidupan manusia yaitu; alam kandungan, alam nyata dan alam sukma atau akhirat.
![]() |
Pamuksan Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa |
Sri Aji Joyoboyo adalah sosok seorang raja kerajaan Kediri pada abad XII. Beliau terkenal karena pada masa pemerintahannya, kerajaan Kediri pernah mencapai masa kejayaan. Selain menjadi seorang raja, Sri Aji Joyoboyo juga dikenal sebagai sosok yang waskita (sakti). Beliau memiliki kejernihan batin sehinggga mampu melihat apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Ramalannya tertuang pada sebuah kitabnya yang terkenal berjudul Jangka Jayabaya. Pada setiap tanggal 1 Suro (1 Muharram) diadakan ritual agung di petilasan ini yang diikuti oleh ribuan masyarakat dari berbagai daerah.
Pamuksan Sri Aji Joyoboyo
(Petilasan Sri Aji Jayabaya)
Setelah mengelar doa bersama di balai desa Menang, rombongan melakukan kirab menuju petilasan Jayabaya.
Pada abad XII kerajaan Kediri pernah dipimpin oleh seorang raja yang bergelar prabu Sri Aji Jaya Baya. Dalam sejarah kerajaan Kediri, Jayabaya adalah raja yang dikenal sakti dan mampu meramalkan kejadian yang akan datang. Ramalan itu dikenal dengan "Jongko Joyoboyo. Bahkan beberapa masyarakat percaya ramalan tersebut masih berlaku hingga sekarang.
Selain pada 1 Muharam, pada hari-hari tertentu petilasan ini juga ramai dikunjungi para peziarah.
Menurut para sesepuh desa Menang, Jayabaya adalah titisan dari dewa Wisnu. Yaitu dewa yang menjaga keselamatan dan kesejahteraan di muka bumi. Cerita rakyat yang berkembang di masyarakat pada akhir hidupnya Jayabaya tidaklah meninggal. Melainkan muksa atau raib jiwa beserta jasadnya. Tempat muksa Jayabaya terletak di desa Menang, kecamatan Pagu. Tepatnya sekitar 8 km dari kota Kediri.
Selama prosesi upacara berlangsung, hanya para sesepuh beserta pembawa perlengkapan ubo rampe saja yang diperbolehkan masuk area petilasan.
Menurut Misri sang juru kunci petilasan, ada empat tempat sakral di komplek tersebut. Beberapa tempat itu adalah loka mukso yaitu tempat prabu Jayabaya menghilang atau mukso, loka busana tempat meletakkan busana kebesarannya sebelum muksa, loka mahkota sebuah tempat untuk meletakkan mahkotanya, dan yang terakhir adalah Sendang Tirto Kamandanu tempat pemandian yang biasa digunakan Jayabaya.
Loka Mahkota adalah tempat prabu Jayabaya meletakkan mahkota, beberapa saat sebelum muksa. Bentuk bangunannya menyerupai cungkup mahkota setinggi 4 meter.
Pada awal tahun baru Hijriyah atau 1 Muharam komplek tempat muksanya Jayabaya ramai dikunjungi orang. Mereka datang dengan maksud dan tujuan yang berbeda-beda. Mulai dari sekedar berziarah hingga mencari berkah. Di komplek petilasan pada tanggal 1 Muharam atau 1 Suro digelar berbagai prosesi ritual napak tilas. Acara yang diadakan oleh Yayasan Hontodento dari Yogyakarta dan pemerintah kabupaten Kediri ini, selain untuk menghormati Jayabaya juga dijadikan agenda wisata budaya rutin tiap tahun. Rangkaian prosesi tersebut diawali dengan doa bersama yang digelar di balai desa Menang.
Dalam prosesi tabur bunga, pembawa dan yang menaburkan bunga haruslah gadis yang masih perawan.
Selanjutnya rombongan warga yang mengenakan busana Jawa tersebut, melakukan kirab atau berarakan menuju petilasan. Dalam barisan kirab terdiri dari para sesepuh, pembawa payung pusaka, pembawa bunga dan warga sekitar. Rombongan pembawa ubo rampe atau segala kebutuhan upacara lebih didominasi oleh para gadis yang masih perawan dan para jejaka. Setelah memasuki area petilasan tidak semua rombongan bisa memasuki petilasan. Hanya para sesepuh dan pembawa ubo rampe saja yang boleh masuk. Setelah prosesi upacara selesai, rombongan yang lain baru diperbolehkan masuk.
Peserta ritual lebih banyak didominasi oleh para gadis dan jejaka.
Di area petilasan digelar beberapa prosisi upacara, antara lain prosesi tabur bunga yang dilakukan oleh para perawan disekitar tempat muksanya Jayabaya. Tak jarang dalam prosesi ini para pengunjung berebut bunga yang digunakan ritual tabur bunga. Menurut para peziarah, bunga yang digunakan dalam upacara ini banyak memiliki berkah. Selanjutnya prosesi utama adalah penyemayaman pusaka Jayabaya di lokasi petilasan. Dalam ritual ini dilanjutkan permohonan doa yang dipimpin oleh seorang sesepuh.
Dengan diselimuti aroma dupa seorang sesepuh memanjatkan doa di area petilasan.
Seluruh rangkaian ritual tersebut, diakhiri di Sendang Tirto Kamandanu. Sebuah sendang yang terletak sekitar 1 km dari petilsan tempat muksa Jayabaya. Hal ini dilakukan untuk membuang sial dan pengaruh jahat yang bisa mengganggu para peserta ritual.
Setelah beberapa ritual di kompleks petilasan selesai digelar, rombongan melanjutkan kirab menuju Sendang Tirto Kamandanu
Meskipun seluruh prosesi ini dilakukan setiap satu tahun sekali, tapi pada hari-hari tertentu petilasan Jayabaya juga ramai dikunjungi orang baik dari dalam maupun luar kabupaten Kediri. Menurut warga sekitar petilasan, tak jarang para tokoh politik juga sering melakukan ziarah ditempat ini.
Imajiner Nuswantoro