Sugih Tanpa Bandha, Digdaya Tanpa Aji, Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake
Ungkapan
Jawa sugih tanpa bandha, digdaya tanpa aji, nglurug tanpa bala, menang tanpa
ngasorake tersebut di atas dapat di jadikan pedoman berperilaku dalam hidup
kita. Filosofi yang sangat mendasar, yang akan membuat hidup kita menjadi
kehidupan yang lebih indah, tanpa merendahkan orang lain, kehidupan yang di isi
dengan sikap-sikap kesatria, kehidupan yang jauh dari keserakahan.
Arti
ungkapan Jawa Sugih Tanpa Bandha, Digdaya Tanpa Aji, Ngluruk Tanpa Bala, Menang
Tanpa Ngasorake dapat diartikan sebagai berikut :
1. Sugih
Tanpa Bandha = Kaya tanpa harta.
2. Digdaya
Tanpa Aji = Memiliki kesaktian tanpa ajian.
3. Ngluruk
Tanpa Bala = Menyerang tanpa bala pasukan.
4. Menang
Tanpa Ngasorake = Menang tanpa merendahkan lawan.
Ngluruk
tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sekti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha.
Berjuang
tanpa perlu membawa massa, menang tanpa merendahkan atau memermalukan,
berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan dan keturunan, kaya
tanpa disadari kebendaan.
Sugih
tanpa Bandha, Digdaya tanpa Aji, Nglurug tanpa Bala, Menang tanpa Ngasorake.
Secara
harafiah dapat diartikan: Kaya tanpa Harta, memiliki Kesaktian tanpa Ilmu/benda
pusaka, Menyerang tanpa bala Pasukan, Menang tanpa Merendahkan.
1. Sugih
tanpa bandha. Sugih tanpa bandha, kaya tanpa harta. Kaya yang dimaksud
sebenarnya adalah tidak berkekurangan, artinya bukan semata-mata harta yang
menjadikan tolok ukur. Kaya yang dituju dalam hidup bukanlah pengumpulan harta
benda dan uang selama hidup.Tidak berkekurangan karena kita mempunyai relasi
yang banyak, pertemanan yang banyak, dimana relasi tersebut membuat kita selalu
mudah untuk melakukan segala sesuatu, karena relasi kita, teman-teman kita
secara langsung / tidak langsung mau membantu kita, bahkan dengan sukarela /
ikhlas. Hal tersebut sebenarnya berawal dari kita sendiri, dimana kita juga
dituntut sebelumnya mau melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati, bahkan
tanpa imbalan sekalipun. Dengan demikian, dalam kehidupan kita, budi baik kita,
akan senantiasi diingat orang lain, dan suatu waktu kita membutuhkan bantuan /
pertolongan orang lain, orang lain yang juga dengan sepenuh hati menolong kita /
membantu kita, juga tanpa imbalan.
2. Digdaya
tanpa aji Kekuasaan sering kali tercipta karena suatu kemenangan fisik,
kemenangan mental. Ungkapan Jawa ' digdaya tanpa aji ' tersebut di atas,
kata-kata kekuasaan bukan juga karena kita mempunyai suatu ilmu beladiri / ilmu
tenaga dalam / aji-aji. Namun disini, suatu kekuasaan tercipta karena citra dan
wibawa seseorang, perkataannya, membuat orang lain sangat menghargainya.
Sehingga apa yang diucapkannya, orang lain senantiasa mau mengikutinya.
3. Nglurug
tanpa bala Ungkapan Jawa nglurug tanpa bala dapat di artikan secara harafiah menyerang tanpa pasukan. Di sini memiliki arti bahwa kita haruslah menjadi
orang yang berani bertanggung jawab, berani untuk beraksi walaupun terkadang
tinggal kita sendiri. Sikap ini adalah mencontoh sikap kesatria, yang mana
bukanlah orang yang mudah untuk terhasut, ikut-ikutan, tetapi lebih cenderung
kepada orang yang berani maju, berani meghadapi masalah, berani untuk
bertanggung jawab, walaupun yang lainnya mundur / lari dari masalah tersebut.
4. Menang tanpa ngasorake Ungkapan Jawa menang tanpa ngasorake tersebut memiliki arti bahwa tujuan pencapaian kita yang kita harapkan, kemenangan yang kita inginkan, haruslah tanpa merendahkan orang lain. Secara modern filosopi ungkapan ini sama dengan win-win solution, yang memiliki arti semua pihak yang berselisih paham memiliki hasil yang menguntungkan untuk semuanya.
Ajaran JAWA KUNO
Sugih
tanpa bandha, Digdaya tanpa aji, Nglurug tanpa bala, Menang tanpa ngasorake.
1. Sugih
tanpa bandha (kaya tanpa harta). Kata sugih biasanya selalu dihubungkan dengan
banyaknya harta yang dimiliki oleh seseorang. Kata sugih pada ungkapan ini
mengarah pada konsep kekayaan secara batiniah. Seseorang tidak usah menunggu
kaya untuk bisa memberi sesuatu kepada orang lain. Ketika Anda banyak
dibutuhkan orang, secara batiniah sebenarnya anda sudah menjadi orang kaya.
Tatkala kehadiran Anda sangat berarti bagi orang lain (meaningful presence)
pada saat itu Anda seharusnya merasa bersyukur atas anugerah Tuhan yang telah
memberikan kelebihan sehingga Anda mendapat kesempatan untuk nandur kabecikan
(menanam kebaikan).
2. Digdaya
tanpa aji (Sakti tanpa ajian/ilmu kesaktian). Digdaya artinya tidak mempan
segala jenis senjata. Aji itu bisa berupa mantra atau benda (keris, akik, gada
wesi kuning, dll). Digdaya secara batiniah tatkala kita tidak punya musuh,
tidak pernah menyakiti hati orang, tepa salira dan tenggang rasa. Senjata
andalah kita adalah tresna sejati (cinta sejati) yang membuat orang lain tidak
memiliki alasan untuk membenci, apalagi menyerang kita. Tresna sejati sifatnya
tidak memihak dan semua makhluk berhak mendapatkan tresna sejati yang kita
miliki tresna sejati akan membuat kita menjadi orang merdeka yang mencapai
tentrem (tentram), ayem (tidak terusik) dan lerem (mengendapkan pikiran).
3. Nglurug
tanpa bala (Maju perang tanpa pasukan). Hidup ini laksana peperangan abadi,
bukan secara fisik namun secara batiniah. Seorang kesatria tidak akan gentar
menghadapi pasukan buta (raksasa) sebanyak apapun. Itu setidaknya yang
digambarkan di pewayangan pada perang kembang.
Apakah kita bekerja di lingkungan yang
suka korup ? Di situlah peperangan itu terjadi. Musuh kita bukan rekan/atasan kita
yang koruptor, tetapi musuh terbesar kita adalah nafsu kita sendiri. Tunjukkan
pada lingkungan Anda, bahwa Anda lebih berbahagia dengan makan dari gaji resmi
Anda. Jangan pernah mengeluh saat Anda kekurangan uang. Jangan sombong rohani,
yang menunjukkan Anda paling suci di antara mereka semua. Ketulusan dan
keikhlasan hati Anda akan membuahkan hasil yang tak pernah Anda fikirkan betapa
dahsyat dampaknya.
4. Menang
tanpa ngasorake (menang tanpa merendahkan orang lain). Jangan pernah Anda
berfikir, bahwa hidup adalah persaingan. Kita harus selalu berpijak pada benering
bener (kebenaran sejati). Biasakan berdialog dengan nurani kita, dalam heneng
(tenang) dan hening (mengosongkan fikiran) kita biarkan Tuhan berbicara tentang
hukum baik buruk, boleh tidak boleh, mulia tidak mulia dll. biasakan
mendengarkan suara-Nya. Fikiran kita kadang-kadang ngapusi (menipu).
Biasakan berdoa tengah malam sesuai dengan
agama Anda. Menjaga setiap kata juga merupakan senjata ampuh. Jangan
sekali-kali mengganjal atau merintangi orang lain untuk memperoleh impiannya,
namun sebaliknya Anda harus aktif membantu orang lain untuk memperoleh
keinginannya. Pencapaian cita-cita hanya memuaskan fisik semata, namun
mengalahkan iri hati, dengki, takabur dll. adalah kemenangan sejati. Kemenangan
semacam itu adalah kemenangan tanpa mengalahkan orang lain.
Sembilan filosofi Jawa
1.
URIP IKU URUP
Hidup
itu nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita.
Semakin
besar manfaat yang kita berikan tentunya akan lebih baik.
2.
MEWAYU HAYUNING BAWANA
Manusia
hidup di dunia ini harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan
kesejahteraan serta memberantas segala angkara murka, serakah dan tamak.
3.
SURO DIRO JOYO JAYADININGRAT, LEBUR DENING PANGASTUTI
Segala
sifat keras hati, picik, angkara murka hanya dikalahkan dengan sikap bijak
lembut hati dan sabar.
4.
NGLURUK TANPO BOLO, MENANG TANPO NGASORAKE, SEKTI TANPO AJI AJI, SUGIH TANPO
BONDHO
Berjuang
tanpa massa, Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan lawan.
Berwibawa
tanpa mengandalkan kekuatan, Kaya tanpa didasari kebendaan.
5. DATAN SERIK LAMUN KETAMAN, DATAN SUSAH LAMON KALANGAN
Jangan
gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri, Jangan sedih manakala
kehilangan sesuatu.
6.
OJO GUMUNAN, OJO GETUNAN, OJO KAGETAN LAN OJO ALEMAN
Jangan
mudah terheran heran, Jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut kejut dan
jangan mudah kolokan atau manja.
7.
OJO KETUNGKUL MARANG LELUNGGUHAN, KADONYAN LAN KAMAREMAN
Janganlah
terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan kebendaan
dan kepuasan keduniawian.
8. OJO KEMINTER NDAK KEBLINGER, OJO CIDRO MUNDAK CILOKO
Jangan
merasa pandai agar tidak salah langkah, jangan suka berbuat curang agar tidak
celaka.
9.
OJO ADIGANG ADIGONG ADIGUNO
Jangan
sok kuasa, sok besar, sok sakti.