Sak Kedepe Nitro
ꦱꦏ꧀ꦏꦼꦣꦼꦥꦼꦤꦶꦠꦿꦺꦴ
Dunia ini hanyalah sak kedepe nitro, sedangkan diri ini seluas kehendak Sang Kuasa Allah, dalam bentuk lahir dan batin. Yang ada hanyalah Allah seluas.
Sak kedepe nitro adalah bahasa Jawa yang secara harfiah dapat diartikan sebagai sekejap mata atau dalam sekejap, dengan sedikit penekanan hiperbola.
Penjelasannya per kata :
- Sak berarti 'satu' atau 'se-' (dalam konteks jumlah).
- Kedepe berasal dari kata kedhep atau kedip, yang berarti 'kedipan mata'.
- Nitro kemungkinan besar merupakan variasi fonetik atau hiperbola dari kata moto (mata) atau digunakan untuk penekanan, meskipun sak kedepe moto adalah frasa yang lebih umum digunakan dengan arti yang sama (sekejap mata).
Ungkapan bahasa Jawa ini digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang terjadi atau berlalu dalam waktu yang sangat singkat, cepat, atau sesaat. Misalnya, dalam kutipan dari sebuah buku, dunia ini digambarkan hanya sak kedepe nitro (sesaat saja), yang menekankan sifat kehidupan yang fana. Hidup ini bukan sepenuhnya milik kita. Kita hanya berhenti sebentar di dunia milik-Nya. Kadang kita lupa, bahwa semua ini hanya sementara. Gunakan waktu yang ada dengan bijak, sebelum akhirnya kita kembali pada Pemilik kehidupan.
Seluruh hidup hanyalah sesaat . Oleh karena itu, tugas kitalah untuk memanfaatkannya, bukan menyalahgunakannya. (Plutarch)
Sekilas Plutarch
Plutarch (later named, upon becoming a Roman citizen, Lucius Mestrius Plutarchus; AD 46–AD 120) was a Greek historian, biographer, and essayist, known primarily for his Parallel Lives and Moralia. He is classified as a Middle Platonist. Plutarch's surviving works were written in Greek, but intended for both Greek and Roman readers.
Artinya :
Plutarch (kemudian dinamai Lucius Mestrius Plutarchus setelah menjadi warga negara Romawi ; 46–120 M) adalah seorang sejarawan, penulis biografi, dan penulis esai Yunani, yang dikenal terutama karena karyanya, Parallel Lives dan Moralia. Ia diklasifikasikan sebagai seorang Platonis Pertengahan. Karya-karya Plutarch yang masih ada ditulis dalam bahasa Yunani, tetapi ditujukan untuk pembaca Yunani dan Romawi.
Hidup hanya Sesaat, Jadilah Manusia Bermanfaat
Tujuan Allah menciptakan manusia, yang pertama adalah bahwa Allah SWT ingin manusia berperan sebagai khalifah untuk mengurus dan mengelola bumi. Hal tersebut menyatakan bahwa masing-masing individu (manusia) diciptakan oleh Allah pasti ada tujuan serta gunanya. Namun, pernahkah kita merasa tidak berguna atau bermanfaat? Banyak orang pernah mengalami fase dimana mereka merasa bahwa dirinya tidak berguna untuk orang lain bahkan untuk dirinya sendiri. Itu terjadi karena faktor-faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal dari individu tersebut, namun pada dasarnya hal yang harus diketahui adalah bahwa setiap manusia memiliki kelebihan yang bermanfaat bagi dirinya ataupun orang lain. Nah, Orang yang bermanfaat akan memberikan dampak yang sangat luar biasa baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Allah tidak menyuruh kita untuk menjadi orang yang ditakuti oleh orang lain, juga tidak menyuruh kita menjadi orang yang berpengaruh serta memiliki jabatan, pun tak menyuruh kita menjadi orang yang dikenal oleh orang banyak. Allah hanya menyuruh kita untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama. Itulah alasan mengapa kita mendapatkan kelebihan-kelebihan yang Allah berikan kepada kita; agar kita dapat memanfaatkannya untuk menolong dan membantu sesama.
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang artinya :
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat ath-Thabrani)
Mengapa Kita Harus Menjadi Orang yang Bermanfaat kepada Sesama ?
Allah menakdirkan kepada manusia sebagai makhluk sosial yang tak akan bisa menyelenggarakan kehidupannya sendirian. Semandiri apapun seseorang berusaha menghidupi dirinya sendiri, tentu akan ada masanya ia akan meminta pertolongan kepada orang lain. Allah juga menganugerahkan kepada manusia sebentuk perasaan empati yang akan menggugah hati nuraninya saat ia melihat ketidakberuntungan pada orang lain. Perasaan empati itulah yang akan mendorong manusia melakukan aksi sosial dengan cara membantu sesama. Jadi, dengan takdir manusia sebagai makhluk sosial, ia ingin dibantu dan juga ingin membantu.
Takdir manusia sebagai makhluk sosial ini juga erat kaitannya dengan ajaran Islam yang sangat menekankan sikap untuk saling menolong. Allah sendiri dalam surah Al-Maidah ayat 2 yang artinya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwa lah kamu kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah sangat berat.”
Selain karena memang perintah agama Islam untuk saling membantu, menjadikan diri bermanfaat bagi orang lain akan mengundang pertolongan Allah bagi pengamalnya. “Barangsiapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim)
Tentu kita semua sudah pernah mendengar ungkapan, berdoa tanpa usaha itu bohong dan usaha tanpa doa itu sombong, bukan? Nah, apa yang dijelaskan dalam hadits tersebut merupakan penjelasan dan jawaban dari ungkapan ini.
Allah memang akan menolong hambanya ketika hambaNya berdoa meminta pertolongan. Namun, Allah ingin mengetahui sejauh mana ikhtiar hambaNya tersebut untuk menolong serta menyelesaikan masalahnya sendiri. Salah satu wasilah turunnya pertolongan Allah adalah dengan menolong orang lain.
Penting untuk kita ingat, bahwa apapun yang kita lakukan akan selalu kembali kepada pelakunya. Jika kita melakukan kejahatan, maka suatu hari nanti kita akan mendapatkan balasannya, cepat atau lambat. Sebaliknya, jika kita melakukan hal-hal baik terhadap sesama, maka suatu hari nanti kita akan menerima kebaikan dari orang lain sebagai perantara pertolongan Allah.
Apa yang Harus Kita Lakukan Agar Bermanfaat Bagi Orang Lain ?
Setiap orang bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Memberikan manfaat kepada orang lain tidak harus menunggu kaya, cerdas, berpengaruh, terkenal, punya jabatan. Dengan apa adanya kita, kita bisa memberikan manfaat kepada sesama. Yang kita perlukan untuk menjadikan kehadiran kita bermanfaat bagi orang lain adalah niat dan kita tahu harus melakukan apa agar bermanfaat.
Menjadikan kehadiran kita bermanfaat bagi sesama berarti ikut turut serta dengan sebuah kegiatan atau perkara. Namun bukan berarti kita ikut campur terhadap masalah orang lain. Kita bisa mulai dari hal-hal kecil di lingkungan tempat tinggal kita seperti ikut kerja bakti membersihkan lingkungan, ikut membantu tetangga yang sedang menggelar hajatan, bergantian memberi makanan kepada tetangga tanpa mengharap ganti, menjenguk tetangga yang sedang sakit, memberi makan kucing liar, atau menyediakan sabun dan ember bekas berisi air agar warga bisa mencuci tangan di situ. Bahkan, selalu menyapa tetangga yang lewat di depan rumah atau ketika kita berpapasan dengan tetangga sambil tersenyum termasuk perbuatan yang terpuji dan menyenangkan, lho. Kita kan tidak pernah tahu seberat apa hari yang tengah dilalui tetangga kita. Siapa tahu dengan sapaan dan senyum kita kepada mereka dapat meringankan beban hatinya.
Ketika kita sedang berada di lingkungan kerja, di sela-sela kesibukan bekerja, kita juga bisa lho memberikan arti lebih dari hadirnya kita di kantor. Cobalah sesekali membawa sarapan lebih, siapa tahu tahu itu ada teman yang terburu-buru berangkat ke kantor tanpa sempat sarapan di rumah. Atau menawarkan diri untuk membuatkan kopi atau teh untuk teman-teman ketika pekerjaan kita sudah selesai. Bisa juga kita membersihkan sendiri peralatan bekas makan kita sendiri. Melakukan hal itu sendiri tidak akan menjatuhkan harga diri kita, bukan? Justru akan meringankan pekerjaan orang lain yang bertanggung jawab terhadap hal itu.
Di lingkungan keluarga, kita bisa membantu pasangan mengurus pekerjaan rumah, merawat anak-anak, memberikan hiburan sederhana namun berkualitas, merawat pasangan jika ia sedang sakit, mendengarkan keluh kesah pasangan dan memberikan nasihat jika diminta, dan segala hal yang dapat membahagiakan pasangan dan anak-anak.
Ingat ya. Untuk dapat memberikan manfaat kepada sesama, tak berarti harus mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar. Cukup keinginan dan tekad yang kuat untuk menjadikan diri ini bermanfaat bagi orang lain. Namun demikian, bukan berarti kita tak boleh menggelontorkan uang dalam jumlah besar untuk dimanfaatkan oleh masyarakat. Kalau kita sedang Allah beri kelapangan ekonomi, baik bagi kita untuk menyedekahkan sebagian dari rezeki tersebut agar orang lain juga turut merasakan kebahagiaan yang kita rasakan. Namun, jika kita sedang Allah uji dengan kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan untuk bersedekah dalam bentuk uang, kita tetap bisa memberdayakan apa yang kita miliki dalam diri kita agar bermanfaat bagi sesama, seperti tenaga, waktu, dan ide-ide.
Penting untuk kita tanamkan dalam hati, bahwa apapun yang kita lakukan dan berikan sebagai wujud menjadikan kehadiran kita bermanfaat bagi sesama, jangan sekali-kali mengharapkan balasan atau pujian dari orang lain. Katakanlah orang yang kita bantu membalas semua bantuan yang kita berikan dengan bantuan yang setimpal dengan yang pernah kita berikan, Allah sanggup memberikan balasan yang lebih dari itu. Ingat saja dengan firman Allah surah Al-Qashas ayat 84 yang artinya, “Barangsiapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu.”
Perhatikan pula janji Allah pada surah Al-An’am ayat 160 yang artinya, “Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.”
Al-An'am · Ayat 160
مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْرُ اَمْثَالِهَاۚ وَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ ١٦٠
man jâ'a bil-ḫasanati fa lahû ‘asyru amtsâlihâ, wa man jâ'a bis-sayyi'ati fa lâ yujzâ illâ mitslahâ wa hum lâ yudhlamûn
Artinya :
Siapa yang berbuat kebaikan, dia akan mendapat balasan sepuluh kali lipatnya. Siapa yang berbuat keburukan, dia tidak akan diberi balasan melainkan yang seimbang dengannya. Mereka (sedikit pun) tidak dizalimi (dirugikan).
Tafsir Wajiz / Tafsir Tahlili :
Berkaitan dengan hari pembalasan, Allah menjelaskan tentang anugerah-Nya yang agung terhadap orang mukmin yang berbuat baik. Barang siapa berbuat kebaikan, walaupun sedikit, akan men-dapat balasan sepuluh kali lipat, bahkan bisa lebih dari itu sampai tujuh ratus kali lipat dari amalnya, karena Allah Mahakaya. Hal itu jika amal baik tersebut disertai dengan keikhlasan dan sesuai dengan aturan agama Islam. Dan barang siapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya sebagai bentuk keadilan Allah. Mereka sedikit pun tidak dirugikan atau dizalimi. Allah tidak akan berbuat zalim sedikit pun terhadap hambahamba-Nya, seperti mengurangi pahala atau menambahkan dosa yang tidak diperbuat. Dialah Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang.
Kalau Allah sudah menjanjikan hal seperti ini, apakah kita masih ragu untuk memberikan manfaat bagi orang lain? Setiap individu itu berguna, tergantung bagaimana mereka menyebarkan kebaikan dan kelebihan yang ada pada dirinya.
Hadits Arbain Tentang Hidup di Dunia Hanya Sebentar
Hadits Arbain ke-40 ini membicarakan bahwa kita hidup di dunia ini hanya sebentar.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: أَخَذَ رَسُولُ اللهِ ﷺ بِمَنْكِبَيَّ، فَقَالَ: «كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ»
وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ: إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ المَسَاءَ. وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ. رَوَاهُ البُخَارِيُّ.
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang musafir.”
Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Jika kamu memasuki sore hari, maka jangan menunggu pagi hari. Jika kamu memasuki pagi hari, maka jangan menunggu sore hari. Manfaatkanlah sehatmu sebelum sakitmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. Bukhari, no. 6416)
Keterangan hadits :
Gharib: orang asing dari negerinya, ada waktu berdiam, namun hanya sebentar.
‘Abiru sabiil: musafir, sama sekali tidak menetap, terus berjalan.
Penjelasan hadits :
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits ini jadi dasar agar kita tidak panjang angan-angan. Dunia ini hendaknya tidak dijadikan negeri dan tempat tinggal, sehingga kita jadi merasa tenang ketika berada di dalamnya. Hendaklah dunia hanya dijadikan tempat persiapan peralatan untuk perjalanan. Wasiat para nabi dan pengikutnya telah sama dalam hal ini. Allah Ta’ala telah menceritakan tentang orang beriman dari keluarga Fir’aun,
يَٰقَوْمِ إِنَّمَا هَٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا مَتَٰعٌ وَإِنَّ ٱلْءَاخِرَةَ هِىَ دَارُ ٱلْقَرَارِ
“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS. Ghafir: 39).” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:377)
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Dunia bagi seorang mukmin bukanlah negeri untuk menetap, bukan sebagai tempat tinggal. Hendaklah seorang mukmin berada dalam salah satu keadaan: (1) menjadi seorang gharib (orang asing), tinggal di negeri asing, ia semangat mempersiapkan bekal untuk kembali ke negeri tempat tinggal sebenarnya; (2) menjadi seorang musafir, tidak tinggal sama sekali, bahkan malam dan siangnya ia terus berjalan ke negeri tempat tinggalnya. Makanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma agar hidup di dunia dengan salah satu dari dua keadaan ini.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:378)
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Jika seseorang semangat dalam mempersiapkan bekal safarnya, tentu semangatnya bukan memperbanyak kesenangan dunia.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:381)
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasehati seseorang,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara :
(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
(5) Hidupmu sebelum datang matimu.”
(HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadraknya, 4:341. Al-Hakim mengatakan bahwa hadits ini sahih sesuai syarat Bukhari Muslim namun keduanya tidak mengeluarkannya. Dikatakan oleh Adz-Dzahabiy dalam At-Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib mengatakan bahwa hadits ini sahih).
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Wajib bagi setiap mukmin bersegera beramal saleh sebelum tidak mampu dan terhalang melakukannya, bisa jadi terhalang karena sakit, meninggal dunia, atau mendapati hal-hal yang membuat amal kita sudah tidak lagi diterima.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:390)
Faedah hadits :
- Kita dimotivasi untuk meninggalkan dunia dan zuhud pada dunia.
- Bagusnya pengajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan memberi contoh yang memuaskan.
- Hendaklah kita bersegera memanfaatkan umur, memanfaatkan waktu kuat yaitu masa sehat dan masa hidup.
- Keutamaan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma karena perkataannya terpengaruh dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Bersegera beramal saleh pada waktu kita saat ini, tidak menunda-nundanya, karena kita tidak tahu keadaan setelah itu.
- Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hendaklah setiap mukmin benar-benar memanfaatkan kesempatan dengan sisa umur yang ada.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:391)
Kaedah dari hadits :
Kaedah istitsmar: hendaklah kita sibuk dengan sesuatu yang akan kekal, bukan sesuatu yang akan fana. Artinya, banyaklah sibuk dengan akhirat, sedangkan dunia kita diajak untuk zuhud (ambil sekadarnya saja dari yang halal).
Hidup Hanya Sementara, Ini 7 Ayat Al-Quran tentang Kematian.
Setiap makhluk yang lahir ke muka bumi tentu akan menghadapi kematian di kemudian hari. Inilah mengapa, kematian adalah bagian dari kehidupan. Di dalam agama Islam sendiri pun ditegaskan bahwa hidup di dunia hanyalah sementara.
Dengan kata lain, kematian dan kehidupan adalah suatu penciptaan yang harus diterima dengan ikhlas sebagai landasan ketaqwaan seorang hamba dalam hal beriman.
Namun sayangnya, kematian merupakan salah satu rahasia Allah SWT yang tidak seorang pun tahu kapan datangnya. Meski begitu, beberapa ayat Al-Quran menjelaskan banyak hal tentang kematian dan seharusnya dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.
Manusia pun dianjurkan untuk sering mengingat kematian, agar hidup yang dijalani menjadi lebih terarah dan diisi oleh banyak perbuatan baik sebagai bekal di akhirat kelak.
“Perbanyaklah kalian dalam mengingat penghancur segala kelezatan dunia, yaitu kematian.” (HR at-Tirmidzi)
Berikut surat kematian diterangkan dalam kitab suci umat Islam Al Qur'an :
1. Al-Baqarah ayat 154
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 154 yang artinya :
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya."
2. Ar-Rahman ayat 26-27
Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Rahman ayat 26-27 yang artinya:
"Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan."
3. Al-Mulk ayat 2
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Mulk ayat 2 yang artinya:
"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."
4. Al-Jumuah ayat 8
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Jumuah ayat 8 yang artinya:
"Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
5. Ali Imran ayat 145
Allah SWT berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 145 yang artinya:
"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."
6. Al-Qiyamah ayat 26-30
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Qiyamah ayat 26-30 yang artinya:
"Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan. Dan dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang dapat menyembuhkan?" Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), Dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan), Kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau.
7. Al-Munafiqun ayat 11
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Munafiqun ayat 11 yang artinya:
"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan."
Sak Kedepe Moto Aku Iso Lali
Chord Gitar RASAKNO - Guyon Waton.
Lagu ini ditulis oleh Andreas Wahyu Susilo Jati
Intro : C Am F G
C G
C -G/B Am
sak kedepe moto.. aku iso lali
F G
marang sliramu sing tau nglarani..
C -G/B Am
sak jembare roso.. sabarku ning ati
F G
wes ra bakal iso nompo kowe bali..
Int. F G C..-G
C -G/B Am
salahmu mbiyen.. kowe ngliyo ati
F G
ngilangke roso percoyo ati iki..
C -G/B Am
nganti tekan tibo.. wayahe wes ganti
F G
kowe getun enggal njaluk bali..
Reff :
F G
ora ngrumangsani
Em Am
aku sing paling setyo
Dm G
aku sing paling gemati
C
nanging kowe milih wong liyo
F G
aku ora perduli
Em Am
saiki kowe dilarani
Dm G F
kowe di sio-sio mbasan ngerti aku..
G C
sing s'lalu ono..
C Am
salahmu mbiyen.. kowe ngliyo ati
F G
ngilangke roso percoyo ati iki..
C Am
nganti tekan tibo.. wayahe wes ganti
F G
kowe getun enggal njaluk bali..
Reff :
F G
ora ngrumangsani
Em Am
aku sing paling setyo
Dm G
aku sing paling gemati
C
nanging kowe milih wong liyo
F G
aku ora perduli
Em Am
saiki kowe dilarani
Dm G F
kowe di sio-sio mbasan ngerti aku..
G C
sing s'lalu ono..
F G
ora ngrumangsani..
(overtune)
-A G A
ora ngrumangsani..
F#m Bm
aku sing paling setyo
Em A
aku sing paling gemati
D
nanging kowe milih wong liyo..
G A
aku ora perduli
F#m Bm
saiki kowe dilarani
Em A G
kowe di sio-sio mbasan ngerti aku..
A D
sing s'lalu ono..
G
mbasan ngerti aku..
A D Bm
sing selalu ono..
G A
saiki aku.. uuuuuuu..
D
wes ora ono..
Sumber Referensi :
- Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam. Cetakan kesepuluh, Tahun 1432 H. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
- Khulashah Al-Fawaid wa Al-Qawa’id min Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Syaikh ‘Abdullah Al-Farih.
- Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya.
Imajiner Nuswantoro

