IBU PERTIWI
Ibu pertiwi merupakan tempat manusia berpijak, beraktifitas, mencari makan dari lahir hingga mati. Dalam pandangan lain Bumi sangat penting bagi semua makhluk hidup. Sehingga harus dihormati dan dijaga.
Ibu Pertiwi merupakan personifikasi nasional Indonesia, sebuah perwujudan tanah air Indonesia. Sejak masa prasejarah, berbagai suku bangsa di kepulauan Nusantara sudah menghormati roh alam dan kekuatan bumi, mereka mengibaratkannya sebagai ibu yang memberikan kehidupan, sebagai dewi alam dan lingkungan hidup. Setelah diserapnya pengaruh Hindu sejak awal millenia pertama di nusantara, dia dikenal sebagai Dewi Pertiwi, dewi bumi.
Ibu Pertiwi populer dalam berbagai lagu dan puisi perjuangan bertema patriotik, seperti lagu Ibu Pertiwi dan Indonesia Pusaka. Dalam lagu kebangsaan Indonesia Raya, lirik dalam bait Jadi pandu ibuku, kata ibu di sini merujuk kepada Ibu Pertiwi. Meskipun Ibu Pertiwi populer dalam berbagai lagu dan puisi perjuangan, perwujudan fisik dan citranya jarang ditampilkan di media massa Indonesia.
Ibu Pertiwi dianggap sebagai sebuah perwujudan tanah air Indonesia, atau dikenal dengan istilah personifikasi nasional untuk negara Indonesia. Personifikasi nasional merupakan perwujudan bentuk manusia dari sebuah negara. Contohnya, negara Amerika Serikat disebut Negeri Paman Sam, sedangkan Indonesia dikenal sebagai Bumi Ibu Pertiwi. Dalam perjalanannya, sejak zaman pra-aksara, berbagai suku bangsa di kepulauan nusantara sudah menghormati roh alam dan kekuatan bumi. Mereka mengibaratkan alam sebagai seorang ibu yang memberikan kehidupan. Keyakinan tersebut menyebabkan banyaknya pemujaan pada alam dan tempat-tempat tertentu pada zaman itu, guna meminta petunjuk, perlindungan, dan mengucapkan terima kasih kepada alam yang telah memberikan kehidupan. Rasa terima kasih terhadap alam sering dilakukan masyarakat melalui berbagai macam upacara adat, persembahan sesajian ataupun sedekah bumi.
Masuknya pengaruh Hindu membuat keyakinan masyarakat bergeser dari kepercayaan kepada roh-roh alam menjadi keyakinan kepada Dewa-Dewi. Pada masa inilah masyarakat mengenal nama Dewi Pertiwi. Dewi Pertiwi adalah salah satu dewi dalam agama Hindu yang disebut sebagai Ibu Bumi. Dewi Pertiwi juga disebut dalam beberapa nama, diantaranya Dhra, Dharti, dan Dhrthri, yang artinya yang memegang semuanya. Ia merupakan istri dari Dewa Dyaus Pita yang disebut sebagai Dewa Angkasa. Bisa dibilang, dari Dewi Pertiwi inilah personifokasi Ibu Pertiwi muncul.
Istilah Ibu Pertiwi sering muncul dalam lagu-lagu patriotik. Salah satunya adalah lagu yang berjudul Ibu Pertiwi karya Ismail Marzuki (namun, ada pendapat bahwa lagu ini disusun oleh komposer Kamsidi Samsuddin sekitar tahun 1908). Lagu Ibu Pertiwi memiliki makna negeri yang kaya raya dengan tanah subur makmur, tetapi belum mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyat. Uniknya, Ibu Pertiwi tidak hanya terdapat dalam lagu-lagu Indonesia, tetapi juga Malaysia. Di Malaysia, Ibu Pertiwi terdapat dalam lagu kebangsaan Sarawak yang berjudul, Ibu Pertiwiku. Untuk maknanya kurang lebih sama dengan makna Ibu Pertiwi di Indonesia, yaitu tanah air.
Begitulah telaah singkat mengenai asal usul istilah Ibu pertiwi.
Bumi oleh nenek moyang disebut sebagai Ibu Bumi, Ibu Pertiwi atau Ibu Shinta. Mengapa karena bumi sebagai tempat dimana manusia lahir dan ke mana jasad kelak berbaring. Bumi yang memberikan kehidupan seluruh mahkluk hidup di dunia ini. Manusia makan dan minum dari sari sarinya bumi lewat flora fauna maupun air. Oleh sebab itu setiap bapak tani memulai menanam padi ataupun memanennya senantiasa diiringi dengan upacara ritual termasuk rasa syukur dengan istilah sedekah bumi, bersih desa dll. Begitu sakralnya bumi maka oleh komunitas Badui dipantangkan bercocok tanam menggunakan alat ciptaan manusia seperti cangkul, alat pembajak apa lagi traktor. Cukup dengan sebatang kayu yang diruncingkan. Mereka pantang pula meludah langsung ke bumi.
Beberapa lagu nasional lain juga dengan jelas menggunakan kata ibu pertiwi sebagai metafora dari tanah tumpah darah, seperti lagu Ibu Pertiwi dan Indonesia Pusaka.
Ibu, dalam berbagai kebudayaan, memiliki arti dan nilai penting. Bahasa Indonesia sendiri melekatkan kata ibu pada metafora yang mengandung makna inti atau yang utama di antara beberapa hal.
Sementara kata pertiwi diartikan sebagai bumi, dewi yang menguasai bumi, dan atau tanah tumpah darah.
Pertiwi merujuk pada salah satu dewi sakti dalam ajaran Hindu, yakni Dewi Pertiwi dalam bahasa Sanskerta prthivi yang merupakan Dewi Bumi.
Nama lain dari Dewi Pertiwi adalah Bhumi, Bhuma Devi, atau Bhudevi. Dewi Bumi ini berpasangan dengan Bapak Langit, Dyaus Pita.
Ibu Bumi dan Bapak Angkasa ini menjadi metafora dalam bidang pertanian. Ibu Bumi, menurut Andrianus Sudarmanto, salah satu pengajar bahasa Universitas Surakarta, menyimbolkan tanah tempat berpijak, lahan tempat bersemi dan tumbuhnya benih. Sementara Bapak Langit atau Bapak Angkasa adalah sumber air.
Hal tersebut juga bertalian dengan kisah Dewi Sri atau Dewi Padi yang melambangkan tanah pertanian dan kesuburan.
Sejak dulu, ibu itu sudah dianggap sakti. Cerita-cerita rakyat di Nusantara pada umumnya selalu dimulai dari semacam buluh bambu, kemudian keluar buih, lahirlah putri dan menghasilkan suatu masyarakat tertentu.
Konsep ibu sebagai tanah air bukan cuma dikenal di Nusantara, tapi juga di negara-negara belahan bumi lain seperti Rusia, Kanada, Australia, dan Hungaria yang mengenal istilah motherland.
Ibu menjadi personifikasi bumi atau alam karena keduanya memiliki karakter sama: memberi dan menopang kehidupan. Sama halnya seperti perempuan yang juga memiliki karakter dan kekuatan serupa dalam menghasilkan dan memelihara kehidupan.
Ibu memiliki nilai sakral karena menjadi satu-satunya pintu bagi lahirnya kehidupan. Kita bisa menelusurinya bukan hanya dari ajaran Hindu, tapi juga kebudayaan Mesopotamia yang mengenal Ishtar sebagai dewi kehidupan.
Ibu dalam berbagai kebudayaan memiliki peran penting. Meski tidak menonjol, tapi juga tidak kecil. Konsep itu kemudian mengalami sedikit perubahan makna terkait ideologi tertentu.
Bahasa itu bagian dari budaya. Jadi semula enggak ada kepentingan-kepentingan ideologi dan sebagainya. Itu (ideologi) baru ditempelkan kemudian.
Konsep ibu pertiwi atau mother earth dianggap sebagai sudut pandang umum dalam melihat peran gender dan konsep femaleness yang diekspresikan dalam kehidupan sosial.
Cynthia Enloe, profesor serta peneliti Kajian Gender dan Wanita Clark University Amerika Serikat, mengatakan bahwa konsep ibu pertiwi telah digunakan secara politis oleh lelaki untuk menekan perempuan hanya pada satu peran: ibu.
Ibu yang dimaksud adalah seseorang yang bertugas melahirkan dan mengurus anak. Tak lebih dari itu.
Meskipun dalam sejarahnya, ibu memiliki makna yang jauh lebih luas dan dalam.
Untuk laki-laki, motherland juga membentuk peran maskulin yang dalam pikiran mereka. Mengamuflase aksi dan kebijakan yang menindas (tanah air).
Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Mas intannya terkenang
Hutan gunung sawah lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang susah
Merintih dan berdoa