Serat Darma Gandul Macapat
Jilid I & 2
(Terjemahan Bebas dan Naskah Asli)
Serat Darmagandhul (bukan Darmogandul) adalah sastra Jawa klasik dalam bentuk tembang macapat yang menceritakan peristiwa runtuhnya Kerajaan Majapahit akibat serangan Kesultanan Demak yang dibantu oleh Walisongo. Meskipun bukan satu "jilid", serat ini merupakan analisis sejarah penting mengenai runtuhnya Majapahit, dengan dialog tokoh-tokoh masa lalu, seperti Raja Brawijaya V, sebagai bahan studi sekunder bagi para ahli.
Berikut keterangan penting mengenai Serat Darmagandhul
1. Bentuk Sastra. Tembang macapat, sebuah bentuk puisi tradisional Jawa.
2. Isi Cerita. Kronik mengenai runtuhnya Majapahit karena serangan Demak dan peran Walisongo.
3. Nilai Historis. Digunakan oleh para ahli sebagai bahan studi sekunder untuk memahami peristiwa sejarah runtuhnya Majapahit.
4. Tokoh. Melibatkan dialog tokoh-tokoh pada masa itu, termasuk Raja Brawijaya V.
Serat Darmagandhul
Serat Darmagandhul (bahasa Jawa: ꦱꦼꦫꦠ꧀ꦣꦂꦩꦒꦟ꧀ꦝꦸꦭ꧀) adalah suatu karya Sastra Jawa Baru berbentuk puisi tembang macapat yang menceritakan jatuhnya Majapahit karena serbuan tentara Demak yang dibantu oleh Walisongo.
Darmagandhul ditulis oleh Ki Kalamwadi, dengan waktu penulisan hari Sabtu Legi, 23 Ruwah 1830 Jawa (atau sangkala Wuk Guneng Ngesthi Nata, sama dengan 16 Desember 1900). Sebagian ada yang berpendapat bahwa pengarang sesungguhnya adalah Ronggowarsito dengan nama samaran Kalamwadi, yang dalam bahasa Jawa dapat pula berarti kabar (kalam) yang dirahasiakan (wadi). Karya ini ditulis dalam bentuk dialog yang terjadi antara Ki Kalamwadi dan muridnya Darmagandhul. Namun teori itu mudah terbantah, karena Ronggowarsito telah meninggal 29 tahun sebelumnya. Sampai saat ini penulisnya masih perlu diteliti identitas sebenarnya.
Dialog diawali dari pertanyaan Darmagandhul kepada gurunya mengenai kapan terjadinya perubahan agama di Jawa. Disebutkan bahwa Ki Kalamwadi kemudian memberikan keterangan-keterangan berdasarkan penjelasan dari gurunya, yang bernama Raden Budi. Cerita dan ajaran yang diuraikan oleh Ki Kalamwadi memuat berbagai hal; antara lain jatuhnya kerajaan Majapahit, berbagai peranan Walisongo dan tokoh-tokoh lainnya pada awal masa peralihan Majapahit-Demak, topik-topik dalam ajaran agama Islam, serta terjadinya benturan berbagai budaya baru dengan kepercayaan lokal masyarakat Jawa saat itu.
Hampir seluruh isi Serat Darmagandul merupakan bentuk turunan dari cerita babad yang telah ada sebelumnya. Kitab yang dimaksud adalah Babad Kadhiri yang ditulis pada tahun 1832 oleh Mas Ngabehi Purbawijaya dan Mas Ngabehi Mangunwijaya. GWJ. Drewes, seorang orientalis Belanda, mengungkapkan bahwa Babad Kadhiri menyediakan tema utama dan ide bagi penulisan Serat Darmagandul.
Pembagian isi
Menurut versi KRT Tandhanagara,[1] Suluk Darmagandhul memiliki 17 pupuh dalam 133 halaman, dengan perincian sebagai berikut :
Serat Darmagandhul tidak dibagi berdasarkan isi atau tema tertentu, melainkan strukturnya dibagi dalam pupuh (jenis-jenis tembang Jawa) dan halaman. Salah satu versi mengklasifikasikan serat ini menjadi 17 pupuh yang tersebar dalam 133 halaman. Isi serat itu sendiri berupa dialog antara Sunan Kalijaga dan Prabu Brawijaya tentang runtuhnya Majapahit dan ajaran agama, yang seringkali dipandang sebagai sumber sejarah sekunder yang kontroversial.
Berikut adalah rincian pembagian Serat Darmagandhul
1. Struktur Sastra
Serat Darmagandhul ditulis dalam bentuk puisi tembang mocopat.
Pembagiannya adalah berdasarkan pupuh (jenis tembang Jawa), seperti Pupuh I, Pupuh II, hingga Pupuh XVII, dalam salah satu versi.
2. Pembagian Berdasarkan Versi
Menurut versi KRT Tandhanagara, serat ini memiliki 17 pupuh.
Serat ini dibagi dalam bentuk prosa dan puisi, dengan beberapa versi memiliki 18 pupuh (puisi) dan 10 pupuh (prosa).
3. Isi Utama
Serat Darmagandhul berisi dialog antara Sunan Kalijaga dengan Prabu Brawijaya.
Isinya membahas keruntuhan Majapahit dan perdebatan antara ajaran Islam dan Kristen.
Serat ini berisi penghinaan terhadap ajaran Islam dan mengaitkannya dengan kisah-kisah dari Bible.
4. Sifat Karya
- Serat Darmagandhul dianggap sebagai bahan sejarah sekunder mengenai runtuhnya Majapahit.
- Karya ini mengandung cacat ilmiah dan kontroversi seputar penulisnya, namun masih ada pihak yang menjadikannya sumber sejarah.
- Isi serat sering kali berisi ajakan untuk meninggalkan ajaran Islam dan memeluk ajaran Kristen.