TABAYYUN
Zaman sekarang ini sering sekali kita mendengar kabar berita-berita, media cetak, maupun online dan dunia media sosial lainnya yang kadang-kadang bisa membuat emosi dan perasaan kita hanyut di buatnya, bahkan bisa membuat kita terkecoh dan jengkel, marah, padahal berita yang kita terima itu belum tentu kebenarannya. Apalagi saat ini trend dengan berita-berita hoax hingga ora pokro (tidak benar).
Maka oleh itu kita sebagai fitrah manusia yang baik jangan asal terima saja berita-berita yang belum tentu kebenarannya itu. Dalam bahasa agama disebut dengan Tabayyun (kelarifikasi).
Tabayyun dalam Islam dibedakan menjadi dua, yaitu pengertian secara bahasa dan istilah. Secara bahasa tabayyun adalah mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas dan benar keadaan sesungguhnya. Menurut KBBI diartikan sebagai pemahaman atau penjelasan.
Sementara secara istilah tabayyun adalah meneliti dan menyeleksi suatu berita, tidak secara tergesa-gesa dalam memutuskan suatu permasalahan baik dalam perkara hukum, kebijakan publik, politik, ekonomi, lingkungan tempat kita tinggal juga bekerja hingga menjudtice (menghakimi) seseorang tanpa sebab (hukum ingkrah) sampai jelas benar permasalahnnya, sehingga tidak ada pihak yang merasa terdzolimi atau tersakiti dan terhindar dari perpecahan antar sesama manusia.
Setiap muslim wajib melaksanakan tabayyun tanpa terkecuali, terutama di zaman yang penuh dengan fitnah seperti sekarang. Dan mudah sekali orang terpengaruh, sehingga timbul saling menghujat dan menyalahkan. Dengan demikian sangatlah penting bagi seorang muslim untuk mengamalkan sifat dan sikap terpuji yang satu ini.
Tabayyun merupakan salah satu akhlak mulia dan salah satu prinsip penting dalam menjaga kemurnian agama Islam dan keharmonisan dalam pergaulan sosial. Kalau kita melihat para ulama dalam meneliti hadits-hadits Rasulullah saw pun selalu menerapkan prinsip tabayyun. Dengan begitu baik perkataan, perbuatan, sikap dan sifat rasul sampai sekarang digambarkan dengan baik dan benar di dalam hadits-hadits sesuai dengan kenyataannya.
Begitu juga dalam kehidupan bermasyarakat seseorang akan terhindar dari permusuhan antar sesama muslim atau manusia yang lain karena bisa bertabayyun dengan sempurna. Allah swt bahkan memerintahkan umat muslim agar selalu bertabayyun dalam mencari kebenaran dari apa yang telah kita dengar, karena memang di situlah setan dengan tipu muslihat menggoda iman kita untuk langsung menghakimi seseorang bersalah tanpa menanyakan tentang kebenaran yang sesungguhnya, hal ini begitu mengkhawatirkan terutama ketika kita bermasyarakat atau bersosial pada umumnya.
Seperti firman Allah swt sebagai berikut :
Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian (al-Hujurât/49:6).
Asbabun Nuzul dari ayat di atas sendiri adalah ketika Rasulullah saw mengajak seseorang yang bernama Al Harits untuk masuk Islam. Setelah di ajak oleh Baginda Rasul ia pun menyatakan diri masuk Islam dan pulang kepada kaumnya untuk mengajak masuk agama Islam. Pada saat itu juga Rasulullah saw mengajak untuk menunaikan zakat yang disepakati oleh Al Harits.
Ketika waktu telah tiba, Rasulullah saw mengutus seseorang bernama Al Walid bin Uqbah untuk mengambil zakat yang telah di janjikan. Namun di dalam perjalanan hati Al Walid bin Uqban menjadi gentar dan kembali ke Rasulullah saw tanpa datang ke tempat yang seharusnya dituju yaitu Al Harits. Ketika kembali ia kemudian mengarang cerita bahwa Al Harits tidak mau menyerahkan zakat dan mengancam membunuhnya. Mendengar cerita tersebut Rasulullah saw mengutus utusannya untuk datang kepada Al Harits. Namun ternyata utusan itu bertemu Al Harits ditengah-tengah perjalanan yang sedang menuju ke tempat Rasul dengan membawa zakat yang telah di janjikan.
Setelah bertemu Rasulullah Al Harits menceritakan yang sebenarnya. Dan Kemudian turunlah QS Al Hujurat ayat 6 :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ
Dimana sebagai sebuah peringatan bagi umat muslim agar selalu bertabayyun dalam menghadapi informasi yang terdengar oleh telinga kita. Dan tentunya meminta penjelasan dari kedua belah pihak. Sangat berbahaya jika tidak bertabayyun, karena bisa menimbulkan perpecahan sampai pertumpahan darah. Sudah diketahui di atas bahwa prinsip tabayyun yaitu sikap berhati-hati lebih baik untuk mengecek ulang kembali informasi yang telah kita terima.
TABAYYUN ADALAH MENCARI KEJELASAN DAN KEBENARAN
Tabayyun atau tabayun adalah upaya mencari kejelasan atau kebenaran akan suatu hal. Dalam buku berjudul Akidah Akhlak yang diterbitkan Kemenag RI, dijelaskan arti tabayyun atau tabayun adalah mencari kejelasan hingga terang dan benar.
Dalam Islam, perintah tabayyun atau tabayun adalah tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 6. Diperintahkan untuk selalu bersungguh-sungguh mencari kejelasan agar tidak menimpakan musibah tanpa pengetahuan pada kaum lainnya.
MEMAHAMI MAKNA TABAYYUN
Istilah tabayyun adalah bentuk tidak baku dari tabayun. Asal arti tabayyun adalah dari akar kata dalam bahasa arab tabayyana-yatabayyanu-tabayyanan. Dalam buku berjudul Kamus Arab-Indonesia oleh Ahmad Warson Munawwir, dijelaskan arti tabayyun atau tabayun dari akar kata itu adalah mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas benar keadaannya.
Arti tabayyun atau tabayun adalah menyeleksi informasi atau berita dengan melakukan check dan recheck, memverifikasi, dan mencari kebenaran dari informasi tersebut jelas.
Dalam Islam, perintah untuk selalu ber-tabayyun atau tabayun adalah tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 6. Diperintahkan bagi orang-orang beriman selalu bersungguh-sungguh mencari kejelasan agar tidak menimpakan musibah tanpa pengetahuan pada kaum lainnya.
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kamu seorang fasik membawa suatu berita, maka bersungguh-sungguhlah mencari kejelasan agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa pengetahuan yang menyebabkan kamu atas perbuatan kamu menjadi orang-orang yang menyesal, arti dari QS. Al-Hujurat ayat 6.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ
TATA CARA BERTABAYYUN
Ada cara bertabayyun atau tabayyun yang perlu diketahui guna mencapai sesuatu yang benar dan jelas. Dalam kajian teori penelitian yang diterbitkan Universitas Islam Negeri Alauddin, ada enam metode atau tata cara bertabayyun atau tabayyun :
1. Cara bertabayyun atau tabayun adalah pertama mengembalikan permasalahan kepada Allah, Rasul, dan orang yang pandai.
2. Cara bertabayyun atau tabayun adalah kedua bertanya atau berdiskusi dengan orang yang menjadi objek dalam masalah tersebut.
3. Cara bertabayyun atau tabayun adalah ketiga memusatkan perhatian dengan baiik, merujuk kembali permasalahan jika ternyata belum jelas.
4. Cara bertabayyun atau tabayun adalah keempat mengambil pengalaman dan perhatian selama menjalin kehidupan dan pergaulan.
5. Cara bertabayyun atau tabayun adalah kelima mempertemukan dua pihak yang bertikai bila menghukum dan mengadili.
6. Cara bertabayyun atau tabayun adalah keenam mendengarkan secara langsung dari orang yang menjadi objek lebih dari satu kali antara waktu yang lama.
TABAYYUN YANG SERING DILUPAKAN
Tabayyun adalah salah satu ajaran Islam yang sudah dikenalkan sejak zaman Rasulullah SAW. Dalam dunia modern seperti saat ini tabayyun bisa diartikan sebagai cek dan ricek atas sebuah kabar yang beredar. Ironinya kini banyak umat Islam yang justru melupakan pentingnya tabayyun.
Tak jarang, demi ingin disebut sebagai pihak pertama yang memberikan informasi, seseorang dengan gampangnya membagikan kabar tanpa tabayyun atau melakukan cek dan ricek tentang kebenarannya. Kabar dengan cepat menyebar dari satu WhatsApp Group ke WA Group lainnya, di berbagai media sosial hingga ngobrol warung.
Puluhan bahkan mungkin ratusan orang dengan cepat mendapatkan informasi tersebut. Jika informasi yang disebar adalah sebuah kebenaran, tentu tak jadi soal. Bakal menjadi masalah ketika informasi tersebut tidak benar dan bahkan cenderung ke arah fitnah, akibatnya bisa sangat fatal.
Sering kita mendengar sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Ini bukan sekadar ungkapan, tetapi ada dalilnya yakni firman Allah SWT dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 191
وَٱلْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ ٱلْقَتْلِ
Fitnah itu bahayanya lebih besar dari pembunuhan.
Begitu bahayanya fitnah tentu membuat kita umat Islam harus lebih hati-hati jika ingin menyebar sebuah informasi di media sosial, WhatsApp Group atau perangkat teknologi yang lain. Kini bukan lagi sekadar jaga mulut, karena mulutmu adalah harimaumu tetapi juga tahan jempolmu, sebab jika sembrono bisa membahayakanmu.
Di zaman teknologi modern seperti saat ini, tabayyun bukan suatu perkara yang sulit. Kuncinya terletak pada kemauan kita umat Islam untuk melakukan cek dan ricek akan sebuah informasi. Dan perlu diingat bahwa tabayyun adalah perintah Allah SWT dalam Al Quran di surat Al Hujarat ayat 6.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang yang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Di dalam tafsir Al-Mukhtashar disebutkan melalui surat Al Hujarat ayat 6 Allah SWT memperingatkan orang-orang beriman dari kabar yang dibawa oleh orang fasik. Seorang yang beriman harus memastikan kebenaran kabar itu sebelum mempercayai dan menyebarkannya. Tujuannya agar kabar ini tidak menjerumuskan mereka ke dalam perbuatan zalim terhadap orang yang tidak bersalah, sehingga mereka menjadi menyesal karena sifat terburu-buru.
Ada sebuah cerita di masa Rasulullah SAW. Ketika itu seorang bernama Abdullah bin Ubay menyebarkan fitnah atas diri Aisyah RA istri Rasulullah SAW. Dengan cepat rumor tentang Aisyah itu beredar di kalangan penduduk Madinah dan meresahkan Rasulullah SAW serta para sahabat.
Disebutkan dalam sejumlah riwayat, Rasulullah SAW pun sempat bimbang dengan adanya rumor tersebut. Hingga akhirnya sebulan setelah rumor beredar, Allah SWT menunjukkan kebenaran untuk membantah fitnah Abdullah bin Ubay atas diri Aisyah istri Rasulullah SAW.
Allah SWT berfirman dalam Al Quran Surat An Nur ayat 12
لَّوْلَآ إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتُ بِأَنفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا۟ هَٰذَآ إِفْكٌ مُّبِينٌ
Artinya: Mengapa di saat kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata".
Dalam Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah disebutkan bahwa semestinya orang-orang beriman ketika mendengar ucapan para pembawa berita bohong itu hendaklah mengukur hal itu pada diri mereka sendiri. Apabila hal itu tidak mungkin terjadi pada mereka, sudah barang tentu mustahil lagi terjadi pada Aisyah RA sang Ummul Mukminin.
Disebutkan dalam sebuah riwayat, Abu Ayyub al-Anshari pernah ditanya istrinya tentang rumor mengenai Aisyah RA. "Apakah kamu telah mendengar apa yang dikatakan orang-orang tentang 'Aisyah?" tanya istri Abu Ayyub.
Abu Ayyub pun menjawab, "Ya, aku telah mendengarnya, dan itu adalah berita bohong. Apakah mungkin kamu akan melakukan hal seperti itu hai Ummu Ayyub?"
Istri Abu Ayyub menjawab, "demi Allah, itu tidak mungkin aku lakukan."
Abu Ayyub berkata, "demi Allah, sungguh Aisyah lebih baik dan lebih suci darimu, itu semua hanyalah kebohongan dan tuduhan batil."
Berdoa dan berlindung kita kepada Allah SWT agar diberi kekuatan untuk menghindari perbuatan fitnah dan terhindar dari berbagai macam fitnah.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Artinya: "Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, serta dari kejahatan fitnah al-masikh ad-Dajjal" (Hadits riwayat Imam Muslim dari Anas dan Abu Hurairah).
TABAYYUN ADALAH MENCARI INFORMASI
Tabayyun semakin dibutuhkan di era gegasnya informasi yang belum terbukti kebenarannya. Tabayyun adalah istilah di agama Islam yang merujuk pada suatu sikap yang bisa diambil oleh seseorang tentang suatu informasi yang benar dan sesuai fakta.
Perintah tabayyun merupakan peringatan, jangan sampai umat Islam melakukan tindakan yang menimbulkan dosa dan penyesalan akibat keputusan yang tidak didahului dengan tabayyun, yang bisa mencelakakan dan merugikan orang lain.
Tabayyun terhadap suatu berita yang didengar maupun dibaca mempunyai efek yang sangat besar terhadap masyarakat. Pengaruh berita ini dapat membentuk opini masyarakat terhadap sesuatu menjadi baik dan buruk. Dalam Islam tidak boleh sembarangan dalam menerima dan menyebarkan suatu berita.
Firman Allah SWT. QS. Al-Hujurat 49: 6:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ
Wahai orang-orang yang beriman, jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.
Dalam buku berjudul Akidah Akhlak yang diterbitkan Kementerian Agama RI, dijelaskan arti tabayyun atau tabayun adalah mencari kejelasan hingga terang dan benar.
Istilah tabayyun adalah bentuk tidak baku dari tabayun. Asal arti tabayyun adalah dari akar kata dalam bahasa arab tabayyana-yatabayyanu-tabayyanan. Dalam buku berjudul Kamus Arab-Indonesia oleh Ahmad Warson Munawwir, dijelaskan arti tabayyun atau tabayun dari akar kata itu adalah mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas benar keadaannya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan arti tabayyun atau tabayun adalah pemahaman atau penjelasan.
Dalam dunia ilmu pengetahuan atau informasi, tabayyun adalah mencari suatu data dan fakta yang sebenarnya untuk dipahami atau dimanfaatkan.
Jadi pengertian tabayyun adalah meneliti dan menyeleksi berita, tidak tergesa-gesa dalam memutuskan masalah baik dalam hal hukum, kebijakan dan sebagainya hingga jelas benar permasalahannya.
Di dalam Al-Qur'an sendiri kata fatabayyanu disebutkan dua kali, yakni pada surah an-Nisa’ ayat 94 dan surah al-Hujurat ayat 6.
An-Nisa': 94
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا ضَرَبْتُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَتَبَيَّنُوْا وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ اَلْقٰىٓ اِلَيْكُمُ السَّلٰمَ لَسْتَ مُؤْمِنًاۚ تَبْتَغُوْنَ عَرَضَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۖفَعِنْدَ اللّٰهِ مَغَانِمُ كَثِيْرَةٌ ۗ كَذٰلِكَ كُنْتُمْ مِّنْ قَبْلُ فَمَنَّ اللّٰهُ عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا
Al-Hujurat ayat 6 :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ
Tetapi kata yang hampir sama dengan kata tabayyun banyak disebutkan oleh Alquran, seperti kata tabayyana.
Disebutkan dalam Al-Qur'an sebanyak 10 kali :
1. Surah al Baqarah ayat 109,
وَدَّ كَثِيْرٌ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ لَوْ يَرُدُّوْنَكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ اِيْمَانِكُمْ كُفَّارًاۚ حَسَدًا مِّنْ عِنْدِ اَنْفُسِهِمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۚ فَاعْفُوْا وَاصْفَحُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Artinya :
Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapangdadalah, sampai Allah memberikan perintah-Nya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
2. Surah al-Baqarah ayat 256,
لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗوَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
3. Surah al-Baqarah ayat 259,
اَوۡ كَالَّذِىۡ مَرَّ عَلٰى قَرۡيَةٍ وَّ هِىَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوۡشِهَا ۚ قَالَ اَنّٰى يُحۡىٖ هٰذِهِ اللّٰهُ بَعۡدَ مَوۡتِهَا ۚ فَاَمَاتَهُ اللّٰهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهٗ ؕ قَالَ كَمۡ لَبِثۡتَؕ قَالَ لَبِثۡتُ يَوۡمًا اَوۡ بَعۡضَ يَوۡمٍؕ قَالَ بَلۡ لَّبِثۡتَ مِائَةَ عَامٍ فَانۡظُرۡ اِلٰى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمۡ يَتَسَنَّهۡۚ وَانْظُرۡ اِلٰى حِمَارِكَ وَلِنَجۡعَلَكَ اٰيَةً لِّلنَّاسِ وَانْظُرۡ اِلَى الۡعِظَامِ كَيۡفَ نُـنۡشِزُهَا ثُمَّ نَكۡسُوۡهَا لَحۡمًا ؕ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗ ۙ قَالَ اَعۡلَمُ اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيۡرٌ
Artinya :
Atau seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh hingga menutupi (reruntuhan) atap-atapnya, dia berkata, "Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur?" Lalu Allah mematikannya (orang itu) selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (menghidupkannya) kembali. Dan (Allah) bertanya, "Berapa lama engkau tinggal (di sini)?" Dia (orang itu) menjawab, "Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari." Allah berfirman, "Tidak! Engkau telah tinggal seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, tetapi lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang). Dan agar Kami jadikan engkau tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Lihatlah tulang belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, "Saya mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu."
4. Surah al-Anfal ayat 6,
يُجَادِلُوْنَكَ فِى الْحَقِّ بَعْدَمَا تَبَيَّنَ كَاَنَّمَا يُسَاقُوْنَ اِلَى الْمَوْتِ وَهُمْ يَنْظُرُوْنَ ۗ
Artinya :
Mereka membantahmu (Muhammad) tentang kebenaran setelah nyata (bahwa mereka pasti menang), seakan-akan mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab kematian itu)
5. Surah at-Tawbah ayat 114,
وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ اِبْرٰهِيْمَ لِاَبِيْهِ اِلَّا عَنْ مَّوْعِدَةٍ وَّعَدَهَآ اِيَّاهُۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗٓ اَنَّهٗ عَدُوٌّ لِّلّٰهِ تَبَرَّاَ مِنْهُۗ اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ لَاَوَّاهٌ حَلِيْمٌ
Artinya :
Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya. Maka ketika jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sungguh, Ibrahim itu seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.
6. Surah al-Ankabut ayat 38,
وَعَادًا وَّثَمُوْدَا۟ وَقَدْ تَّبَيَّنَ لَكُمْ مِّنْ مَّسٰكِنِهِمْۗ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطٰنُ اَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيْلِ وَكَانُوْا مُسْتَبْصِرِيْنَ ۙ
Artinya :
Juga (ingatlah) kaum ’Ad dan Samud, sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan (buruk) mereka, sehingga menghalangi mereka dari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang yang berpandangan tajam.
7. Surah Muhammad ayat 25,
اِنَّ الَّذِيْنَ ارْتَدُّوْا عَلٰٓى اَدْبَارِهِمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى الشَّيْطٰنُ سَوَّلَ لَهُمْۗ وَاَمْلٰى لَهُمْ
Artinya :
Sesungguhnya orang-orang yang berbalik (kepada kekafiran) setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, setanlah yang merayu mereka dan memanjangkan angan-angan mereka
8. Surah Muhammad ayat 32,
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَشَاۤقُّوا الرَّسُوْلَ مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدٰى لَنْ يَّضُرُّوا اللّٰهَ شَيْـًٔاۗ وَسَيُحْبِطُ اَعْمَالَهُمْ
Artinya :
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Allah serta memusuhi rasul setelah ada petunjuk yang jelas bagi mereka, mereka tidak akan dapat memberi mudarat (bahaya) kepada Allah sedikit pun. Dan kelak Allah menghapus segala amal mereka
9. Surah Ibrahim ayat 45,
وَّسَكَنْتُمْ فِيْ مَسٰكِنِ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ وَتَبَيَّنَ لَكُمْ كَيْفَ فَعَلْنَا بِهِمْ وَضَرَبْنَا لَكُمُ الْاَمْثَالَ
Artinya :
Dan kamu telah tinggal di tempat orang yang menzalimi diri sendiri, dan telah nyata bagimu bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepadamu beberapa perumpamaan.
10. Surah saba’ ayat 14.
فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلٰى مَوْتِهٖٓ اِلَّا دَاۤبَّةُ الْاَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَاَتَهٗ ۚفَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ اَنْ لَّوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوْا فِى الْعَذَابِ الْمُهِيْنِۗ
Artinya :
Maka ketika Kami telah menetapkan kematian atasnya (Sulaiman), tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka ketika dia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentu mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan
TATA CARA BERTABAYYUN
Ada cara bertabayyun atau tabayun yang perlu diketahui guna mencapai sesuatu yang benar dan jelas. Dalam kajian teori penelitian yang diterbitkan Universitas Islam Negeri Alauddin, ada enam metode atau tata cara bertabayyun atau tabayun :
1. Cara bertabayyun atau tabayun adalah pertama mengembalikan permasalahan kepada Allah, Rasul, dan orang yang pandai.
2. Cara bertabayyun atau tabayun adalah kedua bertanya atau berdiskusi dengan orang yang menjadi objek dalam masalah tersebut.
3. Cara bertabayyun atau tabayun adalah ketiga memusatkan perhatian dengan baiik, merujuk kembali permasalahan jika ternyata belum jelas.
4. Cara bertabayyun atau tabayun adalah keempat mengambil pengalaman dan perhatian selama menjalin kehidupan dan pergaulan.
5. Cara bertabayyun atau tabayun adalah kelima mempertemukan dua pihak yang bertikai bila menghukum dan mengadili.
6. Cara bertabayyun atau tabayun adalah keenam mendengarkan secara langsung dari orang yang menjadi objek lebih dari satu kali antara waktu yang lama.
MANFAAT BERSIKAP TABAYYUN
1. Menghindari fitnah.
Banyak masalah yang ditimbulkan akibat menuduh orang lain berbuat buruk. Nyatanya hal tersebut belum tentu terjadi.
Seperti kasus yang menimpa Aisyah ra. Ia telah dituduh dengan tuduhan palsu oleh Abdullaah bin Ubai bin Salul, gembong munafiqin Madinah. Isi tuduhan itu adalah bahwa Aisyah ra telah berbuat selingkuh dengan seorang lelaki bernama Shofwan bin Muathal.
Padahal tak sedikitpun Aisyah ra melakukan tindakan tercela tersebut. Namun karena gencarnya Abdullaah bin Ubai bin Salul menyebarkan kebohongan itu sehingga ada beberapa orang penduduk Madinah yang tanpa tabayyun ikut menyebarkan berita bohong tersebut.
Masalah ini membuat Aisyah begitu terpengaruh dan membuatnya menjadi stres. Sehingga Allah SWT menurunkan sebuah ayat yang mensucikan kembali Aisyah dari segala tuduhan keji tersebut.
Yaitu dalam surat An-Nur ayat 11 yang berbunyi,
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.”
Betapa pentingnya bersikap tabayyun dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga tidak begitu saja menuduh orang lain tanpanya adanya kebenaran yang pasti.
2. Menghilangkan kesalahpahaman.
Manfaat bersikap tabayyun juga akan menghilangkan kesalahpahaman antar sesama. Karena segala permasalahan telah diketahui duduk perkaranya bersama-sama. Sehingga tak perlu lagi menimbulkan perdebatan.
Selain itu bersikap tabayyun juga akan semakin mempererat silahturahim antar sesama. Silaturahim bisa saja punah hanya karena informasi yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Informasi yang salah dapat merusak hubungan yang sudah dibangun sejak lama. Untuk itu jagalah silaturahim dengan menjaga dan melaksanakan tabayyun sebelum menyebarkan berita ke khalayak umum.
3. Informasi yang diberikan valid.
Dengan adanya tabayyun maka segala informasi akan dipastikan terlebih dahulu kebenarannya. Jika berita itu benar adanya bolehlah disampaikan kepada orang lain. Jika tidak benar, jangan justru ikut menyebarkan berita bohong.
Selain itu, dengan bersikap tabayyun juga akan memberikan ketenangan dalam hati. Karena berita tersebut tentunya tidak akan menyakiti perasaan orang lain.