Serat Wirawiyata
Serat Wirawiyata adalah sebuah naskah karya sastra Jawa kuno yang ditulis oleh KGPAA Mangkunegara IV untuk mengajarkan nilai-nilai keperwiraan dan keprajuritan kepada putra-putranya. Naskah ini disusun dalam bentuk tembang atau puisi dan berisi ajaran tentang disiplin, kesetiaan, keberanian, serta meneladani para pendahulu Mangkunegaran.
Ciri-ciri Serat Wirawiyata :
- Pengarang : Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV.
- Bahasa : Jawa.
- Bentuk : Tembang atau puisi, terdiri dari dua pupuh yaitu Sinom dan Pangkur.
Pupuh :
- Pupuh Sinom terdiri dari 12 bait.
- Pupuh Pangkur terdiri dari 14 bait.
Tujuan : Memberikan ajaran mengenai sifat-sifat keperwiraan, manajemen keprajuritan, dan nilai-nilai yang harus diteladani oleh para prajurit dan calon pemimpin prajurit.
Isi : Mengajarkan sifat-sifat keprajuritan yang terpuji seperti taat, patuh, berdisiplin, setia, dan berani, serta larangan-larangan yang harus dihindari prajurit.
Tentang Serat Wirawiyata.
Serat wirawiyata adalah sebuah karya sastra lama, yang naskah aslinya ditulis dalam bahasa Jawa yang dikarang oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya KGPAA Mangkunegara IV. Naskah ini berbentuk tembang Jawa dimana isinya itu mengenai pepatah-pepatah, ajaran moral, ajaran kepemimpinan, dan ajaran keprajuritan. Serat wirawiyata ini terdiri dari dua pupuh yaitu pupuh sinom yang terdiri 42 bait dan pupuh pangkur terdiri 14 bait. Serat wirawiyata ini tidak diketahui siapa pengarangnya namun kita dapat menentukan bahwa gagasan yang terdapat dalam naskah itu adalah buah pikir KGPAA Mangkunegaran IV. Dapat dilihat pada bait 1 pupuh sinom :
- Srinata dea makarti
- Wirawiyata nujwari
- Respati tanggal sepisan
- Sasi saban wuku wukir
- Dae sangkaleng warsi
- Murtyas daha mulang sunu
- Asung wasiyat putra
- Jeng Gusti Pangeran Dipati
- Arya Mangku Nagara ingkang kaping pat
Artinya : Wirawiyata dibuat atas perintah sang raja, pada hari Kamis tanggal yang pertama, bulan Saban, wuku wukir dengan sengkalan “Mutyas daha mulang sunu” atau pada tahun Jawa 1877 dan tahun Masehi 1860 bulan pebruari. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran IV yang memberi ajara kepada para putranya.
Serat Wirawiyata menggunakan tembang macapat sebagai media untuk menarik minat pembaca dari kalangan masyarakat Jawa. Pada pupuh sinom berisi ajaran patriotisme kepada prajurit. Ajarannya antara lain keikhlasan menjadi prajurit, menjaga kesetian janji prajurit, bijaksana, cinta tanah air, berjiwa ksatria, bertekad kuat, rela berkorban, , pantang menyerah, berjiwa pembaharu. Prajurit harus mampu membuktikan kepada negara seberapa besar jasa, kepandaian dan ketenaran yang dapat dimanfaatkan oleh negara. Hal itu dapat dilakukan dengan rajin berlatih, taat terhadap peraturan, melaksanakan semua perintah, disiplin, bertanggung jawab, selalu siaga dan tidak takut kematian.
Sedangkan pada pupuh pangkur berisi pedoman bagi panglima untuk memilih calon prajurit yang baik. Calon yang diperlukan harus mempertimbangkan tujuh hal, antara lain:
1. Seorang prajurit harus jelas garis keturunannya.
2. Berasal dari bumi kelahirannya.
3. Sehat jiwanya.
4. Berbadan kuat dan kekar.
5. Tidak berpenyakit.
6. Memiliki perangai jantan.
7. Tidak memiliki kegemaran yang merugikan.
Dan juga pada pupuh pangkur berisi pengelompokan tugas prajurit ke dalam bidang masing-masing sesuai kecocokan ukuran tubuh. Hal ini dilambangkan sebagai berikut :
1). Sedheng Dedegira
Sedheng dedegira yaitu orang yang memiliki tinggi badan sedang atau yang berbadan pendek kecil. Dengan ciri-ciri perwatakan seperti itu, cocok untuk memegang senjata.
2). Lencir
Lencir artinya orang yang badannya kurus. Prajurit yang memiliki perawakan lencir kebanyakan kurang lincah, sebaiknya dipersenjatai dengan tombak karena jangkauan tangannya panjang.
3). Sadhepah
Sadhepah adalah orang yang berperawakan tinggi kekar, tulang ototnya tampak menonjol. Ini lebih cocok diserahi tanggung jawab untuk mengurus meriam karena kuat dalam mengarahkan meriam pada sasaran.
4). Luhur kang Sembada
Luhur kang sembada artinya orang yang berperawakan tinggi perkasa. Prajurit dengan ciri-ciri seperti itu cocok untuk menjadi prajurit berkuda. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa orang yang berperangai demikian akan lebih mudah menunggang dan mengendalikan kuda daripada orang yang bertubuh pendek.
5). Mandraguna
Mandraguna adalah orang yang berperawakan serba baik dan berkemampuan serba bisa. Prajurit ini dapat ditugasi di berbagai bidang. Segala hal untuk kebutuhan prajurit juga harus diperhatikan sehingga mereka dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Itulah sebagian isi Serat Wira Wiyata karangan KGPAA Mangkunagara IV
Secara etimologi, serat wirawiyata dbentuk oleh dua kata yakni wira yang berarti “lelaki” dan wiyata berarti “pengajaran”. Jadi wirawiyata adalah pengajaran mengenai keperwiraan atau kepahlawanan. Hampir semua yang ada dalam naskah ini berisi pesan dan ajaran tentang sifat yang harus dimiliki oleh setiap prajurit dan perwira untuk mencapai keutamaan.
Sumber Referensi :
Budhisantoso, S. Rosyadi dkk.1990.Serat Wirawiyata.Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.
http://www.pustaka-bpnbkalbar.org/pustaka/serat-wirawiyata
http://lib.unnes.ac.id/5318/1/7683.pdf
Berikut Buku Serat Wirawiyata :