Kakawin Arjunawiwaha, Pupuh V.9
hanânonton ringgit manangis asĕkĕl mūḍha hiḍĕpan
huwus wruh towin yan walulang inukir molah angucap
haturning wwang tresnêng wisaya malahā tar wihikana
ri tatwanyân māyā sahana-hananing bhāwa siluman.
Aksara Jawanipun :
ꦏꦏꦮꦶꦤ꧀ꦄꦂꦗꦸꦤꦮꦶꦮꦲ꧈ꦥꦸꦥꦸꦃ꧇꧕꧇꧉꧇꧙꧇
ꦲꦤ꧀âꦤꦺꦴꦤ꧀ꦠꦺꦴꦤ꧀ꦫꦶꦁꦒꦶꦠ꧀ꦩꦤꦔꦶꦱ꧀ꦄꦱ꧀ĕꦏ꧀ĕꦭ꧀ꦩ꧀ūḍꦲꦲꦶḍĕꦥꦤ꧀
꧋ꦲꦸꦮꦸꦱ꧀ꦮꦿꦸꦃꦠꦺꦴꦮꦶꦤ꧀ꦪꦤ꧀ꦮꦭꦸꦭꦁꦆꦤꦸꦏꦶꦂꦩꦺꦴꦭꦃꦄꦔꦸꦕꦥ꧀
꧋ꦲꦠꦸꦂꦤꦶꦁꦮ꧀ꦮꦁꦠꦿꦺꦱ꧀ꦤꦼꦁꦮꦶꦱꦪꦩꦭꦃāꦠꦂꦮꦶꦲꦶꦏꦤ
꧋ꦫꦶꦠꦠ꧀ꦮꦚ꧀âꦤ꧀ꦩ꧀āꦪ꧀āꦱꦲꦤꦲꦤꦤꦶꦁꦧ꧀ꦲ꧀āꦮꦱꦶꦭꦸꦩꦤ꧀꧈
Terjemahan :
Ada orang menonton wayang, menangis, sedih, kacau hatinya
walaupun telah mengetahui, bahwa kulit yang dipahatlah yang bergerak dan bercakap itu
Begitulah rupanya orang yang lekat akan sasaran indria, melongo saja, sampai tak tahu
Bahwa pada hakikatnya mayalah segala yang ada, hanya ilusi saja.
Penjabaran Sang Dalang
Secara epik, Leluhur kita, Mpu Kanwa sedang memberitahu kita bahwasanya semuanya adalah ilusi besar. namun kita sendiri masih terjebak di indraloka (dunia ilusi yang seolah nyata karena dlbuat nyata oleh indra). Namun ilusi tersebut terlalu kuat, walau membaca tulisan ini berkali-kali pun susah untuk mampu mendiamkan pikiran, perasaan dan letupan memori. susah untuk menempatkan kesadaran (budhi) diatas segalanya.
Kitalah Sang Dalang yang terjebak dalam permainannya sendiri. Dalang pemberani yang terjun ke samudra ketidaktahuan. Bermain dengan siluman (ilusi), berteman dengan Maya (Bayang-bayang kosongnya sendiri). Sehingga disebut Sang Dalang bermain wayang (bayangan kosong yang berisi berbagai macam citra diri). sibuk merealisasikan dirinya sendiri menjadi berbagai citra diri yang diinginkan.
Dalam usahanya membentuk citra diri itu, bila berhasil ternyata tidak abadi, dan rapuh mudah berubah. sedihlah dia, menangis,marah, putus asa.
kalaupun berhasil dia akan menemukan kenyataan bahwa citra diri itu temporer, tidak abadi, rapuh. Awalny dia percaya diri, sombong, optimis namun berakhir dengan dukha, menangis lagi, marah lagi.
Sang Dalang mendapati kesadaran, bahwa ini hanya permainan wayang, drama, ilusi tidak nyata. Sebenarnya ingin mengakhiri permainannya sendiri?, ingin mengakhiri hubungannya dengan maya. Namun permainan ini tidak bisa diputus ditengah pertunjukan. Blencong masih hidup, sinden masih menembang cantik, tak akan bisa diakhiri, the show must go on. tidak bisa memutus kontrak.
Sang Dalang mencoba berkomunikasi dengan Kyai Urip, yang menanggap dan menyetujui lakon yang dibawakannya. Namun pandangan Sang Dalang terhadap diri Sang Kyai Urip terhalang oleh Kelir (layar). dia tahu Sang Dalang berada dibalik kelir menonton permainan Sang Dalang.
Tidak bisa, kamu harus menyelesaikan lakonmu sendiri, selesaikan permainanmu sendiri. Pemain Wayang sekaligus penonton wayang, yang juga ikut gembira, menangis, marah, sedih, ceria dalam menonton permainannya sendiri. Tetaplah mendalang dengan cantik meski lelah. hingga permainan berakhir.
Sang Dalang tetap melanjutkan permainannya sendiri sembari menonton permainannya sendiri beserta dengan rasa-rasa yang ditimbulkannya.
Dengan sedikit puing-puing kesadarannya, dia menyadari bahwa Sang Kyai Urip sebenarnya bukan hanya berada di balik kelir. Dia berada dimana-mana memenuhi seluruh arena pertunjukan wayang Sang Dalang. Sang Dalang sambil memainkan wayang berujar pada diriNya sendiri, suatu saat saya akan merasakannya sendiri bahwasanya Sang Dalang sendiri yang menanggap dirinya sendiri. Sang Dalang adalah Kyai Urip itu sendiri.
Imajiner Nuswantoro