RIWAYAT DAN SILSILAH RADEN AYU MANGKOROWATI, IBUNDA PANGERAN DIPONEGORO & HUBUNGAN PANGERAN DIPONEGORO & ADIK (RM IBNU JAROT/SULTAN HB IV)
Raden Ayu Mangkarawati, adalah selir dari Sri sultan Hamengku Buwono III dan merupakan ibu kandung dari putra satu-satunya Pangeran Diponegoro. Ia adalah putri dari Bupati Pacitan mempunyai ikatan darah dengan Sunan Ampel salah satu wali sanga dan salah satu orang tuanya berasal dari daerah Nusa Tenggara. Makamnya satu komplek dengan makam Sri sultan Hamengku Buwono III di Astana Imogiri, Yogyakarta.
Menurut Peter Carey, asal usul Raden Ayu Mangkarawati masih kabur. R.A. Mangkarawati dikatakan dari Majasta di daerah Pajang, dekat makam keramat Tembayat (Carey, 1991:2). Dalam naskah lain juga dikatakan bahwa R.A. Mangkarawati adalah keturunan Ki Ageng PrampSaat masih bayi Pangeran Diponegoro diberi nama Raden Mas Mustahar. Ayahnya bernama Raden Mas Surojo adalah anak dari Sultan Hamengku Buwono II, sedangkan ibunya bernama Raden Ayu Mangkorowati.elan dari Pajang (Carey, 1974:74).
Saat masih bayi Pangeran Diponegoro diberi nama Raden Mas Mustahar. Ayahnya bernama Raden Mas Surojo adalah anak dari Sultan Hamengku Buwono II, sedangkan ibunya bernama Raden Ayu Mangkorowati.
SILSILAH RADEN AYU MANGKOROWATI, IBUNDA PANGERAN DIPONEGORO
Sri Prabu Brawijaya V, raja Majapahit ke VII mempunyai putra 117 orang.Setelah runtuhnya Nagari Majapahit pada tahun 1478 M semua putra Raja Brawijaya V keluar dari istana dan menyebar berkelana. Salah satunya adalah putra bungsunya yaitu putra ke 117 yang bernama Raden Joko Dolog, Beliau berkelana dan bertapa di pinggir Kali Progo dan berganti nama Wasi Bageno.Setelah beberapa bulan bertapa di Kali Progo, Wasi Bageno meneruskan perjalanan dan berguru kepada Sunan Kalijaga di Gunung Jambalkat di Tanah Bayat, disana beliau mendapat wejangan agama Islam dan berpindah menganut agama Islam. Setelah beberapa bulan di Gunung Jabalkat dan dirasa ilmunya sudah cukup, beliau kemudian diperintahkan oleh Sunan Kalijaga untuk turun dan menyebarkan agama Islam. Akhirnya Wasi Bageno atau Raden Joko Dolog kemudian mendirikan sebuah Dukuh yang dinamakan Pedukuhan Jatinom dan menyebarkan agama Islam disana hingga wafatnya dan dimakamkan di Jatinom.
Raden Joko Dolog menurunkan :
1. Nyai Ajeng Pangeran Panggung wasisworo
2. Wasi Djiwo
Nyai Ajeng Pangeran Panggung Wasisworo menikah dengan Pangeran Panggung Wasisworo . Pangeran Panggung Wasisworo adalah putra dari Pangeran Kundurawan I , P. Kundurawan atau Raden Pamekas adalah putra dari raja Brawijaya IV. Setelah runtuhnya Nagari Majapahit , P Kundurawan melarikan diri ke tanah Cirebon dan berguru kepada Sunan Mojogung I , setelah berpindah agama Islam diberi nama Pangeran Kundurawan I . Beliau wafat dan dimakamkan di Cirebon .
Dari pernikahan Nyai Ajeng Pangeran Panggung Wasisworo menurunkan :
1. Kanjeng Pangeran Alas , wafat dan dimakamkan di Delanggu.
Pangeran Alas menurunkan :
1. Tg Parampelan , Mantri Pajang.
2. Pangeran Pangalasan Domas.
Tumenggung Parampelan:
Tumenggung Parampelan menikah dengan putri Tg Mayang Pajang berputra :
1. Ki Ageng Parampelan II
2. Raden Ayu Benowo, menikah dengan Pangeran Benowo Putra Sultan Hadiwijaya Pajang
Dari pernikahan R Ay Benowo dengan Pangeran Benowo menurunkan :
Nyai Gendung Barung
Pangeran Pangalasan Domas:
Pangeran Pangalasan Domas menurunkan Pangeran Tumenggung,
P. Tumenggung Pengalasan menurunkan Kyai Gendung Barung.
Kyai Gendung Barung menikah dengan putri Pangeran Benowo Pajang menurunkan Kyai Gendung Barung II,
Kyai Gendung Barung II menurunkan Kyai Gendung Barung III ,
Kyai gendung Barung III menurunkan Kyai Nurngalim I,
Kyai Nur Ngalim I menurunkan Kyai Nur Ngalim II,
Kyai Nur Ngalim II menurunkan Kyai Nur Ngalim III,
Kyai nur Ngalim III menurunkan Kyai Ngabehi Singat Sedoso,
Kyai Ngabehi Singat Sedoso menurunkan Raden Ayu Mangkorowati, R Ay Mangkorowati menjadi garwa ampil Sri Sultan Hamengkubuwana III menurunkan RM Ontowiryo setelah dewasa bergelar KPH Diponegoro dan lebih dikenal dengan nama Pangeran Diponegoro
HUBUNGAN PANGERAN DIPONEGORO & ADIK (RM IBNU JAROT/SULTAN HB IV)
Pangeran Diponegoro mempunyai Ibu bernama Ratu Agung Mangkarawati (1770-1852), keturunan Ki Agung Prempelan, Tembayat (Pajang), kalangan ulama yg merupakan generasi ke 10 Sunan Ampel. Beliau adalah Garwa ampilan/selir dari Sultan HB III.
Sebenarnya P. Diponegoro adalah putra pertama dari Sultan HB III. Terlahir bernama Bandara Raden Mas Mustahar/Bandara Raden Mas Antawirya/Bandara Pangeran Arya Dipa Negara di Kraton Yogyakarta, 11 November 1785 (Jumungah Wagé, sasi Suro/Muharram, wanci saur).
Tetapi walau merupakan putra pertama sultan, ibunya bukan Garwa padmi Sultan HB III sehingga ia tidak mewarisi tahta kesultanan.
Adapun Garwa padmi Sultan HB III adalah Raden Ayu Adipati Anom (kemungkinan nama gelar saat suaminya diangkat sebagai Adipati Anom). Atau nama lainnya adalah Gusti Kanjeng Ratu Kencana (gelar permaisuri saat suaminya resmi menjadi Sultan) dan kelak dalam perwalian anak dan cucunya (Sultan HB IV & HB V) bergelar Gusti Kanjeng Ibu Suri/Gusti Kanjeng Ratu Agung/Ratu Ibu.
Ia adalah puteri Kanjeng Raden Temenggong Sasradining Rat I/Kanjeng Radin Temenggong Sasra Negara, Bupati Wedana Madiun (wilayah Jipang & Rajegwesi), dari garwa Bandara Raden Ayu Sasradining Rat, putri Sampeyan Dalam ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Sultan Hamangku Buwana I Senapati ing Alaga Ngah 'Abdu'l-Rahman Saiyid ud-din Panatagama Khalifatu'llah ingkang Jumeneng Kaping I, Sultan Yogyakarta.
Garwa padmi ini kemudian berputra Gusti Raden Mas Ibnu Jarot/Gusti Raden Mas Bagus pada 1804. Dan diusia 8 tahun pada saat ayahnya diangkat menjadi Sultan HB III, ia juga diangkat menjadi Adipati anom atau putra mahkota.
Hanya selang 2 tahun, pada 1814, ayahandanya wafat. Sehingga ia kemudian diangkat menjadi Sultan HB IV.
Karena usianya yang masih belia, maka pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono IV didampingi oleh wali raja. Salah satu wali raja yang ditunjuk saat itu adalah Pangeran Notokusumo yang telah bergelar Paku Alam I, juga Ibunda Sultan –kemudian disebut Ratu Ibu, dan Patih Danurejo IV, yang menjalankan wewenang sebagai wali sultan sehari-hari.
Kedudukannya sebagai wali ditentukan hingga sultan mencapai akil baligh di usia 16 tahun pada 1820.
Kedekatan Pangeran Diponegoro dengan adiknya, Sri Sultan Hamengku Buwono IV, digambarkan seperti Kresna yang mengajari Arjuna. Ketika sang raja dikhitan pada tanggal 22 Maret 1815, Pangeran Diponegoro sendiri yang menutupi mata adiknya dengan kedua belah tangannya.
Kemudian, dalam Kitab Kedung Kebo dan Babad Ngayogyakarta disebutkan bahwa Pangeran Diponegoro sangat memperhatikan pendidikan sang raja. Tidak jarang, dari Tegalrejo Pangeran Diponegoro menemui sultan belia untuk menceritakan kisah-kisah budi pekerti dari kitab Fatah Al-Mulk dan Raja-Raja khayali Arab maupun Suriyah. Sang pangeran juga sering membacakan naskah-naskah penting seperti Serat Ambiya, Tajus Salatin, Hikayat Makutha Raja, Serat Menak, Babad Keraton, Arjuna Sasrabahu, Serat Bratayudha, dan Rama Badra.
Untuk mendukung pendidikan sang raja kecil ini, Ratu Ibu juga menunjuk Kyai Amad Ngusman (Ahmad Usman) – kepala pasukan Suronatan dan Letnan Abbas –perwira Sepoy untuk mengajar baca Al Quran dan baca tulis Melayu.
Pangeran Diponegoro berusia 38 tahun ketika adiknya yang menjadi Sultan berusia 19 tahun dan tiba2 wafat saat besiyar (pesiar) pada 1823. Selanjutnya keadaan semakin mengkhawatirkan karena Sultan HB IV hanya mempunyai putra yang baru berusia 3 tahun.
Sehingga dibentuk Dewan Mangkubumi, yang merupakan wali sultan (HB V) dengan anggota dewan perwalian : Ratu Ageng (nenek Sultan, yang juga permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono III/ibu tiri Diponegoro), Ratu Kencono (ibu Sultan, permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono IV), Pangeran Mangkubumi (putra Sri Sultan Hamengku Buwono II) dan Pangeran Diponegoro.
Sumber :
1. Royalark
2. Kraton jogja id
3. The power of prophecy/Carey
Gambar :
Kiri : Bandara Raden Mas Mustahar/Bandara Raden Mas Antawirya/Bandara Pangeran Arya Dipa Negara Bin Sultan HB III
Kanan : Gusti Raden Mas Ibnu Jarot/Gusti Raden Mas Bagus/Sultan HB IV bin Sultan HB III.
Keduanya berjarak 19 tahun, sehingga P. Diponegoro berperan sebagai abang dan guru adiknya.
Koleksi Artikel Imajiner Nuswantoro