Manungsa Wenang Ngudi, Purba Wasesa Ing Astane Gusti
꧋ꦩꦤꦸꦁꦱꦮꦼꦤꦁꦔꦸꦣꦶ꧈ꦥꦸꦂꦧꦮꦱꦺꦱꦆꦁꦄꦱ꧀ꦠꦤꦺꦒꦸꦱ꧀ꦠꦶ
Manungsa wenang ngudi, purba wasesa ing Astane Gusti tegese (Manungsa mung iso ikhtiar, dene keputusan/asil akhir kabeh ono ing tangane Gusti.
Manungsa wenang ngudi, purba wasesa ing Astane Gusti
Iki tegese manungsa mung bisa nyoba, dene keputusan/asil pungkasan kabeh ana ing tangane Gusti Allah.
Manungsa winenang ngudi, purba wasesa ing astane Gusti
Manungsa winenang ngudi (manungsa duwe hak usaha), purba wasesa ing asane Gusti (kekuwatan tetep ana ing tangane Allah). Ungkapan menika mujudaken kapitadosan spiritual wonten ing Jawi ingkang ngakoni bilih manungsa menika namung dhawuhing sawantah, ingkang sedaya margi gesangipun boten saged dipuntemtokaken piyambak, ananging namung gumantung saking kersaning Gusti. Paribasan iki minangka ungkapan sing ditampa umum, yaiku, manungsa nyoba, Gusti Allah sing nemtokake. Kapercayan ing paribasan iki isih ditindakake dening wong Jawa. Kanthi mangkono, dheweke pancen ngerti lan ngerti hukum sangkan paraning dumadi (asal-usul urip). Yen manungsa diciptakake, lan ana sing nggawe. Sanadyan bisa nglalekake paribasan iki, nyatane, ing tumindak saben dinane tetep ana ing dimensi religiusitas sing kuwat. Temenan, paribasan iki nduweni sesambungan sing raket karo paribasan liyane. Yaiku alon-alon waton kelakon, kebat kliwat ngangsa marakake brahala, sabar subur, ana dina ana upa, ora obah ora mamah, lan sapanunggalane. Sanadyan mangkono, manungsa iku dudu wayang. Padha diparingi akal dening Allah. Kanthi peparing iki, manungsa kudu ngerti watesane.
Imajiner Nuswantoro
Aksara Jawanipun :
꧋ꦩꦤꦸꦁꦱꦮꦼꦤꦁꦔꦸꦣꦶ꧈ꦥꦸꦂꦧꦮꦱꦺꦱꦆꦁꦄꦱ꧀ꦠꦤꦺꦒꦸꦱ꧀ꦠꦶ
꧋ꦩꦤꦸꦁꦱꦮꦼꦤꦁꦔꦸꦣꦶ꧈ꦥꦸꦂꦧꦮꦱꦺꦱꦆꦁꦄꦱ꧀ꦠꦤꦺꦒꦸꦱ꧀ꦠꦶꦠꦼꦒꦼꦱꦼ(ꦩꦤꦸꦁꦱꦩꦸꦁꦆꦱꦺꦴꦆꦏ꦳꧀ꦠꦶꦪꦂ꧈ꦣꦼꦤꦼꦏꦼꦥꦸꦠꦸꦱꦤ꧀/ꦄꦱꦶꦭ꧀ꦄꦏ꦳ꦶꦂꦏꦧꦺꦃꦎꦤꦺꦴꦆꦁꦠꦔꦤꦺꦒꦸꦱ꧀ꦠꦶ꧉
꧋ꦩꦤꦸꦁꦱꦮꦼꦤꦁꦔꦸꦣꦶ꧈ꦥꦸꦂꦧꦮꦱꦺꦱꦆꦁꦄꦱ꧀ꦠꦤꦺꦒꦸꦱ꧀ꦠꦶ
꧋ꦆꦏꦶꦠꦼꦒꦼꦱꦼꦩꦤꦸꦁꦱꦩꦸꦁꦧꦶꦱꦚꦺꦴꦧ꧈ꦣꦼꦤꦼꦏꦼꦥꦸꦠꦸꦱꦤ꧀/ꦄꦱꦶꦭ꧀ꦥꦸꦁꦏꦱꦤ꧀ꦏꦧꦺꦃꦄꦤꦆꦁꦠꦔꦤꦺꦒꦸꦱ꧀ꦠꦶꦄꦭ꧀ꦭꦃ꧉
꧋ꦩꦤꦸꦁꦱꦮꦶꦤꦼꦤꦁꦔꦸꦣꦶ꧈ꦥꦸꦂꦧꦮꦱꦺꦱꦆꦁꦄꦱ꧀ꦠꦤꦺꦒꦸꦱ꧀ꦠꦶ
꧋ꦩꦤꦸꦁꦱꦮꦶꦤꦼꦤꦁꦔꦸꦣꦶ(ꦩꦤꦸꦁꦱꦣꦸꦮꦺꦲꦏ꧀ꦈꦱꦲ)꧈ꦥꦸꦂꦧꦮꦱꦺꦱꦆꦁꦄꦱꦤꦺꦒꦸꦱ꧀ꦠꦶ(ꦏꦼꦏꦸꦮꦠꦤ꧀ꦠꦼꦠꦼꦥ꧀ꦄꦤꦆꦁꦠꦔꦤꦺꦄꦭ꧀ꦭꦃ)꧉ꦈꦁꦏꦥꦤ꧀ꦩꦼꦤꦶꦏꦩꦸꦗꦸꦣꦏꦺꦤ꧀ꦏꦥꦶꦠꦣꦺꦴꦱꦤ꧀ꦱ꧀ꦥꦶꦫꦶꦠꦸꦮꦭ꧀ꦮꦺꦴꦤ꧀ꦠꦺꦤ꧀ꦆꦁꦗꦮꦶꦆꦁꦏꦁꦔꦏꦺꦴꦤꦶꦧꦶꦭꦶꦃꦩꦤꦸꦁꦱꦩꦼꦤꦶꦏꦤꦩꦸꦁꦣꦮꦸꦲꦶꦁꦱꦮꦤ꧀ꦠꦃ꧈ꦆꦁꦏꦁꦱꦼꦣꦪꦩꦂꦒꦶꦒꦼꦱꦔꦶꦥꦸꦤ꧀ꦧꦺꦴꦠꦺꦤ꧀ꦱꦒꦺꦣ꧀ꦝꦶꦥꦸꦤ꧀ꦠꦺꦩ꧀ꦠꦺꦴꦏꦏꦺꦤ꧀ꦥꦶꦪꦩ꧀ꦧꦏ꧀ꦄꦤꦔꦶꦁꦤꦩꦸꦁꦒꦸꦩꦤ꧀ꦠꦸꦁꦱꦏꦶꦁꦏꦼꦂꦱꦤꦶꦁꦒꦸꦱ꧀ꦠꦶ꧉ꦥꦫꦶꦧꦱꦤ꧀ꦆꦏꦶꦩꦶꦤꦁꦏꦈꦁꦏꦥꦤ꧀ꦱꦶꦁꦣꦶꦠꦩ꧀ꦥꦈꦩꦸꦩ꧀ꦪꦻꦏꦸ꧈ꦩꦤꦸꦁꦱꦚꦺꦴꦧ꧈ꦒꦸꦱ꧀ꦠꦶꦄꦭ꧀ꦭꦃꦱꦶꦁꦤꦼꦩ꧀ꦠꦺꦴꦏꦏꦺ꧉ꦏꦥꦺꦂꦕꦪꦤ꧀ꦆꦁꦥꦫꦶꦧꦱꦤ꧀ꦆꦏꦶꦆꦱꦶꦃꦣꦶꦠꦶꦤ꧀ꦝꦏꦏꦺꦣꦼꦤꦶꦁꦮꦺꦴꦁꦗꦮ꧉ꦏꦤ꧀ꦛꦶꦩꦁꦏꦺꦴꦤꦺꦴ꧈ꦣꦼꦮꦼꦏꦼꦥꦚ꧀ꦕꦺꦤ꧀ꦔꦼꦂꦠꦶꦭꦤ꧀ꦔꦼꦂꦠꦶꦲꦸꦏꦸꦩ꧀ꦱꦁꦏꦤ꧀ꦥꦫꦤꦶꦁꦣꦸꦩꦣꦶ(ꦄꦱꦭ꧀ꦈꦱꦸꦭ꧀ꦈꦫꦶꦥ꧀)꧉ꦪꦺꦤ꧀ꦩꦤꦸꦁꦱꦣꦶꦕꦶꦥ꧀ꦠꦏꦏꦺ꧈ꦭꦤ꧀ꦄꦤꦱꦶꦁꦔ꧀ꦒꦮꦺ꧉ꦱꦤꦣꦾꦤ꧀ꦧꦶꦱꦔ꧀ꦭꦭꦺꦏꦏꦺꦥꦫꦶꦧꦱꦤ꧀ꦆꦏꦶ꧈ꦚꦠꦤꦺ꧈ꦆꦁꦠꦸꦩꦶꦤ꧀ꦝꦏ꧀ꦱꦧꦼꦤ꧀ꦝꦶꦤꦤꦺꦠꦼꦠꦼꦥ꧀ꦄꦤꦆꦁꦣꦶꦩꦺꦤ꧀ꦱꦶꦉꦭꦶꦒꦶꦪꦸꦱꦶꦠꦱ꧀ꦱꦶꦁꦏꦸꦮꦠ꧀꧈ꦠꦼꦩꦼꦤꦤ꧀ꦥꦫꦶꦧꦱꦤ꧀ꦆꦏꦶꦤ꧀ꦝꦸꦮꦺꦤꦶꦱꦼꦱꦩ꧀ꦧꦸꦔꦤ꧀ꦱꦶꦁꦫꦏꦺꦠ꧀ꦏꦫꦺꦴꦥꦫꦶꦧꦱꦤ꧀ꦭꦶꦪꦤꦺ꧉ꦪꦻꦏꦸꦄꦭꦺꦴꦤ꧀ꦄꦭꦺꦴꦤ꧀ꦮꦠꦺꦴꦤ꧀ꦏꦼꦭꦏꦺꦴꦤ꧀ꦏꦼꦧꦠ꧀ꦏ꧀ꦭꦶꦮꦠ꧀ꦔꦁꦱꦩꦫꦏꦏꦺꦧꦿꦲꦭ꧈ꦱꦧꦂꦱꦸꦧꦸꦂ꧈ꦄꦤꦣꦶꦤꦄꦤꦈꦥ꧈ꦎꦫꦎꦧꦃꦎꦫꦩꦩꦃ꧈ꦭꦤ꧀ꦱꦥꦤꦸꦁꦒꦭꦤꦺ꧉ꦱꦤꦣꦾꦤ꧀ꦩꦁꦏꦺꦴꦤꦺꦴ꧈ꦩꦤꦸꦁꦱꦆꦏꦸꦣꦸꦣꦸꦮꦪꦁ꧉ꦥꦣꦝꦶꦥꦫꦶꦔꦶꦄꦏꦭ꧀ꦝꦼꦤꦶꦁꦄꦭ꧀ꦭꦃ꧉ꦏꦤ꧀ꦛꦶꦥꦼꦥꦫꦶꦁꦆꦏꦶ꧈ꦩꦤꦸꦁꦱꦏꦸꦣꦸꦔꦼꦂꦠꦶꦮꦠꦺꦱꦤꦺ꧉
ꦆꦩꦗꦶꦤꦺꦂꦤꦸꦱ꧀ꦮꦤ꧀ꦠꦺꦴꦫꦺꦴ
Manusia hanya berencana, akan tetapi hanya Allah yang akan menentukan
Sering kita mendengar kata, “tugas manusia hanya berusaha dan berdo’a”, namun hasilnya hanya Allah yang akan menetukan, sehebat apapun manusia berusaha dan sesering apapun manusia berdo’a. Namun jika Allah belum mengijabah, belum menentukan atau belum mengabulkan, maka hasil tersebut juga tidak akan didapat. Allah maha tau segala hal yang tebaik untuk hamba-Nya.
“Dan barangsiapa berusaha, maka sesungguhnya usahanya itu untuk dirinya sendiri.”(Al-Ankabut 6)
Setiap manusia pada umunya pasti menginginkan bisa hidup tenang, bahagia, berkecukupan serta tidak ada konflik batin, seperti kecemasan, kekhawatiran dan takut dalam hidupnya. Itu semua adalah hal yang sangat manusiawai dan diinginkan oleh semua orang, tapi sayangnya, bagi beberapa orang, hal tersebut merupakan sesuatu yang kadang sulit untuk dicapai dan bahkan paling sulit untuk diraih.
Kebanyakan dari kita, seringkali mencemaskan segala sesuatu yang terkait dengan rezeki dan keinginan-keinginan duniawi kita yang belum tercapai. Tidak ada yang salah dengan sesorang yang mempunyai mempunyai keinginan, karena itu seharusnya hal tersebut dapat membuat kita termotivasi untuk senantiasa berdo’a dan berusaha untuk mendapatkannya. Tetapi yang sering membawa kita pada kekecewaan adalah, disaat usaha kita tidak membuahkan hasil atau gagal. Ini salah satu yang menjadi penyebab konflik batin yang menyebabkan ketidakbahagiaan, dan yang menjadi obyek ketidak puasan kita dengan usaha dan do’a kita.
“Dan orang-orang yang berusaha untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan Tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.”(Al-Ankabut 69)
Kita harus menyadari bahwa hidup kita kadang berada di atas dan kadang berada di bawah. Layaknya roda yang berputar. Dalam hidup ini, kadang kita bisa meraih apa yang kita inginkan, mencapai apa yang kita do’akan dan usahakan.
Kadang mengalami keberhasilam dan kadang juga mengalami kegagalan. Tidak ada seorang pun manusia yang tahu apa yang akan terjadi pada dirinya esok hari, satu jam kemudian atau semenit kemudian. Sebagai manusia, kita hanya bisa berusaha dan berdoa disertai dengan tawakal kepada Allah SWT. Dalam berusaha untuk mencapai apa yang kita inginkan, sebaiknya kita berusaha dan ikhtiar sebaik mungkin, dan semaksimal mungkin, namun tetap menyerahkan segala hasil dari usaha yang kita lakukan kepada Allah SWT, dan hanya mengharap ridho Allah. Karena Allah SWT lah yang berhak menentukan, Allah SWT Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Allah SWT Maha tahu apa yang paling baik dan paling cocok untuk kita.
“Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai Balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.”(As-Sajdah 17)
Dia-lah ALLAH SWT yang berhak menentukan segalanya, karena setiap kejadian, apakah itu kejadian baik atau buruk yang menimpa segenap insan di bumi ini, merupakan bagian dari skenario Allah SWT, bagian dari apa yang sudah digarskan Allah dan semuanya sudah tertuang dalam Lauhil Mahfuzh. Begitu juga disaat Allah memberikan manfaat (kebaikan) atau suatu kesulitan (musibah) pada seseorang, tentunya hal ini juga pasti mengandung hikmah didalamnya.
Manusia memang boleh berharap dan berencana tentang apa saja yang diinginkan, apa saja yang diharapkan, akan tetapi Allah satu-satunya yang berhak menentukan hasil akhirnya. Ini berlaku bagi siapapun seorang hamba. Oleh karena itu, apapun yang kita usahakan dan harapkan, tetap harus ada ruang, waktu dan tempat yang kita sediakan untuk Allah. Sebuah waktu, ruang tekhusus, yang merupakan waktu kita untuk berdo’a dan berusaha, dengan berkeyakinan penuh bahwa usaha yang kita lakukan atas kehendak Allah SWT, yang benar-benar berada di luar kuasa dan jangkauan kita. Yang mana dalam ruang keyakinan ini, kita hanya bisa menyikapinya dengan cara berdo’a, berharap dan bertawakal kepada-Nya.
Imajiner Nuswantoro