TEBU
(antebing kalbu)
Tebu berasal dari kata antebing kalbu yang berarti penuh tekad dan rasa percaya diri. Misalnya ritual tradisional Jawa dalam acara tedhak sinten menggambarkan bahwa bayi akan menghadapi perjalanan hidupnya hari demi hari sampai pada puncaknya.
Tebu dapat bermaknakan keteguhan hati.
Tebu berasal dari kata antebing kalbu, yakni keteguhan hati.
Tebu Arjuna (rejuna) dalam acara tedhak sinten menyiratkan agar dalam menjalani jenjang kehidupan, sang anak senantiasa bersikap manis, mengalami nasib yang baik, dan serba menyenangkan.
Tebu adalah tanaman spiritual Jawa, dari kata antebing kalbu, yang berarti kemantapan hati.
Tanaman ini selalu tumbuh serumpun, sauyun, seperti bambu (pring).
Serumpun, sauyun merupakan pola pikir kebersamaan.
Tebu selalu tumbuh ke atas. Daunnya penuh keindahan.
Terdapat makna dalam gending tebu sauyun memiliki pesan ajaran kerukunan.
Rangkaian kalimat diatas bahwa manusia (Wong Jawa) harus belajar dari Tebu, yang untuk memberikan rasa manis harus digiling, diperas, bahkan diinjak-injak sampai benar-benar mengeluarkan sarinya.
Proses ini menandai jerih payah hidup, bahwa untuk mencapai kenikmatan butuh perjuangan yang panjang.
Tebu adalah pilar berpikir indah, penuh sari manis. Ia tumbuh ke atas, memerhatikan kebersamaan, keras kulitnya tapi manis dalam rasanya.
Tebu, mantep ing qolbu, harus kumantapkan hatiku.
NOTASI LADRANG TEBU SAUYUN
Slendro Manyura
Buka : . 3 5 6 i 6 5 3 6 5 2 1 3 2 1 (6)
2 1 2 3 2 1 2 6 2 1 2 3 i 5 6 i
3 2 6 5 3 2 3 5 1 2 1 6 3 5 2 (3)
2 2 . 6 1 2 3 2 1 1 3 2 5 3 2 1
3 3 5 6 i 6 5 3 6 5 2 1 3 2 1 (6)
LADRANG
TEBU SAK UYUN
Imajiner Nuswantoro