Resi Wisesa Sukmana Tunggal & Raden Narayana versi wayang Purwa
Relief wayang di ruang jinem paseban Tri Panca Tunggal Cigugur Kuningan.
Kharakter wayang nya adalah Kresna saat muda (Raden Narayana), masih bernama Danardana (ksatria suka menolong).
Melambangkan bahwa Dewa pun saat berbadan manusia harus berproses, menahan, mengendalikan dan menyempurnakan rangkaian keinginan dan kekhawatirannya, senantiasa berbuat kebaikan, menolong sesama Titah.
Tidak tiba tiba langsung menjadi "manusia dewa" dewa apengawak manusia.
Danardana adalah titisan Bathara Wisnu.
Sanghyang Bathara Wisnu juga jumeneng di Bhre Pagung, lereng gunung Wilis Kediri.
Raden Narayana (1)
Raden Narayana setelah menjadi raja bernama Prabu Harimurti Padmanaba, karena ia titisan Begawan Padmanaba. Disebut juga Prabu Dwarawati, karena menjadi raja di negeri Dwarawati, dan disebut juga Prabu Kresna, karena berkulit hitam dan lain-lain. la dapat bertahta di Dwarawati karena mengalahkan seorang raja raksasa bernama Prabu Kunjana Kresna di negeri tersebut, dan nama Kresna itu dipakainya juga sebagai namanya sendiri, yakni Prabu Kresna.
Prabu Kresna sebagai pengasuh Pandawa atau disebut dalang, ialah seorang yang pandai menjalankan siasat politik negara, peperangan dan lain-lain. Prabu Kresna mempunyai senjata cakra, senjata yang hanya dikuasai oleh titisan Wisnu, dan mempunyai azimat kembang Wijayakusuma, untuk menghidupkan orang mati, yang belum sampai pada takdirnya. Dalam perang Baratayudha Sri Kresna yang memegang daya upaya kemenangan Pandawa. Usia Prabu Kresna lanjut, hingga sehabis perang Baratayudha.
Sri Kresna berpermaisuri 4 puteri :
1) Dewi Jembawati, anak seorang pendeta kera Kapi Jembawan dipertapaan Gadamedana, berputera Raden Samba;
2) Dewi Rukmini, puteri Prabu Rukma, seorang raja di Lesanpura, berputra Dewi Siti Sundari;
3) Dewi Setyaboma, putri Prabu Setyajid, seorang raja di Lesanpura, dan berputra Raden Setyaka, dan
4) Dewi Pretiwi, putri Hyang Antaboga, berputra Prabu Bomanarakasura.
Prabu Kresna mampu bertiwikrama yaitu berganti rupa menjadi raksasa. Pada lakon Kresna gugah, yaitu Kresna sedang tidur dalam rupa raksasa (tiwikrama). Dalam cerita ini diriwayatkan bahwa siapa yang mampu membangunkan Sri Kresna akan memenangkan perang Baratayudha. Maka kedua belah pihak (Pandawa dan Kurawa) berusaha membangunkannya. Namun tindakan Kurawa sia-sia belaka. Hanya Arjuna yang dapat membangunkan Sri Kresna.
Raden Narayana (2)
Raden Narayana, putera Prabu Basudewa di Madura. la jadi raja di Dwarawati. Narayana seorang anak kembar dengan Raden Kakrasana, ia berkulit hitam. Menurut riwayat, kulitnya yang hitam itu terus hingga pada darah dagingnya, itulah lambang bahwa Narayana seorang titisan Hyang Wisnu, seorang Dewa yang menjadi pokok kejiwaan manusia. Ucapan Narayana, bagi suku Jawa dibuat perumpamaan pada waktu seorang berkata: waktu Narayanaku, berarti : waktu mudaku.
Narayana seorang yang ramah tamah namun dalam tiap perkataanya mengandung kebijaksanaan. Narayana terhitung seorang yang tangkas dan juga elok, malahan menurut anggapan orang, tangkas ;tu lebih baik daripada paras elok. Ucapan Narayana enak didengar dan sering mengenai sindiran yang berarti baik. Kesaktian Narayana berdasar kebijaksanaan, tetapi agak tercampur dengan senda-gurau. Narayana agak malu (J. ering) pada Arjuna, karena semasa perang dengan Arjuna, segala kesaktian Narayana selalu dapat dikalahkan.
BENTUK WAYANG
Wayang Prabu Kresna bermuka hitam, sedangkan seluruh badan berpraba. Wayang ini untuk dimainkan pada waktu sore. Tetapi pada waktu hampir pagi berganti wayang yang bercat hitam seluruh badan.
Prabu Kresna berwanda :
1) Gendreh, karangan Sri Sultan Agung di Mataram,
2) Rondon,
3) Mawur.
Raden Narayana bermata jaitan, muka mendongak. Berjamang dengan garuda membelakang, bersunting sekar kluwih, berkalung bulan sabit. Bergelang, berpontoh dan berkeroncong. Kain bokongan raton.
Narayana berwanda Geblag dan Sembada.
Sedjarah Wayang Purwa, terbitan Balai Pustaka juga tahun 1965. Disusun oleh Pak Hardjowirogo.
Penulis blogger : Imajiner Nuswantoro