Hubungan Prasasti Tri Tepusan
&
Candi Borobudur (Kamulan Bhumisambhara Budhara)
Prasasti Tri Tepusan
Prasasti Tri Tepusan adalah prasasti dari zaman Kerajaan Mataram Kuno yang ditemukan di Dataran Kedu, Jawa Tengah. Prasasti ini dikeluarkan pada tahun 842 M dan menyebutkan tentang Sri Kahulunan yang memberikan tanah di desa Tri Tepusan untuk pemeliharaan tempat suci Kamulan I Bhumisambhara. Bhumisambhara diyakini sebagai nama lain dari Candi Borobudur.
Tentang Prasasti Tri Tepusan
1. Pemberian Tanah.
Prasasti ini mencatat pemberian tanah oleh Sri Kahulunan untuk pemeliharaan tempat suci yang diidentifikasi sebagai Kamulan I Bhumisambhara, yang kemungkinan besar adalah Candi Borobudur.
2. Hubungan dengan Borobudur.
Nama Bhumisambhara dalam prasasti ini dikaitkan dengan Candi Borobudur. Selain itu, prasasti juga menyebutkan "da avidam" yang merujuk pada bangunan berlapis sepuluh, sesuai dengan struktur Candi Borobudur.
3. Raja Sri Kahulunan.
Sri Kahulunan dalam prasasti ini diyakini sebagai Dyah Pramodhawardhani, putri Rakai Warak Dyah Manara, yang juga dikenal sebagai Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra.
4. Tujuan Pembangunan.
Prasasti ini memberikan informasi tentang tujuan pembangunan Candi Borobudur, yaitu untuk memuliakan agama Buddha.
5. Lokasi Penemuan.
Prasasti ditemukan di Dataran Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
5. Tahun Pembuatan.
Prasasti ini dikeluarkan pada tahun 824 M atau 842 M.
Candi Borobudur (Kamulan Bhumisambhara Budhara)
Candi Borobudur adalah candi Buddha terbesar di dunia dan salah satu monumen Buddha terbesar yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini dibangun pada abad ke-8 dan ke-9 pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Borobudur terkenal karena reliefnya yang menggambarkan ajaran Buddha dan kehidupan sehari-hari pada masa itu.
Tentang Candi Borobudur
1. Lokasi.
Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah, sekitar 40 km barat laut kota Yogyakarta.
2. Sejarah.
Dibangun pada abad ke-8 dan ke-9 oleh Wangsa Syailendra, penganut Buddha Mahayana.
3. Arsitektur.
Terdiri dari 9 teras (6 persegi dan 3 lingkaran), dengan stupa di puncaknya.
4. Relief.
Terdapat 2.672 panel relief yang menggambarkan ajaran Buddha, kisah Jataka, dan kehidupan masyarakat pada masa itu.
5. Arca Buddha
Terdapat sekitar 504 arca Buddha yang tersebar di berbagai bagian candi.
6. Fungsi.
Candi Borobudur merupakan tempat ibadah, pusat penyebaran agama Buddha, dan juga merupakan pusat kegiatan keagamaan dan budaya.
7. Status.
Candi Borobudur telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO dan merupakan salah satu tujuan wisata utama di Indonesia. Selain itu, Candi Borobudur juga memiliki makna filosofis yang mendalam. Struktur candi yang bertingkat-tingkat melambangkan perjalanan spiritual manusia menuju pencerahan, dari kehidupan duniawi menuju Nirvana. Candi ini juga menjadi simbol persatuan antara agama Buddha dan budaya Jawa.
Candi Borobudur dibangun pada masa pemerintahan Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra pada abad ke-8. Pembangunan candi ini diperkirakan dimulai sekitar tahun 824 Masehi dan selesai menjelang tahun 900 Masehi pada masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani, putri Raja Samaratungga.
Keterangan :
- Raja Samaratungga
Beliau adalah raja dari Dinasti Syailendra yang memerintah Kerajaan Mataram Kuno.
- Dinasti Syailendra
Dinasti ini merupakan penguasa wilayah Jawa Tengah pada saat itu dan dikenal sebagai penganut agama Buddha Mahayana.
- Pembangunan bertahap
Pembangunan Candi Borobudur diperkirakan memakan waktu cukup lama, bahkan hingga satu abad, sehingga peresmiannya dilakukan oleh keturunan Raja Samaratungga, yaitu Ratu Pramudawardhani.
- Gunadharma
Sosok arsitek yang dipercaya merancang Candi Borobudur.
- Prasasti Kayumwungan
Prasasti ini menyebutkan nama Raja Samaratungga dan menjadi salah satu sumber informasi mengenai sejarah pembangunan candi, dikutip dari buku "13 Raja Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah Kerajaan di Tanah Jawa" karya Sri Wintala Achmad.
Kamulan Bhumisambhara Budhara
Kamulan Bhumisambhara Budhara adalah sebutan lain untuk Candi Borobudur yang ditemukan dalam prasasti-prasasti kuno. Kamulan berarti asal" atau "tempat asal," sementara "Bhumisambhara Budhara" merujuk pada konsep agama Buddha mengenai tingkatan-tingkatan kesempurnaan yang dicapai melalui latihan spiritual, yang juga dapat diartikan sebagai "gunung yang menghimpun kebajikan" according to some historical sources. Jadi, "Kamulan Bhumisambhara Budhara" bisa diartikan sebagai "tempat asal dari gunung yang menghimpun kebajikan," atau "asal mula dari Borobudur sebagai tempat pemujaan.".
Keterangan :
- Prasasti dan Nama Borobudur
Prasasti Tri Tepusan, misalnya, menyebutkan "Kamulan I Bhumisambhara" sebagai tempat suci yang didirikan oleh Sri Kahulunan (kemungkinan Dyah Pramodhawardhani).
- Bhumisambhara Budhara
Istilah ini merujuk pada konsep agama Buddha tentang tingkatan-tingkatan spiritual atau bodhisattva, dan juga bisa diartikan sebagai "gunung kebajikan." according to historical sources.
- Hubungan dengan Borobudur
Istilah "Bhumisambhara Budhara" yang muncul dalam prasasti-prasasti ini dikaitkan dengan Candi Borobudur karena bentuk candi yang berlapis-lapis (sepuluh tingkatan) sesuai dengan konsep Bhumisambhara Budhara.
- Tujuan Pembangunan
Candi Borobudur dibangun sebagai tempat pemujaan dan perwujudan ajaran agama Buddha, serta sebagai simbol kejayaan Dinasti Sailendra.
Berikut penulis sajikan tentang Prasasti Tepusan & Kamulan I
Bhumi Sambhara (Borobudur) dalam bentuk PDF / FREE
DOWNLOAD = Klik anak panah teks PDF :