ASAL-USUL PENGHUNI PULAU JAWA
Masyarakat dari suku Jawa dapat dikenali dari bahasa, garis keturunan, filosofi hidup, dan sikapnya yang masih dapat diamati hingga saat ini.
Herusatoto (1987) mendefinisikan masyarakat Jawa adalah sebagai salah satu masyarakat yang hidup dan tumbuh berkembang dari zaman dahulu sampai sekarang dan turun temurun menggunakan bahasa Jawa dalam berbagai ragam dialeknya serta mendiami sebagian besar Pulau Jawa.
Sebagian besar masyarakat suku Jawa menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi sehari-hari.
Bahasa Jawa dikenal dengan aturan yang dikenal dengan unggah-ungguh, dengan kosa kata dan intonasi berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara.
Aspek kebahasaan ini sesuai dengan adanya pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa terutama status sosial seseorang di masyarakat.
RUMPUN AUSTROASIA
Rumpun bahasa Austroasia yang secara harafiah berarti “Asia Selatan”, adalah sebuah rumpun bahasa-bahasa yang dipertuturkan di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Di antara bahasa-bahasa yang termasuk rumpun bahasa ini, hanya bahasa Vietnam, bahasa Khmer, dan bahasa Mon yang mempunyai catatan sejarah yang panjang, dan bahasa Vietnam dan bahasa Khmer berstatus bahasa resmi (masing-masing di Vietnam dan Kamboja), sementara bahasa Santali dan bahasa Khasi masing-masing berstatus bahasa resmi di tingkat negara bagian di India. Bahasa lain dari rumpun ini dituturkan oleh sekelompok kecil masyarakat.
Rumpun bahasa Austroasia menyebar terpisah-pisah di India, Bangladesh, dan Asia Tenggara, dipisahkan oleh daerah di mana bahasa-bahasa lain dituturkan. Secara luas dipercaya bahwa rumpun bahasa Austroasia merupakan bahasa asli daerah di Asia Tenggara dan bagian timur anak benua India, dan bahwa rumpun bahasa lain di daerah itu termasuk Indo-Eropa, Tai-Kadai, Dravida, dan Sino-Tibet, adalah hasil dari migrasi manusia yang terjadi belakangan. (Sebagai contoh, ada kata-kata bahasa Austroasia pada rumpun bahasa Tibeto-Burma di Nepal timur).
Beberapa ahli bahasa telah mencoba membuktikan bahwa rumpun bahasa Austroasia berkerabat dengan rumpun bahasa Austronesia, sehingga membentuk rumpun besar Austrik.
Suku bangsa adalah kelompok etnis dan budaya masyarakat yang terbentuk secara turun temurun di Indonesia, salah satunya adalah suku Jawa.
Suku Jawa adalah suku bangsa terbesar di Indonesia bahkan menyebar di Asia Tenggara hingga belahan dunia, berarti sekitar 42 % populasi di Indonesia adalah masyarakat dari suku Jawa selebihnya populasi suku-suku Nusantara.
Di Indonesia sebagian besar suku Jawa berada di Pulau Jawa terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur, tetapi mereka juga tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
ASAL-USUL SUKU JAWA
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang asal-usul Suku Jawa di Indonesia.
Berdasar penemuan arkeolog, suku Jawa sudah ada sejak jutaan tahun lalu dengan ditemukannya fosil seperti Pithecanthropus Erectus dan Homo Sapiens di berbagai tempat di Pulau Jawa.
Sementara pendapat sejarawan menyatakan hal berbeda, yaitu meyakini bahwa nenek moyang suku Jawa berasal dari Yunan, China yang melakukan pengembaraan ke beberapa daerah di nusantara.
Sumber lain berasal dari Babad Jawa Kuno yang menyebut bahwa nenek moyang suku Jawa berasal dari seorang pangeran kerajaan Kling yang tersisih dari perebutan kekuasaan.
Raja tersebut membangun kerajaan baru bernama Javaceckwara bersama para pengikutnya.
Asal-usul suku Jawa juga ditemukan dalam sebuah surat kuno dari keraton Malang yang menyebut tentang Raja Rum. Raja dari kesultanan Turki pada 450 tahun SM yang kemudian menemukan pulau yang sangat subur.
Menurut Babad Tanah Jawa, Suku Jawa merupakan keturunan dari Kerajaan Keling atau Kalingga yang bertempat di wilayah India Selatan. Pada kala itu salah satu pangeran dari Kerajaan Keling pergi meninggalkan India akibat menghindari perebutan kekuasaan. Setelah pergi sangat jauh dari wilayahnya, Pangeran Keling menemukan wilayah untuk ditempati dan mulai membangun pemukiman disana. Pulau inilah yang dikenal dengan nama Javacekwara. Pangeran Keling pun dianggap menjadi nenek moyang Suku Jawa. Untuk kegunaan lain, lihat Keling.
Keling (dari bahasa Sanskerta: Kalingga) adalah sebuah daerah di India Selatan. Kata ini bisa pula merujuk kepada suatu suku bangsa Dravida atau Tamil yang berasal dari sana.
Suku Jawa merupakan keturunan dari Aji Saka
Terakhir adalah pendapat dari tulisan kuno India. Menurut tulisan kuno India, Aji Saka adalah orang pertama yang menemukan dan menginjakkan kakinya di tanah Jawa. Hal inilah yang membuat Aji Saka dianggap sebagai nenek moyang suku Jawa.
ASAL-USUL ORANG JAWA (VERSI PADMOSOEKOTJO & WIKIPEDIA)
Asal-usul Orang Jawa versi Padmosoekotjo ini saya ambil dari Buku Misteri Syekh Siti Jenar Peran Wali Songo dalam Mengislamkan Tanah Jawa karya Prof. Hasanu Simon.
Adam, beristeri Siti Hawa, antara lain berputra Nabi Sis. Nabi Sis beristeri Dewi Mulat, antara lain berputra Sayid Anwas dan Sayid Anwar.
Dari sumber lain bahwa Nabi Syits adalah anak Nabi Adam yang diwasiatkan untuk menjaga Nur Nabi Muhammad SAW. Beliau dilahirkan lima tahun setelah Habil dibunuh oleh Qabil, tepatnya 235 tahun usai Nabi Adam diturunkan dari langit ke bumi.
Sayid Anwar tidak mengakui agama Nabi Adam dan Nabi Sis, sehingga disuruh pergi. Sayid Anwar ingin menciptakan sariat sendiri. Sayid Anwar pergi ke Timur, akhirnya tiba di tanah Dewani lalu bertemu dengan raja Jin bernama Prabu Nurradi. Sayid Anwar diambil menantu oleh Prabu Nurradi, kemudian diangkat menjadi raja memimpin para jin bergelar Prabu Nurcahya. Setelah Prabu Nurcahya menjadi raja, wilayahnya lalu disebut tanah Jawa.
Nabi Anwas menurunkan para nabi selanjutnya dan nabi Anwar mempunyai putra ghaib bernama Sang Hyang Wenang. Sang Hyang Wenang berputra Sang hyang Tunggal. Sang Hyang Tunggal mempunyai keturunan dalam bentuk telur. Kulit telurnya berubah menjadi Bathara Antaga (Togog), putih telurnya menjadi Bathara Ismaya (Ki Lurah Semar Bodronoyo) dan kuning telurnya menjadi Bathara Manikmaya (Bathara Guru). Namun Bathara Ismaya-lah yang menurunkan para Pandawa dan seterusnya.
Padahal menurut Padmosoekojo, Bathara Manikmaya-lah yang menurunkan Pandawa dan seterusnya seperti silsilah di bawah ini.
Selanjutnya silsilah Prabu Nurcahya, yang selalu nikah dengan putri jin, adalah sebagai berikut :
Prabu Nurcahya (1)
Setelah menjadi raja diantara bangsa jin di pulau Malwadewa, Sayid Anwar menggelarkan dirinya sebagai Sang Hyang Nurcahya (perpaduan cahaya). Selanjutnya Putri Prabu Nurhadi (Nurradi) yang bernama Dewi Nurrini (Dewi Mahamuni) diserahkan dan dijadikan permaisuri Sang Hyang Nurcahya. Sang Hyang Nurcahya mendapatkan keturunan dari Dewi Nurrini (Dewi Mahamuni) berwujud Asrar (rahsa daya hidup, plasma, tan wujud) yang bercahaya sangat terang benderang menyilaukan dan menerangi kegelapan. Asrar (tan wujud) itu kemudian disiram dengan air kehidupan menjadi wujud. Oleh Sang Hyang Nurcahya diberi nama Sang Hyang Nurrasa.
Prabu Nurcahya, berputra Sang Hyang Nurrasa (2), berputra Sang Hyang Wenang (3)
Serat Paramayoga merupakan karya sastra berbahasa Jawa karya pujangga Ranggawarsita yang isinya merupakan perpaduan unsur Islam, Hindu, dan Jawa asli. Tokoh Sang Hyang Wenang misalnya, disebut sebagai leluhur dewa-dewa Mahabharata sekaligus keturunan dari Nabi Adam. Sang Hyang Wenang merupakan putra Sang Hyang Nurrasa, putra Sang Hyang Nurcahya, putra Nabi Sis, putra Nabi Adam. Ia memiliki seorang kakak bernama Sanghyang Darmajaka dan seorang adik bernama Sanghyang Pramanawisesa. Setelah dewasa, Sang Hyang Wenang mewarisi takhta Kahyangan Pulau Dewa dari ayahnya. Kahyangan ini konon sekarang terletak di negara Maladewa, di sebelah barat India. Sang Hyang Wenang dipuja bagaikan Tuhan oleh para penduduk Pulau Dewa yang saat itu kebanyakan dari bangsa jin.
Sang Hyang Wenang beristeri Dewi Saoti, berputra Sang Hyang Tunggal (4) beristeri Dewi Rekothowati, berputra Bathara Manik (Sang Hyang Guru) dan Bathara Maya (Semar).
Bathara Manik (5) berputra sembilan, antara lain Bathara Brahma (6).
Brahma adalah asal muasal orang Jawa. Padahal Brahma adalah cicit dari Syang Hyang Wenang yang merupakan galur dari Sayid Anwar, putra Nabi Sis. Brahma diduga adalah nama plesetan dari Nabi Ibrahim sehingga sebagian penduduk Jawa merupakan keturunan dari Nabi Ibrahim dan Siti Sarah. Pasalnya, dalam mitologi Jawa istri dari Brahma adalah Saraswati.
Bathara Brahma, antara lain berputra Bremani (7), antara lain berputra Manumayasa (8), antara lain berputra Satrukem Bathara Brahma (9), antara lain berputra Sakri (10), antara lain berputra Palasara (11), antara lain berputra Abyasa (12), beristeri Ambalika antara lain berputra Pandu (13)
Menurut Mahabharata, Wicitrawirya bukanlah ayah biologis Pandu. Wicitrawirya wafat tanpa memiliki keturunan. Ambalika, janda Wicitrawirya diserahkan kepada Bagawan Byasa (Abyasa) agar diupacarai sehingga memperoleh anak. Ambalika disuruh oleh Satyawati untuk mengunjungi Byasa ke dalam sebuah kamar sendirian, dan di sana ia akan diberi anugerah. Ia juga disuruh agar terus membuka matanya supaya jangan melahirkan putra yang buta (Dretarastra) seperti yang telah dilakukan Ambalika. Maka dari itu, Ambalika terus membuka matanya namun ia menjadi pucat setelah melihat rupa Sang Bagawan (Byasa) yang luar biasa. Maka dari itu, Pandu (putranya), ayah para Pandawa, terlahir pucat.
Pandu, beristeri Kunti antara lain berputra Harjuna (14)
Harjuna atau Arjuna adalah nama seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dikenal sebagai sang Pandawa yang menawan parasnya dan lemah lembut budinya. Ia adalah putra Prabu Pandudewanata (Pandu), raja di Hastinapura dengan Dewi Kunti atau Dewi Prita, yaitu putri Prabu Surasena, Raja Wangsa Yadawa di Mandura.
Ia memiliki sepuluh nama: Arjuna, Phālguna, Jishnu, Kirti, Shwetawāhana, Wibhatsu, Wijaya, Pārtha, Sawyashachi (juga disamakan dengan Sabyasachi), dan Dhananjaya.
Arjuna, beristeri Dewi Subadra berputra Abimanyu (15)
Abimanyu menikah dengan Uttara, putri Raja Wirata dan memiliki seorang putera bernama Parikesit, yang lahir setelah ia gugur.
Abimanyu, berputra Parikesit (16), antara lain berputra Prabu Jabaya, menjadi raja Mamenang (Kadiri).
Kemudian saya lanjutkan penelusuran silsilah orang Jawa versi Buku "Misteri Syekh Siti Jenar Peran Wali Songo dalam Mengislamkan Tanah Jawa" dan Wikipedia :
Parikesit (16), beristeri Dewi Satapi alias Dewi Tapen berputra Yudayana (17) dan Dewi Pramasti.
Yudayana, antara lain berputra Gendrayana (18), antara lain berputra Jayabaya (19)
Dikisahkan Jayabaya adalah titisan Wisnu. Negaranya bernama Widarba yang beribu kota di Mamenang. Ayahnya bernama Gendrayana, putra Yudayana, putra Parikesit, putra Abimanyu, putra Arjuna (Harjuna) dari keluarga Pandawa.
Jayabaya, beristeri Dewi Sara antara lain berputra Jayaamijaya (20)
Permaisuri Jayabaya bernama Dewi Sara. Lahir darinya Jayaamijaya, Dewi Pramesti, Dewi Pramuni, dan Dewi Sasanti. Jayaamijaya menurunkan raja-raja tanah Jawa, bahkan sampai Majapahit dan Mataram Islam. Sedangkan Pramesti menikah dengan Astradarma raja Yawastina, melahirkan Anglingdarma raja Malawapati.
Jayabaya mempunyai isteri bernama Dewi Sara. Nama yang sangat mirip dengan isteri Nabi Ibrahim, yakni Siti Sarah.Dengan demikian menimbulkan pertanyaan :
Apakah ini berarti bahwa sebagian Orang Jawa mempunyai silsilah Ishaq, kemudian Ishaq berputra Ya'qub (Bani Israil) berasal dari Sayid Anwar ? Sementara sebagian Orang Jawa yang lain mempunyai silsilah Isma'il berasal dari Sayid Anwas