Jowo Digowo - Arab Digarap - Barat Diruwat
Jowo digowo
Arab digarap
Barat diruwat
Jowo was driven
Arabic worked on
West was treated
ꦗꦺꦴꦮꦺꦴꦣꦶꦒꦺꦴꦮꦺꦴ
ꦄꦫꦧ꧀ꦝꦶꦒꦫꦥ꧀
ꦧꦫꦠ꧀ꦝꦶꦫꦸꦮꦠ꧀
乔沃被驱赶
阿拉伯语工作
韦斯特接受治疗
Qiáo wò bèi qūgǎn
ālābó yǔ gōngzuò
wéi sī tè jiēshòu zhìliáo
ジョウォ・ディゴボ - アラビア語が取り組んだ - 西は治療を受けました
Jou~o digobo - Arabia-go ga torikunda - nishi wa chiryō o ukemashita
জোও দিগোও- আরবি কাজ করেছে- পশ্চিমের চিকিৎসা করা হয়
Jō'ō digō'ō- ārabi kāja karēchē- paścimēra cikiṯsā karā haẏa
Джово Дигово - Арабский работал над - Уэста лечили
Dzhovo Digovo - Arabskiy rabotal nad - Uesta lechili
Jowo fue conducido Árabe trabajado en Occidente fue tratado
Jowo werd gereden Arabisch gewerkt West werd behandeld
تم قيادة جوو
العربية عملت على
تم علاج الغرب
tama qiadat jww
alearabiat eamilat ealaa
tama eilaj algharb
جۆڤۆ دیگۆڤۆ - عەرەبی کاری لەسەر کردووە - وێست چارەسەری بۆ کرا
जोवो डिगोवो - अरबी पर काम किया - वेस्ट का इलाज किया गया
jovo digovo - arabee par kaam kiya - vest ka ilaaj kiya gaya
조워 디고워 - 아랍어 작업 - 웨스트는 치료를 받았다
jowo digowo - alab-eo jag-eob - weseuteuneun chilyoleul bad-assda
Jowo digowo - Arabies het gewerk aan - West behandel is
Jowo digowo - L'arabo ha lavorato su - L'Occidente è stato curato
Jowo digowo - Ərəb üzərində işlədi - Qərb müalicə olundu
Jowo Digowo - အာရဗီတွင် အလုပ်လုပ်သည်- အနောက်က ဆေးကုခဲ့တယ်။
Jowo Digowo - aarr betwin aalotelote sai- aanoutk sayyku hkaetaal .
Jowo digowo - Arabais ag obair air - Chaidh an taobh an iar a làimhseachadh
જોવો દિગોવો - અરબી પર કામ કર્યું - વેસ્ટની સારવાર કરવામાં આવી હતી
Jōvō digōvō - arabī para kāma karyuṁ - vēsṭanī sāravāra karavāmāṁ āvī hatī
Jowo digowo - ערבית עבדה על - ווסט טופל
Jowo digowo - Bahasa Arab diusahakan - Barat telah dirawat
Tiếng Ả Rập đã làm việc trên - Tây đã được điều trị
โจโว ดิโกโว - ภาษาอาหรับทำงานใน - เวสต์ได้รับการรักษา
Cowo di ko wo - p̣hās̄ʹā xāh̄rạb thảngān nı - wes̄t̒ dị̂ rạb kār rạks̄ʹā
Jowo digowo - Arabais ag obair air - Chaidh an taobh an iar a làimhseachadh
Jowo digowo - Arabica laboraverunt in - West tractata
Jowo Digowo (Jawa Dibawa)
Untuk kalimat pertama dalam istilah jawa tersebut adalah jowo digowo, atau dalam bahasa Indonesia nya adalah jawa dibawa. Dalam hal ini istilah dalam kalimat pertama memiliki arti yakni dimanapun nantinya Anda berada, dan kapapun. Yang namanya Budi pekerti itu harus selalu dibawa atau harus diterapkan.
Jangan sampai nantinya kita menjadi “wong jowo kang ilang jawane”,pernyataan kali ini juga memiliki arti. Yakni jangan sampai kita menjadi orang yang lupa akan tatakrama nya. Perlu diketahui makana “jowo” tersebut memiliki makna subosito (tatakrama).
Jowo Digowo
Setiap Umat pasti pernah dianugerahi Nabi oleh Gusti Allah, namun hanya ajaran Nabi Muhammad SAW yang kita yakini dijamin penjagaannya oleh Gusti Allah hingga hari kiamat. Artinya, kita orang Jawa (Nusantara pada umumnya) pasti pernah memiliki Nabi.
Jadi, kita ini bukan bangsa bodoh yang tidak pernah dibimbing oleh wahyu Ilahi. Islam datang ke Jawa tidak untuk mengubah budaya, karena kita sudah Islami (melalui Nabi di masa lalu).
Dalam hal ketauhidan cukup dikenalkan syahadat Tauhid dan syahadat Rosul Akhir Jaman SAW. Selebihnya, terjadilah asimilasi dan akulturasi yang apik antara ruh Islam dan budaya Jawa.
Sebab, antara Budaya Jawa dan ajaran Islam, banyak sekali yang sinkron sehingga tidak perlu dibuang secara keseluruhan. Saling menyesuaikan, saling mengisi dan saling berintegrasi.
Banyak institusi budaya Jawa yang dipertahankan dan dimasuki ruh Islam sehingga syariat hidup berkembang tanpa paksaan. Hingga kini, ketika kita sedang membicarakan budaya Jawa, sebenarnya kita sedang membicarakan agama Islam secara substansial, secara hakikat.
Oleh karena ajaran Islam telah melebur sehingga syariat bisa ditegakkan sesuai panggilan hati. Dilaksanakan sesuai kemampuan dan maqom masing-masing kaum Muslimin, tidak diperlukan lagi formalisasi dalam penegakakannya.
Akhirnya, sebagai Muslim di Nusantara, kita harus tetap menghormati Arab sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya agama Islam beserta segala perangkatnya.
Sebagai bagian dari pergaulan internasional kita harus bisa terbuka dengan segala yang datang dari Barat, kita ambil yang baik, kita buang yang buruk. Sebagai orang Jawa (Nusantara), kita harus tetap membumi dimana kita ada dan mengada.
Jowo digowo (Jawa dibawa)
Artinya, kemanapun dan dimanapun, budi pekerti itu harus selalu dibawa/diterapkan. Jangan sampai menjadi "Wong Jowo kang ilang Jawane". Jowo di sini bermakna Subosito (Tatakrama).
Arab Digarap
Untuk kalimat kedua memahami makna istilah jawa “jowo digowo, arab digarap, barat diruwat” memiliki arti tersendiri. Yakni segala sesuatunya yang berasal dari Arab jangan langsung digunakan begitu saja. Melainkan kita harus mempelajari, mengerti, dan memahami nya terlebih dahulu.
Hal ini yang perlu diperhatikan terutama untuk semua kaum muslimin, bahwa harus bisa membedakan. Manakah yang termasuk dari budaya arab, dan manakah yang memang benar-benar ajaran islam. Karena tidak semua segala sesuatu yang dari Arab itu merupakan ajaran islam.
Ungkapan “Arab Digarap, Barat Diruwat, Jowo Digowo” sebenarnya sudah turun temurun diajarkan oleh para Ulama di Nusantara. Hanya saja, nilai-nilai ini sudah terasa mulai luntur.
Banyak generasi muda yang mulai menganggap bahwa Barat itu kafir, Arab itu pasti Islam, sedangkan Jawa itu jahiliyah. Kita pun menyaksikan mulai bermunculan generasi-generasi ahistoris. Generasi yang tidak bersyukur bahwa mereka mengenyam hidayah serta hidup damai di bumi Nusantara karena peran Ulama dan nenek moyang yang mengajarkan kearifan tersebut.
Tidak bisa dipungkiri bahwa Nabi Muhammad SAW berasal dari Arab. Alquran dan Al Hadis juga disusun dalam bahasa Arab. Agama Islam disebarkan pada generasi awalnya juga dengan bahasa Arab.
Semua ritual ibadah wajib juga dilakukan dengan bahasa Arab. Bacaan Alquran, bacaan salat, dan banyak lainnya tetap dipertahankan dengan bahasa Arab, sesuai ketika diturunkannya. Jadi tidak mungkin umat Islam di Indonesia anti Arab. Anggapan ini sungguh naïf dan tidak masuk akal.
Ulama Nusantara memisahkan antara ajaran Islam dengan budaya Arab. Ajaran Islam inilah yang diambil ruhnya dan dijadikan tata inti dalam menjalankan syariat di Nusantara.
Sedangkan bagian artifisial secara fisik adalah urusan pribadi masing-masing perorangan. Jadi tidak menganut budaya Arab bukan berarti anti Islam dan bertentangan dengan ajaran Islam.
Arab digarap
Artinya, jangan langsung dipakai begitu saja apa-apa yang berasal dari Arab, tetapi lebih dulu harus dipelajari, dimengerti, dan dipahami. Hal ini terutama untuk kaum Muslimin harus bisa membedakan mana yang budaya Arab, dan mana yang merupakan ajaran Islam. Tidak semua yang Arab itu Islam.
Barat Diruwat
Dan kalimat yang terkahir adalah barat diruwat, maksudnya dalam hal ini adalah segala sesuatu yang datang dari negara barat. Sebaiknya harus kita ruwat, yakni kita saring apakah budaya tersebut, sesuai dengan budaya kita atau malah sebaliknya.
Jika budaya yang dibawa negara barat tersebut tidak sesuai dengan apa yang ada di budaya dan ajaran kita. Sebaiknya budaya barat tersebut dibuang dan ditinggalkan. Namun apabila masih ada kesesuaian juga harus kita saring lagi apakah hal tersebut bermanfaat atau tidak untuk kita.
Barat Diruwat
Budaya Barat telah mendunia mencengkeram segala generasi. Mau tidak mau kita semua bersinggungan secara intensif dengan dunia Barat. Harus diakui ada budaya Barat yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai budaya Nusantara.
Misalnya budaya materialis yang mengukur segala sesuatu dengan uang dan nilai kebendaan semata. Juga budaya hedonis yang mengagung-agungkan foya-foya berlebihan mengejar kepuasan duniawi sesaat.
Namun, dalam kenyataannya, ada nilai Barat yang harus kita akui. Misalnya semangat memecahkan dan menemukan ilmu pengetahuan dan teknologi baru, kedisiplinan, dan kemandirian.
Kita harus belajar banyak dari Barat dalam hal ini. Mbah Wali Gus Dur memberi arahan: ambil ilmu pengetahuan dan teknologinya, tolak ajarannya. Kita juga mengenal istilah: “Think Global, Style Local”.
Barat diruwat
Ini kadarnya lebih rumit daripada menggarap. Apa yang datang dari barat itu harus diruwat, sesuai atau tidak dengan budaya dan ajaran kita. Jika tidak sesuai, maka harus dibuang. Jika masih ada kesesuaian, kita lihat lagi hasilnya, bermanfaat atau tidak bagi kita. Jadi tidak cuma sekedar ambil yang baik dan buang yang buruk.