KISAH Anwas & KISAH Anwar
Kisah
ini menceritakan tentang peristiwa pembunuhan pertama di dunia, perkawinan Sis,
dan kelahiran anak-anak Sis yang bernama Anwas dan Anwar. Kelak, tokoh bernama
Anwar ini akan menjadi dewa pertama yang bergelar Sanghyang Nurcahya. Sumber
yang dipakai dalam penyusunan kisah ini adalah Serat Paramayoga karya Raden
Ngabehi Ranggawarsita yang dipadukan dengan kisah-kisah tradisi dari Timur
Tengah.
Sayyid
Anwar Leluhur Bani Tamim (Bani Jawi) Nusantara
Menurut Moch Bayu Abdul Karim :
Setiap
anak nabi Adam a.s lahir kembar, hanya nabi Sis a.s terlahir tanpa kembaran
dalam kondisi jasad tak beryawa. Lalu nabi Adam a.s memohon pada Allah SWT
untuk menghidupkan. Allah SWT memberi Nur cahaya sehinga nabi Sis a.s hidup.
Karena Nabi Sis a.s lahir tunggal, maka allah menurunkan pasangan sejenis
malaikat azazil.
Maka
lahirlah Sayyid Anwas dan Sayyid Anwar. Sayyid Anwas terlahir wujud manusia dan
Sayyid Anwar terlahir wujud manusia Cahaya dan Nabi Sis a.s diberi petunjuk
Allah SWT, kelak Sayyid Anwas menurunkan nabi-nabi. Sedangkan Sayyid Anwar
menurunkan Raja-raja di Tanah Al Hind/Sindaland/Sundaland/Kepulauan Dangkalan
Sunda yang berbatasan dengan dangkalan SAHUL
Sayyid
Anwar gemar berpetualang keliling bumi. Sayyid Anwar mirip nabi Sis a.s
memiliki Nur khusus dari zat Allah SWT.
Anak
turunan Sayyid Anwar yaitu Ismaya/Semar, separuh batara, Resi yang hidup di
tanah Jawa. Anak turunan Anwar ini yang memegang kitab Tripitaka dan Wreda
sampai suluk-suluk leluhur Jawi dan tak disebutkan dalam al Quran karena tingkat
keyakinan/ketauhidan kepada Allah SWT, karena Bani Jawi mewarisi Nur Allah SWT
dari jasad nabi Sis as. Manungaling Kawulo lan Gusti ....Wallohu alam.
Putra nabi Sis a.s yaitu sayyidina Anwas dan sayyidina Anwar. Sayiddina Anwas menurunkan Bani Ismail dan Bani Israel urutan kitab Taurat, Zabur, Injil.
Lalu
dari Sayyidina Anwar menurunkan Bani Tamim/Bani Jawi dengan kitab Tripitaka (3
kitab) berisi sama 3 kitab Bani Ismal dan Bani Israel.. Karena Bani Jawi sangup
menerima Tripitaka, maka Allah menurunkan kitab Wreda mengajarkan ketauhidan,
ibadahnya dengan bunyi-bunyian seperti : kentongan, tasbih (biksu).
Karena
kitab Taurat, Zabur, Injil dirusak YAHUDI dari ajaran aslinya, maka Allah SWT
menurunkan al Quran untuk meluruskan umat dan untuk melengkapi ajaran Bani
Jawi, karena bani Jawi urutan ilmu lengkep dari Allah SWT (tidak dirusak
yahudi), maka Bani Jawi bisa menerima Islam sebagai ad diin, tanpa peperangan
besar.
Lalu kenapa Allah SWT tak menjelaskan dalam al Quran tentang Tripitaka dan Wreda/Weda ?
Jika
yahudi tahu ada kitab lain dari awal pasti akan dirusak pula. Jika mereka tahu
bani Tamim (jawi) kaum kecil yang diberi kuasa menaklukan mereka. Bukti
kelengkapan ilmu bani Jawi kitabulloh dibuatlah dalam bentuk Petilasan Batu
Tunggal/Salaka Domas (Sunda), Candi (Sandi/Sindu) di seluruh jazirah al Jawi.
Sebelum
Rosulullah SAW dan Islam turun bani jawi sudah rahmatan lil alamin, sedangkan
di Arab masih jahiliyah. Jawa bermakna akhlak jadi Rasulullah SAW diutus
menyempunakan akhlak, dan bani jawi harus disempurnakan karena cara menyembah
gusti Allah SWT dirasakan cukup berat bagi manusia selain bani jawi. Contohnya
: Puasa mutih, Puasa ngrowot, Puasa pati geni, Puasa ngebleng, bertapa
berhari-hari, bertapa pendem, bahkan sunan Kalijogo pun bertahun-tahun bertapa
dll.
Bukti
Bani Jawi telah disempurnakan, dalam Islam disebutkan Malaikat Muqorobin,
Jibril, Mikail, Ijroil, Isrofil. Malaikat dihembuskan pada janin usia 4 bulan
dirahim ibu. Sedangkan Bani jawi juga ada ajaranya tapi tidak tahu namanya, maka
Bani Jawi menamakan "Sedulur Papat ke Limo Pancer" dalam diri, dalam
lingkup Alam adalah arah mata angin.
Referensi al Kitab Al Quran
QS.
Ibrahim : 4
Artinya
: Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa (lisan)
kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka
Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa
yang Dia kehendaki dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.
QS.
Al-Maidah : 48
Untuk
tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan (sareat) dan jalan yang
terang (Syir’atan Waminhaajan/spiritual).
QS.
Al-Maidah : 48
Artinya
: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya)
dan batu ujian [421] terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.
untuk tiap-tiap umat diantara kamu [422], Kami berikan aturan (sareat) dan
jalan yang terang (spiritual). Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah
kamu perselisihkan itu.
QS.
Yusuf : 111
Sesungguhnya
pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kisah-kisah/kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan
sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman (pikeun anu Percaya /sanés
kanggo jalmi Muslim wungkul).
QS.
Al-Hujuraat : 13
Artinya
: 13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
QS.
Asy-Syuura : 7
Artinya
: Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa ARAB, supaya kamu
memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk
(negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari
berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. segolongan masuk surga, dan
segolongan masuk Jahannam.
Sayyid Anwar (Hyang NurCahya), putra nabi Sis as. Leluhur Bani Tamim (Bani Jawi) / al hind /Sindaland/Sundaland/Kepulauan Sunda, yang dibatasi benua SAHUL
Dikisahkan
bahwa nabi Syits AS merupakan putra dari nabi Adam AS yang terlahir secara
tunggal (tidak kembar) untuk menggantikan Habil, Syits memiliki pasangan yakni
Azura serta Syits juga merupakan seorang nabi. Sebagai seorang nabi, Syits
menerima perintah-perintah dari Allah yang ditulis dalam 50 suhuf/sahifah.
Dari
hasil pernikahan antara Syits dengan Azura, dilahirkan lah anak kembar yakni
Anwas dan saudarinya Naum, karena masa itu belum ada larangan menikah dengan
saudara sedarah, maka Anwas dan Naum pun menikah hingga dikaruniai anak bernama
Kinan, hingga nanti Qinan akan memiliki putra bernama Mihlail dan Mihlail
memiliki putra bernama Yarid serta cucuk bernama nabi Idris AS hingga
keturunannya kemudian sampai kepada nabi Nuh AS dan darinya akan terlahir Sam
kemudian keturunan Sam akan terlahir Ibrahim dan Ibrahim memiliki putra bernama
Ismail, Ismail merupakan leluhur dari nabi Muhammad Saw.
Cerita Jawa
Keturunan
Nabi Adam yang diangkat menjadi nabi hanya satu; Nabi Syits (Set, dalam bahasa
Ibrani; Sang Hyang Esis, dalam bahasa Jawa). Syits merupakan keturunan Adam
yang lahir tunggal (semua anak Adam dilahirkan kembar) diturunkan Yang Maha Esa
sebagai pengganti anak Adam yang terbunuh. Rupa Syits sangat mirip dengan rupa
Adam dan menjadi satu-satunya manusia yang memiliki kebijaksanaan terhebat
sepanjang masa.
Begitu
mengasihinya Adam meminta pada Yang Maha Esa supaya kelak keturunan Syits
diizinkan menjadi penguasa atas keturunan saudara-saudaranya. Saat berdoa, Jin
Ngajajil (Iblis) ternyata mencuri dengar. Ngajajil paham, bila doa Adam akan
selalu didengar dan dikabulkan Yang Maha Esa. Seketika itu pula, tumbuh
keinginan Ngajajil untuk mencampurkan darah keturunannya dengan darah keturunan
Syits.
Ngajajil
terus mengintai Syits dan menunggu kesempatan mencampurkan darah keturunannya.
Maka ketika Syits menikah dengan Dewi Mulat, pada suatu malam, Dewi Mulat
diculik, diambil Ngajajil, lalu keberadaannya digantikan putrinya, Dewi Dlajah,
yang telah beralih rupa menjadi Dewi Mulat. Setelah dibuahi, Ngajajil langsung
mengangkat Dewi Dlajah dan mengembalikan Dewi Mulat.
Pada
suatu pagi, Dewi Mulat melahirkan dua orang anak; satu berwujud laki-laki
normal dan satunya berupa cahaya berkilauan (kasatmata). Sore harinya Dewi
Dlajah juga melahirkan, wujudnya berupa gumpalan darah yang berkilauan. Oleh
Ngajajil, gumpalan darah berkilauan itu disatukan dengan cahaya berkilauan anak
Dewi Mulat. Dari hasil penggabungan itu, muncullah seorang anak laki-laki yang
cakap. Anak Dewi Mulat diberi nama Sayid Anwas, sedang anak campuran Dewi Mulat
dan Dewi Dlajah diberi nama Sayid Anwar.
Sayid
Anwas maupun Sayid Anwar memiliki rupa yang sangat tampan. Sayid Anwas besar
dalam perlindungan Adam, sedang Sayid Anwar besar dalam asuhan Ngajajil.
Sebagai keturunan yang terberkati, keduanya memiliki kemampuan yang sama-sama
hebat. Bedanya, Sayid Anwas gemar mempelajari ilmu agama, sedang Sayid Anwar
gemar tirakat dan bertapa.
Ketika
Sayid Anwar dewasa, dia bertanya pada Dewi Dlajah tentang siapa ayah sejatinya.
Maka diberitahukan lah Sayid Anwar bila dia merupakan keturunan Syits. Pada
Dewi Dlajah dan Ngajajil, Sayid Anwar berpamitan untuk menjumpai sang ayah.
Ketika berjumpa dengan Syits, terkejut lah sang ayah. Semula Syits tidak mau
mengakui keberadaannya, tetapi setelah Yang Maha Esa membisikan mengenai
asal-usul Sayid Anwar, barulah Nabi Syits menerima kenyataan itu.
Sayid
Anwas dan Sayid Anwar kemudian besar dalam asuhan Adam. Ketika melihat Sayid
Anwas dan Sayid Anwar, Adam mulai paham bila Sayid Anwas kelak akan melahirkan
keturunan yang mempertahankan ajaran agama, sedang Sayid Anwar kelak akan
melahirkan keturunan yang menghancurkan ajaran agama. Dalam asuhan Adam, Sayid
Anwar melanggar pantangan dengan meminum air kehidupan yang membuat hidupnya
abadi. Mengetahui itu, Nabi Adam marah lalu mengusir Sayid Anwar.
Sayid
Anwar sangat kecewa dengan sang kakek lalu pergi berkelana. Di tengah
perjalanan dia bertemu Malaikat Harut dan Marut yang menyesatkannya menuju ke
arah Sungai Nil dan bertemu dengan beberapa anak Adam lainnya. Dengan sang
paman, Sayid Anwar belajar ilmu melihat masa depan (semacam ilmu laduni) dan
berbagai ilmu hebat lain. Usainya, Sayid Anwar melanjutkan perjalanan ke arah
timur menuju pulau kecil di antara Pulau Maladewa dan Laksadewa, yang bernama
Lemah Dewani.
Di
situlah Sayid Anwar melakukan tapa brata dengan cara melihat matahari mulai
terbit sampai tenggelam. Setelah tujuh tahun bertapa, daya linuwih pada Sayid
Anwar terolah hebat sehingga bisa menghilang (kasatmata). Dalam pengembaraannya
di Lemah Dewani, Sayid Anwar banyak bertarung dengan para jin dan membuat
mereka tunduk di bawah kekuasaannya. Mendengar kehebatan Sayid Anwar, lama-lama
banyak kaum jin yang memilih mengabdi padanya.
Kejadian
tersebut sangat mengganggu Prabu Nuradi, raja para jin yang menguasai Lemah
Dewani. Prabu Nuradi melabrak Sayid Anwar dan mengajaknya bertarung. Dalam
pertarungan itu Prabu Nuradi kalah dan tunduk pada kekuasaan Sayid Anwar. Prabu
Nurani memilih turun tahta lalu mengangkat Sayid Anwar menjadi raja para jin
dan menyerahkan putrinya menjadi isteri. Ketika menjadi raja jin, Sayid Anwar
mendapatkan gelar Prabu Nurasa.
Prabu
Nurasa yang telah memiliki kehidupan abadi, kemudian tinggal di tempat tinggi
dan meminta izin pada Yang Maha Esa untuk mengangkat diri sebagai Tuhan Semesta
Alam. Yang Maha esa mengabulkan dan membiarkan Prabu Nurasa murtad dari ajaran
keturunan Nabi Adam. Ketika menjadi raja, Lemah Dewani diubah nama menjadi
Tanah Jawa. Dari Prabu Nurasa melahirkan keturunan-keturunannya yang kemudian
menjadi para dewa mulai dari Batara Guru sampai raja-raja di Tanah Jawi.
Di
lain pihak, Sayid Anwas yang besar dalam asuhan Nabi Adam, keturunannya
kemudian menjadi manusia-manusia terpilih mulai Nabi Idris, Ibrahim, Musa, Isa
sampai Muhammad. Keturunan Sayid Anwas juga menumbuhkan suku-suku bangsa
superior seperti bangsa Israil, bangsa Arab, bangsa Arya dan bangsa-bangsa
besar lainnya. Di lain pihak keturunan Sayid Anwar, karena juga mendapatkan
berkah dari doa Adam, juga banyak melahirkan bangsa-bangsa besar pada masa-masa
kerajaan Jawa. Tidak sedikit raja-raja keturunan Sayid Anwar yang menguasai
bangsa-bangsa lain di permukaan bumi.
Dalam
perputaran peradaban, keturunan Sayid Anwar dan Sayid Anwas telah banyak yang
bersilangan. Persilangan-persilangan inilah yang membuat kehidupan mereka
tumpang tindih. Ada keturunan Sayid Anwas yang kemudian mengikuti jejak
pemikiran Sayid Anwar yang sesat. Sebaliknya, tidak sedikit pula keturunan
Sayid Anwar yang kembali pada ajaran nenek moyang mereka dan menganut agama
yang diajarkan Adam serta leluhur mereka Nabi Syits. Terlepas dari semua itu,
keturunan-keturunan Sayid Anwas maupun Sayid Anwar sama-sama memiliki darah
superioritas yang membuat mereka banyak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa
lainnya
SITI HAWA MENGIDAM BUAH-BUAHAN SURGA
Di
Negeri Kusniya Malebari, Nabi Adam bersama para putra sedang membicarakan sang
istri, yaitu Siti Hawa, yang kali ini sedang mengandung untuk ketiga belas
kalinya. Yang membuat heran adalah Siti Hawa mengidam ingin memakan buah-buahan
dari Taman Surga.
Dalam
pembicaraan itu Sayidina Kabil sang putra sulung juga menyampaikan keluhan yang
selama ini dipendam dalam hati, yaitu tentang peraturan Nabi Adam dalam
menikahkan putra-putrinya. Sayidina Kabil lahir bersama Siti Aklimah, sedangkan
Sayidina Habil lahir bersama Siti Damimah. Namun, Sayidina Kabil yang berwajah
tampan ternyata dinikahkan dengan Siti Damimah yang berwajah jelek, sedangkan
Sayidina Habil yang berwajah jelek ternyata dinikahkan dengan Siti Aklimah yang
berwajah cantik. Selama ini Sayidina Kabil selalu memendam kekecewaaan dalam
hati, namun sekarang ia tidak tahan lagi dan menyampaikan rasa kesalnya itu
kepada sang ayah.
Nabi
Adam menjelaskan bahwa peraturan tersebut ditetapkan dengan pertimbangan bahwa
Sayidina Kabil dan Siti Aklimah lahir bersama, maka mereka berasal dari satu
benih yang sama, sehingga tidak baik jika dinikahkan. Sayidina Kabil kecewa
dengan jawaban sang ayah. Ia lalu pamit undur diri meninggalkan pertemuan.
Nabi
Adam kembali membicarakan kehamilan Siti Hawa. Dulu mereka berdua telah
melanggar larangan Tuhan Yang Mahakuasa, sehingga harus dikeluarkan dari Taman
Surga. Kini Siti Hawa sedang mengandung dan merindukan kelezatan buah-buahan
dari tempat yang serba indah itu. Putra keenam bernama Sayidina Sis mengajukan
diri untuk mewujudkan idaman sang ibu. Nabi Adam sangat yakin pada kemampuan
Sayidina Sis dan memberikan restu kepadanya untuk berangkat.
SITI HAWA MENCERITAKAN KELAHIRAN SAYIDINA SIS
Nabi
Adam masuk ke dalam puri dan disambut Siti Hawa. Kepada sang istri, ia menceritakan
jalannya pertemuan, di mana Sayidina Sis bersedia mengusahakan terwujudnya
buah-buahan dari Taman Surga. Ia juga menceritakan kekecewaan Sayidina Kabil
karena beristrikan Siti Damimah yang buruk rupa.
Siti
Hawa mengungkit cerita masa lalu di mana antara dirinya dan sang suami pernah
berselisih paham mengenai tata cara perkawinan putra-putri mereka. Nabi Adam
berpendapat, putra pertama hendaknya dinikahkan dengan putri kedua, sedangkan
putra kedua dinikahkan dengan putri pertama. Putra ketiga dinikahkan dengan
putri keempat, sedangkan putra keempat dinikahkan dengan putri ketiga.
Begitulah seterusnya. Di lain pihak, Siti Hawa berpendapat putra pertama
hendaknya dinikahkan dengan putri pertama, putra kedua dinikahkan dengan putri
kedua, dan seterusnya, dengan alasan mereka sudah berjodoh sejak dalam
kandungan.
Perbedaan
pendapat itu membuat keduanya berselisih tanpa ada yang mau mengalah, sampai
akhirnya mereka memutuskan untuk meminta petunjuk kepada Tuhan Yang Mahakuasa.
Masing-masing lalu mengeluarkan benih dari dalam tubuh untuk ditempatkan di
dalam pusaka Cupumanik Astagina. Benih Nabi Adam ditempatkan pada tutup
cupumanik, sedangkan benih Siti Hawa ditempatkan di badan cupumanik. Setelah
beberapa hari, atas kehendak Tuhan, benih milik Nabi Adam berubah menjadi calon
janin, sedangkan benih Siti Hawa tidak berubah. Karena itulah, Siti Hawa
mengaku pasrah dan menyerahkan keputusan tentang tata cara pernikahan
putra-putri supaya dijalankan sesuai pendapat Nabi Adam.
Setelah
Nabi Adam dan Siti Hawa pergi, Malaikat Jibril datang atas perintah Tuhan Yang
Mahakuasa untuk menyatukan calon janin tersebut dengan benih Siti Hawa sehingga
menjadi bayi hidup, yang kemudian diberi nama Sayidina Sis. Dengan demikian,
anak pertama sampai kelima selalu lahir sepasang laki-laki perempuan, sedangkan
putra keenam ini hanya seorang laki-laki, yaitu Sayidina Sis tersebut. Tidak
lama kemudian muncul angin topan yang menerbangkan Cupumanik Astagina entah ke
mana.
Siti
Hawa mengakhiri ceritanya. Nabi Adam berusaha menenangkan perasaan istrinya,
dan menganggap keluhan Sayidina Kabil tadi adalah ujian rumah tangga belaka.
Maka ia pun mengajak Siti Hawa untuk lebih menguatkan iman dan senantiasa
berserah diri kepada Tuhan Yang Mahakuasa, semoga apa pun yang akan terjadi bisa
mendatangkan kebaikan bagi umat manusia.
KEBERANGKATAN SAYIDINA SIS MENCARI BUAH-BUAHAN SURGA
Sayidina
Habil memerintahkan empat orang adiknya, yaitu Sayidina Israil, Sayidina
Israwan, Sayidina Basradiwan, dan Sayidina Yasis untuk mengantarkan keberangkatan
Sayidina Sis dalam mewujudkan idaman sang ibu. Di tengah perjalanan, Sayidina
Sis dan keempat saudaranya itu diganggu oleh kaum setan pengikut Malaikat
Ajajil yang dulu diusir dari Taman Surga karena menolak perintah Tuhan.
Terjadilah pertempuran di mana para setan tersebut dapat diusir pergi.
Sesampainya
di tepi hutan, Sayidina Sis berpisah dengan keempat saudaranya untuk
melanjutkan perjalanan seorang diri. Sayidina Israil, Sayidina Israwan,
Sayidina Basradiwan, dan Sayidina Yasis lalu kembali ke Kusniya Malebari dan
mendoakan perjalanan Sayidina Sis supaya berhasil dan selalu mendapatkan
perlindungan.
SAYIDINA SIS MENDAPATKAN ANUGERAH
Seorang
diri Sayidina Sis memasuki hutan belantara untuk kemudian bertafakur meminta
izin Tuhan Yang Mahakuasa supaya bisa mendapatkan buah-buahan Taman Surga.
Setelah empat puluh hari bertafakur mengheningkan cipta, Malaikat Jibril pun
datang menyampaikan perintah Tuhan, bahwa Sayidina Sis diizinkan naik ke Taman
Surga untuk memetik buah-buahan yang menjadi idaman ibunya. Sayidina Sis sangat
gembira, dan ia pun berangkat dengan pertolongan Malaikat Jibril.
Di
dalam Taman Surga, Malaikat Jibril mengantarkan Sayidina Sis memetik
buah-buahan yang diinginkan Siti Hawa. Setelah dirasa cukup, Malaikat Jibril
kemudian menyampaikan keputusan Tuhan yang kedua, yaitu menikahkan Sayidina Sis
dengan seorang bidadari bernama Dewi Mulat. Malaikat Jibril menyampaikan kehendak
Tuhan bahwa kelak Sayidina Sis akan menurunkan manusia-manusia utama, dan
sebagian di antaranya akan menjadi nabi dan raja. Maka itu, yang menjadi istri
Sayidina Sis haruslah wanita utama pula.
Sayidina
Sis sangat bersyukur. Ia kemudian membawa Dewi Mulat turun ke dunia dan
membangun rumah tangga di Kusniya Malebari. Buah-buahan dari Taman Surga pun
dipersembahkan kepada Siti Hawa yang menerimanya dengan suka cita.
Setelah
tiba saatnya, Siti Hawa pun melahirkan sepasang putra-putri seperti biasa. Nabi
Adam memberi nama putra putrinya itu, masing-masing Sayidina Kayumaras dan Siti
Indunmaras.
SAYIDINA KABIL MEMBUNUH SAYIDINA HABIL
Pada
suatu hari, Sayidina Kabil datang menemui Sayidina Habil di rumahnya untuk
meminta supaya Siti Aklimah diceraikan dan diserahkan kepadanya. Sayidina Habil
sebenarnya sangat menyayangi kakak sulungnya, namun ia juga tidak berani
melanggar keputusan sang ayah. Merasa tersinggung, Sayidina Kabil menantang
Sayidina Habil untuk mengadakan kurban. Barangsiapa yang diterima sesajinya
maka dialah yang berhak memperistri Siti Aklimah. Sayidina Habil bersedia
menuruti tantangan itu dengan harapan sang kakak bisa mendapatkan petunjuk
Tuhan supaya sadar.
Maka,
kedua bersaudara itu lantas mempersiapkan sesaji masing-masing. Karena Sayidina
Kabil seorang petani, maka kurban yang ia sajikan pun berwujud hasil bumi,
seperti buah-buahan dan palawija. Namun karena ia bersifat kikir, maka yang
dipilih adalah buah-buahan dan palawija yang buruk, sedangkan yang baik
disisihkan untuk dijual dan dipakai sendiri. Sementara itu Sayidina Habil
seorang peternak, maka ia pun mengurbankan hewan-hewan peliharaannya. Karena ia
bersifat murah hati dan penuh iman, maka yang dipilihnya sebagai sesaji adalah
hewan-hewan yang terbaik pula.
Tuhan
Yang Mahakuasa kemudian mengirim api dari langit untuk membakar sesaji yang
dipersembahkan Sayidina Habil, sebagai pertanda bahwa kurbannya telah diterima.
Sayidina Kabil sangat kesal dan bertambah iri. Karena kedengkian dan
kecemburuannya sudah memuncak, ia pun mengambil sebongkah batu dan memukul
kepala Sayidina Habil hingga pecah.
Melihat
adiknya mati, Sayidina Kabil menjadi kebingungan bercampur sedih. Ia tidak tahu
harus bagaimana lagi. Tiba-tiba terlihat olehnya dua ekor burung gagak sedang
berkelahi. Gagak yang menang kemudian mengubur bangkai gagak yang mati di dalam
tanah. Merasa mendapatkan petunjuk, Sayidina Kabil pun menguburkan mayat
Sayidina Habil seperti gagak itu.
Sayidina
Kabil kemudian menemui Siti Aklimah untuk menikahinya. Siti Aklimah menolak karena
takut melanggar perintah sang ayah. Sayidina Kabil tidak peduli, dan ia pun
memukul Siti Aklimah sampai pingsan, kemudian membawanya lari meninggalkan
Negeri Kusniya Malebari sejauh-jauhnya.
MALAIKAT AJAJIL MEMPEROLEH ANAK PEREMPUAN
Malaikat
Ajajil dulu diusir dari Taman Surga karena menolak perintah Tuhan Yang
Mahakuasa untuk bersujud memberikan penghormatan kepada Nabi Adam. Kini ia mendengar kehendak Tuhan bahwa
keturunan Sayidina Sis akan menjadi manusia-manusia utama. Maka, ia pun
bertafakur memohon kepada Tuhan supaya diizinkan memiliki seorang putri. Ia
berharap melalui putrinya itu bisa lahir keturunan Sayidina Sis yang bisa
menjadi raja dan penguasa umat manusia.
Tuhan
Yang Mahaadil pun mengabulkan permohonan Malaikat Ajajil. Atas kehendak-Nya,
dari sebagian tubuh Malaikat Ajajil tercipta seorang perempuan yang berwajah
sama persis dengan Dewi Mulat, yang kemudian diberi nama Dewi Dlajah. Malaikat
Ajajil lalu membawa putrinya itu ke Negeri Kusniya Malebari supaya bisa
mengandung benih Sayidina Sis.
Malaikat
Ajajil memasuki rumah Sayidina Sis secara diam-diam dan menculik Dewi Mulat
untuk ditukar dengan Dewi Dlajah. Beberapa hari kemudian, setelah mengetahui
Dewi Dlajah telah disetubuhi Sayidina Sis yang tidak bisa membedakan istrinya,
Malaikat Ajajil pun mengembalikan Dewi Mulat dan membawa pulang Dewi Dlajah.
LAHIRNYA SAYIDINA ANWAS DAN SAYIDINA ANWAR
Sembilan
bulan kemudian, Dewi Dlajah melahirkan bersamaan dengan terbenamnya matahari.
Namun anehnya, anak yang lahir itu berwujud segumpal darah yang berkilauan.
Malaikat Ajajil mengambil darah tersebut lalu membawanya pergi ke Negeri
Kusniya Malebari.
Sementara
itu pada hari yang sama, Dewi Mulat lebih dulu melahirkan bersamaan dengan
terbitnya matahari. Yang dilahirkannya adalah dua orang anak. Anak yang satu
berwujud bayi normal, sedangkan yang satunya berwujud seberkas cahaya.
Malaikat
Ajajil datang secara gaib lalu menangkap seberkas cahaya tersebut dan
disatukannya dengan darah berkilauan yang ia bawa dari Dewi Dlajah. Atas
kehendak Tuhan, persatuan tersebut menciptakan seorang bayi laki-laki, namun
tubuhnya tidak bisa diraba dan selalu memancarkan cahaya seperti sinar
rembulan.
Nabi
Adam datang dan memberi nama kedua cucunya tersebut. Yang berwujud bayi normal
diberi nama Sayidina Anwas, sedangkan yang berwujud bayi bercahaya diberi nama
Sayidina Anwar. Nabi Adam meramalkan bahwa Sayidina Anwas kelak akan menurunkan
para nabi, sedangkan Sayidina Anwar kelak tidak mau mengikuti agamanya dan
memilih jalan hidup sendiri, namun keturunannya juga banyak yang menjadi raja
dan tokoh besar di dunia. Hal ini membuat Sayidina Sis bimbang dan menyerahkan
diri sepenuhnya kepada takdir Tuhan.
Leluhur para Nabi dan Dewa (Anwas-Anwar)
VERSI CERITA WAYANG
Matur
salam, para pembaca. Melanjutkan kisah Jagat Gumelar, kisah kali mengisahkan
perjalanan anak-anak Nabi Adam dan Siti Hawa, dimulai dari kisah pembunuhan
Kabil dan Habil, kelahiran Nabi Syis dan keturunannya. Kelak akan ada keturunan
Nabi Syis yang menjadi para nabi dan
rasul sedangkan keturunan yang lain akan menjadi para Dewa. baik keturunan
Anwas maupun Anwar kelak akan menjadi keturunan linuwih. Sumber kisah ini
adalah Serat paramayoga dan dipadukan beberpa kisah dari Timur Tengah.
Tatacara Pernikahan anak-anak Adam dan Hawa
Telah
lama Nabi Adam dan Siti Hawa berumah tangga. Setiap kali melahirkan selalu
terlahir sepasang putra-putri. Kini, anak-anak mereka sudah pada besar. Sudah
saatnya mereka untuk menikah, namun Adam dan Hawa saling bersilang pendapat
tentang tatacara pernikahan mereka. Adam berpendapat “Menurut kanda, putra
pertama harus dinikahkan dengan putri kedua sementara putra kedua dinikahkan
dengan putri pertama dan begitu seterusnya.” tapi Hawa berpendapat “ Dinda
tidak setuju! seharusnya putra pertama harus menikahi putri pertama sementara
putra kedua harus menikahi putri kedua karena dianggap telah berjodoh sejak di
dalam rahim.” Persilangan pendapat ini membuat keduanya terus berselisih tanpa
ada yang mengalah, sampai pada akhirnya mereka berdoa meminta petunjuk dari
Tuhan Yang Maha Agung. Lalu datanglah Malaikat Jibril membawa sebuah cupu
(kotak menyimpan air). Oleh Malaikat Jibril, cupu itu disebut Cupu Kamandalu.
Atas seizin-Nya, Malaikat Jibril mengambil intisari benih Adam dan Hawa untuk
ditempatkan ke dalam cupu itu. Benih Adam diletakkan di tutup cupu sementara
benih Hawa di bagian dalam badan cupu. Setelah beberapa hari, atas kehendak
Yang Maha Kuasa, benih Adam berubah menjadi calon janin. Sementara benih Hawa
tidak berubah. Karena itulah, Hawa akhirnya menurut dan pasrah menyerahkan
keputusan tentang cara pernikahan putra-putri mereka sesuai pendapat Adam.
Setelah Nabi Adam dan Siti Hawa pergi, Malaikat Jibril datang lagi atas
perintah Sanghyang Maha Agung untuk menyatukan benih Adam dan Hawa. Lalu benih
yang telah dipersatukan itu segera dimasukkan kedalam rahim Hawa secara gaib.
Nabi Adam kemudian menyimpan cupu Kamandalu di dalam ruang penyimpanan pusaka.
Kisah Kabil dan Habil, pembunuhan pertama
di muka bumi
Walaupun
pernikahan telah dilangsungkan sesuai cara Nabi Adam, ada juga pihak yang tak
puas. Yaitu Kabil, sang putra tertua. Dia tak terima dinikahkan dengan Labudha
yang berwajah ala kadarnya, sementara kakak Labudha yaitu Habil dinikahkan
dengan adik Kabil, Aklimah yang cantik. Akhirnya mereka berdua diperintahkan
Adam sesuai wahyu dari Yang Maha Kuasa untuk mempersembahkan kurban.
Barangsiapa yang sesajinya diterima, maka dia berhak menikahi Aklimah. Habil
bersedia dengan harapan agar sang kakak insyaf. Maka mereka mempersiapkan
sesaji. Kabil adalah seorang petani jadi dia akan menyajikan hasil panennya.
Namun karena sifat kikir, dengki, dan sombong telah menyelimutinya, maka dia
lebih memilih buah-buahan dan gandum yang buruk, sedangkan yang baik disimpan
sendiri. Sementara itu Habil yang seorang peternak mengurbankan hewan-hewan
peliharaannya. Karena murah hati dan penuh iman, maka ia pilihkan domba terbaik
untuk dijadikan sesaji. Tuhan Yang Maha Kuasa kemudian mengirimkan api untuk
membakar salah satu sesaji kurban dari dua putra Adam itu. Rupanya api membakar
sesaji Habil, tanda kurbannya telah diterima. Kabil menjadi semakin kesal dan
dengki hingga pada suatu hari ketika Habil sedang menggembala, Kabil memukul
Habil dengan sebongkah batu hingga pecah kepalanya. Habil yang tidak melawan
akhirnya mati terbunuh di tangan saudaranya sendiri.
Kabil
menjadi bingung dan gelisah setelah membunuh Habil. Harus diapakan jenazah
adiknya itu sehinggalah datang sepasang gagak.
Gagak-gagak itu berkelahi memperebutkan jenazah Habil. Salah satu gagak itu mati lalu gagak yang masih hidup segera menggali lubang dan menguburkan bangkai burung gagak yang mati itu di dalam tanah. Merasa dapat petunjuk, Kabil segera mengubur Habil seperti yang dicontohkan burung gagak. Kabil tidak bertobat pada dosanya membunuh malah ia melarikan Aklimah menjauhi Kusniyamalebari.
Kelahiran Nabi Syis
Semenjak kematian Habil, Adam berduka. Nabi Adam berdo’a agar mendapatkan pengganti Habil. Hingga pada suatu ketika, datanglah topan badai di negeri Kusniyamalebari. Angin menerbangkan pepohonan dan tanah. Ruangan tempat Nabi Adam menyimpan cupu Kamandalu pemberian Malaikat Jibril menjadi berantakan bahkan cupu itu hilang, terbawa angin topan. Bersamaan pula dengan itu, Siti Hawa melahirkan lagi. Kali ini berbeda, bukan anak kembar yang lahir namun anak tunggal. Lahirlah dari rahim Hawa seorang bayi laki-laki. Bayi inilah yang dulu ditanamkan Malaikat Jibril melalui cupu Kamandalu waktu itu lalu secara gaib dipindahkan atas seizin-Nya. Nabi Adam memberi nama putranya itu Syis yang berarti hadiah.
Siti Hawa Mengidamkan Buah-buahan Taman
Surga
Singkat cerita, Syis tumbuh sebagai seorang yang saleh, berbudi, dan memiliki kebijaksanaan melebihi anak-anak Adam yang lain. Pada suatu hari, sang ibu, Siti Hawa hamil kembali dan kini tengah mengidam makan buah-buahan dari Taman Surga. Syis berkata “wahai ibu, jangan khawatir. Aku akan meminta izin pada Yang Maha Memiliki agar mendapatkan buah-buahan surga idaman ibu” singkat cerita, Syis segera berangkat untuk meminta izin kepada Yang Maha Agung. Di perjalanan, Syis digoda dan diserang oleh bangsa setan pengikut Azazil. Namun segala godaan dan tipu daya setan berhasil dikalahkan oleh Syis. Setan-setan itu berhasil diusir pergi.
Kemudian
di dalam hutan ia bertafakur selama empat puluh hari agar diizinkan oleh
Sanghyang Maha Agung memasuki Taman Surga. Setelah empat puluh hari, Malaikat
Jibril dan Mikhail datang menemui Syis memenuhi perintahNya. Kepada Syis, ia
diizinkan masuk Taman Surga. Di dalam Taman Surga, Syis memetik berbagai
buah-buahan idaman sang ibu. Setelah dirasa cukup, Malaikat Jibril menyampaikan
keputusan Yang Maha Agung,yakni menikahkan Syis dengan salah satu bidadari
surga yaitu Dewi Mulat. Menurut Yang Maha Esa, kelak keturunan Syis akan
menjadi menjadi manusia-manusia utama, sebahagian dari mereka akan menjadi para
nabi dan raja maka yang menjadi pendamping Syis haruslah wanita yang mulia
pula. Syis sangat bersyukur.
Singkat
cerita, setelah menikah, Syis segera kembali ke dunia membawa Dewi Mulat dan
berumahtangga di Kusniyamalebari. Buah-buahan dari Taman Surga segera
dipersembahkan kepada sang ibu. Suka citalah Siti Hawa. Saat waktunya tiba,
Siti Hawa melahirkan putra-putri kembar seperti biasa. Nabi Adam memberi nama
putra-putrinya itu Kayumaras dan Hindunmaras.
Azazil meminta seorang Anak Perempuan
Tanpa disadari Syis, rupanya Azazil berhasil mencuri dengar pembicaraannya dengan Malaikat Jibril di Taman Surga. Azazil kemudian bertafakur agar diberi seorang putri.dia berharap agar melalui putrinya, kelak lahir keturunan Syis yang menjadi raja dan penguasa umat manusia. Tuhan memang Maha Adil. Ia mengabulkan permintaan Azazil. Dari sepercik benih Azazil, Yang Maha Pencipta menciptakan seorang perempuan yang wajah dan bentuk tubuhnya sama persis dengan Dewi Mulat yang kemudian diberi nama Dewi Dlajah. Azazil segera membawa putrinya itu ke negeri Kusniyamalebari supaya bisa mengandung benih Syis. Azazil memasuki rumah Syis secara diam-diam dan menyirep Dewi Mulat lalu ditukar dengan Dewi Dlajah. Setelah beberapa hari, setelah mengetahui Dewi Dlajah telah disenggamai Syis yang tak bisa membedakan istrinya, Azazil mengembalikan Dewi Mulat dan membawa pulang Dewi Dlajah.
Anwas-Anwar Lahir
Hari
bergantin pekan, pekan berganti bulan. Tak terasa Dewi Mulat sudah waktunya .
melahirkan. Tepat pada saat matahari terbit (julung wangi), lahirlah dari
rahimnya anak kembar, hanya yang satu berwujud bayi laki-laki biasa dan yang
satunya berupa nur (cahya). Di tempat lain di saat yang hampir bersamaan, saat
matahari terbenam (julung pujut) Dewi Dlajah melahirkan anak. Namun wujudnya
berupa Asrar (plasma nutfah yang bercahaya), berkilau bagikan berlian. Oleh
Azazil, Asrar itu dibawa ke Kusniyamalebari secara diam diam dan disatukan
dengan anak Syis dan Dewi Mulat yang berwujud nur (cahya). Atas kehendak Yang
Maha Kuasa, Asrar dan Nur itu berubah menjadi sosok bayi laki-laki yang
berkilauan bagai mutiara dan nyaris tembus pandang lalu Azazil meninggalkannya.
Selang beberapa waktu, Nabi Adam datang untuk memberi nama anak-anak Syis. Anak
yang berwujud bayi laki-laki biasa diberi nama Anwas (Enos) sementara yang
berwujud bayi laki-laki yang diliputi cahaya diberi nama Anwar(Nara). Nabi Adam
mendapat firasat bahwa kelak Anwas akan menurunkan orang-orang pilihan Yang
Mahakuasa yang kelak ditutup oleh orang bernama Isa A.S dan Muhammad SAW,
sementara Anwar akan berpaling dari ajaran Adam dan Syis dan memilih jalannya
sendiri namun keturunannya juga kelak akan menjadi para raja dan tokoh besar di
muka bumi. Syis menjadi bimbang dan menyerahkan sepenuhnya kepada Sanghyang
Maha Agung, Tuhan yang Maha Berkehendak.
Anwar berguru di hutan Ambalah
Singkat
cerita, Anwas tumbuh menjadi seorang yang alim, tekun ibadahnya kepada
Sanghyang Maha Agung, Tuhan Semesta Alam. Segala ilmu dan kebijaksanaan dari
ayahnya telah ia kuasai. Sementara Anwar sangatlah gemar bertapa dan menyepi
jauh dari keramaian. Hingga pada suatu hari ia berguru kepada seorang yang
sakti di hutan Ambalah. Oleh orang sakti itu, Anwar diajarkan ilmu amblas bumi,
ilmu berjalan di atas air, kemampuan terbang, ilmu menghilang, dan berubah
wujud. Sekembalinya dari hutan Ambalah, Nabi Adam melihat perubahan pada diri
Anwar. Nabi Adam berrtanya, “cucuku Anwar, kau dari mana saja?” “aku pergi ke
hutan untuk menyepi lalu akau bertemu seorang yang sakti dan aku diajari
berbagai ilmu.” Adam sadar bahwa orang sakti itu adalah Azazil yang sedang
menyamar lalu mengingatkan Anwar untuk tidak berhubungan dengan orang sakti itu
lagi karena ia adalah Azazil, penghulu penduduk langit yang pernah menolak
sujud kepada Adam.
Wafatnya Nabi Adam
Beberapa tahun kemudian, Nabi Adam telah berusia 1000 tahun. Cahaya kenabian di dahinya turun kepada Syis. Beberapa hari setelah cahaya kenabian turun, Nabi Adam sakit keras dan kini dalam keadaan sakaratulmaut, merasa ajalnya sudah dekat. Di sekitarnya telah berkumpu Siti Hawa, sang istri dan seluruh putra, cucu, cicit, piut, dan canggah mereka. Diantara mereka ada Khanukh, cicit Anwas, anak Sayyid Yared (kelak dia menjadi nabi menggantikan Syis bergelar Nabi Idris). Anwas dan Anwar turut prihatin akan keadaan sang kakek. Tak lama kemudian, datanglah dua malaikat yang diutus Yang Maha Agung datang ke Kusniyamalebari. Mereka adalah Malaikat Jibril dan Malaikat Izrail. Malaikat Izrail bertugas mencabut atma (nyawa) Nabi Adam dan Malaikat Jibril mewartakan bahwa Syis yang akan menjadi pelanjut Adam sebagai nabi juga mengangkat Kayumaras sebagai pemimpin Kusniyamalebari yang baru bergelar Sultan Kayumuthu. Demikianlah, Nabi Adam pun wafat. Para anggota keluarga serentak memanjatkan doa mengantarkan kepergian atmanya ke hadirat-Nya.
Berpalingnya Anwar demi Umur Panjang
Empat
puluh hari berlalu setelah wafatnya Nabi Adam, dua putra Nabi Syis, Anwas dan
Anwar saling berdebat tentang hakikat rahasia kehidupan. Anwas berpendapat
“rahasia kehidupan yang ada dalam ajaran yang diajarkan kakek dan ayah adalah
yang benar. Kitab dan sahifah adalah peninggalannya berisi rahasia-rahasia
menjalani kehidupan ini karena berasal dari Yang Maha Kuasa. Mencari cara-cara
lain untuk mengungkapnya adalah sebuah kesia-siaan belaka.” “aku tidak setuju,
kakang. ilmu dari Tuhan itu sangat luas tak berbatas dan tak hanya tertampung
dalam kitab dan sahifah saja. Alam ini juga mengajarkan itu semua. Hukum
sebab-akibat di alam ini yang menuntun kita dalam mempelajari hakikat
kehidupan. Terlebih setelah melihat kakek diwafatkan di usia 1000 tahun. Kalau
pun ajaran kakek dan ayah benar harusnya bisa menghindarkan kita dari kematian
seperti halnya para malaikat yang berumur panjang.” Anwas tidak setuju “tidak,
adikku! Malaikat dan manusia berbeda penciptaannya. Mereka terbuat dari cahaya
yang tak bisa padam sedangkan kita dari saripati tanah yang hanya terang jika
terkena cahaya. Cepat atau lambat, kita akan kembali menjadi materi gelap.”
“kalau kita berusaha kita bisa seperti malaikat.bisa berusia panjang dan
abadi.”
Anwar
yang bersikeras mencari kehidupan abadi dihalangi Anwas. Keduanya terlibat
pertarungan. Karena Anwar lebih sakti, Anwas kalah. Anwas bersedih hati dan
malu. Ia kemudian bersumpah “Anwar, dengarkan sumpahku. Sekarang aku mungkin
kalah tapi kelak lain lagi. Kelak akan datang suatu masa dimana ada keturunanku
yang bisa menundukkan keturunanmu!”
Pencarian Tirta Maolkayat
Lalu Anwar bertemu dengan Azazil, sang kakek dari pihak ibu. Azazil juga mengungkapkan bahwa ia lah orang sakti yang dulu ditemuinya di hutan. Azazil memberitahukan rahasia “Anwar cucuku, kalau kamu ingin bisa berumur panjang seperti para malaikat, pergilah ke Tanah Lulmat jauh di Kutub Utara. Akan turun disana air ajaib yang bisa membuat pemakainya berumur panjang sampai hari kiamat tiba.” Maka pergiah Anwar ke utara. Setelah sekian lama ia sampai di kutub utara. Udaranya begitu dingin membekukan. Dimana-mana hanya ada es dan salju. Tapi anehnya ada sebidang tanah yang justru ditumbuhi rumput dan terasa cukup hangat. Itu lah Tanah Lulmat. Anwar kemudian bertapa dan berdoa memohon kemurahan Tuhan yang Maha Kuasa. Setelah sekian lama menahan cuaca yang begitu membekukan, Yang Maha Kuasa menjawab doa Anwar. Datanglah sekumpulan awan mendung dari Lautan Rahmat. Dari awan mendung itu, turunlah air keabadian yang disebut juga Tirta Maolkayat. Anwar kemudian mandi dan meminum air itu. Sejak saat itu Anwar menjadi makhluk berumur panjang. Anwar berniat untuk menampung air itu agar bisa diminum oleh keturunannya nanti namun ia tak tahu caranya. Lalu datanglah Azazil membawa cupu Kamandalu dan menyerahkannya pada sang cucu. Dahulu, cupu itu adalah milik Nabi Adam pemberian Malaikat Jibril dan wadah itu lah tempat dimana benih Adam dan Hawa menyatu menjadi calon bayi Nabi Syis. Cupu itu terhempas angin topan saat kelahiran Nabi Syis dan ditemukan Azazil terapung di tengah samudera. Anwar segera membuka cupu Kamandalu dan ajaib, seluruh Tirta Maolkayat masuk dan dapat tertampung semua.
Telaga Ainul Hayat
Menurut beberapa ahli tafsir dikatakan, Ainul Hayat merupakan air kehidupan yang bisa memperpanjang usia manusia.
Barangsiapa yang meminum airnya seteguk saja maka hidupnya akan abadi, kehidupannya dijamin oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala hingga kiamat.
Kecuali dia memohon kepadanya untuk dimatikan beberapa hikayat menyebutkan ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan dunia, maka Dia menurunkan beberapa tetesan air dari surga ke dunia.
Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa Dajjal pernah mandi dan meminum air ini sehingga tetap hidup hingga saat ini.
Tentunya tidak hanya Dajjal saja, Nabi Khidir Alaihissalam juga diyakini oleh sebagian ulama masih hidup hingga saat ini, hal itu dikarenakan meminum air tersebut.
Lalu di mana letak Ainul Hayat ini, beberapa pendapat mengatakan bahwa Ainul Hayat dijaga oleh Nabi Khidir Alaihissalam.
Konon berada di Pulau Bermuda yang merupakan salah satu pulau paling misterius di dunia oleh karena itu beredar kabar bahwa banyak kapal dan orang hilang ketika melewati daerah tersebut.
Karena para setan berbondong-bondong ke tempat tersebut untuk merebut Ainul Hayat. Namun hal ini hanya Allah Subhanahu wa Ta'ala sajalah yang maha mengetahui di mana sebenarnya Ainul Hayat ini berada.
Pengembaraan Anwar
Anwar
kemudian meninggalkan dari Kutub Utara yang dingin membekukan itu. Di tengah
perjalanan sedang musim dingin. Terjadi badai hebat yang menurunkan hujan es
yang sangat lebat. Anwar memutuskan berteduh di dalam lubang sebuah pohon
gundul.
Sembari
berteduh, Anwar kembali bertafakur. Lalu terdengar suara yang memerintahkannya
mengambil akar pohon tempatnya berteduh. Suara itu mengatakan bahwa pohon itu
bernama pohon Rewan (Kalpataru), anak pohon Sidratul Muntaha. Kemudian Anwar
dengan kesaktiannya, mengambil akar pohon itu dan menjadikannya pusaka bernama
Kayulata Mahosadi. Khasiatnya membuat orang sakit menjadi sembuh, orang lemah
jadi perkasa bahkan orang mati yang belum waktunya bisa hidup lagi. Setelah
badai es reda, Anwar melanjutkan
perjalanan. Anwar memutuskan untuk tidak kembali ke Kusniyamalebari. Dalam
pengembaraannya, ia bertemu dua malaikat bekas bawahan Azazil, Harut dan Marut.
Anwar belajar banyak dari mereka diantaranya ilmu teleportasi dan meraga sukma.
Ketika ditanya dimana letak surga dan neraka, mereka membohongi Anwar bahwa surga
dan neraka itu ada di ujung dunia. Anwar yang polos segera mencari ujung dunia
namun semakin dicari ujung dunia itu tak pernah ada. Anwar terus mengembara ke
seluruh dunia selama bertahun-tahun karenannya. Lalu sampailah ia di benua
Afrika. Di sana ia bertemu dengan salah satu paman dan bibinya, Latta dan Ujwa
(Uzza). Mereka adalah salah satu putra-putri Nabi Adam yang memilih mengikuti
Kabil dan murtad dari jalan Adam. Di sana, Anwar belajar ilmu sihir, ilmu
perbintangan, ilmu astrologi, ilmu meramal, ilmu berbicara dengan hewan dan
tumbuhan, dan cara-cara agar tetap awet muda walaupun sudah berumur panjang.
Anwar kemudian bertanya tentang letak Taman Surga dan Kerak Neraka. Latta dan
Ujwa mengatakan kalau ingin menemukan kedua tempat itu, harus mengarungi Sungai
Nil hingga ke hulunya. Lalu mendaki Gunung Kapsi yang sedang bergemuruh dan
mengeluarkan api yang menyala-nyala. Anwar yang polos kemudian berpamitan
kepada paman dan bibinya itu.
Turunnya
Mustika Retnadumilah
Setelah
mengarungi Sungai Nil yang panjang itu, sampailah di hulunya yaitu Danau
Jambirijahari. Setelah mengambil air di sana untuk keperluan minum, Anwar
mendaki gunung yang terus menyemburkan lahar dan api. Sesampainya di puncak ia
kembali bertafakur memohon bisa melihat Taman Surga dan Kerak Neraka. Tuhan
Yang Mahakuasa mengabulkan permohonan Anwar. Pemandangan di sekeliling Anwar
berubah menjadi indah dan menyenangkan layaknya Taman Surga lalu seketika
berubah menjadi seram dan mengerikan layaknya di dasar Kerak Neraka.
Pemandangan itu menghilang setelah turunnya sebuah batu permata berbentuk bulat
sempurna dari langit. Bersamaan itu, terdengarlah suara bahwa itulah Mustika
Retnadumilah. Dengan batu permata itu, Anwar bisa melihat pemandangan dunia dan
seisi jagatraya, melihat indahnya Taman Surga, dan ngerinya Kerak Neraka.
Anwar Menghindari Air Bah
Setelah
menerima Mustika Retnadumilah, dia mengembara ke arah timur, melewati
Kusniyamalebari. Ketika melewati perbatasan, dia melihat ada badai topan dan
air bah besar melanda seluruh Kusniyamalebari. Rumah-rumah penduduk, pepohonan,
hutan, bukit bahkan gunung-gunung terendam air. tidak ada yang tersisa kecuali
sebuah bahtera yang mengarungi air bah dahsyat itu. Di dalam bahtera itu ada
delapan puluh empat orang beserta hewan-hewan yang ada disana. Salah satu orang
itu dikenal oleh Anwar. Dia keturunan Anwas, yaitu Nuh, anak Lamekh, cicit
Khanukh (Idris). Suara dari langit muncul dan kemudian menjelaskan pada Anwar
bahwa Nuh sudah ditunjuk olehNya untuk menggantikan Syis dan Khanukh sebagai
nabi malah menjadi rasul pertama. Di masa Nabi Nuh banyak orang telah lupa
ajaran Adam, Syis, dan Khanukh (Idris) sehingga banyaklah kerusakan maka Tuhan
pun memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat bahtera dan mengangkut keluarganya dan
semua orang yang masih ikut dengannya beserta segala hewan berpasang-pasangan.
Lalu Yang Maha Kuasa menurunkan badai topan dan hujan lebat untuk
menenggelamkan orang-orang yang berbuat kerusakan itu. Anwar kemudian
mengarungi air bah itu dengan menumpang diam-diam di bahtera selama
berhari-hari tanpa ketahuan. Begitu empat puluh hari, air bah mulai surut.
Sebelum Anwar melanjutkan perjalanan, dilihatnya Nabi Nuh yang baru turun dari
bahtera melakukan syukuran dan di atasnya pelangi terbentang tanda Sanghyang
Maha Agung menerima syukuran itu.
Bertukarnya Raga kasar dengan Raga Halus
Lalu,
sampailah ia di tanah Hindustan. Di sana, ia kembali mengembara tanpa tujuan
selama berabad-abad mengelilingi Benua Asia hingga tepi Samudera besar sehingga
tanpa terasa bahwa waktu sudah berganti jaman. Kala itu sudah zaman nabi
Musa-dan Harun, dua bersaudara cicit Nabi Yakub.
Setelah
sekian lama,ia kembali bertemu dengan Azazil sekali lagi dan diberi ilmu baru.
Diantaranya : ilmu pangiwa-pangenen, ilmu patraping panitisan (ilmu
reinkarnasi), ilmu weruh sedurung winarah (tahu perkara gaib dan bisa melihat
masa depan), ilmu mati sajroning urip,
urip sajroning mati, hingga ilmu cakra manggilingan (ilmu untuk melakukan
perjalanan, menghentikan, dan memutarbalikkan waktu). Azazil kemudian berkata
pada Anwar”cucuku, bertapalah di pulau Laksadwipa (Laksadewa) di barat jazirah
Hindustan. Setelah itu kau akan menjadi panjang umur sepenuhnya.” “baik, guru
Azazil. Titahmu akan ku junjung dan ku laksanakan.” Singkat cerita, Anwar
bertapa dengan melihat matahari. Bila matahari terbit maka ia menghadap timur.
Bila tengah hari ia menengadahkan kepala dan bila matahari terbenam, ia
menghadap ke barat. Atas kehendak Tuhan yang Maha Kuasa, setelah tujuh tahun
bertapa, Anwar telah hilang raga jasmaninya, hanya tinggal raga rohani saja dan
berpindah ke dimensi para jin. Bumi dan langit tiada beda, terang tiada
matahari, tiada bulan. Semuanya menjadi tiada dalam rengkuhan cahaya hingga
seluruh kehendaknya langsung mendapat restu Sanghyang Maha Esa, Tuhan Semesta
Alam. Anwar mengganti namanya menjadi Sang Dewa Nurcahya.
Asal Mula Dewa Pertama
Singkat
cerita, Sang Dewa Nurcahya telah menguasai segala ilmu. Semenjak berbadan
ruhani, dengan seizin Yang Maha Kuasa, ia mampu menundukkan bangsa jin di pulau
Dewa (pulau ini membentang dari Malwadwipa hingga ke Laksadwipa) dan menjadi
dipuja para jin. Prabu Nurhadi, raja jin kerajaan Pulau Dewa berkeinginan untuk
mencobai Nurcahya. Bertemulah Prabu Nurhadi dan Dewa Nurcahya. Berbagai
kesaktian diadu hinggalah Prabu Nurhadi kalah telak. Prabu Nurhadi kemudian
mempersembahkan putrinya, Dewi Nurrini untuk Sang Dewa Nurcahya. Pernikahan pun
dilangsungkan dan dari pernikahan itu mereka dikaruniai seorang putra yang
berwujud akyan (badan halus) bernama Nurrahsa dan itulah pertama kalinya bangsa
dewa muncul sebagai tandingan para malaikat. Sang Dewa Nurcahya menuliskan
kisah hidupnya di dalam sebuah kitab ajaib bernama Pustakadarya. Kitab itu tak
berwujud namun dapat ditulis hanya dengan suara dan hanya dapat dibaca dengan
mata batin. Saat Nurrahsa telah dewasa dan sudah berumah tangga, kini saatnya
Sang Dewa Nurcahya turun takhta dan segera melantik sang putra menjadi raja
baru Pulau Dewa. Kitab Pustakdarya, Mustika Retnadumilah, Cupu Kamandalu yang
berisi Tirta Maolkayat, dan Kayulata Mahosadi juga diwariskan padanya. Setelah
itu, Sang Dewa Nurcahya menitis dan bersatu jiwa raga dengan sang putra.
Sementara Dewi Nurrini bersatu dengan menantunya, Dewi Sarwati, istri Nurrahsa.
Imajiner
Nuswantoro