Pupuh Dhandanggula dari Serat Linglung Sunan Kalijaga (Syeh Malaya)
Dhohire sukma wus na sireki, bathinira kang ana ing sukma, hiya mangkene teterape, kadya wreksa tininutu, ananing kang kukusing geni, sarta kalawan wreksa, lir toya lan alun, kadya minyak aneng pohan, raganira ing reh obah lawan mosik, iya lawa Hyang Sukma.
Yen wruh pamore kawula Gusti, sarta sukma kang sinedya ana, den wertani anggone, lir wayang sariraku, saking dhalang solahe ringgit, mangka panggunge jagad, kelir badanipun, amolah lamun pinolah, sak solahe kumedhep miharasa neki, tumindak lan pangucap.
Kang wisesa amisesa sami, datan antara pamore karsa, jertanpa rowa rupane, wus ana ing sireku, umpamane pahesan jati, ingkang ngilo Hyang Sukma, wayangan puniku, kang ana sajrone kaca, iya sira jenenge manungsa jati, rupa sajrone kaca.
Luwih ageng kalepasan iki, lawan jagad ageng kalepasan, kalawan luwih lembute, salembute banyu, apan lembut kamuksan iki, liring lembut alitnya, sa aliting tengu, pan maksih alit kamuksan liring luwih amisesa ing sakelir, lire lembut alitnya.
Bisa nukma ing agal alit, kalimputan kabeh kang rumangkang, Gumeremet tanpa bedane, kaluwih satuhu, luwih iya desra nampani, tan kena ngendelena, hing warah lan wuruk, den sanget panguswira, badanira wasuhen nggenira ngungkih, wruha rungsite tingkah.
Wuruk iku pan minangka wiji, kang winuruk umpamane papan, poma kacang lan kedhele, yen sinebar ing watu, yen watune datan pasiti, kudanan kapanasan, yekti nora thukul, lamun sira wiceksana, ninglira sirnakna tingalireki, dadya tingal sukmasa.
Maknanipun :
Secara lahir sukma itu sudah ada padamu. Secara batinnya ada pada sukma itu sendiri. Memang demikianlah penerapannya. Ibarat seperti batang yang di bakar. Pasti ada asapnya api. Menyatu dengan batang pohonnya. Ibarat air dengan alunnya. Seperti minyak dengan susu. Tubuhnya di kuasai oleh gerak dan kata hati. Demikian Pun dengan Sang Hyang Sukma.
Sekiranya kita mengetahui wajah hamba Tuhan. Dan sukma yang kita kehendaki ada. Di beritahu akan tempatnya. Seperti wayang ragamu itu. Karena dalanglah segala gerak wayang. Sedangkan panggungnya jagad. Bentuk wayang adalah sebagai bentuk badan/raga. Bergerak bila di gerakkan. Segala tanpa kelihatan jelas antara perbuatan dan ucapan.
Yang berhak menentukan semuanya. Tidak tampak wajahnya kehendak. Justru tanpa wujud dalam bentuknya. Karena sudah ada pada dirimu. Umpama yang jelas ketika berhias. Yang berkaca itu Hyang sukma. adapun bayangan dalam kaca itu yang ada dalam kaca. Itulah dia yang bernama manusia sesungguhnya. Berbentuk dalam kaca.
Lebih besar lagi pengetahuan tentang kematian ini. Di bandingkan dengan kesirnaan jagad raya. Karena lebih lembut seperti lembutnya air. Bukankah lebih lembut kematian manusia ini ? Artinya lembut karena kecilnya sekecil kuman. Bukankah masih karena kecil lembut kesirnaan manusia ? Artinya lebih dari "Karena menentukan segalanya." Sekali lagi artinya lembut ialah sangat kecilnya.
Dapat mengenai kasar dan yang kecil. Mencangkup semua yang merangkak, melata tiada bedanya. Benar- benar serba lebih. Lebih pula dalam hal menerima perintah tidak boleh mengandalkan. Pada ajaran dan pengetahuan. Karena bersungguh sungguhlah menguasainya. Badan/dirimu doronglah dalam meraihnya. Pahamilah liku liku ulah tingkah manusia kehidupan.
Ajaran itu ibarat sebagai benih. Yang di ajari ibarat lahan. Umpama kacang dan kedelai. Yang di sebar di atas batu. kalau batunya tanpa tanah. Pada saat kehujanan dan kepanasan. Pasti tidak akan tumbuh. Tapi bila kau bijaksana. Melihatmu musnakan pada matamu! Jadikanlah penglihatan sukma dan rasa.