DILAPANGKAN REZEKI DAN PANJANG UMUR
Bagi umat Islam, rezeki (rizki) merupakan suatu hal yang sudah diatur oleh Allah SWT. Oleh karena itu, ada banyak ayat Al-Qur’an tentang rizki yang bisa kamu jadikan pedoman dalam menjalani hidup ini. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai ayat Al-Qur’an tentang rezeki (rizki),
Rezeki atau rizki adalah salah satu perkara yang menjadi rahasia Allah SWT. Disebutkan Allah dalam ayat Al-Qur’an tentang rezeki bahwa rezeki sama halnya dengan kematian seseorang, umur, dan jodoh. Namun, Allah juga sudah menegaskan bahwa setiap makhluk di muka bumi telah dijamin rezekinya. Oleh karena itu, sudah seharusnya bagi kita sebagai umat muslim yang beriman kepada Allah untuk tidak lagi merasa gelisah mengenai masalah rezeki.
Dikarenakan persoalan rezeki sudah diatur oleh Allah, maka kita sebagai hambanya hanya perlu berikhtiar mengusahakan yang terbaik untuk meraihnya.
Islam memandang rezeki bukan hanya sebatas materi, kenikmatan lain yang berupa non-materi seperti kesehatan, kebahagiaan, keharmonisan rumah tangga, ilmu pengetahuan, pekerjaan, dan lain sebagainya juga termasuk rezeki yang sangat berharga dan perlu disyukuri.
Al-Quran merupakan kitab suci umat Islam yang menjelaskan tentang segala hal termasuk masalah rezeki. Dalam kitab suci itu, terdapat banyak Ayat yang menyebutkan tentang rezeki. Setiap manusia dan makhluk yang ada di muka bumi semuanya sudah ditentukan dan diatur rezekinya oleh Allah. Tugas manusia hanya mencari rezeki dengan cara halal dan mensyukurinya.
Rezeki merupakan pintu kehidupan yang seharusnya disyukuri dengan nikmat. Rezeki datangnya dari Allah SWT, karena Allah SWT merupakan Maha Pemberi dan Maha Kaya.
Selain berusaha dengan cara bekerja untuk meraih rezeki, manusia juga harus bertawakal dengan banyak berdoa kepada Allah agar dimudahkan dan dibukakan pintu rezekinya. Amalan-amalan untuk mendatangkan rezeki diantaranya melaksanakan sholat dhuha, membaca Al Quran Surat Ar Rahman, bersedekah dan banyak berdoa.
Seperti yang dijelaskan pada surat Ar-Rum ayat 40. Di dalam surat tersebut Allah SWT berfirman, “Allah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, lalu mematikan, kemudian menghidupkan (kembali). Adakah di antara mereka yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu yang demikian itu? Maha Suci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.”
Tugas manusia adalah berusaha dan terus bekerja dengan sebaik-baiknya. Nah, beberapa ayat Al-Quran tentang rezeki berikut akan membuatmu lebih semangat dan tenang dalam menantikan rezeki Allah SWT.
Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- berkata Aku mendengar Rasulullah ṣallallāhu 'alahi wa sallam bersabda :
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: «من أحبّ أن يُبْسَطَ عليه في رزقه، وأن يُنْسَأَ له في أَثَرِهِ؛ فَلْيَصِلْ رحمه».
Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya ia menyambung silaturahmi.
Hadist ini mengandung motivasi untuk menyambung tali persaudaraan (silaturahmi), sekaligus menjelaskan beberapa efek positifnya di samping untuk mewujudkan rida Allah Ta’ala.
Silaturahmi merupakan faktor penyebab mendapatkan balasan kebaikan yang disegerakan, berupa tercapainya perkara yang paling didambakan hamba, yakni, bahwa silaturahim menjadi sebab dilapangkannya rezeki dan sebab dipanjangkannya umur.
Adapun firman Allah QS. Al-Munafiqun Ayat 11 :
وَلَنْ يُّؤَخِّرَ اللّٰهُ نَفْسًا اِذَا جَاۤءَ اَجَلُهَاۗ وَاللّٰهُ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.
Allah tidak akan mengundur kematian seseorang jika memang ajalnya telah tiba (QS. Al-Munāfiqūn: 11), maka maksudnya ialah ajal yang akan Anda capai setelah melakukan sebab-sebab yang memanjangkan umur. Jika ditakdirkan bahwa umur seseorang lima puluh tahun, lalu sebelum kematiannya dia akan menyambung silaturahmi sehingga umurnya menjadi enam puluh tahun, maka ajalnya tidak akan diakhirkan dari enam puluh tahun itu.
Semua itu diketahui oleh Allah Ta'ālā sejak pertama kali, tetapi mungkin samar bagi sebagian malaikat.
Inilah maksud firman Allah, "Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki (QS. Ar-Ra'd: 39) yaitu :
يَمْحُوا اللّٰهُ مَا يَشَاۤءُ وَيُثْبِتُ ۚوَعِنْدَهٗٓ اُمُّ الْكِتٰبِ
Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh).
Tafsirnya :
Allah Yang Mahabijaksana menghapus hukum yang layak untuk dihapus, dan menetapkan apa (hukum) yang Dia kehendaki untuk ditetapkan. Allah melakukan hal itu sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan yang dimiliki-Nya. Dan di sisi-Nya terdapat Ummul-Kitab, yakni Lauh Mahfuz.
Menetapkan dan menghapus dari catatan yang ada di tangan malaikat.
Lalu maknab: "Dan di sisi-Nya terdapat Ummul-Kitāb (Lauḥ Maḥfūẓ)"; yakni, kitab yang di dalamnya dicatat rincian segala sesuatu, sehingga tidak ada yang berubah sedikit pun.
Di antara hadits tersebut adalah yang diriwayatkan dalam al-Bukhari, Muslim dan lainnya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Artinya :
Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaklah ia bersilaturahim.
Imam an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan maksud dari hadits al-Bukhari dan Muslim tersebut bahwa makna “dilapangkan rezekinya” adalah akan diluaskan dan dijadikan banyak hartanya.
Ada pendapat yang lain juga mengartikan bahwa, akan diberi keberkahan atas harta yang kita punya (meskipun secara lahiriah, harta tidak bertambah banyak secara kuantiti).
Sedangkan makna dari penangguhan ajal seperti yang disebutkan dalam hadits, apakah tidak bertentangan dengan ayat :
فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ “...
Artinya :
Apabila ajal mereka telah tiba, maka mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun”. (QS. al-A’raf: 34, an-Nahl: 61).
Mengenai tali silaturahim dapat menangguhkan ajal. Maka disini terdapat beberapa jawaban yang dikemukakan oleh para ulama untuk memadukan antara hadits dan ayat, sebagaimana yang dijelaskan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fathul Bari dan al-Hafizh an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim. Di antaranya :
1. Penambahan umur, panjang umur, atau penangguhan ajal yang dimaksud dalam hadits di atas adalah sebuah kinayah (kiasan) mengenai berkahnya usia.
Artinya, silaturahim yang dilakukan akan membuat seseorang diberi kemampuan untuk selalu taat, dan diberi kemudahan menjalani atau melalui masa kehidupannya dengan hal-hal yang bermanfaat sebagai bekal ketika ia berada di akhirat kelak. Panjang umur di sini juga dapat diartikan bahwa nama seseorang yang tetap menjalin tali silaturahim akan tetap harum meski ia tiada.
Yaitu taufiq yang Allah SWT berikan kepadanya seperti ilmu yang bermanfaat sepeninggalnya, shadaqah jariyah dan keturunan yang shalih/shaliha.
2. Maksud penambahan usia atau panjang umur seperti yang disebut dalam hadits di atas adalah dengan mempunyai makna yang hakiki (arti sebenarnya), bukan kiasan.
Namun yang dimaksud penambahan usia dalam maknanya yang hakiki itu adalah yang terkait dengan ilmu dan pengetahuan malaikat yang ditugasi oleh Allah SWT mengurusi umur.
Dikatakan kepada malaikat, misalkan, usia si Fulan seratus tahun jika ia bersilaturahim, dan jika memutus tali silaturahim maka usianya hanya enam puluh tahun.
Sedangkan Allah SWT telah mengetahui dan menentukan pada azal (keberadaan yang tidak bermula) bahwa si Fulan itu akan bersilaturahim ataukah akan memutuskan silaturahim, dan usianya akan mencapai seratus tahun ataukah hanya enam puluh tahun.
Sesungguhnya Allah SWT telah mengetahuinya dan takdir pun sudah ditentukan oleh Nya.
Dan tentu saja, takdir dan ketentuan Allah SWT tidak akan berubah sebagaimana dijelaskan dan disepakati oleh para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah.
Jadi, ilmu Allah SWT tidak berubah, sedangkan yang mungkin menerima penambahan maupun pengurangan umur adalah ilmu yang ada pada malaikat.
Hal ini diisyaratkan oleh firman Allah SWT :
يَمْحُوا اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ
Artinya :
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan pada-Nya terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh)”. (QS. ar-Ra’d: 39).
Penetapan dan penghapusan yang ada dalam ilmu malaikat. Inilah yg disebut Qadla’ Mu'allaq.
Apa yang ada dalam Ummul Kitab, hal itulah yang ada dalam ilmu Allah SWT dan tidak ada penghapusan sama sekali. Inilah yang disebut Qadla’ Mubram.
KEUTAMAAN SILAHTURAHMI
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (رواه البخاري ومسلم)
"Dari Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa ingin dilapangkan baginya rezekinya dan dipanjangkan untuknya umurnya hendaknya ia melakukan silaturahim.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Pelajaran yang terdapat di dalam Hadist diatas :
1. Hadits yang agung ini memberikan salah satu gambaran tentang keutamaan silaturahim.
2. Silaturahim kewajiban dalam agama. Banyak ayat Al Qur’an dan Hadits yang menerangkannya.
3. Hendaknya ia menyambung hubungan silaturahim pada kerabatnya dengan bijak.
4. Bahwa dengan silaturahim akan mendatangkan kelapangan rezeki dan dikenang dengan baik yang dengan silaturahim akan memunculkan rasa kasih sayang dan akan dido'akan ketika meninggal.
5. Yang dimaksud dengan tambahan umur di sini, yaitu bisa jadi tambahan berkah dalam umur. Kemudahan melakukan ketaatan dan menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat baginya di akhirat, serta terjaga dari kesia-siaan.
Hadist tersebut berkaitan dengan Al- Qur'an :
1. Silaturahim, berbuat baik kepada kaum kerabat dan sanak famili adalah salah satu syarat untuk bisa masuk surga secara bersama dengan keluarga
وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ
"dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkannya. (QS.Ar-Ra'd: 21)
2. Berkaitan dengan ilmu yang ada pada malaikat yang terdapat di Lauh Mahfudz dan semisalnya. Umpama usia si fulan tertulis dalam Lauh Mahfuzh berumur 60 tahun. Akan tetapi jika dia menyambung silaturahim, maka akan mendapatkan tambahan 40 tahun, dan Allah telah mengetahui apa yang akan terjadi padanya (apakah ia akan menyambung silaturahim ataukah tidak).
Inilah makna firman Allah Ta’ala :
يَمْحُو اللهُ مَايَشَآءُ وَيُثْبِتُ
Artinya: “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki).” (QS Ar Ra’d:39).
SILAHTURAHMI MELANCARKAN REZEKI
Silaturahmi bisa dilakukan sebagai sesama manusia. Allah SWT sangat senang dengan hambanya yang saling mengikat persaudaraan. Terdapat dalil juga bahwa silaturahmi dapat melancarkan rezeki dan memperpanjang umur.
Menurut buku Agar Rezekimu Tak Seret oleh Rizem Aizid, disebutkan silaturahmi berasal dari bahasa Arab shilat/shilah dan rahim.
Kata shilat berasal dari kata washala, yang berarti menyambung atau menghimpun. Sementara rahim berarti kasih sayang. Kemudian kata rahim berkembang sehingga berarti peranakan atau kandungan, sebab anak yang dikandung senantiasa mendapat curahan kasih sayang.
Secara umum, silaturahmi adalah mempererat tali persaudaraan. Silaturahmi juga menjadi ajaran yang diperintahkan Allah SWT.
Dalam Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 36 disebutkan anjuran untuk saling bersilaturahmi :
۞ وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا وَبِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱلْجَارِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْجَارِ ٱلْجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلْجَنۢبِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
Wa'budullāha wa lā tusyrikụ bihī syai`aw wa bil-wālidaini iḥsānaw wa biżil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wal-jāri żil-qurbā wal-jāril-junubi waṣ-ṣāḥibi bil-jambi wabnis-sabīli wa mā malakat aimānukum, innallāha lā yuḥibbu mang kāna mukhtālan fakhụrā
Artinya :
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.
SILATURAHMI MEMPERLUAS REZEKI
Rasulullah SAW juga menjelaskan tentang silaturahmi dalam beberapa hadits. Silaturahmi juga memiliki banyak manfaat.
Sebagaimana hadits Rasulullah SAW :
"Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya atau dikenang bekasnya (perjuangan atau jasanya), maka hendaklah ia menghubungkan silaturahmi." (HR. Muslim).
Orang yang senang silaturahmi tentu memiliki kesempatan yang berbed dengan orang yang tidak pernah bersilaturahmi. Apalagi manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan sesama.
Ketika seseorang rajin silaturahmi, baik itu dengan keluarga, tetangga, saudara seiman, maupun teman, maka dengan sendirinya ia akan banyak memiliki teman atau sahabat. Dengan demikian, cara ini bisa mendatangkan rezeki.
Bentuk rezeki bisa berupa apapun, termasuk pekerjaan, jodoh ataupun ilmu yang bermanfaat. Beberapa bentuk rezeki ini dapat diperoleh dengan bersilaturahmi.
Iman Syafii pernah menulis sebuah bait puisi berbunyi: "Berjalanlah. Sebab berjalan memiliki lima manfaat menghilangkan stres dan kesedihan, menambah rezeki, bertambahnya ilmu pengetahuan dan pengalaman, mengenal etika dan norma, sehingga akan semakin santun serta akan memperbanyak teman dan relasi.
CARA SILAHTURAHMI
Silaturahmi bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya yakni berkunjung ke rumah kerabat untuk sekedar berbincang atau menanyakan kabar.
Di zaman modern seperti sekarang ini, silaturahmi bisa lebih mudah dilakukan. Misalnya dengan saling berkirim kabar melalui telepon atau pesan singkat.
Momen Idul Fitri kerap menjadi sarana untuk menjalin silaturahmi. Ketika Idul Fitri, umat muslim akan saling berkunjung satu sama lain. Selain menjalin keakraban, Idul Fitri juga jadi ajang saling memaafkan. Hubungan yang sebelumnya renggang pun akan kembali dekat.
Rasulullah SAW bersabda tentang orang yang bersilaturahmi :
"Bukanlah bersilaturahmi orang yang membalas kunjungan atau pemberian, tetapi yang bersilaturahmi adalah yang menyambung apa yang telah putus." (HR. Bukhari).
Hadits Rasulullah SAW tentang Manfaat Silaturahmi
Rasulullah SAW banyak menjelaskan tentang manfaat silaturahmi. Termasuk di dalamnya dapat memperpanjang umur, meluasnya rezeki dan menambah ketakwaan kepada Allah SWT.
1. Barang siapa yang senang dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, dan dijauhkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah bertakwa kepada Allah dan menyambung silaturahmi." (HR. Al-Bazzar, Hakim).
2. Belajarlah dari nenek moyangmu bagaimana caranya menghubungkan rahim-rahim itu, karena silaturahmi menimbulkan kecintaan dalam keluarga, meluaskan rezeki, dan menunda kematian." (HR. Tirmidzi).
3. Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan silaturahmi." (HR. Muslim).
4. "LPernah ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW. 'Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku perbuatan yang akan memasukkan aku ke dalam surga.' Lalu, Rasulullah menjawab, 'Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung silaturahmi." (HR. Bukhari).
5. Tahukah kalian tentang sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan ataupun keburukan? Sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan adalah
balasan (pahala) orang yang berbuat kebaikan dan menghubungkan silaturahmi. Sedangkan yang paling cepat mendatangkan keburukan ialah balasan (siksaan) bagi orang yang berbuat jahat dan yang memutuskan tali persaudaraan." (HR. Ibnu Majah).
6. Rasulullah SAW bertanya pada para sahabat, "Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada shalat dan puasa?" "Tentu saja," jawab mereka.
Beliau kemudian menjelaskan, "Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan tali persaudaraan di antara mereka adalah amal shalih yang besar pahalanya. Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan silaturahmi."
(HR. Bukhari dan Muslim).
10 PINTU REZEKI
1. MEMPERBANYAK ISTIGHFAR.
Allah swt berfirman: “Maka Aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Robb mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Nescaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, membanyak harta dan anak-anakmu, mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Qs. Nuh: 10-12)
Al-Qurtubi berkata, “Dalam ayat ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa istighfar merupakan salah satu cara diturunkan rezeki dan hujan.
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa memperbanyak istighfar (memohon ampun pada Allah), nescaya Allah menggantikan setiap kesempitan menjadi jalan keluar, setiap kesedihan menjadi kelapangan dan Allah akan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.” ( Abu Daud)
2. BERTAKWA KEPADA ALLAH
Allah berfirman: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, nescaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Qs. Ath-Thalaq: 2-3).
Ibnu Katsir berkata, “Maknanya, barangsiapa yang bertakwa kepada Allah dengan melakukan apa yang diperintahkan Nya dan meninggalkan apa yang dilarang Nya, nescaya Allah akan memberinya jalan keluar, serta rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari arah yang tidak pernah terlintas dalam fikirannya.”
3. BERTAWAKAL KEPADA ALLAH
Nabi Muhammad saw bersabda, “Sungguh, seandainya kalian betawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, nescaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana rezeki burung-burung, mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang di petang hari dalam keadaan kenyang.” (Ahmad dan Tirmizi)
4. RAJIN BERIBADAH
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah berfirman, “Wahai anak Adam!, beribadahlah sepenuhnya kepada Ku, nescaya Aku penuhi (hatimu) di dalam dada dengan kekayaan dan Aku penuhi keperluanmu. Jika kalian tidak lakukan yang sedemikian, nescaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak aku penuhi keperluanmu (kepada manusia).” ( Tirmizi, Ahmad, dan Ibnu Majah).
5. HAJI DAN UMRAH
Firman Allah swt, “Lakukanlah haji dan umrah, kerana sesungguhnya keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa, sebagaimana api dapat menghilangkan karat besi, emas, dan perak. Dan tidak ada pahala haji yang mabrur kecuali syurga.” (Ahmad, Tirmizi, dan An-Nasa`i).
6. MENJAGA SILATURAHIM
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya) maka hendaknya ia menyambung (tali) silaturahim.” (Bukhari).
7. BANYAK BERSEDEKAH
Allah berfirman, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya Robb ku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki Nya di antara hamba-hamba Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki Nya)’, dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Qs. Saba`: 39).
Rasulullah saw bersabda dalam hadis Qudsi, “Wahai anak Adam, bersedekahlah, nescaya Aku memberi rezeki kepadamu.” (Abu Daud).
8. MEMBANTU PENUNTUT ILMU
Disebutkan sebuah kisah, “Dahulu ada dua orang saudara pada masa Rasulullah saw. Salah seorang daripadanya mendatangi nabi dan (saudaranya) yang lain bekerja. Lalu saudaranya yang bekerja itu mengadu pada nabi, maka Baginda saw bersabda, “Mudah-mudahan engkau diberi rezeki dengan sebab dia.” (Tirmizi, Hakim).
9. MEMBANTU ORANG LEMAH
Rasulullah saw bersabda, “Bantulah orang-orang lemah, kerana kalian diberi rezeki dan ditolong lantaran orang-orang lemah di antara kalian.” (Muslim dan An-Nasa`i).
10. BERHIJRAH
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, nescaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.” (Qs. An-Nisa`: 100).
13 AYAT AL-QUR’AN TENTANG RIZKI
Berikut penjelasan ayat Al-Qur’an tentang rezeki (rizki) :
1. Surat Ibrahim ayat 34
Wa ātākum ming kulli mā sa`altumụh, wa in ta’uddụ ni’matallāhi lā tuḥṣụhā, innal-insāna laẓalụmung kaffār.
Artinya: “Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”
Melalui ayat ini, kita telah dijanjikan rezeki oleh Allah SWT apabila mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Namun, tidaklah pantas jika kita menghitung apa saja dan jumlah nikmat yang diberikan oleh-Nya. Karena hal itu sama saja tidak mensyukuri dan termasuk perbuatan zalim.
2. Surat Ibrahim Ayat 7
Wa idz ta adzana rabbukum lain syakartum la aziidannakum walain kafartum inna ‘adzaabii lasyadiid
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim Ayat 7).
Dalam ayat ini Allah SWT kembali mengingatkan hambaNya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkanNya. Bila mereka melaksanakannya, maka nikmat itu akan ditambah lagi oleh-Nya.
Sebaliknya, Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya, dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka. Mensyukuri rahmat Allah bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Pertama, dengan ucapan yang setulus hati; kedua, diiringi dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut untuk tujuan yang diridhai-Nya. Dalam kehidupan sehari-hari, dapat kita lihat bahwa orang-orang yang dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan menolong orang, pada umumnya tak pernah jatuh miskin ataupun sengsara.
Bahkan, rezekinya senantiasa bertambah, kekayaannya makin meningkat, dan hidupnya bahagia, dicintai serta dihormati dalam pergaulan.
Sebaliknya, orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridhai Allah, seperti judi atau memungut riba, maka kekayaannya tidak bertambah, bahkan lekas menyusut. Di samping itu, ia senantiasa dibenci dan dikutuk orang banyak, dan di akhirat memperoleh hukuman yang berat.
3. Surat Hud ayat 6
Wa mā min dābbatin fil-arḍi illā ‘alallāhi rizquhā wa ya’lamu mustaqarrahā wa mustauda’ahā, kullun fī kitābim mubīn.
Artinya: “Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”
Binatang-binatang yang melata, yang hidup di bumi yang meliputi binatang yang merayap, merangkak, atau pun yang berjalan dengan kedua kakinya, semuanya dijamin rezekinya oleh Allah.
Binatang-binatang itu diberi naluri dan kemampuan untuk mencari rezekinya sesuai dengan fitrah kejadiannya, semuanya diatur Allah dengan hikmat dan kebijaksanaan-Nya sehingga selalu ada keserasian.
Surat Hud ayat 6 menerangkan tentang rezeki yang dijamin Allah SWT. Sebenarnya rezeki semua manusia bahkan seluruh makhluk yang ada di dunia ini sudah telah ditulis dan ditentukan di Lauh Mahfuzh.
Jadi, kamu tidak usah risau akan rezeki yang kamu dapatkan. Kamu tidak perlu merasa kekurangan atau miskin karena seluruh rezeki yang kamu dapatkan sudah dijamin oleh Allah SWT. Sehingga jika kamu bisa menerimanya, segala kebutuhan kamu pasti akan tercukupi.
4. Surat An-Najm ayat 39-41
Ayat 39
Wa allaisa lil-insāni illā mā sa’ā.
Artinya: “dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya,”
Ayat 40
Wa anna sa’yahụ saufa yurā.
Artinya: “dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya),”
Ayat 41
Summa yujzāhul-jazā`al-aufā.
Artinya: “kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.”
Surat An Najm ayat 39-41 menjelaskan tentang pintu rezeki yang akan terbuka jika manusia berusaha untuk mendapatkan rezeki tersebut. Karena dunia ini tidak ada yang instan, maka semua harus diusahakan apalagi dalam memenuhi kebutuhan hidup atau mencari uang.
Manusia harus giat dalam menjalankan bisnisnya, tentunya berpegang pada prinsip amanah dan bertanggung jawab. Manusia harus mampu memanfaatkan tenaga serta ide yang telah Allah SWT berikan untuk mencari rezeki. Allah SWT sesungguhnya tidak menyukai orang yang bermalas-malasan.
5. Surat Nuh ayat 10-12
Ayat 10
Fa qultustagfirụ rabbakum innahụ kāna gaffārā.
Artinya: maka aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun,
Ayat 11
Yursilis-samā`a ‘alaikum midrārā.
Artinya: “niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu,”
Ayat 12
Wa yumdidkum bi`amwāliw wa banīna wa yaj’al lakum jannātiw wa yaj’al lakum an-hārādan.
Artinya: “Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu.”
Surat Nuh ayat 10-12 menjelaskan tentang pintu rezeki yang terbuka jika kita senantiasa mengingat Allah SWT dengan istighfar serta memohon ampun kepada-Nya. Beristighfar serta memohon ampun akan memudahkan kamu dalam melewati segala rintangan dalam mencari rezeki.
Rintangan dalam mencari rezeki bisa jadi karena keburukan yang dilakukan oleh kita tanpa sadar. Nah, apabila kamu menemukan rintangan dalam mencari rezeki janganlah berputus asa, harus tetap berada dijalan Allah SWT dengan ber-istigfar serta meminta ampun kepada-Nya sebanyak mungkin.
6. Surat At-Talaq ayat 2-3
Wamayyattaqillaaha yaj’allahuu makhrojaa. Wayarzuqhu min haitsu laa yahtasib, wamayyatawakkal ‘alallaahi fahuwa hasbuh, innallaha baalighul amrihi qad ja’alallahu likulli syai in qadra.
Artinya: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. At Thalaq: 2-3).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa apabila masa iddah istri hampir habis dan suami masih ingin berkumpul kembali, maka ia boleh rujuk kepada istrinya dan tinggal bersama secara baik sebagai suami-istri, melaksanakan kewajibannya, memberi belanja, pakaian, tempat tinggal, dan lainnya.
Orang yang bertakwa kepada Allah, dan patuh menaati peraturan-peraturan yang telah ditetapkan-Nya, antara lain mengenai rujuk dan talak tersebut di atas, niscaya Ia akan menunjukkan baginya jalan keluar dari kesulitan yang dihadapinya.
Bagi orang-orang yang bertakwa kepada Allah, tidak saja diberi dan dimudahkan jalan keluar dari kesulitan yang dihadapinya, tetapi juga diberi rezeki oleh Allah dari arah yang tidak disangka-sangka, yang belum pernah terlintas dalam pikirannya. Kemudian, Allah menyerukan agar mereka bertawakal kepada-Nya, karena Allah-lah yang mencukupkan keperluannya mensukseskan urusannya.
Bertawakal kepada Allah artinya berserah diri kepada-Nya, menyerahkan sepenuhnya kepada-Nya keberhasilan usaha. Setelah ia berusaha dan memantapkan satu ikhtiar, barulah ia bertawakal.
Bukanlah tawakal namanya apabila seorang menyerahkan keadaannya kepada Allah tanpa usaha dan ikhtiar. Berusaha dan berikhtiar dahulu baru bertawakal menyerahkan diri kepada Allah.
Surat At-Talaq ayat 3 menjelaskan tentang rezeki Allah SWT yang dapat datang dari manapun dan terkadang tidak terduga. Allah SWT merupakan sumber dari segala rezeki yang kita dapatkan sehingga sudah sepantasnya kita harus bersyukur.
7. Surat Al Mulk Ayat 21
Rezeki itu tidak datang dengan sendirinya melainkan harus dijemput dengan berusaha dan bekerja yang baik dan halal.
Amman haadzal ladzii yarzuqukum in amsaka rizqah
Artinya: “Atau siapakah dia ini yang memberimu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya?” (Al-Mulk: 21).
Dalam ayat ini ditegaskan siapakah orang yang dapat memberimu rezeki selain dari Allah, apabila Dia memutuskannya darimu. Dengan kata lain, tiada seorang pun yang dapat memberi, mencegah, menciptakan, memberi rezeki, dan yang menolong selain dari Allah SWT. semata, tiada sekutu bagi-Nya. Mereka mengetahui hal ini, tetapi mereka menyembah selain-Nya.
8. Surat Al Jumuah Ayat 10
Faidzaa qudhiyatish shalaatu fangtansyiruu fil ardhi wabtaghu min fadhlillahi.
Artinya: “Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah.” (Al-Jumu’ah: 10).
Setelah dilarang melakukan transaksi sesudah seruan yang memerintahkan orang-orang Muslim untuk berkumpul melaksanakan shalat Jumat, kemudian di izinkanlah bagi mereka sesudah itu untuk bertebaran di muka bumi dalam rangka mencari karunia Allah yakni rezeki.
9. Surat Al Ankabut Ayat 62
Allaahu yabsuthu rizqaa liman yasyaaa u min ‘ibaadihi wa yaqdiru lahuu innallaha bikulli syai’in ‘aliim.
Artinya: “Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Ankabut Ayat 62)
Pada ayat ini, Allah menyatakan bahwa Dialah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dia sendiri yang berkuasa untuk menentukan rezeki, sehingga orang-orang yang beriman tidak perlu enggan berhijrah karena takut miskin.
Allah memberi rezeki di mana saja mereka berada, baik di negeri sendiri, maupun di negeri orang atau dalam perjalanan, bahkan ketika mereka ditawan musuh. Allah berfirman: Sungguh Allah, Dialah Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.
10. Surat Al Baqarah Ayat 172
Yaa ayyuhal ladziina aamanuu kuluu min thayyibaati maa rozaqnaakum wasykuru lillahi inkuntum iyyaahu ta’buduun.
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (QS. Al Baqarah ayat 172)
Di dalam ayat ini ditegaskan agar seorang mukmin makan makanan yang baik yang diberikan Allah, dan rezeki yang diberikan-Nya itu haruslah disyukuri. Dalam ayat 168 perintah makan makanan yang baik-baik ditujukan kepada manusia umumnya.
Karenanya, perintah itu diiringi dengan larangan mengikuti ajaran setan. Sedangkan dalam ayat ini perintah ditujukan kepada orang mukmin saja agar mereka makan rezeki Allah yang baik-baik. Sebab itu, perintah ini diiringi dengan perintah mensyukurinya.
11. Ayat Al-Quran Tentang Rezeki: Q.S Ar-Rum: 37
Artinya: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan Dia (pula) yang membatasinya (bagi siapa yang Dia kehendaki). Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang beriman.”
12. Ayat Al-Quran Tentang Rezeki: Q.S Al-Qasas: 82
Artinya: “Orang-orang yang mengharapkan kedudukannya (Qarun) itu berkata, “Aduhai, benarlah kiranya Allah yang melapangkan dan membatasi rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Sekiranya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya kepada kita, tentulah Dia sudah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah kiranya tidak akan beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah).”
13. Ayat Al-Quran Tentang Rezeki: Q.S Al-Isra: 30
Artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya, Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya.”
Bersyukur tidak hanya diucapkan melalui lisan, melainkan juga diamalkan dengan perbuatan. Menolong orang yang sedang kesusahan atau berinfak merupakan wujud rasa syukur. Dengan begitu, niscaya Allah SWT akan mencukupkan kebutuhan hidup.
Pada dasarnya, bicara soal rizki sudah daiatur oleh Allah SWT dan rizki itu tak selamanya harus tentang uang, tetapi riziki juga bisa berupa kesehatan. Oleh karena itu, sudah seharusnya bagi umat Islam untuk menjalani hidup ini penuh dengan rasa syukur atas kesehatan yang kita miliki saat ini, sehingga menjadi lebih mudah dalam menjalani beberapa aktivitas.