SABDO PALON NAGIH JANJI
Sabdo Palon dan Naya Genggong merupakan gelar yang diberikan sesuai dengan karakter tugas yang diemban masing-masing, yakni :
Sabdo Palon, sabdo artinya seseorang yang memberikan masukan / ajaran, dan palon artinya kebenaran yang bergema di Alam Semesta. Jadi Sabdo Palon bermakna sebagai seorang abdi yang berani menyuarakan kebenaran kepada Raja, serta berani menanggung akibatnya.
Naya Genggong, naya artinya nayaka / abdi raja, dan genggong artinya mengulang-ulang suara. Jadi Naya Genggong bermakna sebagai seorang abdi yang berani mengingatkan Raja secara berulang-ulang mengenai kebenaran, dan berani menanggung akibatnya.
Ada yang menyebutkan, Sabdo Palon dan Naya Genggong mulai dikenal pada masa kepemimpinan Ratu Tribhuwana Tunggadewi (Ibu dari Hayam Wuruk), dan tetap setia sebagai penasihat spiritual hingga kepemimpinan Raja Brawijaya V.
Sebelumnya, Sabdo Palon dan Naya Genggong lebih dikenal dengan Sapu Angin dan Sapu Jagad.
Sabdo Palon banyak dikisahkan dalam Serat Jangka Jayabaya Sabdo Palon, juga dikenal dengan Jangka Sabdo Palon, yang diyakini sebagai karya pujangga R. Ng. Ranggawarsita.
Banyak pereka atau penterjemah pesan atau pemikiran Sabdo Palon yang sengaja mengarahkan hasil terjemahannya atau rekaannya untuk kepentingan golongan mereka.
ISI SUMPAH SABDO PALON
Sabdo Palon bersumpah kembali untuk menghancurkan Pulau Jawa setelah 500 tahun Majapahit runtuh.
Sosok Sabdo Palon dikenal dengan sumpahnya kembali ke Tanah Jawa terhitung 500 tahun setelah Kerajaan Majapahit hancur. Hal itu termaktub dalam bait syair dalam Serat Jangka Jayabaya karya Ronggowarsito.
Sumpah itu berkaitan dengan keputusan Prabu Brawijaya V memeluk Islam. Sejumlah sumber menyebutkan bahwa Sabdo Palon adalah sosok penasihat spiritual raja terakhir Kerajaan Majapahit.
Setelah sang raja memeluk Islam, Sabdo Palon pun pergi memisahkan diri dan meluapkan sumpah. Dalam sumpah itu dia menyebut akan memporak-porandakan Pulau Jawa.
Syair dalam serat tersebut memuat ramalan kehancuran Islam di Tanah Jawa, terhitung setelah 500 tahun keruntuhan Majapahit. Bait ramalan itu dikenal dengan istilah Sabdo Palon Nagih Janji.
Dia menganut kepercayaan Budi, yaitu agama Jawa yang berlaku secara turun-temurun. Dia meramalkan kehancuran Islam di Tanah Jawa, dalam ramalannya yang berbunyi :
Pepesthene nusa tekan janji, yen wus jangkep limang atus warsa, kepetung jaman Islame, musna bali marang ingsun, gami Budi madeg sawiji.
꧋ꦥꦼꦥꦼꦱ꧀ꦛꦼꦤꦼꦤꦸꦱꦠꦼꦏꦤ꧀ꦗꦚ꧀ꦗꦶ꧈ꦪꦺꦤ꧀ꦮꦸꦱ꧀ꦗꦁꦏꦺꦥ꧀ꦭꦶꦩꦁꦄꦠꦸꦱ꧀ꦮꦂꦱ꧈ꦏꦼꦥꦼꦠꦸꦁꦗꦩꦤ꧀ꦆꦱ꧀ꦭꦩꦺ꧈ꦩꦸꦱ꧀ꦤꦧꦭꦶꦩꦫꦁꦆꦁꦱꦸꦤ꧀ꦒꦩꦶꦧꦸꦣꦶꦩꦣꦺꦒ꧀ꦱꦮꦶꦗꦶ꧉
Artinya : Takdir nusa sampai kepada janji, jika sudah genap lima ratus tahun, terhitung zaman Islam, musnah kembali kepadaku, Agama Budi berdiri menjadi satu.
(Bhineka Tunggal Ika, toleransi antar umat beragama di Nusantara sebagai barometer dunia).
KEMBALINYA SABDO PALON
Kisah ini pun berkembang menjadi mitos yang masih dipercaya sebagian masyarakat Jawa. Peri Mardiyono dalam buku Sejarah Kelam Majapahit menjelaskan Sabdo Palon memberitahukan tanda-tanda dia akan kembali. Dia bersumpah kembali ke Tanah ini Jawa pada 500 tahun lagi tepat setelah Majapahit runtuh.
Pada masa itu, agama Islam tidak dijalankan paripurna oleh pemeluknya. Oleh sebab itu dia meramalkan agama Islam akan hancur dan digantikan agama Budi.
Jika dihitung sejak keruntuhan Kerajaan Majapahit runtuh paada 1478, maka Sabdo Palon diperkirakan kembali pada abad ke-20. Dia bersama anak buahnya akan menguasai Tanah Jawa dan mengembangkan agama Budi di Nusantara.
Diberitakan sebelumnya, dia diyakini sebagai penguasa Tanah Jawa yang berilmu tinggi. Kisah ini disebutkan dalam Serat Darmagandhul. Kitab kesusastraan Jawa karya Ki Kalamwidi ini menyebutkan Sabdo Palon sebagai tokoh pewayangan yang bernama Semar.
Seorang antropolog bernama Paul Stange dalam penelitiannya pada 1988 menyebutkan Sabdo Palon adalah penjelmaan Semar yang dikenal sebagai Maha Guru di Tanah Jawa. Dia adalah titisan dewa dari kayangan yang turun ke Bumi menjadi punakawan. Dia bertugas menjadi pamomong raja dan pengayom kawula.
Sosok yang satu ini memiliki kedidigdayaan atau kesaktian luar biasa untuk memerintah seluruh makhluk halus di Tanah Jawa. Berdasarkan kisah tersebut, sosoknya pun dianggap sebagai makhluk gaib yang melindungi raja-raja di tanah Jawa sejak 525 SM.
KISAH GAIB TANAH JAWA
Sejarah awal Pulau Jawa seolah terbungkus oleh misteri, karena sama sekali tidak diketahui keberadaannya oleh dunia sampai pulau ini dikunjungi oleh peziarah dari China, Fa Hien pada tahun 412 Masehi.
Berdasarkan buku Sejarah Gaib Tanah Jawa, karangan CW Leadbeater, disebutkan, pada 2.000 tahun sebelum masehi (SM), Pulau Jawa sudah menjadi koloni bangsa Atlantis, tapi saat Atlantis hancur Jawa menjadi negeri terpisah.
Disaat masih dikuasai oleh bangsa Atlantis inilah ajaran gaib hitam dan sesat mulai diajarkan kepada penduduk yang tinggal di Pulau Jawa ini.
Sehingga pengaruh aliran sesat itu kemudian semakin kuat dan merusak tatanan kehidupan yang ada saat itu.
Mereka memuja dewa yang kejam yang selalu meminta persembahan manusia dan hidup di bawah bayang-bayang tirani tanpa kesempatan untuk melepaskan diri.
Pada zaman itu, mereka diperintah oleh raja yang merangkap Imam Agung dari aliran hitam itu. Di antara raja ini ada seorang yang sungguh fanatik dalam kepercayaan aliran hitam itu.
Sang raja memiliki keyakinan bahwa hanya dengan menjalankan praktik kepercayaan yang mengorbankan darah setiap hari, wilayahnya dapat diselamatkan dari kehancuran.
Hal ini didasari keyakinan bahwa, dewa-dewa ganas dan haus darahlah yang memegang kendali atas Pulau Jawa pada saat itu.
Para dewa telah membuktikan kekuatan dahsyatnya dengan letusan gunung berapi berulang-ulang dan bencana-bencana alam lainnya.
Raja tersebut lalu memutuskan untuk melakukan sebuah pemagaran gaib demi untuk tetap menjaga dan memelihara perlindungan atas Pulau Jawa. Salah satu caranya dengan praktik ilmu gaib dari para ahli sihir.
Hal ini dilakukan agar kelak semua sesembahan darah kepada dewa-dewa haus darah yang bercokol di seluruh Jawa tetap dilanjutkan di sepanjang abad-abad yang akan datang.
Demi terwujudnya maksud itu, dia kemudian menciptakan mantera yang sangat kuat di atas Pulau Jawa agar aliran hitam yang dianutnya tersebut tak akan lenyap selamanya.
Efek dari hal itu, masih dapat dilihat baik secara etheris maupun astral dalam bentuk awan gelap yang besar melayang-layang di atas Pulau Jawa.
Awan hitam ini, anehnya kelihatan seolah-olah seperti tertambat pada titik-titik tertentu, sehingga tidak lantas terbawa oleh angin dan tetap tinggal pada tempatnya.
Titik-titik lokasi awan hitam ini sengaja dimagnetisir oleh raja, dekat dengan kawah-kawah gunung berapi. Salah satu alasannya adalah karena kawah-kawah tersebut biasanya ditempati oleh beragam jenis makhluk-makhluk halus. Sehingga makhluk-makhluk gaib itu dapat diperintah oleh sang raja.
Kemudian pada 1.200 tahun SM terjadi invasi secara damai terhadap Pulau Jawa oleh Raja Vaivasvata Manu yang beragama Hindu.
Mereka datang secara damai tinggal di pantai dan pada akhirnya membentuk kota perdagangan kecil yang independen.
Seiring waktu, kekuatan para pendatang Hindu ini meningkat pesat dan akhirnya menjadi dominan dalam komunitas.
Akan tetapi walaupun Agama Hindu telah diterima oleh penduduk namun dalam kenyataannya pemujaan lama terhadap ajaran sesat tetap dilaksanakan dan praktik ilmu gaib malah makin menjamur.
Melihat kondisi tersebut Raja Vaivasvata yang berkuasa saat itu meminta untuk mengirimkan ekspedisi ke Jawa pada tahun 78 Masehi.
Ekspedisi ini dilakukan untuk menangkal pengaruh buruk dari aliran sesat yang sudah membumi di Tanah Jawa tersebut.
Pemimpin ekspedisi ini dipimpin oleh ahli spritual bernama Aji Saka atau Sakaji. Aji Saka ini sangat memahami tugas yang diembannya.
Aji Saka lalu menanam benda yang berdaya magnet kuat yang telah dimantrai di tujuh tempat di Pulau Jawa untuk menyingkirkan pengaruh aliran hitam dari tanah Jawa (tumbal bagi tanah Jawa).
Untuk tempat menguburkan tumbal atau jimatnya yang paling penting dan kuat, Aji Saka memilih perbukitan yang mengarah ke Sungai Progo, tempat yang sangat dekat dengan titik Pulau Jawa.
Legenda mengenai Aji Saka ini dalam berbagai cerita juga dianggap melambangkan kedatangan Dharma (ajaran dan peradaban Hindu-Buddha) ke Pulau Jawa.
Akan tetapi penafsiran lain beranggapan bahwa kata Saka adalah berasal dari istilah dalam Bahasa Jawa Saka atau Soko yang berarti penting, pangkal, atau asal-mula, maka namanya bermakna raja asal-mula atau raja pertama.
Mitos ini mengisahkan mengenai kedatangan seorang pahlawan yang membawa peradaban, tata tertib dan keteraturan ke Jawa.
Karena Aji Saka telah mengalahkan raja jahat Prabu Dewata Cengkar sang penguasan hitam yang kala itu menguasai Pulau Jawa.
Legenda ini juga menyebutkan bahwa Aji Saka adalah pencipta tarikh Tahun Saka, atau setidak-tidaknya raja pertama yang menerapkan sistem kalender Hindu di Jawa.
Tumbal Aji Saka untuk menangkal kekekuatan hitam pun bertahan hingga beratus-ratus tahun kemudian. Hingga sampai pada keadaan dimana jin kembali berkuasa, hujan darah dimana-mana, bencana merajalela.
VERSI PENGANUT SYEKH SUBAKIR
Pada masa ini berkembanglah beberapa aliran ilmu gaib di Pulau Jawa diantaranya, kejawen dan kebatinan.
Lalu pada awal abad 13 datanglah Syekh Subakir seorang ulama yang dikirim Kesultanan Turki Utsmaniyah ke tanah Jawa.
Syekh Subakir adalah seorang ulama besar yang dikirim untuk menumbal tanah Jawa dari pengaruh negatif makhluk halus saat awal penyebaran ajaran Islam di nusantara.
Karena Syekh Subakir mengetahui kondisi Pulau Jawa banyak dipengaruhi unsur gaib yang sangat mengganggu. Lalu, Syekh Subakir membawa batu hitam dari Arab yang telah dirajah.
Kemudian dengan karomah yang dimilikinya batu hitam dengan nama Rajah Aji Kalacakra tersebut dipasang di tengah-tengah tanah Jawa yaitu di Puncak Gunung Tidar, Magelang.
Karena, Gunung Tidar dipercayai sebagai titik sentral atau pakunya tanah Jawa. Hasilnya kekuatan gaib yang mengganggu di Pulau Jawa dapat dihalau.
Pada masa ini ilmu kebatinan berkembang lagi menjadi beberapa cabang yaitu, ketabiban, kawaskitaan, kesaktian, kanuragan, kekebalan, pengasihan, termasuk juga tenaga dalam.
Kemudian sepeninggalan Syekh Subakir pemagaran gaib terhadap pengaruh negatif dilanjutkan oleh para Wali Songo. Para wali ini mengajarkan ajaran Islam. Salah satu diantaranya yang terkenal yaitu Sunan Kalijaga.
KEPERCAYAAN NUSANTARA
Percaya ataupun tidak, proses tetap berjalan menuju Nusantara Emas / Nuswantoro Jayanegara.
dan proses itu telah berjalan.
Biarlah mereka menyebut itu mitos, bahkan mengolok-oloknya, namun keyakinan orang Jawa itu kuat dan konsisten, termasuk keyakinan Sabdo Palon nagih janji pasti segera terjadi (karena Tanah Jawa itu wingit).
Sebetulnya hal itu dpt dirasakan oleh khalayak umum apalagi yang tanggap sasmita.
Keyakinan Jatidiri Nusantara terus berkembang pesat hingga saat ini :
1. Kaharingan (Kalimantan)
2. Agama Bali
3. Parmalim (Sumatera Utara).
4. Tonaas Walian (Minahasa, Sulawesi Utara)
5. Tolottang (Sulawesi Selatan)
6. Wetu Telu (Lombok)
7. Naurus (Pulau Seram, Maluku)
8. Aliran Mulajadi Nabolon
9. Marapu (Sumba)
10. Pahkampetan
11. Bolim
12. Basora
13. Sirnagalih
14. Mappurondo (Sulawesi Barat).
15. Niang Tanah Lero wulan (Nusa Tenggara Timur)
16. Adat Lawas (Kalimantan Timur)
17. Aliran Mulajadi Nabolon 3 (Sumatera Utara)
18. Ata Kahfi (Nusa Tenggara Timur)
19. Babolin (Kalimantan Tengah)
20. Bakubung (Kalimantan Tengah)
21. Basora (Kalimantan Tengah)
22. Bolin (Kalimantan Tengah)
23. Budi Suci (Bali)
24. Cahaya Kusuma (Sumatera Utara)
25. Era Mula Watu Tana (Nusa Tenggara Timur)
26. Galih Puji Rahayu (Sumatera Utara)
27. Golongan Si Raja Batak (Sumatera Utara)
28. Guna Lero Wulan Dewa Tanah Ekan (Nusa Tenggara Timur)
29. Habonaron Do Bona (Sumatera Utara)
30. Hajatan (Kalimantan Tengah)
31. Ilmu Ghoib (Lampung)
32. Ilmu Ghoib Kodrat Alam (Lampung)
33. Jingitiu (Nusa Tenggara Timur)
34. Kaharingan Dayak Luwangan (Kalimantan Tengah)
35. Kaharingan Dayak Maanyan Banna 5, Paju 4 dan Paju 10 (Kalimantan Selatan)
36. Kaharingan Dayak Maanyan Piumbung (Kalimantan Tengah)
37. Kakeluargaan (Bali)
38. Kepercayaan AHalu (Kalimantan Tengah)
39. Kepercayaan G. Adat Musi (Sulawesi Utara)
40. Lera Wulan Tana Ekan (Nusa Tenggara Timur)
41. Magapokan (Bali)
42. Mangimang Sumabu Duata (Sulawesi Utara)
43. Marapu (Nusa Tenggara Timur)
44. Ngoja (Kalimantan Tengah)
45. Paguyuban Pendidikan Ilmu Kerohanian – PPIK (Lampung)
46. Paompungan (Sulawesi Utara)
47. Persatuan Aliran Kepercayaan Krida Sempurna (Sumatera Selatan)
48. Pompungan Waya Si Opo Ompung (Sulawesi Utara)
49. Purwo Deksono (Lampung)
50. Purwo Madio Wasono (Sumatera Utara)
51. Ramuat Ali Marie, Ayas, Ilfried – RAMAI (Sulawesi Utara)
52. Silima / Pamena (Sumatera Utara)
53. Ugamo Parmalin Budaya Adat Batak (Sumatera Utara)
54. Hidup Sejati (Nusa Tenggara Barat)
55. Pasemetonan Siwa Budha. Bali.
JAWA TIMUR
1. Aliran Kebatinan Tak Bernama
2. Aliran Seni dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
3. Babagan Kasampurnan
4. Badan Kebatinan Rila
5. Budi Rahayu
6. Cakramanggilingan
7. Dasa Sila
8. Himpunan Murid dan Wakil Murid Ilmu sejati R. Rawiro Utomo(HIMUWIS RAPRA)
9. Induk Wargo Kawruh Utomo
10. Jawi Wisnu
11. Jendra Hayuningrat Widada Tunggal (PANDHAWA)
12. Kahuripan
13. Kapitayan
14. Kapribaden Upasana
15. Kasampurnan Ketuhanan Awal dan Akhir
16. Kepercayaan Sapta Dharma Indonesia
17. Ketuhanan Kasampurnan
18. Kodratullah Manembah Ghoibing Pangeran
19. Margo Suci Rahayu
20. Paguyuban Darma Bhakti
21. Paguyuban Ilmu Sangkan Paraning Dumadi Sanggar Kencono
22. Paguyuban Kawruh Bathin “101”
23. Paguyuban Kawruh Bathin Tulis Tanpa Papan Kasunyatan
24. Paguyuban Kawruh Bathin Jiwo Lugu
25. Paguyuban Kawruh Murti Utomo Wasito Tunggal
26. Paguyuban Kawruh Sangkan Paran Kasampurnan
27. Paguyuban Kawruh Sasongko
28. Paguyuban Lebdho Guno Gumelar
29. Paguyuban Manunggaling Karso
30. Paguyuban Ngesti Budi Sejati
31. Paguyuban Pangudi Katentreman (PATREM)
32. Paguyuban Satriyo Mangun Mardiko Dununge Urip
33. Paham Jiwa Diri Pribadi
34. Panembah Jati
35. Pangrukti Memetri Kasucian Sejati (PAMEKAS)
36. Pelajar Kawruh Jiwo
37. Perguruan Ilmu Sejati
38. Perhimpunan Kamanungsan
39. Perhimpunan Kepribadian Indonesia
40. Purwaning Dumadi Kautaman
41. Pana Majapahit
75. Podo Bongso
76. Purbokayun
77. Sangkan Paraning Dumadi (Sri Jayabaya)
78. Sukma maneges
79. Paguyuban Kediri Garuda Nusantara
80. Tri Tunggal Bayu
81. Rasa Manunggal
82. Sujud Manembah Bekti
83. Tri Murti NaluriMajapahit
84. Urip Sejati
85. Paguyuban ngesti tunggal. (Banyuwangi - Jember)
86. Paguyuban Prono jiwo ( Banyuwangi - Jember)
87. Kawruh Joyoboyo
88. BULAD ( budi luhur ajining diri ).
89. hindu darma.
90. manunggaleng gusti.
91. Paguyuban Sumarah.
92. Paguyuban Perjalanan.
93. PAMU ( Purwo Ayu Mardi Utomo - Banyuwangi ).
94. Tutur Tinular - Banyuwangi.
95. Jowodwipo - Banyuwangi.
96. Sabdo Buana - Banyuwangi.
97. Paguyuban Manunggal Rasa Sejati (PMRS) - Banyuwangi.
98. Tirto Kahuripan - Banyuwangi.
JAWA TENGAH
1. Badan Kebatinan Indonesia
2. Badan Keluarga Kebatinan Wisnu
3. Elang Mangkunegara
4. Hak (Kawruh Hak)
5. Hidayat Jati Ranggawarsita
6. Hidup Betul
7. Himpunan Kebatinan Rukun Wargo
8. Ilmu Kasampurnan Jati
9. Jaya Sampurna (Pamungkas Jati Titi Jaya Sampurna)
10. Kalimasada Rasa Sejati
11. Kapribaden (Kawruh Kapribaden)
12. Kasampurnan
13. Kawruh Naluri Batin Tulis Tanpa Papan Kasunyatan Jati
14. Kawruh Roso Sejati
15. Kawruh Urip Sejati
16. Kejaten
17. Kejawen
18. Kejiwaan
19. Kapribaden Jateng.
20. Agama Jawa Asli Republik Indonesia
21. Dununge Urip
22. Ilmu Sejati
23. Ilmu Sejati Prawiro Sudarso
24. Kawruh Budhi Jati
25. Kawruh Guru Sejati Kawedar (KGSK)
26. Kawruh Kasunyatan Kasumpurnan Pusoko Budi Utomo
27. Langgeng Suci
28. Mustiko Sejati
29. Ngudi Utomo
30. Paguyuban Anggayuh Katentremaning Urip (AKU)
31. Paguyuban Budi Sejati
32. Paguyuban Hasto Broto
33. Paguyuban Kawruh Kodrating Pangeran
34. Paguyuban Kaluwargo Kapribaden
35. Paguyuban Muda Dharma Indonesia
36. Paguyuban Ngesti Jati
37. Paguyuban Olah Rasa Mulat Sarira Ngesti Tunggal
38. Paguyuban Pangudi Kawruh Kasuksman Panunggalan
39. Paguyuban Trijaya
40. Paguyuban Ulah Rasa Batin (PURBA)
41. Paguyuban Jawa Naluri
42. Pangudi Rahayuning Budhi (PRABU)
43. Pangudi Rahayuning Bawana (PARABA)
44. Papandaya
45. Pembagunan Kebatinan Kepribadian Rakyat Indonesia Badan Kejawan (PERKRI)
46. Penghayat Kepercayaan Paguyuban Noermanto (PKPN)
47. Perjalanan Tri Luhur
48. Persatuan Resik Kubur Jero Tengah
49. Pirukunan Kawulo Manembah Gusti (PKMG)
50. Pramono Sejati
51. Pribadi
52. Purwo Ayu Mardi Utomo
53. Ratu Adil
54. Saserepan Kepribadian Intisari (SKI’45)
55. Saserepan’45
56. Sentana Darma Majapahit dan Pancasila (SADHAR MAPAN)
57. Setia Budi Perjanjian 45 (SBP 45)
58. Sukma Sejati51. Tujuh Mulya
59. Waspodo
60. Wayah Kaki
61. Wratama Wedyanantama Karya
62. Wringin Seta
63. Paguyuban Domas (wong bodo ati emas) karanganyar
64. Pangestu
65. Samin
66. Sumarah
67. Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwate Dhiyu.
68. Sapta Darma.
69. Perbegu (pemena) batak karo.
70. paguyupan ngesti tunggal (pangestu) disolo sekitaran.
DIY YOGYAKARTA
1. Angesti Sampurnaning Kautaman
2. Anggayuh Panglereming Napsu (APN)
3. Budi Luhur
4. Hak Sejati
5. Hangudi Bawana Tata Lahir dan Batin
6. Imbal Wacono
7. Kasampurnan Jati
8. Kawruh Panggayuh Esti
9. Kawula Warga Naluri
10. Kebatinan 9 Pambuka Jiwa
11. Kapitayan
12. Kumambang Watu Ireng.
13. Memayu Hayuning Bawono
14. Ngelmu Beja-Mulur Mungkret
15. Paguyuban Pambuka Das Sanga
16. Pamengku
17. Kelompok Setu Pahing
18. Mardi Santosaning Busi (MSB)
19. Minggu Kliwon
20. Ngesti Roso sejati
21. Ngesti Roso
22. Paguyuban Jawi Lugu
23. Paguyuban Kawruh Hardo Puruso
24. Paguyuban Kebudayaan Djawi (PKD)
25. Paguyuban Keluarga Besar Keris Mataram
26. Paguyuban Keluarga Besar Sri Sadono
27. Paguyuban Rabo Wage
28. Paguyuban Sangkara Muda
29. Paguyuban Tata Tentrem (Patrem Indonesia)
30. Paguyuban Traju Mas
31. Perguruan Das
32. Persatuan Eklasing Budi Murko
33. Purwoduksino
34. Sumarah Purbo
35. Tuntunan Kerohanian Sapta Darma
36. Yayasan Sosrokartono
37. HARDO PUSORO
38. Paguyuban Agung Budi Aji.
JAWA BARAT
1. Aliran Kepercayaan Aji Dipa
2. Aliran Kepercayaan Lebak Cawene
3. Budi Rahayu
4. Kawruh Kebatinan GunungJati
5. Paguyuban Adat Cara Karuhun
6. Perjalanan Budi Daya
7. Buhun (Jawa Barat)
8. Sunda Wiwitan (Kanekes, Banten)
DKI JAKARTA
1. Aliran Kebatinan Perjalanan
2. Budi Luhur (Kawruh Kasampurnan Sangkan Paran Budi Luhur)
3. Forum Sawyo Tunggal
4. Urip Utami (Gautamai)
5. Himpunan Amanat Rakyat Indonesia (HARI)
6. Mersudi Kaluhuring Budi Pekerti (Mekar Budi)
7. Musyawarah Agung Warna
8. Ngudi Kawruh Rasa Jati
9. Organisasi Kebatinan Satuan Rakyat Indonesia Murni (Sri Murni)
10. Paguyuban Kebatinan Ilmu Hak
11. Paguyuban Ki Ageng Selo
12. Paguyuban Penghayat Kapribaden
13. Paguyuban Sumarah
14. Pangestu (Paguyuban Ngesti Tunggal)
15. Pangudi Ilmu Kebatinan Intisarining Rasa (PIKIR)
16. Pangudi Ilmu Kepercayaan Hidup Sempurna (PIKHS)
17. Perhimpunan Peri Kemanusiaan
18. Persatuan Warga Theosofi Indonesia
19. Pran-Suh (Ngesti Kasampurnan)
20. Purbaning Lampang Sejati
21. Sastra Jendra Hayuningrat Pangruktining
22. Sri Langgeng
23. Susila Budhi Dharma (SUBUD)
24. Tri Sabda Tunggal
25. Tunggal Sabda Jati
26. Wisma Tata Naluri
27. Jawa Barat : Keyakinan Puji Dipa (Kebagusan)
Tambahan :
Masih banyak aliran kepercayaan intinya adanya Sang Pencipta dengan proses alamiah mereka akan muncul dan mengibarkan panji-panji Nusantara/ Nuswantoro.
Imajier Nuswantoro
ꦆꦩꦗꦶꦪꦺꦂꦤꦸꦱ꧀ꦮꦤ꧀ꦠꦺꦴꦫꦺꦴ