PASAREAN (makam) SRI AJI JOYOBOYO & KETURUNAN SERTA PUNGGAWANYA DI MAKAM KI AGENG BOTO PUTIH KAWEDUSAN KEDIRI
Menurut penggiat pengagum Sri Aji Jayabhaya dan sebagian masyarakat desa Kawedusan tepatnya dusun Bulurejo percaya bahwa makam Ki Ageng Boto Putih merupakan makam Prabu Sri Aji Jayabaya dari kerajaan Pamenang Kediri.
Jayabhaya adalah Raja Panjalu yang memerintah sekitar tahun 1135-1159 M. dengan nama gelar abhisekanya yang digunakan ialah Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa.
Pemerintahan prabu Jayabhaya dianggap sebagai masa kejayaan Kerajaan Panjalu. Menurut halayak umum percaya bahwa Prabu Sri Aji Jayabhaya dikabarkan muksa dan meninggalkan pakaian kebesarannya di desa Menang Pagu yang dianggap sebagai tempat pamuksan dan sebagai petilasan Prabu Sri Aji Jayabhaya sampai sekarang.
Namun sebenarnya (menurut sumber cerita rakyat) Prabu Sri Aji Jayabhaya tidaklah muksa. Berita yang tersebar luas menyatakan muksa agar masyarakat tidak lagi mengetahui bahwa beliau adalah seorang raja yang terkenal dan ingin kembali ke masyarakat biasa tanpa diketahui asal usulnya.
Perilaku inilah yang dinamakan LAMURLAKU (semacam penyamaran, menghilang dari istana, biasanya menjadi pendito / mandhito dan berganti nama hingga akhir hayat).
Lamurlaku adalah melakukan penyamaran, menghilangkan jejak menjadi kawulo.
Open link :
https://syehhakediri.blogspot.com/2024/08/lamur-laku-jawa.html
Untuk itu kemudian beliau berjalan menuju ke arah tenggara dari arah Pamenang sejauh lebih kurang 10 pal atau lebih kurang antara 10 Km. Dibawah pohon beringin besar dengan suasana udara sejuk, adem terasa ayem tentrem lokasi seperti pepunden/punden di dusun Bulurejo desa Kawedusan kecamatan Plosoklaten kabupaten Kediri. Disini beliau berganti nama menjadi Ki Ageng penduduk setempat menyebutnya Mbah Ageng, yang kemudian berkembang menjadi Ki Ageng Boto Putih sampai sekarang. Di dalam area seperti punden iu dimakamkan terdapat beberapa makam (versi 1) yaitu :
1. Sang Prabu Sri Aji Jayabhaya.
2. Dewi Sora (Permaisuri Sang Prabu Aji Jayabhaya).
3. Prabu Jaya Amijaya serta.
4. Dewi Satami (Permaisuri Sang Prabu Jaya Amijaya).
Foto : Nuswantoro Imajiner |
(VERSI 2)
Makam Ki Ageng Boto Putih terletak di dusun Bulurejo desa Kawedusan kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri provinsi Jawa Timur. Luas makam sekitar 360 m2.
Di dalam lokasi tersebut terdapat beberapa makam kerabat, para punggawa dan abdi dalem kepercayaan seperti makam kuno layaknya tempat Sing Baurekso (babat perkampungan/desa/padepokan) yang dikeramatkan oleh warga sekitar. Beberapa makam terletak di dalam, ada beberapa makam terletak di luar lokasi.
Makam yang terletak di dalam yaitu makam :
1. Prabu Sri Aji Joyoboyo.
2. Dewi Soro (permaisuri Sri Aji Joyoboyo).
3. Prabu Joyo Ami Joyo (anak Sri Aji Joyoboyo).
4. Dewi Sutami (permaisuri Prabu Joyo Ami Joyo).
Dan pesarean yang terletak di luar lokasi yaitu pesarean :
5. Nini Randini.
6. Nini Rukem.
7. R.Tumbal.
Foto : Nuswantoro Imajiner |
(VERSI 3)
Letak makam di area makam Ki Ageng Boto Putih sesuai kondisi sekarang sesuai petunjuk gambar (Juli 2022) sumber denah pesarean setono Boto Putih dusun Bulurejo desa Kawedusan kec. Plosoklaten Kediri masyarakat setempat menyebutnya masing-masing cungkup adalah sebagai berikut :
1. Pasarean Eyang Prabu Sri Aji Joyoboyo
2. Dewi Toro
3. Dewi Satami
4. Putri Tari
5. Sri Tanjung
6. Ki Djoyo Amijoyo (Ki Ageng Boto Putih)
7. Dewi Sorowati
8. Rahyan Wangking
9. Rahyan Tumbal
10. Eyang Mayangkoro
11. Eyang Pekik
12. Nini Rukem
13. Nini Randini
Denah pesarean Setono Boto Putih terletak di dusun Bulurejo desa Kawedusan kec. Plosoklaten kab. Kediri Foto : Nuswantoro Imajiner |
(VERSI IV)
Sekitar wilayah desa Kawedusan, ada banyak ditemukan batu kuno disana tersebar di tempat-tempat jauh dari pemukiman penduduk dimungkinkan batu-batu andesit besar-besar seperti batu candi dan di uniknya punden di dusun Belung desa Kawedusan warga sekitar juga menyebutnya boto putih karena ada beberapa tumpukan balok batu putih dan balokan batu besar persegi panjang seperti batu andesit. Para penduduk disekitar percaya sebagai makam pesarean Prabu Sri Aji Joyoboyo, sebagai catatan pihak penulis blog ini, perlu dilakukan pengkajian.
PENEMUAN PEMAKAMAN
Menurut cerita makam Ki Ageng Boto Putih. Makam ini mempunyai peninggalan batu kuno yang berbentuk persegi sebanyak 27 buah, batu nisan kuno sabanyak 6 buah.
Makam ini baru saja ditemukan tahun 1990-an. Awal mulanya warga sekitar mendapatkan informasi dari seorang paranormal yang berasal dari Yogyakarta bernama Frans Soeharjo. Akhirnya pada tanggal 5 Agustus 1990 jam 12:00 tepat warga sekitar menemukan makam Sri Aji Joyoboyo, dan pada hari berikutnya di temukan makam permaisuri dan anaknya berserta semua bawahan dari Prabu Sri Aji Joyoboyo. Warga sekitar menamakan semua tempat tersebut sebagai makam Setono Ki Ageng Boto Putih.
Makam tersebut di keramatkan oleh warga sekitar, setiap 1 tahun sekali pada bulan Suro,warga sekitar mengadakan acara bersih desa dan pemandian pusaka yang terdapat di lokasi makam tersebut. Tidak hanya warga sekitar yang mengeramatkan makam tersebut, melainkan banyak wisatawan yang datang dari luar kota untuk berziarah di makam Ki Ageng Boto Putih. Oleh karena itu makam tersebut terjaga sangat bersih dan rapi, karena warga sekitar selalu membersihkannya.
KRONOLOGI DITEMUKAN AREA PEMAKAMAN DI MBAH AGENG BOTO PUTIH
Di Desa Kawedusan lebih tepatnya Dusun Bulurejo Kecamatan Plosoklaten siang itu mendapat tugas dari kepala dusun untuk membersihkan makam Raja-raja Kediri, singkat cerita tentang penemuan makam di dusun tersebut menurut juru kunci, diantaranya :
1. Prabu Sri Aji Djojobojo, Raja Kediri di Pamenang, ditemukan pesarehannya pada hari ahad kliwon tanggal 5 Agustus 1990 / 13 Syuro pukul 12.05 WIB, di Bulurejo Kawedusan Plosoklaten Kediri.
2. Permaisuri Sang Prabu Sri Aji Djojobojo, Dewi Soro, ditemukan pesarehannya pada hari ahad kliwon tanggal 5 Agustus 1990 / 13 Syuro pukul 00.25 WIB, nama diketahui minggu legi tanggal 30 September 1990 / 10 Maulud, di Bulurejo Kawedusan Plosoklaten Kediri.
3. Prabu Djojo Amidjojo, Raja Kediri di Pamenang, putra Prabu Sri Aji Djojobojo pesarehannya sudah lama ditemukan, penduduk sekitar menamakan Mbah Ageng Boto Putih. Diketahui nama sebenarnya Prabu Djojo Amidjojo pada ahad legi tanggal 13 September 1990 / 10 Maulud pukul 01.40 WIB, di Bulurejo Kawedusan Plosoklaten Kediri.
4. Permaisuri Prabu Djojo Amidjojo, Dewi Satami, pesarehannya berdekatan dengan Prabu Djojo Amidjojo yang juga sudah lama ditemukan, pada ahad kliwon tanggal 30 september 1990 / 10 Maulud pukul 01.45 WIB, di Bulurejo Kawedusan Plosoklaten Kediri.
5. Rahyan Wangking, pesarehannya sudah lama ditemukan, penduduk sekitar menamakan Raden Said. Diketahui nama sebenarnya Rahyan Wangking pada ahad kliwon tanggal 30 September 1990 / 10 Maulud pukul 02.45 WIB, lokasi pesarehan di ujung utara barat.
6. Rahyan Tumbal, pesarehannya ditemukan pada ahad legi 30 September 1990 / 10 Maulud pukul 02.15 WIB, lokasi pesarehan diluar tembok sebelah selatan ujung timur.
7. Nini Rukem, pesarehannya ditemukan pada ahad legi 30 September 1990 / 10 Maulud pukul 02.30 WIB, lokasi pesarehan diluar tembok sebelah barat ujung selatan.
8. Nini Randini, pesarehannya ditemukan pada ahad legi 30 September 1990 / 10 Maulud pukul 02.45 WIB, lokasi pesarehan diluar tembok sebelah selatan dekat sumur.
9. Ditemukan makam jauh dari lokasi tengah-tengah tanaman jagung belum diketahui namanya.
MITOS
Ada kesembilan makam yang ditemukan, mitos warga sekitar tentang makam tersebut dibuat untuk pesugihan, menyepi biasanya mencari bisikan wangsit merubah nasib atau meminta bukan kepada Tuhan melainkan maksud dan tujuan kepada yang lain. Kita disini tidak menilai perilaku kepercayaan tertentu kita fokus menggali sejarah berdasarkan keilmuan dan versi. Bahkan ada sumber seorang akademisi dari ITS Surabaya memang asli penduduk sekitar desa Kawedusan dan kebetulan mampir di rumah kota Kediri yang konon masih teman alumi SMA kakak dari istri sambil membawa oleh-oleh pisang hasil kebunnya menyebutnya, bahwa dulu ceritanya tempat tersebut digunakan perkuburan kuda, dalam penyampaiannya juga kurang tuntas. Perkuburan kuda tersebut di waktu perang di sekitar kerajaan Kediri informasi ini masih kita gali dari berbagai sumber.
ANAK-ANAK PRABU SRI AJI JOYOBOYO (Wikipedia) :
1. JAYA AMIJAYA
2. SRI SARWESWARA
3. DEWI PRAMESTI
4. DEWI SASANTI
UPACARA TRADISIONAL SESAJI DI KI AGENG BOTO PUTIH
Sebagai bentuk pelestarian tradisi leluhur, masyarakat kabupaten Kediri melakukan ritual/upacara adat daerah yang intinya adalah memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bentuk-bentuk dan ragam upacara adat di Kabupaten Kediri salah satunya adalah Upacara Adat Ritual Sesaji Ki Ageng Boto Putih. Upacara adat Boto Putih dilaksanakan oleh masyarakat desa Kawedusan, kecamatan Plosoklaten, kabupaten Kediri. Upacara adat ini dilaksanakan setiap tahun sekali yang jatuh pada bulan Syura pada kalender penanggalan Jawa. Upacara ini bertujuan sebagai ziarah di Makam Ki Ageng Boto Putih serta memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
JADWAL ACARA (ROUND DOWN) KIRAP URI-URI BUDAYA LUHUR
Panitia Kirab Budaya Ki Ageng Boto Putih, menuturkan :
Kirab Budaya ini dimulai pagi hari, kirab ini diikuti oleh anak PAUD, TK, SD, SMP, dan tentunya didukung pengiat budaya serta pelaku kepercayaan dari Desa Kawedusan dan sekitarnya bahkan didukung dengan semangat penuh keluhuran dari luar Kediri. Start kirab dari balai desa Kawedusan dan finish di makam Boto Putih.
Sebelum pelaksanaan kirab, terlebih dahulu diadakan upacara adat di halaman balai desa Kawedusan. Dalam sambutannya Kepala Desa Kawedusan atau pamong dan pejabat setingkat diatasnya, mengucapkan terimakasih kepada seluruh peserta yang mengikuti Kirab Budaya, baik dari warga masyarakat Kawedusan khususnya dan komunitas-komunitas dari daerah lain, maupun bantuan dari Dinas Instansi terkait.
Kirab Budaya Ki Ageng Boto Putih bisa menjadi wisata lokal maupun nasional, tentunya harus ada peningkatan penyajian kirab. Perlu adanya peningkatan pembinaan dari pemerintah dalam bidang kegiatan UKM di wilayah Desa Kawedusan yang dipromosikan, untuk menunjang perekonomian masyarakat desa Kawedusan.
Kirab dilakukan sepanjang kurang lebih 3 Km (sekitar 3 jam), dimulai dari Balai Desa Kawedusan, finish di makam Boto Putih dan dilanjutkan dengan upacara tabur bunga, yang dilakukan oleh sesepuh atau tokoh masyarakat adat dan agama, memohon doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa ditujukan untuk para leluhur yaitu Eyang Dewi Sara, Eyang Joyo Amijoyo, Dewi Satani, Eyang Rah Yang Tumbal, Eyang Nini Rukem, Eyang Nini Randini, Eyang Rahyang Wangking dan diteruskan selamatan yang dipimpin oleh seorang tokoh masyarakat / sesepuh adat desa Kawedusan.
Maksud dan tujuan acara tersebut adalah leluri budaya leluhur, agar tidak punah dan mendoakan kepada para leluhur, serta untuk meningkatkan bidang pariwisata lokal atau daerah.
Setelah acara kirab selesai masih ada acara yang akan dilaksanakan pada sore hari bisa diadakan acara seperti nanggap wayang, jaranan, jenis kesenian rakyat lainnya, bahkan bazar produk unggulan UKM disertai pedagang kaki lima lainnya.
HARAPAN KEDEPAN
Pemerintah/ pemerhati serta donatur membebasan lahan sekitar area makam Ki Ageng Boto Putih. Dengan tujuan diduga di sekitar area makam radius hingga 250 meter dari makam ada masih terpendam peninggalan-peninggalan di jaman kerajaan Wangsa Isyana hingga Joyoboyo juga dimungkinkan orang-orang dekat dititipi amanah secara turun temurun.
Perlu melibatkan para ahli sejarah untuk pembuktian secara keilmuan arkeologi.
SEKILAS PRABU SRI AJI JAYABHAYA (versi Wikipedia) :
Jayabhaya adalah Raja Panjalu yang memerintah sekitar tahun 1135-1159. dengan nama gelar abhisekanya yang digunakan ialah Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa. Pemerintahan prabu Jayabhaya dianggap sebagai masa kejayaan Kerajaan Panjalu. Peninggalan sejarahnya berupa :
1. Prasasti Hantang (1135).
2. Prasasti Talan (1136).
3. Prasasti Jepun (1144).
4. Kakawin Bharatayuddha (1157).
Jayabhaya Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa Raja Panjalu
Berkuasa 1135 - 1159
Pendahulu Sri Bameswara
Penerus Sri Sarweswara
Lahir di Daha Wafat1179 Pamenang, beragama Hindu namun ada sumber di usia senjanya Prabu Sri Aji Joyoboyo setelah bertemu dengan pemuka agama dari Persia yaitu Syech Wasil Ali Syamsujen dan di beri tempat di area Setono Gedong Kediri. Dalam kurun waktu yang tidak lama Sang Syech Wasil mengajari tentang syariat kepada Prabu Sri Aji Joyoboyo (perlu ada keseriusan pengkajian lebih dalam agar tidak terjadi pembelokan sejarah, masih ada pendapat pro & kontra tentang pendapat tersebut diatas).
Pemakaman :
1. Ada yang mempercayai di desa Kawedusan kecamatan Plosoklaten Kediri di area punden pesarean Ki Ageng Boto Putih.
2. Pamuksan Sri Aji Joyoboyo, Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur
Wangsa : Isyana
Ayah : Gendrayana
Anak :
1. Jaya Amijaya
2. Dewi Pramesti
3. Dewi Pramuni
4. Dewi Sasanti
Pemerintahan Jayabhaya.
Pada Prasasti Hantang yang diterbitkan tahun 1135, atau juga disebut prasasti Ngantang, terdapat semboyan Panjalu Jayati yang artinya Kadiri Menang. Prasasti ini dikeluarkan sebagai piagam pengesahan anugerah untuk penduduk desa Ngantang yang setia pada Kadiri selama perang melawan Janggala. Dari prasasti tersebut dapat diketahui kalau Jayabhaya adalah raja yang berhasil mengalahkan Janggala dan mempersatukannya kembali dengan Kadiri. Kemenangan Jayabhaya atas Janggala disimbolkan sebagai kemenangan Pandawa atas Korawa dalam kakawin Bharatayuddha yang digubah oleh empu Sedah dan empu Panuluh tahun 1157.
Pada Prasasti Talan tahun 1136, raja Jayabhaya menganugerahkan desa Talan sebagai sima karena telah menyimpan prasasti ripta (lontar) dari masa leluhurnya wangsa Isyana yaitu Airlangga lontar tersebut disalin ke prasasti batu dan diberi tambahan anugerah lain karena warga Talan telah berbakti kepada Paduka Mpungku yang memiliki cap kerajaan Lancana Garuda Mukha. Paduka Mpungku ialah gelar Prabu Airlangga setelah turun tahta menjadi pertapa atau resi. Prabu Jayabhaya sendiri mengklaim bahwa Raja Airlangga adalah nenek moyangnya.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Prabu Jayabaya turun takhta. Raja selanjutnya yang memerintah Kadiri berdasarkan Prasasti Padelegan II, tertanggal 23 September 1159 adalah Sri Sarweswara. Menurut ko Jaring, Sri Sarweswara merebut kekuasaan dari raja Jayabaya.
Membunuh Pertapa Sukesi
Dari Cerita Rakyat Terbunuhnya Pertapa Sukesi, Sukesi adalah besan dari Prabu Jayabaya, ketika Prabu Jayabaya menerima undangan Sukesi melalui Putranya yang merupakan menantu dari Pertapa Sukesi. Sukesi memberi suguhan tiga tampah (wadah dari anyaman bambu), ketiga tampah ditutupi dengan kain putih, kemudian Sukesi mempersilahkan Jayabaya mencicipi jamuan agung. Begitu kain putih disingkap yang terlihat adalah rempah- rempah dan umbi-umbian termasuk kunyit dan jahe, seketika itu juga Prabu Jayabaya mencabut keris dan membunuh Pertapa Sukesi dan selanjutnya membunuh pula endang (asisten) sang Pertapa. Kemudian tanpa memberi penjelasan Prabu Jayabaya mengajak putranya pulang.
Setelah diistana selama berhari hari putra sang Prabu mengurung diri dikamar mogok makan, sampai kemudian Prabu Jayabaya menanyakan apa yang dipikirkan anaknya tersebut. Sang Putra menyampaikan bahwa Ayahnya sebagai raja telah berlaku tidak adil dengan membunuh Sukesi yang merupakan Ayah mertua bahkan tidak cuma itu Endang nya juga dibunuh tanpa diadili hanya karena menyuguhkan bumbu dapur sebagai jamuan. Jayabaya kemudian menjelaskan bahwa kesalahan Sukesi sudah kelewat batas sehingga agar kesalahanya tidak diteruskan endang-nya juga harus dibunuh.
Sang Prabu kemudian menjelaskan tampah yang bundar adalah lambang dari dunia serta rempah rempah yang ada adalah segala kejadian yang akan terjadi di bumi nusantara, kemudian maksud dari ditutup kain putih adalah semua kejadian itu tidak akan terjadi bila seluruh penduduk nusantara menjadi Pertapa suci, Jayabaya menjelaskan bahwa semua itu harus terjadi, mencegahnya terjadi adalah menentang kehendak Tuhan, setiap uraian ini ditulis oleh putranya dan dibukukan sebagai petunjuk apa yang akan terjadi dikemudian hari, diakhir penjelasan Jayabaya menyampaikan bahwa tugasnya yang paling besar dalam kelahirannya saat itu adalah melakukan itu, menjamin bahwa yang telah ditakdirkan terjadi harus terjadi, Sang Prabu Jayabaya juga menyampaikan Ia telah lahir empat kali untuk melakukan ini semua dan akan terlahir tiga kelahiran lagi untuk melakukan tugas yang sama, memastikan dunia berjalan sesuai yang telah ditentukan
Jayabhaya dalam Tradisi Jawa
Sumber : Serat Jayabaya edisi 1932
Nama besar Jayabhaya tercatat dalam ingatan masyarakat Jawa, sehingga namanya muncul dalam kesusastraan Jawa zaman Mataram Islam atau sesudahnya sebagai Prabu Jayabaya. Contoh naskah yang menyinggung tentang Jayabaya adalah Babad Tanah Jawi dan Serat Aji Pamasa.
Dikisahkan Jayabaya adalah titisan Wisnu. Negaranya bernama Widarba yang beribu kota di Mamenang. Ayahnya bernama Gendrayana, putra Yudayana, putra Parikesit, putra Abimanyu, putra Arjuna dari keluarga Pandawa.
Permaisuri Jayabaya bernama Dewi Sara. Lahir darinya Jayaamijaya, Dewi Pramesti, Dewi Pramuni, dan Dewi Sasanti. Jayaamijaya menurunkan raja-raja tanah Jawa, bahkan sampai Majapahit dan Mataram Islam. Sedangkan Pramesti menikah dengan Astradarma raja Yawastina, melahirkan Anglingdarma raja Malawapati.
Jayabaya turun takhta pada usia tua. Ia dikisahkan moksha di desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri. Tempat petilasannya tersebut dikeramatkan oleh penduduk setempat dan masih ramai dikunjungi sampai sekarang.
Prabu Jayabaya adalah tokoh yang identik dengan ramalan masa depan Nusantara. Terdapat beberapa naskah yang berisi Ramalan Joyoboyo, antara lain Serat Pranitiwakya, dan lain sebagainya.
Dikisahkan dalam Jayabaya mendapat gambaran tentang keadaan Pulau Jawa sejak zaman diisi oleh Aji Saka sampai datangnya hari Kiamat.Tidak diketahui dengan pasti siapa penulis ramalan-ramalan Jayabaya. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat saat itu untuk mematuhi ucapan tokoh besar. Maka, si penulis naskah pun mengatakan kalau ramalannya adalah ucapan langsung Prabu Jayabaya, seorang raja besar dari Kadiri.
Tokoh pujangga besar yang juga ahli ramalan dari Surakarta bernama Ranggawarsita sering disebut sebagai penulis naskah-naskah Ramalan Jayabaya. Akan tetapi, Ranggawarsita biasa menyisipkan namanya dalam naskah-naskah tulisannya, sedangkan naskah-naskah Ramalan Jayabaya pada umumnya bersifat anonim.
Ramalan Prabu Jayabaya
Ramalan Jayabaya, adalah ramalan tentang keadaan Nusantara di suatu masa pada masa datang. Dalam Ramalan Jayabaya itu dikatakan, akan datang satu masa penuh bencana.
Gunung-gunung akan meletus, bumi berguncang-guncang, laut dan sungai, akan meluap. Ini akan menjadi masa penuh penderitaan. Masa kesewenang-wenangan dan ketidakpedulian. Masa orang-orang licik berkuasa, dan orang-orang baik akan tertindas.
Tapi, setelah masa yang paling berat itu, akan datang zaman baru, zaman yang penuh kemegahan dan kemuliaan. Zaman Keemasan Nusantara. Dan zaman baru itu akan datang setelah datangnya sang Ratu Adil, atau Satria Piningit.
Ramalan Jayabaya ditulis ratusan tahun yang lalu, oleh seorang raja yang adil dan bijaksana di Kadiri. Raja itu bernama Prabu Jayabaya (1135-1159). Ramalannya kelihatannya begitu mengena dan bahkan masih diperhatikan banyak orang ratusan tahun setelah kematiannya. Bung Karno pun juga merasa perlu berkomentar tentang ramalan ini.
"Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu datangnya "Ratu Adil", apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya sampai hari ini masih terus menyalakan harapan rakyat ? Tak lain ialah karena hati rakyat yang menangis itu, tak habis-habisnya menunggu-nunggu, mengharap-harapkan datangnya pertolongan. Sebagaimana orang yang dalam kegelapan, tak berhenti-berhentinya menunggu-nunggu dan mengharap-harap "Kapan, kapankah Matahari terbit?". (Soekarno, 1930, Indonesia Menggugat)
Ramalan Jayabaya ini memang lumayan fenomenal, banyak ramalannya yang bisa ditafsirkan mendekati keadaan sekarang. Di antaranya :
Datangnya bangsa berkulit pucat yang membawa tongkat yang bisa membunuh dari jauh dan bangsa berkulit kuning dari Utara (zaman penjajahan).
"kreto mlaku tampo jaran", "Prau mlaku ing nduwur awang-awang", kereta berjalan tanpa kuda dan perahu yang berlayar di atas awan (mobil dan pesawat terbang ?)
Datangnya zaman penuh bencana di Nusantara (Lindu ping pitu sedino, lemah bengkah, Pagebluk rupo-rupo), gempa tujuh kali sehari, tanah pecah merekah, bencana macam-macam.
Dan ia bahkan (mungkin) juga meramalkan global warming, "Akeh udan salah mongso", datangnya masa di mana hujan salah musim.
Naik turunnya peradaban sebenarnya sudah banyak dianalisis oleh para ilmuwan, bahkan sejak ratusan tahun lalu. Di antaranya oleh Gibbon (Decline and Fall, 1776), Toynbee (melalui bukunya A Study of History), atau Jared Diamond. Intinya, manusia atau bangsa, bisa berubah. Manusia bisa lupa, dan sebaliknya juga bisa belajar. Bangsa bisa bangkit, hancur, dan bisa juga bangkit lagi.
Banyak juga teori tentang manusia-manusia istimewa yang datang membawa perubahan. Di dunia, orang-orang itu sering disebut "Promethean", diambil dari nama dewa Yunani Prometheus yang memberikan api (pencerahan) pada manusia. Toynbee menamakannya Creative Minorities. Tapi mereka bukan sekadar “manusia-manusia ajaib”, melainkan orang-orang yang memiliki kekuatan dahsyat, yaitu kekuatan ilmu, dan kecintaan pada bangsanya, sesama manusia, dan pada Tuhannya. Dan perhatikan lanjutan pidato Bung Karno ini:
"Selama kaum intelek Bumiputra belum bisa mengemukakan keberatan-keberatan bangsanya, maka perbuatan-perbuatan yang mendahsyatkan itu (pemberontakan) adalah pelaksanaan yang sewajarnya dari kemarahan-kemarahan yang disimpan … terhadap usaha bodoh memerintah rakyat dengan tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh keinginan-keinginan dan kepentingan-kepentingan mereka…"
Satria piningit, adalah orang-orang yang peduli pada bangsanya, berilmu tinggi, dan telah memutuskan untuk berbuat sesuatu. Mereka lah, dan hanya merekalah yang bisa melawan kehancuran, dan akhirnya membangkitkan peradaban.
Di zaman kegelapan, selalu ada saja orang yang belajar. Di antara banyak orang lupa, selalu ada saja orang baik. Bahkan walau cuma satu orang. Kadang, kerusakan itu justru membakar jiwanya untuk berbuat sesuatu. Belajar, berjuang, berkorban. Seperti Soekarno yang melihat bangsanya hancur, atau yang melihat bangsanya diinjak-injak. Mereka lalu berjuang menyelamatkan bangsanya. Promethean, Ratu Adil yang mendatangkan zaman kebaikan.
Ramalan Jayabaya mungkin bisa dipahami secara ilmiah, bahwa manusia dan peradaban memang selalu bisa bangkit, hancur, dan bangkit lagi. Dan mungkin karena Jayabhaya menyadari manusia bisa lupa, dia sengaja menulis ini sebagai peringatan agar manusia tidak lupa. Dan itulah satu tanda kearifan sang Prabu Jayabaya. Mungkin, ini juga dorongan pada manusia agar selalu berbesar hati, optimis. Bahwa di saat yang paling berat sekalipun, suatu hari akhirnya akan datang juga Masa Kesadaran, Masa Kebangkitan Besar, Masa Keemasan Nusantara.
SENDANG TIRTA KAMANDANU RITUAL MELUKAD (MANDI DAN BERSUCI)
Sendang Tirta Kamandanu terletak Menang Pagu Kediri merupakan situs peningalan kerajaan Kediri di masa pemerintahan Prabu Sri Aji Jayabaya di Sendang Tirta Kamandanu pernah di gunakan untuk ritual melukad (mandi dan bersuci), Prabu Sri Aji Jayabaya sebelum beliau muksa.
Rahayu Kediri Nusantara Jayati.
PAMUKSAN SRI AJI JAYABAYA
Setelah Kerajaan Kahuripan dibelah menjadi 2 (dua) wilayah oleh Mpu Bharada atas perintah Prabu Airlangga tahun 1042 :
1. Bagian Barat disebut Panjalu berpusat di Daha Dahanapura kota Api dipimpin Sri Samarawijaya.
2. Bagian Timur disebut Jenggala berpusat di kota lama Kahuripan
dipimpin Mapanji Garasakan.
Pembelahan itu dilakukan karna perebutan tahta Kahuripan, sedangkan Sanggramawijaya Tunggadewi sebagai pewaris tahta menolak, dan memilih menjadi pertapa bergelar Dewi Kilisuci.
Antara Panjalu dan Jenggala terus terjadi perang saudara, pada awalnya Jenggala yang menang namun pada akhirnya kerajaan Panjalu yang berhasil menguasai warisan tahta Prabu Airlangga (tahun1009-1042), Wangsa Isyana dari trah Mpu Sindok
Raja Sri Bameswara (tahun1117-1130)
Lancana Ardha Candra Kapala
Sang Juru Panjalu. Pada masa pemerintahannya Ibukota Panjalu dipindahkan dari Daha ke Kediri sehingga Panjalu lebih dikenal dengan nama Kediri.
Maharaja Jayabhaya/
Sri Aji Jayabaya th.1135-1157
Lencana Narasingha diyakini sebagai Titisan Batara Wisnu.
Terkenal sebagai ahli nujum dengan ramalan Jangka Jayabaya di bagi ke dalam 3 Zaman (Tri Takali) :
1. Kali-Swara (Zaman Permulaan).
2. Kali-Yoga (Zaman Pertengahan).
3. Kali-Sangara (Zaman Akhir).
Pada masa pemerintahannya ingin mengembalikan kejayaan Kerajaan seperti saat era Prabu Airlangga. Dan pada akhirnya berhasil menaklukkan
Jenggala dan menyatukan kembali dengan Panjalu/Kadhiri.
Termuat dalam Prasasti Ngantang
th.1057 Saka/7 September 1135 M
semboyan Panjalu Jayati.
berarti Kediri Menang. Kemenangan Maharaja Jayabhaya atas Jenggala disimbolkan sebagai kemenangan Pandawa atas Korawa dalam Kakawin Bharatayuddha yang digubah Mpu Sedah dan Mpu Panuluh tahun 1157 M
3 Fase di Pamuksan Sri Aji Jayabaya :
1. Loka Mukso (tempat muksa Sang Prabu).
2. Loka Busana (tempat singgah busana).
3. Loka Makuta (tempat lepas mahkota).
SENI KOLOSAL JAYABAYA MOKSA
(Karya seni teks karya seni dening Ira Sumarah Hartati Kusumastuti)
Prabu Jayabhaya sedang memimpin persidangan di hadapan putra mahkota Shri Aji Jaya Amijaya, Kyai Doho yang sudah diangkatnya menjadi perdana menteri bergelar Buta Locaya, Kyai Doko sebagai Senopati bergelar Tunggul Wulung, dan putri bungsunya Ni Mas Ratu Pagedogan.
Jayabaya : Amijaya, adimu Pramesti sudah mulai merasakan sakit menjelang kelahiran putranya. Karena itu ibumu Ratu Sarameshwari tidak bisa hadir di pasamuan ini.
Amijaya : Ya Rama, apakah sebenarnya yang menjadi titah Ramanda, hingga hamba, diajeng ratu Pagedogan, paman Buta Locaya dan paman Tunggul Wulung Ramanda minta menghadap....
Jayabaya : Anakku Amijaya, sebentar lagi praja Panjalu, Daha, Jenggala, Kediri yang sudah aku satukan ini, akan Rama serahkan padamu. Engkau bersama anak-2mu dari Endang Sulastri, akan beranak pinak merajai tanah ini, berhati-hatilah mengendalikan kerajaan anakku.
(Sang Prabu menarik nafas panjang, sesaat kemudian meluncurlah nasehatnya pada sang putra...Eylin rangkum karena kalau ditulis semua, habis ruangannya)
Jayabaya : Anakku, zaman akan terus melaju kelak akan ada masanya Kereta tanpa kuda, dan pulau jawa ini berkalung besi...pada masa itu, banyak orang melanggar sumpah sendiri, pengkhianatan menjadi budaya, perempuan berbaju lelaki, lelakinya minta di tandu...yang jahat dipuja-puja, yang benar justru di benci...wolak waliking zaman...lupa jati kemanusiaan, suami mengingkari kewajibannya, istri membuka hati bagi suami orang lain, kemaksiatan meraja lela seakan kebiasaan yang di benarkan...Bapak lupa anak, anak berani pada orang tua...para Pemimpin melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka...namun perhatikanlah anakku...se untung-untungnya orang yang lupa diri dan mengumbar nafsu, tentu masih beruntung mereka yang ingat dan waspada, bahwa semua perbuatan mereka tidak akan lepas dari pengawasan Hyang Widi Wasa..Gusti Sang Akaryaning Jagad...
Amijaya : Duh Rama...berat sekali nasehat paduka, lalu apa maksudnya paduka akan menyerahkan semua ini pada ananda... Ramanda masih segar bugar, apakah paduka berniat madeg pandita ratu ?...kemana paduka akan menuju, biarlah ananda siapkan pengawalan untuk paduka.
Jayabaya : Anakku Amijaya...tidak usah repot-repot, aku nanti akan lengser keprabon setelah pamitan dari ibundamu dan saudarimu Pramesthi...cukup ditemani Buta Locaya, Tunggul Wulung dan adimu Ratu Pagedogan...
Amijaya : Mengapa harus sekarang Rama ? yayi Pramesti sedang berjuang melahirkan bayinya, apakah Rama tidak menunggu sang Jabang Bayi ? dan mengapa yayi ratu Pagedogan ikut kanjeng rama ?
Jayabaya : Amijaya,...dalam pandangan bathinku, anak Pramesthi akan menjadi titisan Wisnu, yang akan menjadi Raja besar diluar kerajaanmu...ketahuilah anakku, dalam raga ayahandamu ini, juga dikaruniai sebagai titisan Wisnu, hingga aku memiliki kemampuan weruh sak durunge winarah...Hyang Wisnu tidak akan bisa menitis pada dua pribadi di zaman yang sama...jadi sebelum keponakanmu lahir, aku harus moksa terlebih dahulu...aku bawa Buta Locaya, yang kelak akan merajai makhluk halus di Goa Selobale, di selatan Bengawan Solo. Dan Kyai Tunggul Wulung yang akan menjadi penguasa gunung Kelud. Menjaga agar Gunung itu tidak membahayakan rakyat kita.
Amijaya : Bagaimana dengan diajeng Pagedogan...mengapa tidak tinggal saja di istana, menikah dan memiliki keluarga, diajeng adalah putri yang cantik dan cerdas....
Pagedogan : Ampuni adikmu ini Rakanda...apa yang terjadi pada ayunda Pramesthi...di hinakan dan dibuang suami seperti itu...membuat nyaliku ciut. Betapa rendahnya martabat wanita, tidak perduli cantik, pandai berderajad luhur...sedikit saja celah terkuak, kami ini akan menjadi bulan bulanan, permainan laki-laki sepanjang zaman...ketika kulit kami kisut, tubuh kami tak lagi singset, betapa mudahnya khianat laki-laki berpaling pada mulusnya kulit dan mudanya usia.... Rakanda, dinda sudah meminta pada Ramanda untuk selamanya tidak menikah, dan menjaga kesempurnaan ragawi dinda, sebagai pengingat...betapa wanita bisa menjadi sangat kuat, ketika luka hati menganga...
Jayabaya : Telah Rama ijinkan tekad adimu untuk menguasai jagad lelembut di pantai selatan, kelak adimu akan bergelar Ratu Perangin angin, sesungguhnya dalam sukma adimu telah bersemayam Bathari Pujabrata dan Bathari Pramudita, yang akan menyatu dalam pribadinya menguasai pantai Selatan.
Amijaya : Jagad Dewa Bathara...duh Kanjeng Rama...baiklah kalau demikian halnya...ananda akan menjaga dan mengingat semua nasehat Ramanda...Ananda akan mempersiapkan segala sesuatunya mulai dari kelahiran cucu paduka, sampai saat moksa nya Rama sekalian....
Hasil dari persidangan itu adalah di wisudanya Shri Aji Jaya Amijaya sebagai Raja Panjalu menggantikan ramandanya Shri Aji Jayabaya. Se usai me wisuda putra mahkota, Prabu Jayabaya mendatangi keputren tempat istrinya menemani Pramesti yang sedang menunggu kelahiran bayinya. Ajaib saat sang Jayabaya masuk peraduan putrinya, Pramesthi menjerit kesakitan karena terasa bayinya berontak dan menendang-nendang perutnya dengan keras...Sarameshwari segera menenangkan putrinya dengan menyapu lembut keringat yg mengucur dari dahi jelita itu..
Sarameshwari : Kanda Prabu, aneh sekali, sebelum paduka datang...anak kita tenang saja, mengapa tiba-tiba cucunda berulah seperti itu ? seakan tahu sedang di tengok eyangnya...
Jayabaya (tersenyum) : Dinda Sarameshwari...
itulah bukti cucu kita bukan orang sembarangan...
Sarameshwari : Kanda...mengapa dinda merasakan kehadiran kanda ini bukan kehadiran biasa...apa yang ingin kanda titahkan ?...
Jayabaya (menarik nafas panjang) : Sarameshwari... engkau ratuku...kawaskitan mu sudah setara dengan kemampuan seorang senopati, tentu engkau tahu aku harus menyingkir untuk memberi jalan Hyang Wisnu memasuki raga cucu kita...(Jayabaya menggenggam tangan istrinya) aku pamit diajeng...bersama Buta Locaya, Tunggul Wulung dan Pagedogan...aku akan menyepi ke desa Mamenang, menunggu saat-saat tepat kelahiran jabang bayi dan moksanya Rakanda... Baik-baiklah adinda merawat Pramesthi dan bayinya...dampingi Jaya Amijaya dengan kebijaksanaanmu dinda...
Sarameshwari (meremas genggaman Jayabaya, menganggukkan kepalanya) : Ya Kanda...tinggalkanlah pertanda, apa yg bisa aku tularkan pada anak cucuku sepeninggal paduka...
Jayabaya : Sameshwari...telah aku tuliskan peninggalanku dalam wujud Jangka Jayabaya...yang sebenarnya terangkum dalam 3 zaman yang di pisahkan setiap 700 tahun.
I. Jaman permulaan disebut KALI-SWARA, lamanya 700 th matahari (721 th bulan). Pada waku itu di jawa banyak terdengar suara alam, gara-gara geger, halintar, petir, serta banyak kejadian-kejadian yang ajaib dikarenakan banyak manusia berasa menjadi dewa dan dewa turun kebumi menjadi manusia.
II. Jaman pertengahan disebut KALI-YOGA, banyak perubahan pada bumi,bumi belah menyebabkan terjadinya pulau kecil-kecil, banyak makhluk yang salah jalan, karena orang yang mati banyak menjelma (nitis).
III. Jaman akhir disebut KALI-SANGARA, 700 th. Banyak hujan salah mangsa dan banyak kali dan bengawan bergeser, bumi kurang manfaatnya, menghambat datangnya kebahagiaan, mengurangi rasa-terima, sebab manusia yang yang mati banyak yang tetap memegang ilmunya.
Sarameshwari : Oooh kanda...semogalah manusia mampu melewati beratnya zaman-zaman itu...
Jayabaya : Kuncinya hanya pada keluhuran budi, terpeliharanya nurani dan tekad yang kuat untuk selalu ingat, waspada...Sarameswari tanamkan pada anak turunku...bukanlah sifat pengecut untuk mengakui kesalahan, bertobat dan hidup dalam penyesalan...karena disitulah hidup barunya dimulai, untuk tidak menebar keangkuhan, keyakinan bahwa perbuatan sedeng, buruk dan kepalsuannya tidak akan terkuak... sesungguhnya tidak akan ada yang dapat disembunyikan dari perbuatan busuk manusia.. semua akan terbuka pada waktunya.. kalau mereka sadar, adalah lebih ksatria untuk segera mengakui kesalahan itu.. meminta maaf secara tulus pada orang yang di dzolimi.. dan memulai hidup baru dengan lambaran penyesalannya yang terucap di setiap doa tobatnya.
Sarameshwari : Sendika dawuh Kakaprabu....
Saat Fajar merekah dalam hitungan sepekan dari saat Sang Prabu Shri Aji Jayabaya meninggalkan istana, lahirlah seorang bayi tampan dengan dahi bersinar dari rahim Pramesthi...Bayi itu diberi nama Anglingdarma... Setelah kelahiran sang Bayi, Dewi Prameshti dengan di dampingi ibu Suri Sarameshwari dan beberapa hulubalang...di berikan pesanggrahan di sebelah utara Kediri oleh Raja muda Shri Aji Jaya Amijaya... pesanggrahan itu di beri nama Malwapati.
Sak wijining dina, bersamaan dengan kelahiran sang Bayi, di sebelah timur kerajaan Kediri di pertapaan Watu Tumpuk desa Mamenang, tempat pertapaan Shri Aji Jayabaya, dikejutkan dengan raibnya sang Prabu, yang meninggalkan busana dan mahkotanya tergeletak di sanggar pamujan. Shri Aji Jayabaya telah moksa...Hyang Wisnu telah berpindah menitis ke Anglingdarmo cucundanya.
MITOS KANJENG RATU KIDUL
(PUTRI BUNGSU PRABU SRI AJI JAYABHAYA + DEWI TARA)
Nama lainnya adalah Sang Maha Ratu Angin Angin atau Ni Mas Pagedongan, adalah nama lain dari Dewi Atlantik yang di masa kecilnya sering dipanggil dengan nama panggilan Dewi Antik. Putri bungsu dari pasangan Sri Aji Jaya Baya dengan Dewi Tara ini tinggal di Keputren Kedaton Wonocatur, dan saat masih belia dinobatkan oleh ayahandanya Sri Aji Jaya Baya menjadi Adipati di Kadipaten Atlantis; dalam bahasa Sangsekerta, Atlantis mempunyai arti Putri Cantik dan beliau bergelar Kanjeng Ratu Gilang Kencana (Gilang berarti gemerlap, Kencana berarti emas, Emas yang Gemerlapan, sesuai dengan pakaian Dewi Antik yang serba emas berkilauan).
Dewi Antik merupakan titisan dari Sang Hyang Batari Pertiwi, dan mempunyai wahyu tertinggi untuk kaum perempuan Nuswantara yaitu wahyu Sang Hyang Prajna Paramitha (wujud wahyu
Sang Hyang Prajna Paramitha adalah sosok dari Sang Hyang Batari Maninten yang merupakan putri dari Sang Hyang Batari Ratih dari Kahyangan Cakra Kembang), yang berarti Dewi Antik
juga dititis oleh Sang Hyang Batari Maninten dan Sang Hyang Batari Ratih.
Setelah Kerajaan Dahana Pura surut, Kadipaten Atlantis dijadikan Kerajaan utama yang mewakili segala kepentingan Kahyangan untuk pengelolaan Arcapada (Bumi), karena Sang Hyang Batari Pertiwi adalah penguasa Eka Pratala (lapisan pertama dan terluar dari Bumi), maka Kraton Atlantis juga menjadi Kraton dari Eka Pratala, dan karena letaknya di Selatan maka sekarang lebih dikenal dengan nama Kraton Kidul.
Sang Maha Ratu Angin-Angin atau Dewi Atlantik inilah yang dalam era kekinian lebih dikenal sebagai sosok dari Gusti Kanjeng Ratu Kidul (atau Ibu Pertiwi), gelar lain beliau adalah Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi Siniwi I’Kadiri.
(Sumber: Turangga Seta)
ATLANTIS
Atlantis adalah bahasa Sanksekerta Leluhur yang berarti perempuan cantik. Kerajaan Atlantis ini melegenda di seluruh pantai selatan, bukti kebesarannya saat ini sudah digeser ke Mitos, dimitoskan dan diberhalakan. Tapi inilah kerajaan Atlantis yang melegenda itu. Dari googleearth di koordinat 16°11’53.69″S,112°51’47.47″E ada bekas tapak tangan raksasa, sesuai cerita di pakem pedalangan serat Kandabuana saat ditenggelamkannya kraton para putri di jaman Kala Dwara. Kemudian di sekitar koordinat 14°31’8.86″S,117° 8’45.77″E juga terlihat ada seperti benteng di dasar laut yg panjangnya tak kurang dari 721 km dengan lebar 14 km, gambar itu akan jelas di eye alt:1129.34 km, dengan elev -5714 m. Beberapa orang di AL dan AU sering melihat istana emas di sekitar daerah itu walaupun hanya sepintas. Kerajaan Atlantis ada pada Jaman Kali Yoga di Kala Dwara, merupakan kerajaan yang sangat besar dan Megah di Selatan Jawa. Kerajaan Atlantis dipimpin oleh perempuan yang sangat cantik yang bernama Ni Mas Angin-Angin atau Ni Mas Gilang Kencana. Karena jarang keluar kraton maka disebut juga Ni Mas Pagedongan. Beliau adalah putri bungsu dari Sri Aji Jayabaya. Beliau dikenal juga sebagai Kanjeng Ratu Kidul
(Sumber: Turangga Setahun)
MAYANGKARA
Ditya Mayangkara berwujud raksasa salewah, artinya sebelah kulitnya berwarna hitam dan sebelah lagi berwarna putih. Ia adalah putra Ditya Wisnungkara raksasa hitam putra Ditya Rudramurti (penjelmaan Bathara Isnapura putra Sanghyan Wisnu dengan Dewi Sri Pujayanti). Sedangkan ibunya bernama Dewi Mayangsari Hapsari keturunan Sanghyang Nioya.
Meski berujud raksa, Ditya Mayangkara memiliki sifat dan perwatakan jujur, setia, baik budi dan suka menolong.
Oleh Bathara Wisnu ia mendapat tugas memelihara dan menjaga Taman Sriwedari di kahyangan Untara Segara bersama Sukasarana, putra Bagawan Suwandagni yang berujud raksasa bajang (kerdil).
Pada jaman Lokapala, Ditya Mayangkara pernah menitis pada Anoman, hingga Anoman memiliki kekuatan yang luar biasa. Sedangkan pada jaman Mahabharata, Ditya Mayangkara pernah menitis pada Resi Pracandaseta, berwujud kera/wanara putih dan bertempat tinggal di pertapaan Pandansurat, di daerah kerajaan Jodipati, wilayah negara Mertani.
Resi Pracandaseta yang dikenal pula dengan nama Resi Mayanggaseta pernah diminta bantuannya oleh keluarga Pandawa agar bersedia menari di alun-alun negara Dwarawati sebagai persyaratan memeriahkan upacara perkawinan antara Arjuna dengan Dewi Wara Sumbadra, adik Prabu Kresna raja negara Dwarawati.
Ditya Mayangkara menikah dengan hapsari keturunan Sanghyang Darmayaka dan mempunyai seorang putra berujud raksasa berkulit hitam yang diberi nama Kalakresna, yang setelah dewasa dibawa Sanghyang Triyarta turun ke arcapada dan membangun kerajaan baru di tanah Astaka di tepi hutan Kamiyaka.
VERSI CERITA
Cerita Resi Mayangkara ini berisi tentang Arjuna yang dituduh mengejar Banowati. Arjuna yang tidak hadir dalam rapat rutin Ngamarta dicurigai berada di Taman Kadilengeng. Arjuna dituduh mengejar Banowati istri Duryudana. Akan tetapi Werkudara yang mendengarnya dari Patih Sengkuni tidak begitu saja percaya. Bersama dengan Prabu Kresna, keduanya mencari Arjuna di Taman Kadilengeng. Sebenarnya saat itu Arjuna sedang berada di Kendalisada merawat Resi Mayangkara yang sedang sakit. Werkudara dan Prabu Kresna tidak menemukan Arjuna, kemudian memutuskan untuk mencarinya di Kendalisada. Berdasarkan perintah dari Bethara Kamanjaya, Resi Mayangkara dibawa ke Taman Kadilengeng. Resi Mayangkara dibawa ke Taman Kedilengeng dengan digendong Werkudara. Sesampainya di sana, Arjuna melihat seseorang yang menyerupai dirinya. Ternyata Arjuna gadungan itu yang mengejar Banowati. Menurut Bethara Guru yang dapat menandingi kesaktian Arjuna palsu itu hanyalah Resi Mayangkara. Setelah berhadapan dengan Arjuna palsu itu, seketika Resi Mayangkara dapat pulih kembali dari sakitnya. Dalam cerita tersebut pengarang mengambil situasi dari cerita Banowati yang dibohongi Aswatama dalam cerita Mahabarata. Pengarang menggunakan tokoh Arjuna sebagai tokoh utama dalam cerita tersebut. Tokoh Arjuna digambarkan memiliki sifat baik hati, ksatriya, dan disukai banyak wanita. Hal tersebut dapat dilihat dari cara pengarang menggambarkan watak Arjuna secara langsung.
NAMA LAIN ANOMAN DAN AJI-AJINYA
Anoman atau Hanuman merupakan tokoh yang mempunyai nama lain dan ajji-aji yang mumpuni dalam wiracerita ramayanya yang menyerupai seekor kera, Anoman merupakan anak dari Bathara Guru dan Putri Anjani. dalam cerita ramayana dan maha barata di ceritakan anoman adalah mahkluk yang sakti dan mempunyai umur panjang dari jaman ramayana sampai memasuki masa madya.
Anoman merupakan seseosok manuasia yang menyerupai kera dan mempunyai banyak kesaktian. anoman di anugerahi cupumanik astagina yang merupaka anugerah untuk mempunyai umur yang panjang.
Dalam umur panjangya itu anoman diceritakan menikah sebanyak 3 kali yaitu dengan Dewi Purwati, putri Resi Purwapada dari pertapaan Andonsumawi, berputra Purwaganti. Pupuk Jarotasem Ngrawit, Gelung Minangkara, Kelat bahu Sigar Blibar, Kampuh/Kain Poleng berwarna hitam, merah dan putih, Gelang/Binggel Candramurti dan Ikat Pinggang Akar Mimang merupakan lambang kebesaran sari pakaian Anoman yang selalu ditampilkan.
Di jaman Wiracerita Ramayana dan Mahabarata Anoman mempunyai beberapa aji-aji yang sakti mandraguna aji-aji tersebut adalah :
1. Aji-aji Anoman dalam pewayangan
2. Aji-Aji Sepiangin (dari Bathara Bayu)
3. Aji- Aji Pameling (dari Bathara Wisnu)
4. Aji-Aji Mundri (dari Resi Subali).
Anoman merupakan sosok karakter wayang yang pemberani, mempunyai sopan santun, harga diri yang tinggi dan merupakan parajurit yang pemberani, lincah kuat dan pintar mengatur strategi yang maha hebat, selain itu sebenarnya Anoman mempunyai 6 nama dalam cerita Ramayana ataupun Mahabarata mempunyai nama lain Anoman dalam dunia pewayangan diantaranya adalah :
1. Anjaniputra (putra Dewi Anjani)
2. Bayudara (putra Bathara Bayu)
3. Bayusiwi, Guruputra (putra Bathara Guru)
4. Handayapati (mempunyai kekuatan yang sangat besar)
5. Yudawisma (panglima perang)
6. Haruta (angin)
7. Maruti
8. Palwagaseta (kera putih)
9. Prabancana
20. Ramandayapati (putra angkat Sri Rama)
11. Senggana (panglima perang)
12. Suwiyuswa (panjang usia)
13. Mayangkara (roh suci, gelar setelah menjadi pendeta di Kendalisada). Dalam cerita pewayangan anoman Moksa pertapaan Kendalisada
KISAH ANGKLINGDHARMA
Pada zaman dahulu, yang menjadi raja di kerajaan Mamenang adalah Prabu Jayabaya. Prabu Jayabaya memiliki tiga orang anak yang kesemuanya perempuan. Yang pertama bernama Dewi Pramesi, yang kedua bernama Dewi Sukesi, dan yang ketiga Dewi Sasanti. Kecantikan ketiga putri Prabu Jayabaya itu diketahui oleh seorang raja yang bernama Nirandha Kawaca. Nirandha Kawaca datang ke Memenang bersama pasukannya untuk melamar ketiga anak Prabu Jayabaya itu. Oleh Prabu Jayabaya, lamaran Nirandha Kawaca ditolak. Karna itu kerajaan diserang. Kebetulan ditengah hutan ada seorang petapa yang sangat sakti bernama Resi Mayangkara. Kepada Resi Mayangkara inilah Prabu Jayabaya datang meminta pertolongan. Resi Mayangkara menyuruh ketiga muridnya untuk membantu Prabu Jayabaya. Dan Prabu Jayabaya menawarkan pada murid Resi Mayangkara itu, jika berhasil maka akan dinikahkan dengan ketiga anaknya. Prabu Jayabaya senang musuhnya telah pergi. Dan dia segera menikahkan putrinya kepada ketiga pangeran itu. Ketiga pangeran ini kemudian membawa istri masing-masing pulang ke kerajaan Purusangkara. Malam ketiga setelah ketiga pangeran membawa istri-istrinya ke Kerajaan Purusangka, ada kejadian aneh. Ada cahaya yang masuk keperut Dewi Pramesti. Dan keesokan harinya, Dewi Pramesti membuncit petanda sedang hamil. Pangeran Pujasangkara tak percaya secepat itu istrinya hamil. Dia dengan berat hati memulangkan istrinya. Dan kedua adiknya ikut memulangkan istri-istrinya. Setelah hal itu, kerajaan Purusangkara diserang oleh Nirandha Kawaca dengan menggunakan banjir yang besar. Resi mayangkara kemudian mengabarkan tenggelamnya ketiga muridnya sekaligus kerajaan itu kepada Prabu Sri Aji Jayabaya. Dewi Pramesti yang mendengar berita itu sangat sedih. Tak lama kemudian, Dewi Pramesti yang sedang hamil itu meninggal dunia. Prabu Jayabaya sangat sedih melihat putrinya yang sedang hamil itu meninggal dan ia pergi bertapa untuk memohon pada dewa agar Dewi Pramesti dihidupkan lagi. Permintaannya itu pun dikabulkan, Dewi Pramesti kembali hidup. Dewi Prameti menangis melihat lenyapnya ayahnya yang telah mengorbankan nyawanya untuk menghidupkannya.
Namun, semua telah menjadi kehendak Mahakuasa. Dewi pramesti pun mengabulkan permintaan ayahnya yaitu ketika anaknya lahir laki-laki diberi nama Anglingdarma.
Catatan :
Literatur artikel dalam bentuk blog ini hanyalah pembaca blogger yang budiman yang bisa mengambil kesimpulan untuk diambil hikmah agar kedepan kehidupan secara pribadi, keluarga hingga berbangsa dan bernegara lebih baik dari yang masa lampau.
Tambahan informasi sebagai pembanding suatu kebenaran sejarah. Supaya tidak terjadi distorsi dan sejarah menjadi kabur (samar-samar), sehingga keakuratan kebenarannya patut diuji secara keilmuan secara empiris pada umumnya.
PEMBELOKAN SEJARAH
Pembelokan (Pendistorsian) merupakan pengaburan bahkan penghilangan jejak sejarah masa lalu leluhur kita sudah terjadi dan berhasil. Faham seperti ini dulu diterapkan oleh bangsa kolonialisme untuk meraih dan tujuan politik adu domba.
Hingga pemutusan pengetahuan tentang siapa leluhurnya jaman dulu.
Kata distorsi dalam pandangan Islam, yaitu tahrif. Tahrif sendiri secara bahasa berarti mencondongkan atau memiringkan. Secara istilah berarti menggantinya dan atau dapat dikatakan merubah makna. Maka secara istilah dapat dikatakan bahwa tahrif adalah usaha penyelewengan data, baik merubah makna atau merubah lafadz. Kata pendistorsian sejarah atau penyelewengan sejarah rasanya sudah tidak asing lagi didengar, seperti yang kita ketahui bahwa semakin majunya zaman, semakin marak penyelewengan-penyelewengan sejarah yang terjadi di masa lampau yang terungkap, dan juga semakin banyaknya fakta-fakta baru yang ditemukan saat ini. Distorsi sejarah Islam sendiri terjadi sejak masa awal penulisan sejarah Islam. Ada berbagai distorsi sejarah yang telah menyebar di berbagai elemen tanpa disadari oleh berbagai pihak.
Menyimak sajian sejarah adalah sebuah usaha menggali jati diri sebagai bangsa.
Pembelokan sejarah bangsa bangsa se-Nusantara dilakukan swcara sistematis oleh kekuatan kolonial dengan cara menciptakan propaganda tulisan tulisan dan cerita rakyat yang bertendensi mencitrakan betapa buruk dan rendahnya leluhur kita.
Padahal jika disandingkan dengan peradaban bangsa lain didunia, kita sejajar dan bahlan lebih tinggi dibanding mereka.
Semua kita punya dan bahkan yang kita punya,mereka tidak memilikinya.
Realita kita masih bermental inlander dan terjajah.
Kita lebih bangga memakai milik mereka dan minder memakai milik kita.
Dari tataran rakyat sampai pejabatnya.
Satu-satunya identitas kebangsaan kita adalah kopyah..dan itupun sudah banyak yang pejabat yang meninggalkanya. Perlu dipahami penyakit bangsa kita adalah bermental inlander, terjajah dan kehilangan jati diri swbagai bangsa yang besar.
Ditambah lagi ajaran islam trans nasional yang menganggap ajaran leluhur adalah musrik dan rendahan.
Waspada ada yang ingin belokkan fakta sejarah. Pemecah belah bangsa Indonesia dengan memutarbalikkan sejarah.
TEORI KEBENARAN SEJARAH
Dalam buku Refleksi Tentang Sejarah yang ditulis Ankersmit terbitan 1987. Berikut 5 teori kebenaran sejarah :
1. Teori tindak bahasa.
Penganut teori ini bersedia menerangkan kapan menggunakan kata benar. Tindak bahasa tidak mebeberkan perspektif-perspektif yang berguna.
2. Teori pragmatis.
Ucapan dikatakan benar jika ucapan tersebut terbukti dan merupakan pedoman yang dapat diandalkan. Paling sesuai untuk diterapkan dalam praktek.
3. Teori korespondensi.
Mengkaji kebenaran suatu ucapan benar, jika terdapat keserasian antara apa yang dinyatakan dengan keadaan atau kenyataan historis.
4. Teori koherensi.
Ucapan benar jika ucapan tersebut ada kaitan dengan ucapan yang kebenarannnya dapat diterima.
5. Teori korespondensi dan koherensi.
Teori kebenaran korespondensi dan koherensi terdapat pro dan kontra. Perdebatan terjadi dan tidak ada pendirian yang mutlak dalam perdebatan.
Hakikatnyanya sejarawan dalam menguji kebenaran fakta nya akan menghindarkan diri dari sifat relativisme teori kebenaran koherensi.
Karena tidak terpaku pada teori-teori yang sudah dibangun nya dan hanya memperhatikan fakta-fakta yang dianggap mendukung.
NEGASIONISME SEJARAH
Negasionisme atau yang sejarah atau denialisme adalah penyimpangan tidak sah atas catatan sejarah. Hal ini sering kali secara tidak tepat atau sengaja disalahartikan sebagai revisionisme sejarah, meski istilah itu juga menunjukkan upaya akademis yang sah untuk menafsirkan ulang catatan sejarah dan mempertanyakan pandangan yang diterima.
Dalam upaya untuk merivisi masa lalu, revisionisme sejarah yang tidak sah dapat menggunakan teknik yang tidak dapat diterima dalam wacana sejarah yang benar. Di antaranya seperti menyajikan dokumen yang dikenal palsu sebagai dokumen asli, menciptakan alasan ulung tetapi tidak masuk akal mengenai keaslian dokumen, mempertalikan kesimpulan dengan buku atau sumber yang menyatakan sebaliknya, memanipulasi seri statistik untuk mendukung sudut pandang yang diinginkan, dan secara sengaja salah menerjemahkan dokumen (dalam bahasa lain).
Beberapa negara seperti Jerman, telah mengkriminalisasi revisi negasionis dari peristiwa-peristiwa tertentu, dan negara lainnya mengambil posisi yang lebih hati-hati karena berbagai alasan, seperti perlindungan kebebasan berbicara, sementara lainnya mengamanatkan pandangan negasionis.
Contoh-contoh utama dari negasionisme termasuk penyangkalan pembantaian tertuduh komunis pada 1960-an di Indonesia, penyangkalan Holokaus, penyangkalan Genosida Armenia, Alasan Kekalahan Konfederasi, penyangkalan kejahatan perang Jepang dan penyangkalan kejahatan Soviet.
Dalam literatur, konsekuensi negasionisme sejarah telah digambarkan secara imajinatif dalam beberapa karya fiksi, seperti Nineteen Eighty-Four karya George Orwell. Pada masa modern, negasionisme dapat menyebar melalui media baru seperti internet.
Biasanya, tujuan negasi sejarah adalah untuk mencapai tujuan nasional dan politik, dengan mengalihkan rasa bersalah perang, menjelekkan musuh, memberikan ilusi kemenangan, atau menjaga persahabatan. Terkadang tujuan revisi sejarah adalah untuk menjual lebih banyak buku atau menarik perhatian dengan tajuk utama surat kabar. Sejarawan James M. McPherson mengatakan bahwa kelompok negasionis ingin agar sejarah revisionis dipahami sebagai, interpretasi masa lalu yang dipalsukan atau menyimpang secara sadar untuk melayan:i tujuan atau ideologi partisan di masa sekarang.
Fungsi utama sejarah negasionis adalah kemampuan untuk mengendalikan pengaruh ideologis dan mengendalikan pengaruh politik. Dalam History Men Battle over Britain's Future, Michael d’Ancona mengatakan bahwa negasionis sejarah "tampaknya telah diberi tugas kolektif dalam pengembangan budaya suatu negara, yang signifikansinya baru muncul sekarang, yaitu untuk mendefinisikan kembali status nasional di dunia yang berubah. Sejarah adalah sumber daya sosial yang berkontribusi untuk membentuk identitas nasional, budaya, dan memori publik. Melalui kajian sejarah, orang dijiwai dengan identitas budaya tertentu; oleh karena itu, dengan merevisi sejarah secara negatif, negasionis dapat membuat identitas ideologis yang spesifik. Karena sejarawan dipercaya sabagai orang yang tulus mengejar kebenaran dengan menggunakan fakta, sejarawan negasionis memanfaatkan kedibilitas profesional sejarawan, dan menghadirkan pseudosejarah mereka sebagai karya keilmuan asli. Dengan menambahkan ukuran kredibilitas pada karya sejarah yang direvisi, gagasan sejarawan negasionis lebih mudah diterima di benak publik. Dengan demikian, sejarawan profesional mengakui praktik revisionis dari negasionisme sejarah sebagai karya pencari kebenaran yang menemukan kebenaran yang berbeda dalam catatan sejarah agar sesuai dengan konteks politik, sosial dan ideologis mereka.
Sejarah memberikan wawasan tentang kebijakan dan konsekuensi masa lalu, dan dengan demikian membantu orang untuk meramalkan implikasi politik bagi masyarakat kontemporer. Negasionisme sejarah diterapkan untuk menumbuhkan mitos politik tertentu terkadang dengan persetujuan resmi dari pemerintah di mana sejarawan otodidak, amatir, atau pembangkang akademis memanipulasi atau salah mengartikan catatan sejarah untuk mencapai tujuan politik. Di Uni Soviet (1917-1991), Ideologi Partai Komunis Uni Soviet dan historiografinya memperlakukan realitas dan garis partai sama dengan entitas intelektual, Negasionisme sejarah Soviet memajukan agenda spesifik politik dan ideologis mengenai Rusia dan tempatnya di sejarah dunia.
PENGUBURAN KUDA
Pemakaman kuda adalah praktik mengubur kuda sebagai bagian dari ritual penguburan manusia, dan ditemukan di antara banyak orang berbahasa Indo-Eropa dan lainnya, termasuk orang Cina dan Turki. Tindakan tersebut menunjukkan nilai tinggi yang ditempatkan pada kuda dalam budaya tertentu dan memberikan bukti migrasi masyarakat dengan budaya kuda. Pemakaman manusia yang berisi ternak lain jarang terjadi; di Inggris, misalnya, 31 penguburan kuda telah ditemukan tetapi hanya satu penguburan sapi, unik di Eropa. Proses penguburan kuda ini merupakan bagian dari tradisi pengorbanan kuda yang lebih luas . Ritual yang terkait adalahpemakaman kereta , di mana seluruh kereta, dengan atau tanpa kuda, dimakamkan dengan orang mati.
Pemakaman kuda massal untuk Adipati Jing dari Qi (memerintah 547–490 SM) pada periode Musim Semi dan Musim Gugur Tiongkok.
Kuda membawa makna simbolis yang besar dalam budaya manusia (lihat pemujaan kuda ). Dalam budaya Celtic dan Jerman, misalnya, kuda "bisa dikaitkan dengan matahari yang bepergian", dan kuda didewakan dan digunakan dalam ramalan , tetapi pengorbanan kuda Celtic jarang terjadi sedangkan kuda secara teratur dikorbankan dan dikubur bersama manusia mati di Jerman dan Skandinavia. Indo-Eropa di mana-mana dan pentingnya pengorbanan kuda (yang dalam banyak kasus melibatkan kopling simbolis antara raja dan kuda) membuktikan pentingnya ini.
Ada perbedaan yang cukup besar antara penguburan kuda yang berbeda bahkan dalam satu area dan budaya, sedemikian rupa sehingga mungkin tidak mungkin untuk digeneralisasi. Terkadang kuda dikremasi, terkadang dikubur; terkadang mereka ditempatkan di kuburan yang sama dengan manusia, terkadang di lubang yang berbeda; beberapa budaya tampaknya mendukung penguburan kuda untuk prajurit laki-laki, yang lain tampaknya tidak membedakan jenis kelamin.
Praktek penguburan kuda terikat pada wilayah sejarah yang dicakup oleh kuda peliharaan , yang awalnya adalah Stepa Eurasia , ca. 4000–3500 SM. Budaya awal dengan mitologi yang mendukung penguburan kuda adalah budaya yang berada di atau berbatasan dengan wilayah tersebut budaya Turki, budaya Cina, dan budaya Indo-Eropa.
Ada sumber informasi bahwa bentuk penguburan kuda dibuktikan dari Paleolitik , ketika kulit kuda digantung di atas tiang; beberapa tulang hewan tertinggal di dalam kulit untuk mempertahankan bentuknya. Namun, budaya "kepala dan kuku" ini hanyalah satu penjelasan untuk penemuan arkeologis dari milenium ketiga SM. Pemakaman kuda paling awal yang terbukti di Dunia Lama berasal dari milenium kelima atau keempat SM dan ditemukan di S ' ezzhee, di sebuah pemakaman di Sungai Samara dari budaya Samara . Ribuan tahun kemudian, Herodotus menggambarkan praktik di antara orang Skit. Biasanya, penguburan seperti itu melibatkan pengorbanan dan penguburan satu atau lebih kuda untuk menemani sisa-sisa anggota atau prajurit berpangkat tinggi. Di Cina, penguburan kuda (termasuk kereta) ditemukan dimulai pada Dinasti Shang (1600-1100 SM). Sisa-sisa ritual ditemukan dalam budaya Kazakh , di mana kuda orang mati disembelih setahun setelah kematian pemiliknya, dalam sebuah upacara yang disertai dengan pacuan kuda. Penguburan kuda dan ritual terkait bertahan di antara orang-orang lain juga hingga akhir-akhir ini, misalnya di antara orang-orang Nez Perce (di mana kuda-kuda yang dikuliti dan diisi digunakan sebagai monumen kuburan) dan Konfederasi Blackfoot .
KUDA PERANG JAMAN KERAJAAN MAJAPAHIT
Sebuah cerita yang datangnya dari pesisir timur dan utara Bima yaitu Lambu hingga Sangyang Api, terdengar suara-suara kuda yang berlari pada malam hari oleh warga setempat, setelah dilihat ternyata tak ada satupun kuda yang ada. Warga setempat percaya bahwa itu ada roh kuda-kuda perang dahulu yang kembali di tanah Bima. Ada tempat khusus untuk memelihara kuda perang di Bima, tempat yang special untuk kuda Sultan yaitu di Sangyang Api. Kuda Sultan dipelihara secara khusus dipulau tersebut, kuda putih dengan nama Manggila di piara turun temurun untuk menjadi tunggangan kebesaran.
Dahulunya hingga kini dari Lambu dan Sangyang Api adalah tempat perdagangan kuda-kuda Bima, tercatat pada laporan para pelaut dimana pada abad 14 masehi kedua tempat tersebut sudah disebutkan dalam kitab Nagarakertagama (Sapy dan Sanghyang Api). Dua tempat tersebut sebagai tempat strategis pelabuhan perdagangan lainnya di wilayah utara dan timur Bima, selain pelabuhan di teluk. Kuda-kuda perang terbaik diperdagangkan oleh Bima kala itu, sejak dahulu Bandar (Pelabuhan) Bima sering melukan kontak perdagangan dengan kerajaan-kerajaan lain, tak hanya kuda juga komoditi perdagangan lainnya seperti kain kasar, kayu celup dan kayu supa.
Biasanya kuda Bima dibeli untuk keperluan perang dan berburu, sebab walaupun fisiknya yang kecil namun mampu memuat yang berat. Di Sulawesi kuda Bima dipergunakan untuk perburuan karena fisikknya mampu bertahan disegala medan. Pada sekitar abad 14 kuda Bima banyak di impor ke pulau-pulau seberang seperti Jawa, menurut Van Naerssen bahwa kuda Bima telah dikenal sejak awal berdirinya kerajaan Majapahit (Depdikbud, 1997 : 45).
Kuda Bima dipergunakan oleh pasukan Majapahit sebagai tunggangan perang, kuda Bima yang turut merintis berdirinya kerajaan tersebut dimulai dari perang Majapahit dan Daha (Kediri). Seorang ksatria dari Madura yang bernama Rangga Lawe melakukan duel maut, dengan menunggangi kudanya yang bernama Anda Wesi, duel antara Rangga Lawe dan Sagara Winotan seorang ksatria dari Kediri, diketahui Sagara Winotan menggunakan kendaraan perang yaitu sebuah kereta untuk duel tersebut. Kemudian duel berakhir dengan terpenggalnya kepala Sagara Winotan oleh Rangga Lawe.
Untuk diketahui bahwa kuda yang biasa ditunggangi oleh Rangga Lawe dan keluarganya di Madura adalah kuda yang berasal dari timur pulau Sumbawa yaitu Bima. Kontak dagang Bima dan Jawa memang sudah berlangsung cukup lama, hubungan dagang dan diplomasi terjalin dari politik perkawinan pada era Raja Bima yang bernama Maharaja Indratarati (1350-1370), dimana istri dari Raja tersebut berasal dari bangsawan Jawa kemudian melahirkan Raja Manggampo Jawa (1370-1400).
Perang antara Majapahit dan Daha (Kediri) terus berkecamuk di pulau Jawa, dimana dikisahkan dalam Kidung Harsa Wijaya. Persiapan perang dilakukan secara maksimal oleh Majapahit untuk menyerang kerajaan Kediri. Kemudian Rangga Lawe meminta ijin untuk pulang menuju Madura, kemudian secepat mungkin menuju Majapahit membawa kuda ayahnya, berasal dari dari Bima, Tulis Prof. Dr. Slamet Muljana dalam bukunya Menuju Puncak Kemegahan (Sejarah Kerajaan Majapahit).
Perang antara Majapahit dan Kediri semakin melebar, Majapahit yang didukung oleh pasukan Tartar serta Madura menyerang kekuatan Raja Jayakatwang diselatan Kediri. Sebanyak dua puluh tujuh ekor kuda Bima diberikan oleh Rangga Kawe kepada Menteri dan pasukan Majapahit untuk berperang melawan Daha. Setelah Daha runtuh pada April 1293, Majapahit yang awalnya sebuah Desa kemudian menjadi pusat pemerintahan kekuasaan baru, pada tahun yang sama dideklarasikan sebagai kerajaan baru dengan nama Majapahit.
Tidak hanya Majapahit yang menggunakan kuda Bima sebagai tunggangan perang, juga kerajaan Gowa di Makassar. Ketika Gowa akan berperang maka Sultan Bima akan mengirim pasukan berkudanya. Pada awal abad 20 Hindia Belanda juga menggunakan kuda-kuda Bima untuk dipergunakan oleh serdadu KNIL (Koninklijke Nederlandsch Indische Leger).
TENTANG BATU ANDESIT
Melansir Wikipedia, dalam pengertian umum, andesit adalah jenis peralihan antara basal dan dasit, dengan rentang silikon dioksida (SiO2) adalah 57-63% seperti digambarkan di diagram TAS.
Di zaman sekarang, batu andesit masih digunakan sebagai material untuk nisan kuburan orang Tionghoa, cobek, lumpang jamu, cungkup/kap lampu taman dan arca-arca untuk hiasan. Salah satu pusat kerajian dari batu andesit ini adalah Magelang.
Berikut mengenal secara singkat soal batu andesit dari berbagai sumber:
1. Apa Itu Batu Andesit ?
Seorang pekerja memberikan tanda pada batu andesit candi Palgading, Ngaglik, Sleman, Candi peninggalan zaman kerajaan mataram Kuno ini akan di pugar.
Melansir Wikpedia, andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik, ekstrusif, komposisi menengah, dengan tekstur afanitik hingga porfiritik.
Dalam pengertian umum, andesit adalah jenis peralihan antara basal dan dasit, dengan rentang silikon dioksida (SiO2) adalah 57-63% seperti digambarkan di diagram TAS.
Susunan mineral biasanya didominasi oleh plagioklas ditambah piroksen dan atau hornblende. Magnetit, zirkon, apatit, ilmenit, biotit, dan garnet adalah mineral aksesori umum. Alkali feldspar dapat hadir dalam jumlah kecil.
Kelimpahan feldspar-kuarsa di batuan vulkanik andesit dan lainnya diilustrasikan dalam diagram QAPF.
Batuan andesit umumnya ditemukan pada lingkungan subduksi tektonik di wilayah perbatasan lautan seperti di pantai barat Amerika Selatan atau daerah-daerah dengan aktivitas vulkanik yang tinggi seperti Indonesia. Nama andesit berasal dari nama Pegunungan Andes.
2. Penggunaan Batu Andesit.
Bongkahan batu andesit berukir berukuran besar dan struktur yang masih utuh di dusun Mantingan diharapkan mampu direkonstruksi.
Batu andesit banyak digunakan dalam bangunan-bangunan megalitik, candi dan piramida. Begitu juga perkakas-perkakas dari zaman prasejarah banyak memakai material ini, misalnya sarkofagus, punden berundak, lumpang batu, meja batu, arca, dan lain-lain.
Di zaman sekarang batu andesit ini masih digunakan sebagai material untuk nisan kuburan orang Tionghoa, cobek, lumpang jamu, cungkup atau kap lampu taman, dan arca-arca untuk hiasan.
3. Pengrajin Batu Andesit.
Selain Batu Andesit, Batu Templek, Batu Palimanan, Batu Candi, dan Batu Jogja, masih ada lima jenis batu alam lainnya.
Salah satu pusat kerajian dari batu andesit ini adalah Magelang. Pusat kerajinan dan pemotongan batu Andesit juga terdapat di daerah Cirebon dan Majalengka Jawa Barat.
Karena di daerah-daerah tersebut banyak terdapat perbukitan yang merupakan daerah tambang Batu Andesit.
Untuk batu andesit di daerah Cirebon, pada umumnya berwarna abu-abu dan terdiri dari 2 Jenis utama yaitu andesit bintik dan andesit polos.
4. Manfaat atau Fungsi Batu Andesit.
Termasuk dalam kategori batu alam, andesit tentunya serbaguna dan bisa menambahkan tekstur berbeda pada desain interior rumah. Belum lagi ketersediaan batu yang melimpah di alam dan sering digunakan dalam proyek bangunan hijau karena ramah lingkungan.
Batu andesit juga tidak mengandung bahan berbahaya atau racun dan dapat digunakan dengan aman, baik di dalam maupun di luar ruangan.
Secara umum andesit dapat diaplikasikan ke desain ubin karena tahan slip dan bisa juga digunakan dalam desain lansekap dan taman.
Fungsi pertama bantu andesit dapat digunakan untuk lantai karena tahan lama dan membutuhkan perawatan minimum. Bahan alami menciptakan suasana yang ramah di rumah dan bersahaja.
Fungsi kedua adalah cladding. Cladding dari material batu alam memberikan dimensi dan kedalaman lebih pada suatu ruang. Namun pastikan untuk perawatan jangka panjang agar menggunakan lapisan sealer pada permukaan batu setelah dilapisi. Alasannya, karena hal ini membuat permukaan menjadi lebih tahan dan melindunginya.
Fungsi ketiga sebagai rak dan penyimpanan terbuka. Tak hanya fungsional, rak yang terbuat dari batu alam mudah dirawat bahkan menambahkan nilai estetika pada ruang.
Fungsi keempat adalah untuk table tops, kitchen counters, dan backsplash, mengingat, batu alam jelas merupakan material terbaik untuk meja dapur.
Hal tersebut lantaran mereka dapat dibersihkan dengan mudah dan sangat tahan lama. Batu juga bisa digunakan untuk backsplash.
Fungsi kelima adalahs ebagai aksesoris. Artefak batu seperti patung yang terbuat dari batu bisa menjadi aksesoris yang sempurna baik untuk ruang tamu maupun taman.
Keunggulannya tak hanya tahan lama, tetapi juga tahan air, yang berarti tidak akan ada rembesan. Ditambah panel dari batu, kerikil, dan kerang yang semi mulia dapat digunakan sebagai highlight dinding atau sebagai pelapis pada furnitur.
5. Keunggulan Batu Andesit
Pendaki memanjat tebing Gunung Parang via Jalur Ferrata, Desa Cihuni, Purwakarta, Jawa Barat, Gunung Parang merupakan gunung batu andesit tertinggi di Indonesia.
Dari segi kekuatan, batu alam termasuk andesit ini, sering digunakan karena kemampuannya dalam menahan berbagai jenis cuaca dan suhu.
Batu alam akan tetap awet dan kokoh meski dipasang di luar ruangan. Selain itu, penggunaan batu alam juga akan menambah nilai artistik pada properti.
Soal nilai seni, corak batu alam juga memberi properti lebih berkarakter. Selain memiliki nilai estetika, batu andesit juga memiliki sifat alami berupa kekuatan.
Kekuatannya bahkan sudah terbukti sejak lama, candi purbakala tersebut kini masih kokoh meski sudah berusia ratusan tahun. Penggunaan batu andesit pada pondasi bangunan akan meningkatkan kekuatan struktur. Hanya saja pemanfaatannya dibatasi pada area dinding, bukan pada pondasi bangunan induk.
Batu andesit juga akan tahan terhadap segala jenis cuaca buruk. Batu andesit akan bertahan selamanya meskipun terkena panas dan dingin yang konstan atau perubahan cuaca yang drastis.
Terakhir, batu andesit juga bebas jamur dan lumut.
PENOBATAN TRAH JOYOBOYO DI GOA SELOMANGKLENG
Ada relevansinya juga, jika dipikir-pikir karo nguyu kalau itu hasil karya kethoprak/ ludruk / pentas seni lainya / pengalihan isu out door atau merupakan karya seni lain, jika digathok-gathokno tentang ramalan Prabu Sri Aji Joyoboyo di jaman akhir, jamane jaman edan, ora edan ora keduman. Di hari cerah siang bolong, tiada mendung, tiada gludug, tiada hujan kota Kediri sebagai kota terpelajar, kota santri kota kuliner tahu, kota berperadaban tinggi adiluhung, tentunya sebagai kota pendidikan disandang, realitanya kota nan adem ayem tentrem ujug-ujug ada pemberitaan nganeh-nganehi
di jaman era digitalisasi, jaman kecanggihan teknologi, jaman serba online, ada sekelompok paguyuban dan seorang perempuan paruh baya bernama Anik Handayani informasinya berdomisili di Surabaya melakukan ritual penobatan trah (keturunan) Prabu Sri Aji Joyoboyo bertemakan Anik Handayani Goa Selomangkleng Prabu Sri Jayabaya Raja Kadiri digelar di area dalam situs goa dan pelataran goa Selomangkleng.
Intinnya komunitas tersebut bahwa seorang perempuan bernama Anik Handayani dinobatkan sebagai Raja Putri Kraton Doho Kediri. Penobatan dilakukan di Goa Selomangleng Kediri dipimpin sejarahawan Universitas Negeri Yogyakarta Dr. Purwadi, SS, M.Hum.
Penobatan Anik Handayani sebagai Raja Putri Kraton Doho Kediri menarik perhatian banyak orang, terutama sejarawan. Tak sedikit yang mempertanyakan penobatan tersebut dan menganggapnya sebagai rekaan.
Untuk mengetahui kisah di balik penobatan itu, menurut informasi mewawancarai para pihak yang terlibat kegiatan di goa Selomangleng, tepat pada hari dan tanggal, Sabtu, 25 Juni 2022 hingga acara upacara sakral ritual penobatan menurut komunitas tersebut.
ALASAN MENUNJUK ANIK HANDAYANI JADI PUTRI KERATON DOHO KEDIRI
Penobatan Anik Handayani sebagai Raja Putri Kraton Doho Kediri tak lepas dari peran KRT Sosronagoro sebagai Ketua Umum Paguyuban Tradisi Agung Nusantara (Patrantara). Penobatan dilakukan oleh Sinuwun Prabu Brawijaya VII, pewaris Paguyuban Trah Kraton Majapahit di Goa Selomangleng dan Petilasan Sri Aji Joyoboyo.
Dihubungi bacaini.id, KRT Sosronagoro membenarkan telah melakukan penobatan Raja Putri Kraton Doho Kediri pada Sabtu, 25 Juni 2022. Pelantikan ini untuk menjaga pelestarian seni budaya tradisional.
“Anik Handayani telah resmi menjadi Sri Ratu Ani Handayani Sekartaji Wisnumurti, diberi kewenangan untuk mengelola, mengatur, menata warisan adiluhung, adipeni tinggalan para leluhur, khususnya swargi Prabu Joyoboyo yang memiliki sifat waskito, ngerti sakdurunge winarah.
KRT Sosronagoro mengatakan Anik Handayani dipilih menjadi Raja Putri Kraton Doho Kediri karena memenuhi lima persyaratan sebagai raja. Kelima syarat itu adalah :
1. Keturunan Kerajaan Kediri
2. Cinta budaya leluhur warisan nenek moyang
3. Setia kepada Negara kesatuan Republik Indonesia
4. Patuh pada Pancasila dan UUD 1945
5. Sanggup melestarikan adat istiadat Nusantara
6. Dengan penobatan ini, Anik Handayani akan memiliki tugas dan tanggungjawab besar dalam meneruskan wasiat Prabu Joyoboyo.
7. Sesuai hasil permusyawaratan besar Paguyuban Tradisi Agung Nusantara, Anik Handayani akan membangun Istana Budaya Doho Kediri, sebagai pusat pengembalian ajaran Prabu Jojoboyo yang mulai sirna.
Beberapa program Istana Budaya Doho Kediri adalah :
1. Menggelar seni tradisional
2. Menggelar sarasehan ilmu Kejawen
3. Menggelar upacara ritual Suro
4. Memperingati HUT Kerajaan Doho Kediri
5. Membangun kerjasama dengan Kraton Nusantara
MARI KITA AMATI DAN ANALISA PETIKAN WAWANCARA
Pemerintah dalam hal ini perlu turun tangan bisa melibatkan para tokoh budayawan, pengiat-pengiat sejarah, seni dan budaya, perlu diperhatikan juga melibatkan para ahli sejarah akademisi berbagai perguruan tinggi, benar-benar ahli dibidangnya agar kedepan tidak ada pembelokan sejarah.
Apa latar belakang penobatan ini ?
Hormati nenek moyang kita, hormati leluhur kita. Masa lalu ada sejarah sebagai tonggak meniti nasib bangsa dan negara Indonesia menuju era jaman menuju keemasan Nusantara. Benarkah dia seorang Trah Prabu Jayabaya ?
Mari kita simak salah satu pengakuannya anggota kelompok paguyuban sebagai pemeran utama.
Pertanyaan :
Anda dilantik jadi Raja Putri Kraton Doho Kediri. Sebenarnya siapa Anda ini ?
Anik :
Saya ini orang biasa yang bekerja sebagai abdi negara. Domisili di Surabaya dan saat ini berusia 52 tahun.
Pertanyaan :
Anda keturunan Raja Kadiri ?
Anik :
Sebetulnya saya ini manusia biasa, rakyat biasa. Leluhur saya dari Trah Raja. Saya justru ingin melebur seperti rakyat jelata.
Pertanyaan :
Apa bukti Anda keturunan Raja Jayabaya?
Anik :
Dari mana kekanjengan itu, saya ndak punya. Saat itu kerajaan kacau, eyang saya pejuang pengikutnya Pangeran Diponegoro. Waktu gegeran Madiun ayah saya usia 10 tahun angkat senjata melawan Jepang. Jadi (soal pembuktian) itu urusan para pinisepuh.
Pertanyaan :
Bagaimana kemudian Anda dilantik jadi Putri ?
Anik :
Saya ini kandidat doktor di UGM dengan desertasi tentang penanggulangan terorisme. Sehingga saya banyak mengundang universitas. Saat itu KRT (Sosronagoro) melihat saya dan mengenali aura saya. Selanjutnya beliau terus menghubungi saya agar bersedia menerima penobatan.
Pertanyaan :
Bagaimana sikap Anda ?
Anik :
Hari Rabu saya ditelpun kanjeng KRT kalau ada dawuh (untuk dinobatkan), saya kaget. Saya sampai merinding, apakah saya pantas. Sebetulnya saya ndak mau, tapi beliau dan teman-temannya memberi keyakinan kepada saya. Saya tidak pernah minta, tapi diberi. Saya tidak pernah menghubungi mereka untuk mengukuhkan saya.
Pertanyaan :
Anda akhirnya menerima.
Anik :
Saya menerima karena beberapa kali, bahkan sejak masih gadis sering mimpi didatangi leluhur. Tapi saya ndak pernah faham. Mereka meminta saya untuk meneruskan tanggungjawab Kerajaan Kadiri.
Pertanyaan :
Jadi hanya berdasar mimpi?
Anik :
Bukan itu saja. Saya matur eyang (leluhur), saya malu nanti diguyu. Apalagi sekarang kerajaan sudah pada mati. Yang masih hidup hanya empat, termasuk Kraton Solo dan kerajaan kecil yang mengaku kerajaan Nusantara. Tapi eyang menguatkan agar saya memulihkan nusantara. Niat ingsun mengabdi apa yang sudah diwejangkan eyang leluhur saya.
Pertanyaan :
Jadi peran Anda nanti akan seperti Prabu Joyoboyo?
Anik :
Saya ini warga negara yang baik, hormat pada Pancasila dan leluhur yang memperjuangkan kemerdekaan. Saya tidak ingin menyaingi, tapi membantu sebagai Trah Joyoboyo.
Pertanyaan :
Sebagai raja, Anda akan membangun istana?
Anik :
Jadi begini, gelar itu adalah gelar adat. Jadi istananya adalah seni budaya. Misi saya mengembalikan Jawa Timur sebagai kawasan yang besar. Dulu Jatim besar dipimpin Muhamad Yamin dan pernah dihuni Bung Karno, sekarang justru ditenggelamkan.
Pertanyaan :
Program riil ke depan?
Anik :
Program riil tentu ada kaitan dengan Kerajaan Kediri. Jadi nanti ada gelar budaya, seni budaya. Saya akan kumpulkan kisah-kisah untuk diwayangkan, menggelar tari, agar bisa kembali ke asal diri. Saat ini saya sedang membangun lokasi untuk gelar budaya.
BERBAGAI TANGGAPAN SETELAH PENOBATAN :
1. Ngopeni.Budoyo itu tdk.harus jadi Raja...jadi apapun harus bisa ngopeni Budaya..ngopeni kearifan lokal..Kediri Group Budaya sudah Buanyak jadi tdk perlu jenengan jadi Ratu/Raja kediri masing2 sudah ngopeni Budayanya Masing2 .....lucu berdasarkan Aura dan Ilham.mimpi ...lucuny nuwun sewu Mas Purwadi KRT...KRT kok menobatkan Raja kan yo tambah lucu...selanjutnya Budaya tdk perlu Ratu Budaya Atau Raja Budaya ..Budaya sudah ada yg ngopeni dewe....kalau beliau Raja Doho Raja Doho tempatnya di Surabaya,Raja Yogya tempatnya di ngayogyakarta..Raja pakualam Tempatnya di paku Alam..Raja Surakarta tempat ya di Surakarta..la kok Raja Doho tempatnya tdk permanen di Kediri..selanjutnya Goa Selomangkleng Kediri itu Mandala Kadewatan bukan untuk melantik Raja..semuanya aneh dan halu nya Tinggi...pelantikan Raja/atau Ratu itu prosesinya tdk sperti itu toh seharusnya pakai jarik..penobatan Raja kok pakai celana Jeans (FB Hadi Siswanto)
2. Antara Penobatan dan Pengobatan itu beda tipis cah... Jd maklumi aja lah (FB Novi BMW)
3. Wong sak iki kakean polah .sok Ben aku lek lewes duwe pendung okeh tak ngaku keturunan e biyung agung wae (FB Musthofa Raihan)
4. Golek paxnggung ...(Yoga Noah)
5. Ngaku rojo ,duit e kudu akeh turah turah ,ngaku rojo tapi akhire njaluk sumbangan lak lucu ya (Agung Wtj)
6. Pas tanggal 27 Juli '22 sesuk Eneng maanusuk Sima. Tak enteni ning daerah kuwek. Muga muga mbak e teko. (FB Cicondrohadi)
7. Trahno wong gemblung (FB Havid Wildan)
8. Bayak orang yg sudah ke hilangan jati dirinya (Kie Dewo)
9. Kerajaan Kediri beralih ke singosari beralih lagi ke mojopahit beralih lagi ke Demak, beralih lagi ke kerajaan pajang sultan Hadiwijaya dan beralih lagi ke Mataram Islam beralih lagi ke keraton Yogyakarta, Surakarta Hadiningrat, Puro Mangkunegaran, paku alam yg saat ini berdiri..
Orang itu yg mengaku keturunan prabu Jayabaya alur nasab silsilah nya bagaimana, keraton nya juga dimana , kog sekarang banyak orang setres seperti orang itu, mengaku trah raja berdasarkan mimpi.. mimpi menyesatkan sajah tanpa di dasari bukti otentik secara data data nasab yg jelas.. itu juga KRT siapa dari Yogyakarta ngawur Ra karuan bikin geger dan gelare KRT dari keraton mana itu orang orang halu...
KRT gelar bupati sepuh kalo urutan gelar abdi dalem di keraton Surakarta Hadiningrat dan Yogyakarta dan yg memberikan gelar Sultan, nah ini KRT kog melantik orang menjadi keturunan raja, sejak kapan sejarah KRT bisa bebas Lantik orang udah di luar aturan dan gak masuk akal di nalar
(FB Raden Bayu Syeifi)
10. Trah e wong stres (FB Djatie)
11. Trah mbelgedes (FB Chakrabuana)
12. BerHalusinasi (Darsa)
13. Mari kita berpkir positif aja... Ibuk Anik Handayani ini ditunjuk sebagai delegasi Kebudayaan Kediri, apalagi belio PNS, kandidat doktoral... Otomatis ada kemampuan utk pembiayaan penyelenggaraan acara budaya... Dan acara budaya berarti nambah banyak & tidak hanya didominasi proyekan acara Kabupaten Kediri saja... Demikian. (FB Romie Harie)
14. Kenikir nggo lalapan,,dipikir kok tiwas edan,,,,iki gek opooo ngono (FB Ander Suwiwi Johana)
15. Sing mimpin penobatan iki kudu ditakoni, kondisi sadar apa mabok
(FB Didiek Praww)
16. JAMAN EDAN
Wolak walik ing jaman.
Wong jaman biyèn luru ngelmu direwangi pasa, prihatin lan meper hawa nafsu. Kasile atine mantep, pikirane wening, tindak tanduke nyenengake.
Jaman sakniki sing akèh mung sewates bisa ngomong ora bisa nglakoni, sing banter suwarane, sing pinter mung pangucape, rumangsa paling bener lan suci dhéwé.
Mula akèh wong kumalungkung, dikandani salahe ora trima, diumbar sansaya ndadra.
Kudu éling lan waspada.
aja edan mburu pujian yen nyatane durung pantes dadi pepujan.
JAMAN EDAN
Sun nggurit
Ujaring kandha pujangga
Wus jamane jaman edan
Ora edan ra keduman
Melu ngedan ora tahan
Wus jamane jaman edan
Akeh wong ninggal tatanan
Tan peduli marang liyan
Lali marang sangkan paran
JAMAN EDAN
Iki wus ngancik jaman edan
Manungsa-manungsa sansaya ndodro
Sak akehe tumindak
Tanpa subasita kang temata
Wong jujur dijur
Wong loyal diuntal
Wong tememen, dipendem
Bakal kagiles rasa
Sing bakul congor
Kasubya-subya raja
Sing gotong donya
Kasebut prawira
Najan lamis ing gawe
Altar pepujan
Kebak pakhurmatan ing mata
Korban sesembahan
Nora tekan ing Gusti
Ngracik Tembung
Nata aksara
Gaweyan ing saben dina
Snajan ngayawara lan dadi mawa
Iki Jamane mecaki mendung
Isine kumalungkung
Manungsa-manungsa saya gemblung (FB Ki Lanang Songo)