RESI MAYANGKORO
Mayangkoro atau Anoman berwujud kera putih, tetapi dapat berbicara dan beradat istiadat seperti manusia. Ia juga dikenal dengan nama :
1. Anjaniputra (putra Dewi Anjani).
2. Bayudara (putra Bathara Bayu).
3. Bayusiwi.
4.Guruputra (putra Bathara Guru), Handayapati (mempunyai kekuatan yang sangat besar).
5. Yudawisma (panglima perang)
6. Haruta (angin).
7. Maruti.
8. Palwagaseta (kera putih).
9. Prabancana.
10. Ramandayapati (putra angkat Sri Rama).
11. Senggana (panglima perang).
13. Suwiyuswa (panjang usia) dan.
14. Mayangkoro (roh suci, gelar setelah menjadi pendeta di Kendalisada).
Anoman adalah putra Bathara Guru dengan Dewi Anjani, putri sulung Resi Gotama dengan Dewi Windradi dari pertapaan Erriya/Grastina. Anoman merupakan makluk kekasih dewata. Ia mendapat anugerah Cupu Manik Astagina, juga ditakdirkan berumur panjang, hidup dari jaman Ramayana sampai jaman Mahabharata, bahkan sampai awal/memasuki jaman Madya. Anoman memiliki beberapa kesaktian. Ia dapat bertiwikrama, memiliki Aji Sepiangin (dari Bathara Bayu), Aji Pameling (dari Bathara Wisnu), dan Aji Mundri (dari Resi Subali).
Tata pakaiannya yang melambangkan kebesaran antara lain : Pupuk Jarotasem Ngrawit, Gelung Minangkara, Kelat bahu Sigar Blibar, Kampuh/Kain Poleng berwarna hitam, merah dan putih, Gelang/Binggel Candramurti dan Ikat Pinggang Akar Mimang. Anoman tiga kali menikah. Pertama dengan Dewi Urangrayung, putri Begawan Minalodra dari Kandabumi. berputra Trigangga/Triyangga, berujud kera putih. Istri kedua bernama Dewi Sayempraba, putri raksasa Wisakarma dari Gowawindu, tidak mempunyai anak. Anoman kemudian menikah dengan Dewi Purwati, putri Resi Purwapada dari pertapaan Andonsumawi, berputra Purwaganti.
Anoman mempunyai perwatakan ; pemberani, sopan-santun, tahu harga diri. setia. prajurit ulung, waspada, pandai berlagu, rendah hati, teguh dalam pendirian, kuat dan tabah. Ia mati moksa, raga dan sukmanya lenyap di pertapaan Kendalisada.
(VERSI 2)
Pada suatu saat hiduplah seorang Resi / petapa Guthomo yang beristrikan Dewi windrati, mereka hidup berdampingan di Pertapaan Pancoran Manik, dari keluarga Resi Guthomo dan Windrati dikaruniai tigak orang anak, dua laki-laki dan satu anak perempuan, adapun anak tersebut bernam Guarso, Guarsi dan Anjani.
Dari keluarga Resi Guthomo Dewi windrati yang kelihatan bahagia ternyata Dewi Windrati punya kekasih Bethara Surya, sebagai bukti hubungan antara Dewi Windrati dengan Bethoro Surya, Dewi windrati punya pusaka yang bernama Cupu Manik Astogino, senjata tersebut hanya dimiliki oleh para Dewa, alkisah maka mengetahuilah Resi Guthomo akan kelakuan Istrinya, maka ketika dipertanyakan darimana mendapatkan Senjata Cupu Manik Astogino tersebut Dewi Windrati diam seribu bahasa, lalu direbutlah Cupu Manik Astogino dari tangan Dewi Windrati dan dibuanglah pusaka tersebut, sampai di sekitar kendalisodo, dan dimarahinya Dewi Windrati dan diumpat oleh Resi Guthomo, akhirnya Dewi windrati jadi tugu dan dibuang sampai ke Negara Ngalengka diraja
Ketiga anak dari Resi Guthomo dan dewi Windrati tahu tentang keberadaan Pusaka Cupu Manik Astogino, lalu Guarso dan Guarsi pergi dan mencari dan dicarinya Pusaka tersebut dalam sebuah Sendang yang sekarang disebut sendang Penyangklingan, kedua anak laki laki Guarso dan guarsi masuklah ke dalam sendang tersebut dan begitu keluar keduanya berubah wujud menjadi kera, lalu keduanya tidak mengenal ssatu sama lain, kemudian terjadilah perkelaian tanding, karena kesaktian yang sama, pertarungan tersebut memakan waktu dua hari dua malam, setelah keduanya merasa leleh, baru saling bertanya dan keduanya saling menangis menyesali perbuatanya, dalam ujud kera tersebut guarso dan guarsi memohon kepada Dewata agung agar dikembalikan seperti ujud semula, dalam sebuah keputusasaan datang Dwa Nganglang jagad, tak lain adalah Semar Bodronoyo, lalu keduanya disarankan nagar melakukan Tapa Brata dan keduanya diberi nama Sugriwo dan subali.
Anjani putri dari perkawinan Resi Gutomo dan Dewi Windrati juga berupaya untuk memiliki pusaka Cupu Manik Astogino yang pernah dimiliki Ibundanya, kemudian Anjani yang ditemani oleh emban suwareh juga ikut mencari dan masuklah Anjani dan Emban suwareh kedalam sendang Penyangklingan tersebut, tak lama kemudian keduanya keluar dari dalam sendang tersebut dan berujud kera, mengetahu kejadian tersebut menangislah keduanya sejadi jadinya …….. bahkan Anjani putusasa, dalam keputusasaan kedua gadis tersebut berniat bunuh diri kemudian datanglah Dewa kang ngejowantah Semar Bodronoyo yang menyarankan agar Anjani dan Suwareh melakukan tapa brata.
Kemudian Anjani dan Suwareh melakukan tapa brata agar ujud dirinya berubah seperti semula, dalam tapa brata yang dilakukan Anjani dan suwareh, membuat Jongring Saloka menjadi panas, lalu turunlah Bethara Guru dan Bethara Naradha, dalam perjalan Bethara Guru dan Naradha ngangklang jagad ada sinar yang memancar dari sebuah gundukan, lalu dihampirinya ternyata Anjani yang melakukan tapa brata, melihat kecantikan Anjani Bethara guru timbul sahwat sampai menjatuhkan Komo kurut, dan jatuhlah Komo kurut Bethoro Guru ke daun sinom (asem) dan daun sinom yang kejatuhan komo kurutnya Bethoro Guru jatuh persis dipangkuan Anjani, sesuai dengan sumpah Anjani waktu melakukan tapa brata tak akan makan dan minum jika tidak ada makanan dan minuman yang jatuh di pangkuanya, maka dimakanlah daun sinom tersebut.
Tak lama setelah memakan daun sinom Dewi Anjani mengandung anak, tak lama kemudian lahirlah jabang bayi anak Dewi Anjani yang akhirnya diberi nama Senggoro, batir (ari-ari) senggono adalah Butho Polosio dan butho polosio ini dicuri sama Dosomuko untuk dijadikan tumbal di negara Dasamuka Negara Ngalengka diraja
Senggono dimandikan di sendang cupu manik astogino, setelah dimandikan di sendang tersebut Senggono terjadi perubahan disamping pertumbuhan badanya juga senggono menjadi digdaya, ora tedas tapak paluning pande sisaning gurendro.
Senggono menanyakan kepada Ibunya siapa bapaknya, dan senggono minta pamit dan berkelana, dalam perjalanan mengembara bertemulah senggono dengan pamanpnya Subali dan sugriwo, melihat keperwiraan Senggono maka, senggono diperkenalkan dengan Prabu Romo Wijoyo.
Dalam perang Antoro, antara Prabu Romowijoyo dengan Dosomuko mengamuklah Senggono dan mencabut tugu, dibantinglah tugu tersebut dan badar jadi Dewi Windrati Eyang Putri dari senggono, Dewi windrati mengucapkan sukur pada cucunya lalu pamit untuk pulang kekayangan ke taman widodari , peperangan dimenangkan oleh prabu romowijoyo
Senggono / hanoman lalu mengikuti Prabu Dworowati (Kresno) dan oleh Prabu Dworowati Anoman diminta untuk menempati Gunung Kendalisodo untuk menjaga Angkara Murka
Sampai sekarang sendang Penyangklingan / Cupu Manik Astogino tersebut banyak dikunjungi orang untuk melakukan
1. Penyembuhan dari berbagai penyakit
2. Berdoa
3. Menjamas pusaka
4. Kamis kliwonan
5. Prosesi upacara ritual Grebeg gunung kendalisodo
MAYANGKORO (versi 3)
Pada suatu saat hiduplah seorang Resi / petapa Guthomo yang beristrikan Dewi Windrati, mereka hidup berdampingan di Pertapaan Pancoran Manik, dari keluarga Resi Guthomo dan Windrati dikaruniai tigak orang anak, dua laki-laki dan satu anak perempuan, adapun anak tersebut bernam Guarso, Guarsi dan Anjani
Dari keluarga Resi Guthomo Dewi windrati yang kelihatan bahagia ternyata Dewi Windrati punya kekasih Bethara surya, sebagai bukti hubungan antara Dewi Windrati dengan Bethoro Surya, Dewi windrati punya pusaka yang bernama Cupu Manik Astogino, senjata tersebut hanya dimiliki oleh para Dewa , alkisah maka mengetahuilah Resi Guthomo akan kelakuan Istrinya, maka ketika dipertanyakan darimana mendapatkan Senjata Cupu Manik astogino tersebut Dewi Windrati diam seribu bahasa, lalu direbutlah Cupu Manik Astogino dari tangan dewi Windrati dan dibuanglah pusaka tersebut, sampai di sekitar kendalisodo, dan dimarahinya Dewi Windrati dan diumpat oleh Resi Guthomo, akhirnya Dewi windrati jadi tugu dan dibuang sampai ke Negara Ngalengka diraja
Ketiga anak dari Resi Guthomo dan dewi Windrati tahu tentang keberadaan Pusaka Cupu Manik Astogino, lalu Guarso dan Guarsi pergi dan mencari dan dicarinya Pusaka tersebut dalam sebuah Sendang yang sekarang diknal dengan sendang Penyangklingan, kedua anak Resi Gutomo tersebut masuk dalam sendang untuk mendapatkan Pusaka Cupu manik Astogino tersebut, sebelum menemukan Pusaka tersebut Guarso dan Guarsi merasa lelah kemudian naik ke atas permukaan air, kedua satriya tersebut saling curiga dikarenakan Guarso melihar Guarsi dalam Ujud kera begitu juga sebaliknya, kecurigaan yang memuncak akhirnya menimbulkan perang tanding antar saudara selama dua hari dua malam, setelah keduanya merasa lelah sambil istirahat saling mempertanyakan siapa sebenarnya, dikarenakan satu sama tidak sadar bahwa dirinya sudah dalam ujud kera, begitu menyadari akan dirinya kedua saudara tersebut lalu berpelukan saling menangis menyesali perbuatanya, dan keduanya saling mohon kepada Dewata Agung agar dapat berujud kembali menjadi sebagi manusia.
Kemudian Anjani bersama Emban Suwareh datanglah ke sendang tersebut dalam keperluan yang sama, untuk mencari dan mendapatkan Pusaka milik Ibunya yang dibuang sama Resi Gutomo, lalu masuklah Anjani dan Emban Suwareh kedala sendang Penyangklingan tersebut, dalam istirahat keduanya saling tuding karena keduanya dalam Ujud kera, menangislah Anjani dan Emban Suwareh sejadi jadinya, sambil memohon kepada Dewata Agung agar dikembalikan ke Ujud semula sebagai manusia, bahkan Anjani dan emban suwareh berniat untuk bunuh diri merasa maulu dirinya berujut kera.
Sayub sayub tangis itu terdengar oleh Ki Semar Bodronoyo, mendekatlah Kyai Semar ,dasar Kyai Semar tahu aja apa sebenarnya yang terjadi, bahkan dimana kedudukan Guarso dan Guarsi, lalu disuruhnya Guarso dan Guarsi ganti nama menjadi Sugriwo dan Subali dan diminta untuk pergi dari lingkungan sendang melakukan tapa brata, mohon sama Dewata Agung agar dikembalikan dalam ujut manusia kembali juga disarankan kepada Anjani dan Emban Suwareh untuk melakukan Tapa Brata, lalu disanggupinya, bahkan Anjani bersumpah tidak akan makan dan minum selama melakukan tapa brata kalau tidak ada makanan atau minuman yang jatuh dipangkuanya.
Sekian lama Anjani melakukan Tapa Brata disaat Dewa Nganglang jagad, Bethara Guru dan Naradha, melihat Pancaran sinar dari Ngarcopodho, dan datanglah Bethara Guru dan Naradha dikarenakan Jongring saloka terasa panas.
Melihat kecantikan Anjani, Bethara Guru takmampu menahan diri dari birahinya sampai jatuh Komo kurutnya, komo kurut Bethoro Guru jatuh di daun Sinom (asem) dan daun sinom yang kejatuhan komo kurutnya Bethara Guru jatuh di pangkuan Anjani dan oleh Anjani daun sinom tersebut dimakan sesuai sumpahnya, tersebutlah kisah Anjani hamil.
Kemudian lahirlah jabang bayi dari Anjani, bayi tersebut diberi nama Senggono dan batir dari Senggono lahir Butho Polosio dimana Butho Polosio ini dicuri sama Dasamuka, karena Butho Polosio dipercaya dapat menambah kesaktian.
Senggono segea dimandikan di sendang Cupu manik Astogino setelah dimandikan Senggono mengalami pertumbuhan yang begitu cepat, serta kekebalan tubuhnya yang luar biasa, Senggono menjadi sakti Mandraguna (Ora tedas tapak paluning pande sisaning Gurindo).
Dalam proses petumbuhan Senggono mencari siapa orang tuanya bertemulah Senggono sama kedua Pamannya Segriwo dan Subali, lalu diajaknya mengabdi kepada Prabu Rama wijaya.
Dalam perang Antoro, perang diantara Prabu Rama Wijaya melawan Dasamuka, Senggono / Hanoman mencabut tugu perbatasan di Ngalengkodiraja dan dibantinglah tugu tersebut dan Badar jadi Dewi Windrati, Eyang dari Hanoman.
Setelah dewi Windrati menyampaikan terimaksih kepda Hanoman lalu pamit pulang ke kayangan, selesai perang Antoro lalu Hanoman mengabdi kepada Ratu Duorowati Prabu Sri Bathoro Kresno dan oleh Prabu Sri Bathoro Kresno Hanoman diperintahkan berada di Gunung Kendalisodo guna menjaga manusia dari Angkara Murka.
Sampai sekarang sendang Penyangklingan (sendang Cupu Manik Astogino) masih digunakan sebagai tempat :
1. Penjamasan pusaka
2. Pusat prosesi upacara ritual grebeg gunung Kendalisodo
3. Tempat berdoa
4. Tempat penyembuhan berbagai macam penyakit
VERSI DITYA MAYANGKARA
Ditya Mayangkara berwujud raksasa salewah, artinya sebelah kulitnya berwarna hitam dan sebelah lagi berwarna putih. Ia adalah putra Ditya Wisnungkara raksasa hitam putra Ditya Rudramurti (penjelmaan Bathara Isnapura putra Sanghyan Wisnu dengan Dewi Sri Pujayanti). Sedangkan ibunya bernama Dewi Mayangsari Hapsari keturunan Sanghyang Nioya.
Meski berujud raksa, Ditya Mayangkara memiliki sifat dan perwatakan jujur, setia, baik budi dan suka menolong.
Oleh Bathara Wisnu ia mendapat tugas memelihara dan menjaga Taman Sriwedari di kahyangan Untara Segara bersama Sukasarana, putra Bagawan Suwandagni yang berujud raksasa bajang (kerdil).
Pada jaman Lokapala, Ditya Mayangkara pernah menitis pada Anoman, hingga Anoman memiliki kekuatan yang luar biasa. Sedangkan pada jaman Mahabharata, Ditya Mayangkara pernah menitis pada Resi Pracandaseta, berwujud kera/wanara putih dan bertempat tinggal di pertapaan Pandansurat, di daerah kerajaan Jodipati, wilayah negara Mertani.
Resi Pracandaseta yang dikenal pula dengan nama Resi Mayanggaseta pernah diminta bantuannya oleh keluarga Pandawa agar bersedia menari di alun-alun negara Dwarawati sebagai persyaratan memeriahkan upacara perkawinan antara Arjuna dengan Dewi Wara Sumbadra, adik Prabu Kresna raja negara Dwarawati.
Ditya Mayangkara menikah dengan hapsari keturunan Sanghyang Darmayaka dan mempunyai seorang putra berujud raksasa berkulit hitam yang diberi nama Kalakresna, yang setelah dewasa dibawa Sanghyang Triyarta turun ke arcapada dan membangun kerajaan baru di tanah Astaka di tepi hutan Kamiyaka.
VERSI CERITA
Cerita Resi Mayangkara ini berisi tentang Arjuna yang dituduh mengejar Banowati. Arjuna yang tidak hadir dalam rapat rutin Ngamarta dicurigai berada di Taman Kadilengeng. Arjuna dituduh mengejar Banowati istri Duryudana. Akan tetapi Werkudara yang mendengarnya dari Patih Sengkuni tidak begitu saja percaya. Bersama dengan Prabu Kresna, keduanya mencari Arjuna di Taman Kadilengeng. Sebenarnya saat itu Arjuna sedang berada di Kendalisada merawat Resi Mayangkara yang sedang sakit. Werkudara dan Prabu Kresna tidak menemukan Arjuna, kemudian memutuskan untuk mencarinya di Kendalisada. Berdasarkan perintah dari Bethara Kamanjaya, Resi Mayangkara dibawa ke Taman Kadilengeng. Resi Mayangkara dibawa ke Taman Kedilengeng dengan digendong Werkudara. Sesampainya di sana, Arjuna melihat seseorang yang menyerupai dirinya. Ternyata Arjuna gadungan itu yang mengejar Banowati. Menurut Bethara Guru yang dapat menandingi kesaktian Arjuna palsu itu hanyalah Resi Mayangkara. Setelah berhadapan dengan Arjuna palsu itu, seketika Resi Mayangkara dapat pulih kembali dari sakitnya. Dalam cerita tersebut pengarang mengambil situasi dari cerita Banowati yang dibohongi Aswatama dalam cerita Mahabarata. Pengarang menggunakan tokoh Arjuna sebagai tokoh utama dalam cerita tersebut. Tokoh Arjuna digambarkan memiliki sifat baik hati, ksatriya, dan disukai banyak wanita. Hal tersebut dapat dilihat dari cara pengarang menggambarkan watak Arjuna secara langsung.
NAMA LAIN ANOMAN DAN AJI-AJINYA
Anoman atau Hanuman merupakan tokoh yang mempunyai nama lain dan ajji-aji yang mumpuni dalam wiracerita ramayanya yang menyerupai seekor kera, Anoman merupakan anak dari Bathara Guru dan Putri Anjani. dalam cerita ramayana dan maha barata di ceritakan anoman adalah mahkluk yang sakti dan mempunyai umur panjang dari jaman ramayana sampai memasuki masa madya.
Anoman merupakan seseosok manuasia yang menyerupai kera dan mempunyai banyak kesaktian. anoman di anugerahi cupumanik astagina yang merupaka anugerah untuk mempunyai umur yang panjang.
Dalam umur panjangya itu anoman diceritakan menikah sebanyak 3 kali yaitu dengan Dewi Purwati, putri Resi Purwapada dari pertapaan Andonsumawi, berputra Purwaganti. Pupuk Jarotasem Ngrawit, Gelung Minangkara, Kelat bahu Sigar Blibar, Kampuh/Kain Poleng berwarna hitam, merah dan putih, Gelang/Binggel Candramurti dan Ikat Pinggang Akar Mimang merupakan lambang kebesaran sari pakaian Anoman yang selalu ditampilkan.
Di jaman Wiracerita Ramayana dan Mahabarata Anoman mempunyai beberapa aji-aji yang sakti mandraguna aji-aji tersebut adalah :
1. Aji-aji Anoman dalam pewayangan
2. Aji-Aji Sepiangin (dari Bathara Bayu)
3. Aji- Aji Pameling (dari Bathara Wisnu)
4. Aji-Aji Mundri (dari Resi Subali).
Anoman merupakan sosok karakter wayang yang pemberani, mempunyai sopan santun, harga diri yang tinggi dan merupakan parajurit yang pemberani, lincah kuat dan pintar mengatur strategi yang maha hebat, selain itu sebenarnya Anoman mempunyai 6 nama dalam cerita Ramayana ataupun Mahabarata mempunyai nama lain Anoman dalam dunia pewayangan diantaranya adalah :
1. Anjaniputra (putra Dewi Anjani)
2. Bayudara (putra Bathara Bayu)
3. Bayusiwi, Guruputra (putra Bathara Guru)
4. Handayapati (mempunyai kekuatan yang sangat besar)
5. Yudawisma (panglima perang)
6. Haruta (angin)
7. Maruti
8. Palwagaseta (kera putih)
9. Prabancana
20. Ramandayapati (putra angkat Sri Rama)
11. Senggana (panglima perang)
12. Suwiyuswa (panjang usia)
13. Mayangkara (roh suci, gelar setelah menjadi pendeta di Kendalisada). Dalam cerita pewayangan anoman Moksa pertapaan Kendalisada
KISAH ANGKLINGDHARMA
Pada zaman dahulu, yang menjadi raja di kerajaan Mamenang adalah Prabu Jayabaya. Prabu Jayabaya memiliki tiga orang anak yang kesemuanya perempuan. Yang pertama bernama Dewi Pramesi, yang kedua bernama Dewi Sukesi, dan yang ketiga Dewi Sasanti. Kecantikan ketiga putri Prabu Jayabaya itu diketahui oleh seorang raja yang bernama Nirandha Kawaca. Nirandha Kawaca datang ke Memenang bersama pasukannya untuk melamar ketiga anak Prabu Jayabaya itu. Oleh Prabu Jayabaya, lamaran Nirandha Kawaca ditolak. Karna itu kerajaan diserang. Kebetulan ditengah hutan ada seorang petapa yang sangat sakti bernama Resi Mayangkara. Kepada Resi Mayangkara inilah Prabu Jayabaya datang meminta pertolongan. Resi Mayangkara menyuruh ketiga muridnya untuk membantu Prabu Jayabaya. Dan Prabu Jayabaya menawarkan pada murid Resi Mayangkara itu, jika berhasil maka akan dinikahkan dengan ketiga anaknya. Prabu Jayabaya senang musuhnya telah pergi. Dan dia segera menikahkan putrinya kepada ketiga pangeran itu. Ketiga pangeran ini kemudian membawa istri masing-masing pulang ke kerajaan Purusangkara. Malam ketiga setelah ketiga pangeran membawa istri-istrinya ke Kerajaan Purusangka, ada kejadian aneh. Ada cahaya yang masuk keperut Dewi Pramesti. Dan keesokan harinya, Dewi Pramesti membuncit petanda sedang hamil. Pangeran Pujasangkara tak percaya secepat itu istrinya hamil. Dia dengan berat hati memulangkan istrinya. Dan kedua adiknya ikut memulangkan istri-istrinya. Setelah hal itu, kerajaan Purusangkara diserang oleh Nirandha Kawaca dengan menggunakan banjir yang besar. Resi mayangkara kemudian mengabarkan tenggelamnya ketiga muridnya sekaligus kerajaan itu kepada Prabu Sri Aji Jayabaya. Dewi Pramesti yang mendengar berita itu sangat sedih. Tak lama kemudian, Dewi Pramesti yang sedang hamil itu meninggal dunia. Prabu Jayabaya sangat sedih melihat putrinya yang sedang hamil itu meninggal dan ia pergi bertapa untuk memohon pada dewa agar Dewi Pramesti dihidupkan lagi. Permintaannya itu pun dikabulkan, Dewi Pramesti kembali hidup. Dewi Prameti menangis melihat lenyapnya ayahnya yang telah mengorbankan nyawanya untuk menghidupkannya.
Namun, semua telah menjadi kehendak Mahakuasa. Dewi pramesti pun mengabulkan permintaan ayahnya yaitu ketika anaknya lahir laki-laki diberi nama Anglingdarma.
SANG ANOMAN MAYANGKORO
Njatiran Raden Anoman :
Sinigeg kang murweng kondho
Nunggil panggung sanes panggènan
Nunggil wancinipun
ingkang wonten pundi to puniko
ingkang wonten ing Pertapan : Argo Kendhalisodo.
Tinon saking Mandrowo putih memplak
Kados Kapuk dipun wusoni
Wewulune Praguso Seto
Praguso : Kethek Munyuk
Seto : putih, Raden Anoman si Kethek Putih.
Senajan to awujud Wanoro
Nanging Sanes wanoro brekasakan.
Wanoro Trahhing Kusumo Rembês sing Madu,
Tedhak ing Andono Warih,
Tetes sing Wiji Luhur.
Pandhito kang Gentur tapa.niro
Mantheng Pamujine
Wanoro Seto iku apeparab : Begawan Mayangkoro.
Yoo.. Raden Anoman,
Yoo.. Raden Senggono
Yoo... Raden Anjaniputro.
Pertapan ing Gunung Kendhalisodo
Kondhang papan ingkang Gawat kaliwat liwat
Wingid kêpati pati.
Jalmo moro jalmo mati
Sato moro sato mati
Kolo mongso ono Kukilo miber ngUngkuli pertapan ngriku
Nguwil luruh sakolo tanpo doyo
Kados dene Peksi keno Gandring.
Mego Mendhung nglayang sanduwuring pertapan
Sido miyak nganan ngering,
Luruh dados enDhok Amun amun.
Pertapan Kendhalisodo mapan ingkang Gunung Gundhul,
Lir re Gundhul hinggéh papan ingkang boten wonten teTuwuhan.né
Siti Abrit lebu mawur awur,
Gumuk Wadas pethaj pating plethak,
Dados papan sesingidanne khewan Gegremet tan kang mowo wiso
Sinigeg kang murwèng kondho
Naliko semono Begawan Mayangkoro
Arso miyos wonten samadyaning Taru pacrabakan Lenggah priyonggo
Solah pendanan niro :
hangipuk ipuk Bathuk,
Ngelus.elus Dhodho.niro
Nampèl.nampèl wentis.sé
Kukur kukur Mustoko nadyan ora Gatel
Gugut gugut tumo.
Ing madyaning dalu Radèn Anoman
Lenggah dhèwèkan tanpo rowang
Keno silir ré bayu semilir hangleléwo
Liyer.liyer karaos arip ing netro
Kagiat sapandurat katon kemlébating wewayangan ing petaman pertapan
Ngandiko salebeting wardoyo
Sopo siro jalmo kang kumowani nrasak pertapan tanpo subosito
Raden Anoman sigro malumpat trengginas
Sakedèp netro sampun praptèng ngPang Nogosari,
Dupi hamulat mangandhap
Katingal Wanodyo ayu kuru aking
Gelung rusak awor Kismo,
ingkang iga-iga keksi.
Rikma ning madhul-madhul
Kadi mBok Rondho Lanjar tangi Krinan