Pangeran Tawang Alun I
(Pangeran Kedawung Yang Terasingkan)
Kedawung adalah Negeri yang didirikan oleh Tampa Una, memiliki 5 (lima) orang anak , dari lima orang anak itu dua orang putra bernama :
1. Tawang Alun dan
2. Wila, dan tiga orang putri bernama :
3. Tunjungsari,
4. Melok,
5. Gringsing.
Setelah Tampa Una Meninggal, kedudukannya digantikan oleh Tawang Alun sebagai Pangeran Kedawung. Sedangkan Mas Wila diangkat sebagai Patihnya.
Setelah memerintah selama empat tahun, Tawang Alun mendengar isu yg kurang mengenakkan, isu yang berkembang dikalangan keraton bahwa sang adik Mas Wila menginginkan tahtanya. Maka kemudian isu itu ditanggapi oleh Tawang Alun dengan menyerahkan tahta kerajaan Kedawung ke adik kandungnya dan Tawang Alun sendiri memutuskan untuk pergi dari istana bersama 40 orang pengikut setianya, tentu setelah mendapat izin dari Wila adiknya yang sudah diangkat menjadi raja baru di Kedawung.
Tawang Alun dan rombongan mengembara dan mendirikan pemukiman baru di hutan Bayu, lereng Gunung Raung, pemukiman yang kemudian menjadi makmur dan penduduknya makin bertambah pesat sekitar 2000 orang lebih, belom terhitung anak anak. Tawang Alun sudah mendiami Bayu selama enam tahun, Mas Wila yang cemburu, marah karena semakin hari bertambah banyak jumlah penduduk Kedawung yg pindah ke Bayu. Mas Wila kemudian dengan mengutus 4000 pasukan dibawah sang Patih ( adik perempuannya ) menyerang Bayu, namun sial , dalam pertempuran itu Kedawung kalah, Tunjungsari sebagai Patih tewas bersama putra Mas Wila yg bernama Wilatruna. Kemudian disusul oleh sang Raja sendiri ikut tewas.
Dua tahun berselang, Kedawung mengangkat Dua saudari Tawang Alun bernama Melok sebagai Ratu dan Gringsing sebagai Patihnya, sementara Tawang Alun masih bertahan di Bayu.
Pada suatu hari Tawang Alun menyepi di Kaki Gung Raung hendak bersemadi, sesudah tujuh malam terdengar suara ghaib yang memberitahukan bahwa seekor Harimau / Macan putih akan membawanya ke hutan Sudimara tempat kerajaannya yang baru.
Tujuh hari Tawang Alun berjalan sebelum akhirnya bertemu dengan Harimau putih yang di dengarnya saat bersemadi, Diatas punggung Harimau putih Tawang Alun mencapai hutan Sudimara, di bantu penduduk sekitar Tawang Alun mendirikan istana kerajaan baru dan diberi nama istana Macan Putih !
Tawang Alun memiliki empat orang anak laki laki dari permaisuri Dewi Sumekar putri dari seorang Panglima perangnya yang bernama Arya Balater.
Empat orang anak Tawang Alun dari Dewi Sumekar adalah Macanapura, Sasranagara, Gajah Binarong dan yang terakhir bernama Kartanagara atau sering disebut sebagai Ketanagara
Tawang Alun juga memiliki anak dari istrinya yang kedua yaitu Pangeran Wilaludra, Wilatulis, Wilakrama, Wilaatmaja, Wiraguna, Wirayudha dan Wiradha.
Tawang Alun memiliki seorang Guru bernama Wangsakarya yang sangat sakti, di ceritakan dalam babad Tawang Alun bahwa pernah suatu hari ketika Tawang Alun dan rombongan diundang ke keraton Mataram oleh Senopati Raja Mataram, tepatnya dialun alun keraton mataram, Wangsakarya mengadu kesaktian dengan Pangeran Kadilangu yang seorang guru dari Sunan Mataram, dalam adu kesaktian itu, Pangeran Kadilangu menemui ajal ditangan Keris sakti yang bernama Si Gagak milik Wangsakarya.
Dalam insiden di alun alun keraton Mataram itu juga empat orang anak anak Tawang Alun yg ikut dalam rombongan juga menyatakan diri bahwa Ayahanda mereka tidak akan Sudi lagi tunduk terhadap kekuasaan Mataram, dalam bahasa Bali mereka menetapkan diri bahwa Blambangan adalah kerajaan yang berdaulat, pernyataan keras dari anak anak Tawang alun sontak membuat situasi Paseban agung keraton Mataram makin memanas!
Tujung orang panglima Blambangan mengamuk dengan mencabuti pohon pohon kelapa disekitar balai Paseban , semua yang hadir bubar menyelamatkan diri masing masing, Tawang Alun pulang ke Blambangan tanpa pamit ke Raja Mataram !!.
Sejak kejadian yang menghebohkan itu, hubungan antara Mataram dengan Blambangan telah putus.
Prabhu Tawang Alun wafat dalam usia yang sangat sepuh tahun 1691, selama menjadi raja Blambangan di istana Macan Putih, Negeri Blambangan mencapai puncak kejayaannya, hubungan bilateral dengan negeri lain juga terjalin baik, penduduk Blambangan hidup makmur, Sumber lain mengatakan bahwa wilayah Blambangan terbentang dari Lumajang hingga Bali.
Namun sayang seribu sayang, pasca wafatnya Tawang Alun, Blambangan dilanda perang saudara , perebutan tahta Blambangan antar keturunan Tawang Alun tidak terelakkan, hal ini dimanfaatkan oleh pihak pihak lain untuk bisa menguasai Blambangan.
Imajiner Nuswantoro



