WEJANGAN RAHASIA HIDAYAT JATI
Serat Hidayat Jati adalah sebuah karya sastra yang memuat ajaran spiritual dan filsafat Jawa, khususnya tentang makrifat, yang disusun oleh pujangga Ronggowarsita. Karya ini menggabungkan nilai-nilai ajaran Islam dengan tradisi kejawen, serta berisi pelajaran tentang hubungan spiritual manusia dengan Tuhan, moralitas, dan hakikat penciptaan.
Kandungan dan Ajaran
- Ilmu Kesempurnaan.
Berisi ajaran-ajaran seperti Manunggaling Kawula-Gusti (bersatunya hamba dan Tuhan) dan Sangkan Paraning Dumadi (asal-usul dan tujuan hidup).
- Yasawuf dan Ma'rifat
Menjelaskan konsep ma'rifat (pengetahuan mendalam tentang Tuhan) dan tujuh tingkatan penghayatan gaib yang mengarah pada manunggal dengan Tuhan.
- Tujuh Tingkat Penghayatan Gaib
Setiap tingkatan dijelaskan secara berurutan, meliputi alam ruhiyah, siriyahi, nuriyah, dan uluhiyah.
- Ajaran Rahasia
Beberapa ajaran dalam serat ini dianggap rahasia dan lebih baik dipelajari melalui bimbingan seorang guru atau mursyid yang mumpuni.
Sumber dan Penulis
- Penulis: Raden Ngabehi Ronggowarsito, seorang pujangga terkenal dari Surakarta.
- Sumber Ajaran: Mengambil banyak pengaruh dari sumber ajaran Islam (Al-Qur'an, Hadis, Ijma, Qiyas) dan dipadukan dengan tradisi Kejawen.
Serat Wirid Hidayat Jati (Raden Mas Ngabehi Ronggowarsito)
Buku (kitab) Serat Wirid Hidayat Jati adalah buku yang ditulis oleh Raden Mas Ngabehi. Ronggo Warsito (Kiyahi Ageng Burhan).
Pada pembukaan (Kata Pengantar) buku tersebut, tertulis nama Raja Solo, Pangeran R. Soewono Sosro Mangkoe Negoro Sambernyowo (Gerak III). Jadi mungkin Ronggo Warsito menulis buku tersebut atas perintah Ingkang Sinuhun atau menulis buku tersebut untuk dipersembahkan kepada Beliau. Berikut adalah kata pengantar dalam buku tersebut :
"Bahosi Kawungan : Sintento ingkang kerso maos serat puniko, menawi dereng tampi wedaran saking Murtito Mawaskito Tunggal, ing panyuwun kulo mugi kersoho nahan adrenging kerso kanti sumeleh ing penggalih. Sampun ngantos kawahos. Inggih namung bongso wirid, nanging dateng poro ingkang dereng angsal katerangan saking 'guru' tamtu lajeng kathah gesehipun. Akaryo dateng ing paduko, awit lajeng ing batos wonten panacat. Ingkang nyacat rugi, ingkang kacacat rugi tamtu. Kulo ingkang gadah serat puniko : Pangeran R. Soewono Sosro Mangkoe Negoro Sambernyowo (Gerak III)."
Terjemahannya :
"Menjadi Perhatian, : Barang siapa mau membaca buku ini, jika belum mendapat keterangan dari Murtito Mawaskito Tunggal (guru, cerdik pandai, ulama'), maka permintaan saya kiranya sudilah menahan kehendak tersebut dengan sabar. Jangan sampai membaca (buku ini). Walaupun hanya bangsa wirid, tetapi bagi pihak yang belum mendapat keterangan dari 'guru' tentu akan banyak salah pahamnya. Yang kemudian akan membawa pada kemarahan. Sebab dalam hati akan mecela. Yang mencela akan rugi, yang dicela juga rugi tentunya. Saya yang empunya buku ini : Pangeran Raden Soewono Sosro Mangkoe Negoro Sambernyowo III."
Serat Wirid Hidayat Jati
Berikut beberapa cuplikan dalam buku tersebut yang kami anggap bisa mewakili sebagian besar isi buku tersebut :
"Puniko babarang wirid ingkang mawi murat soho mangsud pisan,ngiras minongko bebukaning hikayat ingkang dados bebukaning pitedah dunungipun ngelmu makripat. Sedoyo wiyosipun kantuk saking dalil, hadis, ijma' , lakiyat (Mungkin maksudnya : Kiyas). Dalil nedahaken pangandikanipun Allah, Hadis nedahaken piwulangipun Rasulullah, Ijma' ngempalaken wejanganipun poro wali, Kiyas mencaraken wewarahipun poro pandito".
Terjemahan :
"Ini adalah pelajaran (ilmu) wirid yang menjadi bekal serta sekalian maksudnya, sebagai pembuka Hikayat, yang menjadi pembuka petunjuk untuk memahami ilmu makrifat. Semua keterangan berasal dari dalil, hadist, ijma dan qiyas. Dalil maksudnya penjelasan tentang firman Allah. Hadis berisi tentang ajaran / keteladanan Rasulullah. Ij'ma adalah kumpulan wejangan para wali. Qiyas adalah penyebaran ajaran para pandhita / ulama. "
Dalil (Wejangan) Sapisan : Ananing Dat
"Sajatine ora ana apa-apa awit duk maksih awang-uwung durung ana sawiji-wiji, kang ana dhingin iku Ingsun, Ora ono Pangeran ananging Ingsun. Sajatine Dat Kang Maha Suci anglimputi ing sipat- Ingsun, amrandani ing asma lan apngal (af'al) Ingsun."
Dalil / Pelajaran ke-1 : Adanya Dzat.
"Sesungguhnya tidak ada apa pun ketika masih sunyi hampa belum ada sesuatu, yang awal adanya adalah AKU, Tiada Tuhan kecuali Aku, sesungguhnya yang Maha Suci meliputi sifat-KU, menyertai dan menandai perbuatan-KU)."
Dalam wejangan diatas menekankan bahwa Sang AKU (Tuhan - Dzat Mutlak) bersifat Qodim (Maha awal tanpa ada awalnya) serta menyatakan kesucian-Nya yang meliputi segala sifat-Nya, nama -Nya dan juga menandai (mewujud-nyata) dalam perbuatan-Nya.
Dalil (Wejangan) kapindo : Wahananing Dat
"Sajatine Ingsun Dzat kang murba misesa nitahake sawiji-wiji, dadi podo sanalika, sampurna saka kodrat Ingsun, ing kanyatan, pratandhane apngal Ingsun minangka bebukaniro Dzat Ingsun, kang dhingin Ingsun anitahake Kayu aran Sajaratul Yakin tumuwuh ing sajroning alam Adam-Makdum Ajali Abadi. Nuli Cahya aran Nur Muhammad, nuli Kaca aran Mirhatul-Kayai, nuli Nyawa aran Roh Ilampi, nuli Damar (lampu) aran Kandil, nuli Sesotya (berlian) aran Da-rah, nuli Dhindhing Jalal aran Kijab. kang minangka wahananing Dzat-Ingsun."
Dalil / Pelajaran ke-2 : Wahana Dzat
"Sesungguhnya AKU (Allah) adalah Dzat yang maha kuasa menciptakan segala sesuatu, jadi seketika, sempurna berasal karena kuasa-KU (Allah), menjadi nyata tanda perbuatan-KU, yang sebagai pembuka (akan pengenalan) Dzat-KU. Yang pertama AKU menciptakan Kayu bernama Sajaratul Yakin tumbuh di dalam alam Adam Makdum Ajalai Abadi (alam yang sejak jaman azali /dahulu dan kekal adanya). Kemudian Cahya bernama Nur Muhammad (Cahaya Yang Terpuji), berikutnya Cermin bernama Mir’atul Hayai, selanjutnya Nyawa bernama Roh Idhofi, lalu Lentera / Lampu bernama Kandil, lalu Permata bernama Da-rah, lalu dinding agung bernama Hijab yang merupakan wahana Dzat-KU (Allah)."
Dalam wejangan kedua ini diterangkan kemaha-kuasaan Sang AKU (Allah). Sekaligus diterangkan tingkat-tingkat 'pengungkapan / penyingkapan' Dzat-Nya supaya dikenali, melalui af'al-Nya dalam penciptaan.
- Pertama diciptakanNyalah Kayu Sajaratul Yakin yang hidup dalam alam keabadian. Hakekatnya ini adalah bukan penciptaan dalam arti harfiah namun lebih kepada pengungkapan Dzat-Nya untuk dikenali sebagai Sang Hidup. Kayu atau Hayu adalah Hidup atau Urip. Yaitu sebagai Dzat Yang Hidup Berdiri Sendiri. Sedang sifat-Nya belumlah bisa disifati dengan segala macam (bahasa) sifat. Disinilah alam sonya-ruri, awang-uwung, tan kinaya ngapa, laisa kamitslihi syai'un.
- Kedua diciptakan Cahaya yang diberi nama Nur Muhammad atau Cahaya Yang Terpuji. Menurut beberapa ahli, Nur Muhammad ini merupakan 'bibit' (wiji) alam semesta. Nur Muhammad berarti Cahaya Yang Terpuji, yang hakekatnya adalah Cahaya Keindahan-Nya sendiri.
- Ketiga Allah menciptakan Cermin bernama Miratulkhayai (Cermin Malu), dimana ada sebagian ahli yang mengatakan bahwa setelah diciptakannya Cermin ini, Nur Muhammad akhirnya mengenali dirinya.
- Keempat diciptakan Nyawa yang diberi nama Roh Idhofi.
- Kelima diciptakan Lentera yang diberi nama Kandil.
- Keenam diciptakan Permata diberi nama Darah.
- Ketujuh diciptakan dinding agung yang disebut hijab. Hijab adalah pembatas. Namun hakekatnya bukan pembatas tetapi 'penyambung' antara yang dihijab dan Yang Menghijab.
Dalil (Wejangan) keping Telu : Kahananing Dat
"Sajatine Ingsun kang nitahake Adam asal saka anasir patang prakara, bumi, geni, angin, banyu. Iku dadi kawujudaning sipat Ingsun, ing kono Ingsun panjang ngelmu daroh, limang prakoro : Nur, Roso, Roh, Napsu, lan Budi. Iya iku minangka kawarnaning wajah Ingsun Kang Maha Suci."
Dalil / Pelajaran ke-3 : Keadaan Dzat
"Sesungguhnya AKU yang menciptakan Adam berasal dari empat perkara, bumi, api, angin, air. Itu sebagai perwujudan sifat-KU, di sana AKU tempatkan ilmu daroh lima perkara : nur, rahsa, roh, nafsu, budi. Itulah sebagai gambaran-citra wajah-KU Yang Maha Suci".
Dalam pelajaran ini diterangkan bahwa manusia (jasmaninya) diciptakan berasal dari empat unsur alam semesta (bumi, angin /udara, api dan air.) yang masing-masing unsur mempengaruhi (membawa bawaan) dorongan nafsu manusia.
Setelah empat unsur alam terbentuk dalam tubuh manusia, kemudian Allah menempatkan pula lima hal sebagai gambaran wajah- Nya yaitu nur, rahsa, roh, nafsu dan budi.
- Nur, merupakan terangnya cahya, jika 'menyambung' kembali kepada Dzat Yang Maha Suci dapat menerangi manusia dalam mengenal-Nya dan menjalankan peran sebagai hamba dan wakil-Nya di bumi.
- Rahsa, roso jati, adalah kesadaran 'ar-ruh min-Ruhi', kesadaran manusia yang hakiki, al-bashiroh manusia.
- Roh, nyawa, sukma yang dalam jasad mempunyai tali petanda berupa nafas.
- Nafsu, kekuatan nafsu menumbuhkan kekuatan kehendan, karep.
- Budi, menumbuhkan daya pikir dan cipta .
- Dalil (Wejangan) kaping Papat : Pambukaning Tata Malige (Mahligai)
Ayat Kapisan : Ing Dalem Betal Makmur:
"sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmakmur, iku omah sakjroning kerameyan-Ingsun, jumeneng ana sirahing Adam. Kang ana sajroning sirah iku utek, kang ana antaraning utek iku manik, sajroning manik iku budi, sajroning budi iku napsu, sajroning napsu iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun, ora ana Pangeran anging Ingsn, dat kang nglimputi ing kaanan jati."
Dalil / Pelajaran keempat : Pembukaan Tahta Mahligai
Ayat Pertama :
"Sesungguhnya AKU bertahta dalam baitulmakmur, itu rumah tempat pesta-KU, berdiri di dalam kepala Adam. Yang pertama dalam kepala itu otak, yang ada di antara otak itu manik di dalam manik itu budi, di dalam budi itu nafsu, di dalam nafsu itu suksma, di dalam suksma itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU, tidak ada Tuhan selain hanya AKU, dzat yang meliputi keberadaan yang sejati / sesungguhnya"
Ayat Kapindo : Pambuka tata malige ing dalem betalmukarram
"sajatine Ingsun anata malige sajroning betalmukarram, iku omah enggoning lala-rangan Ingsun, jumeneng ana ing dhadhaningg adam. Kang ana sajroning dhadha iku ati, kang ana antaraning ati iku jantung, sajroning jantung iku budi, sakjroning budi iku jinem , yaiku angen-angen, sajroning angen-angen iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun. Ora ana pangeran anging Ingsun dat kang anglimputi ing kahanan jati"
Ayat kedua : Pembuka tahta dalam Baitul mukarram :
"Sesungguhnya AKU bertahta dalam baitulmukarram, itu rumah tempat larangan-KU, berdiri di dalam dada Adam. Yang ada di dalam dada itu hati, yang ada di antara hati itu jantung, dalam jantung itu budi, dalam budi itu jinem, yaitu angan-2, dalam angan- 2 itu suksma, dalam suksma itu rahsa, dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan kecuali hanya AKU dzat yang meliputi keberadaan yang sejati / sesungguhnya."
Ayat Katelu : Pambuka Tata Malige Ing Dalem Betalmukadas
"sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmukadas, iku omah enggoning pasucenIngsun, jumeneng ana ing kontholing adam. Kang ana sajroning konthol iku prinsilan, kang ana ing antaraning pringsilan ikku nutpah, yaiku mani, sa-jroning mani iku madi, sajroning madi iku wadi, sajroning wadi iku manikem, sajroning manikem iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun. Ora ana pangeran anging Ingsun dat kang anglimputi ing kaanan jati, jumeneng sajroning nukat gaib, tumurun dadi johar awal, ing kono wahananing alam akadiyat, wahdat, wakidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insan kamil, dadining manungsa sampurna yaiku sajatining sipat Ingsun."
Ayat Ketiga : Pembuka tahta dalam baitulmuqaddas :
"Sesungguhnya AKU bertahta di dalam baitul muqaddas, itu rumah tempat kesucian- KU, berdiri di alat kelamin Adam. Yang ada di dalam alat kelamin itu buah pelir (pringsilan), di antara pelir itu nutfah yaitu mani, di dalam mani itu madi, di dalam madi itu wadi, di dalam wadi itu manikem, di dalam manikem itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan kecuali AKU dzat yang meliputi keberadaan sejati /sesungguhnya. Berdiri di dalam nukat gaib, turun menjadi johar awal, di situ keberadaan alam ahadiyat, wahdat, wahidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insane kamil, jadinya manusia sempurna yaitu sejatinya sifat-KU."
Di sini juga disebutkan hal yang penting bahwa manusia sempurna (al -nsan kamil) adalah sebagai perwujudan sifat-NYA (gambar citra-Nya) dan terbentuk melalui tujuh tahapan alam yang dilaluinya, biasa dikenal dengan istilah martabat pitu atau martabat tujuh yaitu :
- Pertama alam ahadiyah
- Kedua alam wahdat
- Ketiga alam wahidiyah
- Keempat alam arwah
- Kelima alam misal
- Keenam alam ajsam
- Ketujuh insan kamil (manusia sempurna)
Pada wejangan keempat ini, ketiga-tiga ayatnya menegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain AKU (Allah), dzat yang meliputi keberadaan sesungguhnya (kahanan jati=keadaan sejati). Mengapa itu perlu ditegaskan, karena untuk menghindari salah pengertian bagi mereka yang telah mendapatkan wejangan ini, jangan sampai karena merasa bahwa AKU (Allah) 'bertahta' di kepala dan di dada manusia, lalu manusia tersebut mengaku dirinya sebagai Tuhan, atau menjadi bagian dari Tuhan. Jika itu yang terjadi, maka manusia tsb. telah jauh tersesat. Ingat, bahwa semua wejangan tersebut adalah dalam makna kiasan semata. Ini tafsir pribadi kami.Intinya adalah bahwa Sang AKU MUTLAK (Allah Swt) adalah amat dekat dengan manusia, bahkan lebih dekat dari pada urat leher si manusia itu sendiri.
Dalil (Wejangan) Kaping Limo : Panetep Santosaning Iman
"Ingsun anekseni satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun lan anekseni Ingsun satuhune Muhammad iku utusan Ingsun"
Dalil / Pelajaran Kelima : Penetapan Iman Sentosa :
"AKU menyaksikan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali hanya AKU dan AKU menyaksikan sesungguhnya Muhammad itu adalah utusan-KU"
Dalam nasehat ini Allah menyatakan kesaksianNya yang ditujukan kepada makhluk ciptaanNya, bahwa tidak ada Tuhan lain kecuali hanya Dia semata, dan Muhammad adalah benar-benar rasul atau utusanNya.
Dalil (Wejangan) kaping Nem : Sasahidan
"Ingsun anekseni ing Dzat Ingsun dhewe, satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun, lan anekseni Ingsun satuhune Muhammad iku utusan Ingsun. Iya sejatine kan aran Allah iku badan Ingsun, rasul iku rahsa-Ningsun, Muhammad iku Cahaya-Ningsun. Iya Ingsun kang urip tan kena ing pati, iya Ingsun kang eling tan kena ing lali, iya Ingsun kang langgeng ora kena owah gingsir ing kaanan jati, iya Ing-sun kang waskitha, ora kasamaran ing sawiji- wiji. Iya Ingsun kang amurba ami-sesa, kang kawasa wicaksana ora kekurangan ing pakerthi, byar sampurna padhang terawangan, ora karasa apa-apa, ora ana katon apa-apa, amung Ingsun kang anglimputi ing alam kabeh kalawan kodratIngsun"
Dalil / Pelajaran Keenam : Sahadat / kesaksian
"AKU menyaksikan pada DzatKU sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali AKU, dan menyaksikan AKU sesungguhnya Muhammad itu utusan-KU. Sesungguhnya yang bernama Allah itu badan-KU (mungkin maksudnya : Nama-Nya), rasul itu rahsa-KU, Muhammad itu cahaya-KU. AKU lah Yang Hidup tidak terkena kematian, AKU lah yang Ingat tidak terkena lupa, AKU lah Yang Kekal tidak berubah dalam keberadaan yang sesungguhnya, AKU lah waskita, tidak ada tersamar pada sesuatu pun. AKU lah yang Berkuasa Berkehendak, Yang Kuasa Bijaksana tidak kurang dalam tindakan, Terang Sempurna jelas terlihat, tidak terasa apa pun, tidak kelihatan apa pun, kecuali hanya AKU yang meliputi alam semua dengan kuasa (kodrat)- KU."
Wejangan ini adalah wejangan penutup, yang merupakan Penyaksian Dzat (Allah) terhadap Diri-Nya sendiri dan terhadap Muhammad, utusan-nya, rahasia-Nya, Cahaya-Nya dan juga terhadap sifat-sifat kesempurnaan-Nya.
Perlu kami tegaskan lagi bahwa apa-apa yang kami tulis pada postingan ini adalah hanya sebagaian saja (cuplikan) dari buku Wirid Hidayat Jati. Kami berusaha memberikan terjemahan dalam bahasa Indonesia dan berusaha memberi sedikit penafsiran sesuai dengan keterbatasan kepahaman kami pribadi.
Sebagai penutup tulisan ini, mari kita mencoba menghayaiti Firman Allah dalam Qur'an Surah ke-20 Thaahaa : ayat 14, yang artinya demikian : "Sesungguhnya AKU ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain AKU, maka sembahlah AKU dan dirikanlah shalat untuk mengingat-KU".
Demikian yg bisa kami sampaikan dalam pembahasan kali ini,mohon untk para senior dan sesepuh berkenan untk mengoreksi dan menambahkan jika ada kekeliruan dan kekurangan dalam postingan kami ini. Dan untk para sahabat jejak masa lampau mohon membaca kajian ini dengan hati yang sumeleh tanpa dibumbui rasa tidak suka atau sentimen agama/keyakinan.Tulisan ini semata mata hanya untk mengingat tentang pandangan dari Raden Ngabei Rangga Warsita semata.
Madep, mantep, sowan ing ngarsaning Gusti.
Salam rahajoe, mardhika jiwa lan raga
Ing ngisor iki nêrangake nalika jaman awale nagara ing Dêmak. Para Wali kang karsa mêdharake wêwêjanganing ngelmu makripat, kehe mung Wolu, pratelane kaya ing ngisor ini :
(Dibawah ini menjelaskan saat jaman awal Negara Demak. Para Wali yang berkenan mewedarkan wejangan ilmu Makrifat, hanya ada Delapan orang, mereka adalah sebagai berikut :)
1. Susuhunan ing Giri Kadhaton, mungguh kang diwêjangake, iya iku WISIKAN ANANING DZAT
(Susuhunan ing Giri Kadhaton/Sunan Giri Kedhaton atau Sunan Giri Pertama, mewedarkan wejangan BISIKAN RAHASIA ADANYA DZAT)
2. Susuhunan ing Tandhês, mungguh kang diwêjangake, iya iku WĒDHARAN WAHANANING DZAT
(Susuhunan ing Tandhes/Sunan Tandhes, mewedarkan wejangan PENJABARAN PERWUJUDAN DZAT)
3. Susuhunan ing Majagung, mungguh kang diwêjangake, iya iku GĒLARAN KAHANANING DZAT
(Susuhunan ing Majagung/Sunan Majagung atau sekarang dikenal dengan Sunan Bejagung, mewedarkan wejangan PENGGELARAN KEBERADAAN DZAT)
4. Susuhunan ing Benang, mungguh kang diwêjangake, iya iku PAMBUKANING TAHTA MALIGE ING DALĒM BETALMAKMUR
(Susuhunan ing Benang/Sunan Benang sekarang dikenal dengan nama Sunan Bonang, mewedarkan wejangan AWAL MULA PENCIPTAAN TAHTA MAHLIGAI DIDALAM BAITUL MAKMUR ~ BAIT : RUMAH, MAKMUR : YANG RAMAI)
5. Susuhunan ing Muryapada, mungguh kang diwêjangake, iya iku PAMBUKANING TAHTA MALIGE ING DALĒM BETALMUKARAM
(Susuhunan ing Muryapada/Sunan Muryapada sekarang terkenal dengan nama Sunan Muria, mewedarkan wejangan AWAL MULA PENCIPTAAN TAHTA MAHLIGAI DIDALAM BAITUL MUHARRAM ~ BAIT : RUMAH, MUHARRAM : LARANGAN)
6. Susuhunan ing Kalinyamat, mungguh kang diwêjangake, iya iku PAMBUKANING TAHTA MALIGE ING DALEM BETALMUKADAS
(Susuhunan ing Kalinyamat/Sunan Kalinyamat mewedarkan wejangan AWAL MULA PENCIPTAAN TAHTA MAHLIGAI DIDALAM BAITUL MUKHADDAS ~ BAIT : RUMAH, MUKHADDAS : YANG BERSIH)
7. Susuhunan ing Gunungjati, mungguh kang diwêjangake, iya iku PANĒTĒP SANTOSANING IMAN
(Susuhunan ing Gunungjati/Sunan Gunungjati mewedarkan wejangan TETAPNYA DAN ABADINYA KEYAKINAN)
8. Susuhunan ing Kajênar, mungguh kang diwêjangake, iya iku SASAHIDAN
(Susuhunan ing Kajenar/Sunan Kajenar atau sekarang lebih dikenal dengan Syeh Siti Jenar mewedarkan wejangan KESAKSIAN SEJATI)
Dene saangkatan maneh, iya iku kang kapindho, nalika akhire nagara Dêmak, tumeka awale ing nagara Pajang, iya ana para Wali kang padha karsa mêdharake surasane ngelmu makripat, anane iya among Wolu, mungguh katrangane kaya ing ngisor iki :
(Sedangkan seangkatan lagi, yaitu untuk kedua kalinya, diwejangkan pada akhir negara Demak, menjelang awal berdirinya negara Pajang. Ada Delapan Wali yang berkenan mewejangkan intisari ilmu makripat, mereka-mereka adalah sebagai berikut :)
1. Susuhunan ing Giri Parapen, mungguh kang diwêjangake, iya iku WISIKAN ANANING DZAT
(Susuhunan ing Giri Parapen/Sunan Prapen atau Sunan Giri Keempat, mewedarkan wejangan BISIKAN RAHASIA ADANYA DZAT.)
2. Susuhunan ing Darajat, mungguh kang diwêjangake, iya iku WĒDHARAN WAHANANING DZAT
(Susuhunan ing Darajat/Sunan Darajat, sekarang lebih dikenal dengan Sunan Drajat, mewedarkan wejangan PENJABARAN PERWUJUDAN DZAT)
3. Susuhunan ing Atasangin, mungguh kang diwêjangake, iya iku GĒLARAN KAHANANING DZAT
(Susuhunan ing Atasangin/Sunan Atasangin, wali dari Jawa Barat, mewedarkan wejangan PENGGELARAN KEBERADAAN DZAT)
4. Susuhunan ing Kalijaga, mungguh kang diwêjangake, iya iku PAMBUKANING TAHTA MALIGE ING DALĒM BETALMAKMUR
(Susuhunan ing Kalijaga/Sunan Kalijaga, mewedarkan wejangan AWAL MULA PENCIPTAAN TAHTA MAHLIGAI DIDALAM BAITUL MAKMUR ~ BAIT : RUMAH, MAKMUR : YANG RAMAI)
5. Susuhunan ing Têmbayat, dhek samana wis rinilan dening guru Susuhunan ing Kalijaga, amiridake ing wêwêjangan PAMBUKANING TAHTA MAHLIGAI ING DALĒM BAITAL MUHARRAM
(Susuhunan ing Tembayat/Sunan Tembayat, setelah mendapat ijin dari gurunya Sunan Kalijaga, mewedarkan wejangan AWAL MULA PENCIPTAAN TAHTA MAHLIGAI DIDALAM BAITUL MUHARRAM ~ BAIT : RUMAH, MUHARRAM : LARANGAN)
6. Susuhunan ing Padusan, mungguh kang diwêjangake, iya iku PAMBUKANING TAHTA MALIGE ING DALEM BETALMUKADAS
(Susuhunan ing Padusan/Sunan Padusan, wali berasal dari Madura, mewedarkan wejangan AWAL MULA PENCIPTAAN TAHTA MAHLIGAI DIDALAM BAITUL MUKHADDAS ~ BAIT : RUMAH, MUKHADDAS : YANG BERSIH)
7. Susuhunan ing Kudus, mungguh kang diwêjangake, iya iku PANĒTĒP SANTOSANING IMAN
(Susuhunan ing Kudus/Sunan Kudus mewedarkan wejangan TETAPNYA DAN ABADINYA KEYAKINAN)
8. Susuhunan ing Gêsêng, mungguh kang diwêjangake, iya iku SASAHIDAN
(Susuhunan ing Geseng/Sunan Geseng mewedarkan wejangan KESAKSIAN SEJATI)
Dene wêwêjangan kang wis kasêbut ing dhuwur kabeh mau, saka surasane iya nunggal misah bae. Amarga padha wêwiridan saka wêwêjangane Kangjêng Susuhunan ing Ngampeldhênta. Sanadyan pangkat-pangkat panggonane, ananging isih tunggal sagolongan, têgêse mung minongka gêlaran babaran bae, supaya bisa tumangkar pakartine dhewe-dhewe, awit rêrimbagane kawruh kasampurnan iku, Manawa dhasar bisa nangkarake, pratandha wasis ing Budi.
(Semua wejangan yang sudah disebut diatas, sesungguhnya intinya sama. Sebab semua bersumber dari wejangan rahasia dari Kangjeng Susuhunan ing Ngampeldhenta/Sunan Ampel. Walaupun dijabarkan dalam berbagai tingkatan, sesungguhnya semua merupakan satu kesatuan utuh. Jelasnya sengaja dipisah-pisah hanya untuk sekedar mempermudah pemahaman saja. Agar yang mempelajari bisa mencari sendiri inti sari wejangan yang sudah dipecah-pecahkan ini. Sebab pengasah tajamnya Kesadaran saat mempelajari ilmu kesempurnaan, manakala bisa mencari inti sari wejangan, berarti sudah terasah tajam Kesadaran yang mempelajari.)
Sajatine ora ana apa-apa awit duk maksih awang-uwung durung ana sawiji-wiji, kang ana dhingin Ingsun, Ora ana Pangeran kajaba Ingsun. Sajatine Dat Kang Maha Suci anglimputi ing sipatIngsun, anartani ing asmanIngsun, amratandhani ing apngalIngsun.
(Sesungguhnya tidak ada apa-apa, sebab manakala masih kosong belumlah ada sesuatupun juga, yang ada dahulu itu AKU, Tidak ada Tuhan selain AKU. Sesungguhnya Dzat Yang Maha Suci meliputi sifat-sifat-Ku, menyertai nama-nama-Ku dan menandai af’al-af’al-Ku)
Sajatine Ingsun Dat Kang Amurba Amisesa kang kawasa anitahake sawiji-wiji, dadi padha sanalika, sampurna saka kodrat Ingsun, ing kono wus kanyatan pratandhaning apngalIngsun kang minangka bêbukaning iradatIngsun. Kang dhingin Ingsun anitahake Kayu aran Sajaratulyakin tumuwuh ing sajroning alam Ngadammakdum Ajali Abadi. Nuli Cahya aran Nur Muhammad, nuli Kaca aran Mirhatulkayai, nuli Nyawa aran Roh Ilapi, nuli Damar aran Kandil, nuli Sêsotya aran Darah, nuli Dhindhing Jalal aran Kijab. Iku kang minangka warananing KalaratIngsun.
(Sesungguhnya AKU adalah Dzat Yang Berkuasa dan Berwenang, yang mampu menciptakan segala sesuatu, tercipta dengan seketika, sempurna melalui Kodrat-Ku. Dalam segala penciptaan-Ku telah nyata tanda-tanda dari af’al-Ku yang merupakan pintu Iradat-Ku. Mula pertama AKU menciptakan Kayu (Hayyu) bernama Sajaratulyakin/Syajaratulyaqin (Syajarah : Pohon, Yaqin : Keyakinan) tumbuh didalam alam Ngadammakdum Ajali Abadi/Adam Ma’dum Azzali Abadi. Lantas Cahaya bernama Nur Muhammad (Nur : Cahaya, Muhammad : Terpuji), lantas Cermin bernama Miratulkayai/Mir’atul Haya’ (Mir’ah : Cermin, Haya’ : Malu), lantas Nyawa/Suksma bernama Roh Ilapi/Ruh Idhafi (Ruh yang menguatkan), lantas Pelita bernama Kandil, lantas Cahaya beraneka warna bernama Darah, lantas Dhindhing Jalal (Dhindhing : Tembok, Jalal : Agung) bernama Kijab/Hijab. Semua itu adalah penghalang bagi Kalarat-Ku.)
Sajatine manungsa iku rahsanIngsun lan Ingsun iku rahsaning manungsa, karana Ingsun anitahake Adam asal saka anasir patang prakara, Bumi, Gêni, Angin, Banyu. Iku kang dadi kawujudaning sipat Ingsun, ing kono Ingsun panjingi Mudah limang prakara, Nur, Rahsa, Roh, Napsu, Budi. Iya iku minangka warananing Wajah Ingsun Kang Maha Suci.
(Sesungguhnya manusia itu adalah Rahsa (Rasa Sejati/Inti Rasa)-Ku dan AKU ini adalah Rahsa manusia, sebab AKU menciptakan Adam berasal dari unsur empat macam, Bumi, Api, Angin dan Air. Itulah yang menjadi perwujudan sifat-Ku. Disana AKU liputi Mudah lima macam, Nur, Rahsa (Rasa Sejati), Roh, Nafs dan Budi (Kesadaran). Semua itu adalah penghalang Wajah-Ku Yang Maha Suci)
Sajatine Ingsun anata malige ana sajroning Betalmakmur, iku omah ênggoning parameyanIngsun. Jumênêng ana sirahing Adam. Kang ana sajroning Sirah iku Dimak, yaiku Utêk, kang ana antaraning Utêk iku manik, sajroning Manik iku Budi, sajroning Budi iku Napsu, sajroning Napsu iku Suksma, sajroning Suksma iku Rahsa, sajroning Rahsa iku Ingsun. Ora ana Pangeran anging Ingsn, Dat Kang Anglimputi ing kaanan jati.
(Sesungguhnya AKU menata mahligai didalam Betalmakmur/Bait Al-Ma’mur, disanalah rumah keramaian-Ku. Berada didalam Kepala Adam. Yang ada didalam Kepala adalah Dimak/Dimaq, yaitu Otak, yang ada diantara Otak adalah Manik, didalam Manik adalah Budi, didalam Budi adalah Nafs, didalam Nafs adalah Suksma, didalam Suksma adalah Rahsa, didalam Rahsa adalah AKU, tiada Tuhan kecuali AKU, Dzat Yang Menyelimuti kondisi kesejatian)
Sajatine Ingsun anata malige sajroning Betalmukarram, iku omah ênggoning lalaranganIngsun, jumênêng ana ing Dhadhaningg Adam. Kang ana sajroning Dhadha iku Ati, kang ana antaraning Ati iku Jantung, sajroning Jantung iku Budi, sajroning Budi iku Jinêm , yaiku Angen-angen, sajroning Angen-angen iku Suksma, sajroning Suksma iku Rahsa, sajroning Rahsa iku Ingsun. Ora ana Pangeran anging Ingsun. Dat Kang Anglimputi ing kaanan jati
(Sesungguhnya AKU menata mahligai didalam Betalmukaram/Bait Al-Muharram, disanalah rumah larangan-Ku, berada didalam Dada Adam. Yang ada didalam Dada adalah Hati, diantara Hati adalah Jantung, didalam Jantung adalah Budi, didalam Budi adalah Jinem, yaitu Angan-angan, didalam Angan-angan adalah Suksma, didalam Suksma adalah Rahsa, didalam Rahsa adalah AKU. Tidak ada Tuhan kecuali AKU, Dzat Yang Menyelimuti kondisi kesejatian)
Sajatine Ingsun anata malige ana sajroning Betalmukadas, iku omah ênggoning pasucenIngsun, jumênêng ana ing Kontholing Adam. Kang ana sajroning Konthol iku Pringsilan, kang ana ing antaraning Pringsilan iku Nutpah, yaiku Mani, sajroning Mani iku Madi, sajroning Madi iku Wadi, sajroning Wadi iku Manikêm, sajroning Manikêm iku Rahsa, sajroning Rahsa iku Ingsun. Ora ana Pangeran anging Ingsun Dat Kang Anglimputi ing kaanan jati. Jumênêng sajroning Nukat Gaib, tumurun dadi Johar awal, ing kono wahananing alam Akadiyat, Wahdat, Wakidiyat, alam Arwah, alam Misal, alam Ajsam, alam Insan kamil. Dadining manungsa sampurna yaiku sajatining sipatIngsun.
(Sesungguhnya AKU menata mahligai didalam Betalmukadas/Bait Al-Mukhaddas, disanalah rumah tempat pensucian-Ku, berada didalam Konthol/Penis Adam. Yang ada didalam Konthol adalah Pringsilan (Tes-Tis), yang ada diantara Pringsilan adalah Nutpah/Nutfah, yaitu Air Mani, didalam Air Mani adalah Madi/Madzi, didalam Madi adalah Wadi, didalam Wadi adalah Maningkem, didalam Maningkem adalah Rahsa, didalam Rahsa adalah AKU. Tidak ada Tuhan kecuali AKU. Dzat Yang Meliputi kondisi kesejatian. Berdiam didalam Nukat Gaib, turun menjadi Johar Awal/Jauhar Awwal, disana terkandung alam Akadiyat/Akhadiyah, Wahdat, Wakidiyat/Wakhidiyyah, alam Arwah, Alam Misal/Mitsal, alam Ajsam, alam Insan Kamil. Menjadi manusia sempurna yang merupakan perwujudan dari sifat-Ku.)
Ingsun anêkseni satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun lan anêkseni Ingsun satuhune Muhammad iku utusan Ingsun
(AKU bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali AKU dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah utusan-Ku)
Ingsun anêkseni ing DatIngsun dhewe, satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun, lan anêkseni Ingsun satuhune Muhammad iku utusanIngsun. Iya sajatine kang aran Allah iku badanIngsun, Rasul iku rahsaNingsun, Muhammad iku CahayaNingsun. Iya Ingsun Kang Urip tan kêna ing pati, iya Ingsun Kang Eling tan kêna ing lali, iya Ingsun Kang Langgêng ora kêna owah gingsir ing kaanan jati, iya Ingsun Kang Waskitha, ora kasamaran ing sawiji-wiji. Iya Ingsun Kang Amurba Amisesa, Kang Kawasa Wicaksana ora kekurangan ing pangêrti, byar sampurna padhang têrawangan, ora karasa apa-apa, ora ana katon apa-apa, amung Ingsun Kang Anglimputi ing alam kabeh kalawan kodratIngsun
(AKU bersaksi kepada Dzat-Ku sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali AKU, dan AKU bersaksi sesungguhnya Muhammad itu utusan-Ku. Sesungguhnya yang disebut Allah itu adalah Badan-Ku, Rasul itu Rahsa-Ku, Muhammad itu Cahya-Ku. Diri-Ku lah yang Hidup Tanpa Pernah mati, Diri-Ku lah yang senantiasa Ingat Tanpa Pernah lupa. Diri-Ku lah yang Abadi tidak terkena perubahan apapun dalam kondisi sejati. Diri-Ku lah yang Awas, tidak khilaf akan sesuatupun. Diri-Ku lah yang Berkuasa dan Berwenang, Yang Kuasa dan Bijaksana tidak kekurangan pengetahuan sedikitpun. Byar sempurna terang benderang, tidak terasakan apapun lagi, tidak terlihat apapun lagi, Yang ada hanya AKU Yang Meliputi seluruh semesta dengan kodrat-Ku.)
Mula ing mêngko pinarsudi dening Kyai Agêng Muhammad Sirullah Ing Kêdhung Kol, mratandhani ing tahun iki ; RONG SOGATA WARGA SINUTA (Sinuta : 9, Warga : 7, Sogata : 7, Rong : 1 ~ 1779 Jawa). Kang iku aja kaliru ing panggalih, mungguh margane tinarima ngelmune iku, kudu nganggo ngêningêna ing kaênêngan, nyirnakake samubarang, nyipta Tajjaling Dzat Kang Maha Suci Sajati, mbirat napsu hawa kang ora kawadaka, kang wus kalakon tuhu katarima ngelmune, mula aja uwas sumelang ing ati, ora beda kahanan akhir karo kahanan saiki kang diarani swarga naraka iku, iya jaman saiki, têgêse : kang wis padha dilakoni. Surasaning wasita basa awit pangimpune Susuhunan ing Kalijaga, njupuk sarahing kitab Hidayatulkakaik, padha babon saka kitab Tassawuf kabeh.
(Selanjutnya dipelajari sungguh-sungguh oleh Kyai Ageng Muhammad Sirullah dari daerah Kedhung Kol, selesai mempelajari pada tahun RONG SOGATA WARGA SINUTA (Sinuta: 9, Warga: 7, Sogata : 7, Rong : 1, dibalik 1779 Jawa. Jika teliti maka selain menyiratkan angka tahun, kalimat Chandrasangkala RONG SOGATA WARGA SINUTA juga menyiratkan nama RONG soGAta WARga SInuTAalias Raden Ngabehi Ronggawarsita). Tapi bukan hanya cukup memahami semata, harus dengan sarana mengheningkan gejolak batin, menyingkirkan segala gejolak liar diri, hanya focus pada Tajjali Dzat Yang Maha Susi Sejati, menyingkirkan segala nafsu yang tidak sepatutnya. Yang sudah-sudah, telah tercapai meningkat Kesadarannya. Oleh karenanya pesanku, jangan ragu-ragu lagi, tiada beda keadaan jaman akhir dan jaman sekarang ini, yang dinamakan surga dan neraka itu, sesungguhnya sudah menyata dijaman sekarang ini, semua sudah kita jalani. Seluruh wejangan telah dihimpun oleh Susuhunan Ing Kalijaga/Sunan Kalijaga, mengambil intisari Kitab Hidayatul Haqoiq, sumber segala Kitab Tassawuf)
Imajiner Nuswantoro