TRAH TURUN KI AGENG JURU MERTANI & TRAH TURUN PANEMBAHAN HADI HANYOKROWATI
Ki Juru Mertani mempunyai nama kecil R. Abdurahman, Beliau adalah adalah cucu dari Ki Ageng Selo juga cucu buyut dari Sunan Giri. Ki Juru Mertani adalah murid dari Ki Ageng Selo juga Sunan Kalijaga. Sosok Ki Juru Mertani digambarkan sebagai seorang Petani yang berwawasan negarawan, disaat para bangsawan lain lebih tertarik untuk mengolah ketrampilan fisik , pada masa mudanya Ki Juru Mertani lebih tertarik pada ilmu agama, olah rasa, serta ilmu ketatanegaraan, filsafat, psikologi maupun strategi . Meskipun demikian Ki Juru Mertani adalah seorang guru yang adem, sederhana, bijaksana dan tidak ambisius akan kekuasaan,Beliau dikenal sebagai sosok yang bisa menahan emosi dan bisa mengendalikan diri. Beliau menghabiskan masa mudanya bersama sepupu sekaligus kakak iparnya yaitu Ki Ageng Pemanahan , Beliau sangat mendukung kegiatan Ki Ageng Pemanahan bahkan dalam berbagai peristiwa Ki Ageng Pemanahan lebih percaya dengan nasehat Ki Ageng Juru Mertani. Ki Ageng Juru Mertani lah yang memberi semangat Ki Ageng Pemanahan dan R Panjawi untuk ikut sayembara membunuh Aryo Penangsang, dan atas nasehat dan strategi beliau juga akhirnya pertempuran dimenangkan Danang Sutawijaya.atas dasar strategi Ki Juru Mertani pula akhirnya tanah Hutan Mentaok bisa diberikan oleh Sultan Pajang . Saran dari Ki Juru Mertani pula, akhirnya pusat kerajaan Mataram dipilih oleh Panembahan Senopati di Kotagede. Ketika Ki Ageng Pemanahan wafat , Beliau sendirilah yang menghadap kepada Sultan Hadiwijaya untuk mengabarkan tentang wafatnya Ki Ageng Pemanahan dan memohon perintah dari Sultan Hadiwijaya siapa yang berhak mengganti kedudukan Ki Ageng Pemanahan di perdikan Mataram. Ki Juru Mertani meski tidak pernah terlihat adu fisik tetapi beliau adalah seorang yang sakti dan mumpuni karena ilmu spiritualnya yang tinggi. Beliau adalah salah seorang yang punya andil besar atas berdirinya kerajaan Mataram Islam.Sepeninggal Ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng juru Mertani lah yang memberi saran, pitutur dan nasehat serta peringatan kepada Panembahan Senopati untuk tidak pernah memusuhi Sultan Hadiwijaya :
“ Ngger janganlah kamu memusuhi Sultan Hadiwijaya yang tak lain adalah orangtuamu dan juga gurumu, Aku malu karena kita yang berada di perdikan mataram sepertinya tidak tahu membalas budi baiknya. Bukankah kita telah diberi tanah dan wilayah untuk kita tempati dan kita bangun oleh Beliau? Aku minta Ngger, lebih baik sekarang mintalah dan berdoalah kepada Allah jikalau Sultan Hadiwijaya wafat Angger bisa menggantikan Keratonnya.Tapi sekarang jangan sekali kali memusuhi Beliau,justru sebaliknya balaslah kebaikannya supaya batinnya rela jika Angger kelak menggantikannya sebagai Raja.”
Dan atas saran Ki Ageng Juru Mertani akhirnya Panembahan Senopati berangkat ke Lipura untuk menenangkan pikiran dan berdoa kepada Allah hingga diperoleh petunjuk yang dinamakan “wahyu Lintang Jauhari “ untuk mendirikan keraton Mataram di Kotagede. Pada masa pemerintahan Mataram akhirnya beliau dianugrahi jabatan sebagai Penasehat & Maha Patih Mataram dengan gelar Panembahan Mandaraka . Panembahan Mandaraka wafat pada tahun 1615 dan dimakamkan di Astana Kotagede Yogyakarta.
Silsilah Ki Ageng Juru Mertani :
Syech Maulana Ishaq atau lebih dikenal dengan nama Syech Wali Lanang dari negeri Bagdad ketika di Tanah jawa menikah dengan Dewi Sekardadu ,seorang putri dari Raja Siyunglaut dari negeri Blambangan. Dari pernikahan tersebut menurunkan seorang anak laki laki yang kelak menjadi Raja di Giri Gajah Kedaton dengan gelar Prabu Satmoto atau lebih dikenal dengan nama Sunan Giri I.
Kemudian Sunan Giri menikah dengan Nyai Ageng Ratu, putri dari Sunan Ampel Denta., menurunkan seorang putra yang bernama Sunan Giri Dalem atau Kanjeng Sunan Giri Kidul Atau Sunan Giri II. Sunan Giri Dalem menikah dengan Putri Sunan Mojogung II dari Gunung Jati menurunkan putra :
1. Sunan Giri Prapen atau lebih dikenal dengan nama Sunan Ratu Giri III
2. Pangeran Songeb ing Sobo atau )Pangeran Made Pandhan l lebih dikenal dengan nama Panembahan Kawisguwa atau lebih dikenal dengan nama Panembahan Pakeringan.
3. Panembahan Agung Surabaya
4. Ratu Ayu Gede ing Sawo
Pangeran Songeb ing Sobo atau Panembahan Kawisguwo atau Panembahan Pakeringan kemudian menikah dengan Roro Janten , Putri Ki Ageng Selo dari garwa Putri Ki Ageng Sobo menurunkan :
1. Nyi Ageng Sabinah menikah dengan Ki Ageng Pemanahan bergelar Nyi Ageng Mataram
2. Ki Ageng Jurumertani atau Panembahan Mondoroko
3. Nyai Ageng Manggar
4. Nyai Ageng Lawah
Dari pernikahan Ki Ageng Juru Mertani dgn putri Ki Ageng Jakariya Ngalim dahu, Berputra :
1. Pangeran Manduranagoro, menjadi Patih Mataram pada masa Sultan Agung dengan gelar Adipati Pangeran Manduranagoro selama dua tahun menikah dengan RR Sobrah putri Ki Ageng Pemananahan.
2. Pangeran Juru Wiroprobo menikah dengan putri Ki Ageng Nitik Suro Hadi Prodjo.
3. Pangeran Juru Mayem atau Pangeran Juru Kiting, pada masa Sultan Agung mendapat gelar Panembahan Juru Mayem, Pangeran Juru Kiting menikah dengan Putri Panembahan Juminah dgn Ratu Mas Adi , menurunkan Tg Surotani.
4. R Ayu Ronggowongso Hadiprojo menikah dgn Adipati Batang Raden Ronggo wongso Hadiprodjo I.
TRAH KETURUNAN KI AGENG JURU MERTANI
Ki Ageng Juru Mertani adalah Mahapatih I Kraton Mataram Islam dengan gelar Panembahan Adipati Mandaraka.
Dari pernikahan beliau dengan Putri Ki Ageng Jokoriyo Ngalimdahu ing Pakisdadu ( Nyai Ageng Jokoriyo Ngalimdahu adalah saudara dari Ki Ageng Henis sama sama putra Ki Ageng Sela )
Menurunkan :
1. Pangeran Manduranagoro
2. Pangeran Juru Wiroprobo
3. Pangeran Juru Mayem
4. RAy Ronggowongsohadiprodjo I
I. Pangeran Manduranagoro
Pada masa Sunan Prabhu Hanyakrawati diangkat menjadi Patih II menggantikan ayahandanya yang telah wafat. Dengan gelar Adipati Pangeran Manduranagoro. Belum genao dua tahun menjadi Patih, belia wafat dan dimakamkan di Astana Gambiran.
Pangeran Manduro atau Pangeran Manduronagoro menikah dengan RR Sobrah, Putri Sulung Ki Ageng Pemanahan. Menurunkan:
1. Perempuan, menikah dengan Tumenggung Mandaraka (putra Pangeran Juruwiroprobo)
2. Perempuan , menikah dengan Tumenggung Surotani I (putra Panembahan Jurumayem)
3. Pangeran Manduraredja I, menikah dengan putri Kyai Tumenggung Wargopati
4. Pangeran Hupasanta, menikah dengan putri Pangeran Juruwiroprobo menurunkan Kyahi Harya Dadaptulis. Harya Dadaptulis menikah dengan putri Kyahi Tg Surotani I menurunkan anak perempuan yang kemudian menikah dengan Tumenggung Potrodiwongso putra dari Tumenggung Mertoyudo
PANGERAN MANDURAREDJA I
Pangeran Manduraredja I dengan putri Kyahi Tg Wargopati menurunkan :
1. Pangeran Manduraredja II, wafat waktu perang di Boyolali dimakamkan di Ngastono Drono. Pangeran Manduraredja II menikah dengan putri Adipati Sujonopuro berputra sbb:
1.1 Pangeran Manduraredja III wafat dimakamkan di Tegal. Beliau menikah dengan putri Raden Ronggowongsohadiprodjo III, Bupati Batang. Menurunkan :
1.1.1 RAy Surotani menikah dgn Tumenggung Surotani II, putra dari Tg Surotani I (putra Panembahan Juru Mayem)
1.1.2 Raden Riyo Manduraredja wafat geger pecinan Kartasura dimakamkan di Drono. Raden Riyo Manduraredja menikah dengan putri Kyai Demang Sepakon menurunkan 5 anak sebagai berikut :
1.1.2.1 Ngabehi Wirosonto atau Tumenggung Sing Singan menikah dengan putri Raden Ronggo Suro Hadimanggolo V , Bupati Kaliwungu menurunkan putra yaitu Tumenggung Cokrodipuro Dongkol, Tumenggung Cokrodipuro berputra Ngabehi Teposonto yg kelak menggantikan ayahnya dengan gelar Tumenggung Cokrodipuro II.
Tumenggung Cokrodipuro II menikah dengan putri Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat , Patih Kraton Surakarta pada masa Sunan PBIV hingga Sunan PB VII. Dari pernikahan tersebut menurunkan seorang putri yang bernama " Raden Ayu Sosrokusumo " garwa ampil Sunan Pakubuwana V. Dari pernikahan tersebut menurunkan Sunan Pakubuwana VI, Sunan PB VI menikah dengan putri KPH Mangkubumi II menurunkan Sunan Pakubuwana IX, Sunan PB IX menikah dengan RAy Kustiyah cucu Sunan Pakubuwana VIII menurunkan Sunan Pakubuwana X, Raja Kraton Surakarta.
1.1.2.2 Nyai Ronggowiryokromo, makam di Drono menurunkan Nyai Adjeng Wirokromo.
1.1.2.2 Raden Ngabehi Sumodimedjo, Demang Dongkol. Menurunkan Kyai Wirokromo. Kyai Wirokromo menikah dgn putri Nyai Ringgowiryokromo menurunkan Mas Adjeng Djosetomo
1.1.2.4 Kangjeng Nyai Mas Adipati Danuredja I menikah dengan Raden Adipati Danuredja I, Patih pertama Kraton Yogyakarta menurunkan :
1. Kyai Adipati Adipurwo, makam di Gambiran
2. Mas Riyo Joyosuponto
3. R Tg Danukusumo menikah dengan putri Sultan Hamengkubuwana I yaitu GRAy Purboyeksa menurunkan :
3.1. KRA Danuredja II Patih Kraton Yogyakarta. Patih Danuredja II menikah dengan Kanjeng Ratu Angger putri Sultan Hamengkubuwana II, menurunkankan sebagai berikut :
3.1.1 Kanjeng Ratu Kencono garwa Permaisuri Sultan Hamengkubuwana IV.dari pernikahan tersebut menurunkan :
1. Sultan Hamengkubuwana V
2. Sultan Hamengkubuwana VI
3.1.2 Raden Tg Luitkol Martonagoro
3.1.3 KPH Kol Adj Judonagoro
3.1.4 KRA Danuredja IV Ridder atau KPH Juru Ridder (setelah pensiun)
1.1.2.5 Kyahi Tumenggung Nitinegoro VI, Bupati Kaliwungu. Punya 2 garwa, Garwa Anem BRAy Kaliwungu putri dari Sunan PB II. Garwa sepuh dengan putri RT Surohadimanggolo I menurunkan Raden Citrodiwiryo Adipati Kaliwungu. R Citrodiwiryo menikah dengan putri R T Surohadimanggolo V berputra 2 :
a. Nyai Adjeng Semaraningsih Garwa selir Sunan Pakubuwana IV
b. Ngabehi Cokrosemito , Adipati Kendal
1.1.3 Raden Ayu Ronggo Suro Hadimanggolo menikah dengan Raden Ronggo Suro Hadimanggolo IV Bupati Kaliwungu
1.2 Kyahi Tumenggung Manduranagoro Bupati Tegal. Wafat dimakamkan di Demak Idjo Yogyakarta. Beliau berputra perempuan dan menikah dengan Raden Tumenggung Surohadimenggolo I ing Kaliwungu.
2. Raden Ayu Ronggowongsohadiprodjo II menikah dengan Adipati Batang Raden Ronggowongsohadiprodjo II.
3. Tumenggung Hudonagoro, dimakamkan di Demak Idjo Yogyakarta. Beliau menurunkan Raden Wongsoprono, R Wongsoprono menurunkan Raden Sebomanggolo, R Sebomanggolo menurunkan Kyahi Sebomanggolo, Kyahi Sebomanggolo menurunkan Kyahi Sebodirono, Kyahi Sebodirono menurunkan Mas Adjeng Prawirodipuro, Mas Adjeng Prawirodipuro menurunkan Raden Kalpikowati yang menjadi garwa ampil Sultan HB III berputra KPH Surobronto atau KPH Purwodiningrat. Adik R Kalpikowati yaitu RAy Lesmanawati juga diangkat sebagai garwa ampil Sultan HB III menurunkan BRAy Prabuningrat.
4. Nyai Adjeng Semendi Sutawijaya (dari garwa selir) menurunkan Mas Ronggohudonagoro , Adipati Semarang
5. Nyai Adjeng Potrokiloso (dari garwa selir)
PANGERAN JURUWIROPROBO
Pangeran Juruwiroprobo menikah dengan putri Ki Ageng Nitiksurohadiprojo.beliau menurunkan :
1. Kyahi Juruwiroprodjo, menikah dengan putri Panembahan Juru Mayem.
2. Kyahi Tumenggung Mondoroko, Patih Mataram ,menikah dengan putri Pangeran Adipati Manduronagoro
Sebelum menjadi Patih dahulu beliau sebagai Kliwon Kadipaten dengan gelar Haryo Sinduredja. Ketika Sultan Agung dinobatkan menjadi Raja, Haryo Sinduredja diangkat menjadi Patih dengan gelar Kyahi Tumenggung Mondoroko. Beliau menurunkan 2 putri kembar :
1. Nyai Tumenggung Mertoyudo, menjadi menantu Tg Wargopati.
2. Perempuan, menikah dengan Tg Singoranu.
Ketika mertua wafat, Tg Singoranu diangkat menggantikan sebagai Patih Kraton Mataram. Ketika Tg Singaranu wafat, menantunya yaitu Ki Singa diangkat menjadi Patih dengan gelar Adipati Singaranu II.
Adipati Singaranu II menurunkan :
1. Nyai Tg Sujonopuro II
2. Nyai Wonokriyo menikah dgn Kyai Kriyan.
3. RAy Hupasanta, menjadi menantu Pangeran Adipati Manduronagoro
4. Kyai Jejer menikah dengan putri Haryo Surotani ( seda prang ing bengawan ) memiliki putra :
1. Bagus Sangat atau Ki Singo.setelah menjadi Patih bergelar Adipati Singaranu II
2. Roro Sengkang , menjadi garwa permaisuri I Sultan Agung dengan gelar Kangjeng Ratu Kilen. Menurunkan RM Sahwawrat. Kemudian setelah diusir dari Istana, kedudukan Permaisuri digantikan Ratu Mas Batang.
3. R Nganten Panjang Mas, menikah dengan Pangeran Panjang Mas.
PANGERAN JURU MAYEM
Pangeran Juru Mayem dikenal pula dengan nama Pangeran Juru Kiting. Beliau menikah dengan putri dari Pangeran Balitar ( putra Panembahan Juminah & Ratu Mas Hadi )
Pangeran Juru Mayem menjadi Wadono Djakso Kraton Mataram, setelah pensiun bergelar Panembahan Juru Mayem atau Panembahan Juru Kiting dan tinggal di Gambiran hingga wafatnya dan dimakamkan di Gambiran .
Menurunkan putra sebagai berikut :
1. Raden Wiro Sastito
Raden Wiro Sastito menikah dengan Raden Ajeng Tompe, putri Panembahan Hanyokrowati kemudian mendapat nama gelar Raden Haryo Wirokusumo. Setelah wafat dimakamkan di Imogiri.
2. Kyai Resokusumo
3. Kyai Tumenggung Surotani I
Memiliki dua istri, istri pertama putri dari Haryo Surotani seda prang ing bengawan menurunkan Tumenggung Surotani II. Istri kedua putri dari Adipati Pangeran Manduronagoro menurunkan Raden Ayu Dadap Tulis yang menikah dengan putra Pangeran Haryo Upasanta.
4. Raden Ayu Juru Wirobrodjo
Beliau menikah dengan Raden Juru Wirobrodjo putra dari Pangeran Juru Wiroprobo
5. Raden Ayu Wargopati
Beliau menikah dengan Raden Tumenggung Wargopati, putra dari Ki Ageng Nitik Sura Adiprodjo. Setelah wafat dimakamkan di Widoro Manis Yogyakarta.
6. Pangeran Pandjang Mas
Pangeran Pandjang Mas menikah dengan putri Kyai Djedjer. Dari pernikahan tersebut menurunkan putri yang menikah dengan seorang Pande yang bernama Kyai Cinde Amoh. Menurunkan Kyai Entowayang, Kyai Ento Wayang menurunkan Kyai Supanyang.
RADEN AYU RONGGOWONGSOHADIPROJO
Putri perempuan Ki Ageng Juru Mertani , menikah dengan Adipati Batang Raden Ronggowongsohadiprodjo putra dari Ki Ageng Nitik Suro Hadiprodjo. Dari pernikahan tersebut menurunkan :
1. Raden Ronggowongsohadiprojo II , Adipati Batang. R Ronggowongsohadiprojo II menikah dengan putri Pangeran Manduraredja I menurunkan:
1.1 Raden Ronggowongsohadiprodjo III
1.2 RAy RonggoSurohadimanggolo I
1.3 Kangjeng Ratu Mas Batang. Menjadi garwa permaisuri Sultan Agung , Raja Mataram Islam menurunkan Sunan Amangkurat I sumare ing Tegalarum.
2. Perempuan, menikah dengan Raden Ronggo Suro Hadi Manggolo I , Adipati Kaliwungu putra dari Kyai Tumenggung Wargopati.
PANEMBAHAN HADI HANYOKROWATI
Panembahan Hadi Hanyokrowati adalah Raja kedua Kerajaan Mataram Islam.
Terlahir dengan nama Raden Mas Jolang. Beliau adalah putra Panembahan Senopati dari Garwa Permaisuri Ratu Waskita Jawi, putri dari Ki Penjawi sama sama Trah dari Ki Ageng Selo, Grobogan Purwodadi.
Silsilah Ratu Waskita Jawi :
Raden Bondhan Kejawan menikah dengan Dewi Nawangsih , putri Ki Ageng Tarub memiliki 3 anak :
1. Ki Ageng Wonosobo
2. Ki Ageng Getas Pendowo
3. Rara Kasihan
Ki Ageng Getas Pendowo menurunkan Ki Ageng Sela
Rara Kasihan menikah dengan Ki Ageng Ngerang I /Raden Syekh Ronggo Jaya ( Makam Desa Trimulyo Juwana Kab.Pati ) memiliki putra 2 anak :
1.Nyai Ageng Sela menikah dengan Ki Ageng Sela menurunkan :
1.1 Nyai Ageng Saba menikah dengan Ki Ageng Saba menurunkan Nyai Ageng Pemanahan & Ki Juru Mertani
1.2 Ki Ageng Henis menurunkan Ki Ageng Pemanahan. Ki Ageng Pemanahan menurunkan Panembahan Senopati. Panembahan Senopati menikah dengan Ratu Mas Waskita Jawi menurunkan Panembahan Hadi Hanyokrowati.
2. Ki Ageng Ngerang II / Kyai Ageng Bodo Ing Pajang (Makam Desa Butuh Sragen) Berputra diantaranya :
2.1 Ki Ageng Ngerang III / Kyai Ageng Buyut Pati ( komplek Makam Laweyan Surakarta ) menikah dengan Raden Ayu Panengah putri Sunan Kalijaga, Berputra Ki Panjawi.
Ki Panjawi / Ki Ageng Panjawi / Ki Ageng Pati / Bupati Adipati Pati, Berputra:
1. Putri Waskita Jawi / Ratu Mas menikah dengan Panembahan Senopati Berputra Susuhunan Adi Prabu Anyakrawati / Raden Mas Djolang.
2. Wasis Joyokusumo, Adipati Pati / Adipati Pragola I Seda ing Biting taji (makam Gunung Pati)
Semasa pemerintahan Panembahan Senopati, RM Jolang telah ditetapkan sebagai putra mahkota penerus tahta Kerajaan Mataram dengan gelar Pangeran Adipati Anom. Tetapi meskipun demikian, Wasis Joyokusumo adik Ratu Waskita Jawi merasa kedudukan Ratu Waskita Jawi akan digeser yang mengakibatkan keponakannya, RM Jolang kemungkinan tidak bisa meneruskan tahta Mataram mengingat saat itu Panembahan Senopati memiliki Garwa baru putri boyongan dari Kadipaten Madiun yaitu Dyah Ayu Retno Dumilah putri Panembahan Madiun putra bungsu Sultan Trenggana Raja Demak Bintoro III. Hingga kemudian adik ipar Panembahan Senopati yaitu Wasis Joyokusumo menyatakan perang melawan Mataram. Tetapi kemudian perang bisa dipadamkan. Putra Dyah Ayu Retno Dumilah yaitu Pangeran Juminah diangkat sebagai Penguasa Madiun dengan gelar Panembahan Juminah.
Akhirnya setelah Panembahan Senopati wafat tanggal 30 Juli tahun 1601, Pangeran Jolang dinobatkan sebagai Raja Mataram II dengan gelar :
" Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Hadi Prabhu Hanyakrawati Senapati ing Alaga Sayidin Panatagama "
꧋"ꦆꦁꦏꦁꦱꦶꦤꦸꦲꦸꦤ꧀ꦏꦁꦗꦺꦁꦱꦸꦱꦸꦲꦸꦤꦤ꧀ꦲꦣꦶꦥꦿꦧ꧀ꦲꦸꦲꦚꦏꦿꦮꦠꦶꦱꦺꦤꦥꦠꦶꦆꦁꦄꦭꦒꦱꦪꦶꦣꦶꦤ꧀ꦥꦤꦠꦒꦩ"
Dan berkedaton di Karta tahun 1601 - 1613
Sebelum menjadi Raja Panembahan Hadi memiliki seorang istri permaisuri bernama Ratu Tulung Ayu atau Ratu Lungngayu seorang putri dari Adipati Ponorogo, putra dari Sultan Pati Unus , Sultan Akbar II Demak Bintoro. Kepada Ratu Lung Ayu, Panembahan Hadi pernah berjanji kelak jika memiliki seorang putra, putranya akan diangkat menggantikan kedudukan beliau. Tetapi sejak pernikahan belum dikaruniai putra, untuk menyelamatkan tahta Mataram akhirnya menikah lagi dengan Dyah Ayu Banowati dan memiliki keturunan dan kemudian diangkat sebagai putra mahkota. Tetapi empat tahun setelah RM Jolang naik tahta ternyata Ratu Lung Ayu mengandung dan melahirkan seorang putra. Dari sinilah sabdo pandita ratu dipertaruhkan. Perkataan / janji seorang raja harus ditepati. Akhirnya kelak setelah Panembahan Hadi wafat, putra Ratu Lung Ayu diangkat sebagai Raja Mataram sehari, keesokan harinya diturunkan digantikan kakaknya putra dari Ratu Mas Hadi.
Kemudian Panembahan Hadi menikah lagi dengan Dyah Ayu Banowati atau Ratu Alit putri dari Pangeran Benowo dari Kraton Pajang dan mengangkatnya menjadi permaisuri kedua dengan gelar Ratu Mas Hadi Hanyakrawati
Beliau juga memiliki garwa ampil putri trah Ki Ageng Giring
Panembahan Hadi Hanyokrowati wafat ketika beliau sedang berburu Kijang di Krapyak Jepara pada tanggal 29 September 1613 kemudian dimakamkan di Pesarean Kota Gede
Para Putra / Putri Panembahan Hadi :
1) Radin Mas Jatmika/Pangeran Arya Rangsang, kelak bergelar Ingkang Sinuhun Kangjeng Sultan Agung Senapati ing Alaga Prabhu Pandita Hanyokrokusumo 'Abdul Rahman Sayiddin Panatagama, Susuhanan Mataram IV
2) Radin Mas Wurya/Pangeran Arya Martapura, diangkat menjadi Raja Sehari dengan gelar Panembahan Senapati ing Alaga Mas Martapura Saiyid ud-din Panatagama, Panembahan Mataram III
3) Radin Mas Damar/Pangeran Adipati Purbaya.
4) Radin Mas Chakra/Pangeran Adipati Selarong
5) Pangeran Bumidirja.
1) Raden Ajeng Walik/Ratu Pandan Sari. menikah dengan Raden Mas Pekik/Pangeran Ratu Pekik putra dari Raden Jaya Lankara, Pangeran Surabaya.
2) Ratu Ayu Chakra Adiningrat menikah dengan Pangeran Adipati Arya Chakra Adining Rat I, Panembahan Madura putra Pangeran Adipati Ngabehi Harisbaya/Pangeran Tengah, Pangeran Madura.
Ditulis oleh K.R.T Koes Sajid Jayaningrat
Di terjemahkan dari "Babad Soejarah tulisan Pujangga Mpu Harttati "
Imajier Nuswantoro
ꦆꦩꦗꦶꦪꦺꦂꦤꦸꦱ꧀ꦮꦤ꧀ꦠꦺꦴꦫꦺꦴ