Kitab Kidung Sudamala
Cerita
Sudamala berisi cerita ruwatan yang melibatkan tokoh Pandawa, terutama Sadewa.
Isi ringkas cerita itu sebagai berikut: Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang Wisesa
dan Sang Hyang Asiprana menghadap Sang Hyang Guru memberi tahu, bahwa Dewi Uma
berbuat serong dengan Sang Hyang Brahma. Dewi Uma lalu dikutuk berubah menjadi
Durga, dan diberi nama Ranini.
Uma
minta dikembalikan ke wujud semula, tetapi Sang Hyang Guru menolak.
Dikatakannya,setelah menjalani kutuk selama dua belas tahun Ranini akan diruwat
oleh Sadewa. Uma pergi ke Setra Gandamayu. Salah satu abdi pengiringnya bernama
Kalika.
Sementara
itu Dewa Citragada dan Citrasena juga dikutuk oleh Sang Hyang Guru, karena
berbuat tidak sopan terhadap Sang Hyang Guru. Dua dewa itu menjadi berujud
raksasa, bernama Kalantaka dan Kalanjana. Mereka berdua kemudian disuruh
menyusul untuk menemani Ranini di Setra Gandamayu. Oleh Ranini dua raksasa
tersebut diangkat menjadi anak dan membantu Duryodana, raja Hastina.
Mengetahui
bahwa Kalantaka dan Kalanjana berpihak pada Duryodana, Pandawa menjadi cemas,
Kunthi naik ke Kahyangan, minta agar Kalantaka dan Kalanjana dimusnahkan.
Setelah
dua belas tahun, Ranini mengharap kedatangan Sadewa yang dijanjikan akan
meruwatnya. Kunti datang di Setra Gandamayu, minta agar Ranini mau memusnahkan
Kalantaka dan Kalanjana. Ranini tidak bersedia, karena amat sayang kepada
mereka berdua yang diangkatnya sebagai anaknya.
Ranini
minta agar Kunti menyerahkan Sadewa, tetapi Kunti tidak bersedia
menyerahkannya, karena Sadewa bukan anaknya. Sebagai ganti, Ranini boleh
memilih diantara tiga anaknya yaitu: Dananjaya, Bima atau Darmawangsa. Tetapi
Ranini tidak menyukai mereka, kecuali Sadewa.
Kalika
disuruh membujuk Kunti. Mula-mula Kalika tidak mau, karena dipaksa akhirnya mau
juga. Kunti disihir oleh Kalika, lalu menjadi setengah sakit ingatan Kunti
kemudian lari menemui Ranini. Ranini mendesak agar Sadewa segera diserahkan.
Kunti kembali menemui anak-anaknya, lalu bercerita tentang permintaan Ranini.
Para Pandawa tidak setuju. Kunti marah, Sadewa diseret hendak dibawa ke Setra
Gandamayu. Kalika merasa berhasil lalu keluar dari tubuh Kunti. Kunti menjadi
sadar lalu minta maaf kepada Sadewa.
Sadewa
tidak jadi dibawa di tempat Ranini. Durga marah. Kalika disuruh merasuki Kunti
lagi, sehingga Kunti kembali goncang ingatannya. Sadewa dipaksa ikut pergi ke
Setra Gandamayu. Sesampainya di Setra Gandamayu, Sadewa diikat pada pohon randu,
dan ditunggu oleh Semar. Kalika jatuh cinta pada Sadewa dan membujuk Sadewa
agar mau menerima cintanya. Namun Sadewa tidak mau menanggapi, dan lebih baik
mati dari pada membalas cinta Kalika. Kalika marah, ditabuhnya tong-tong yang
ada disekitarnya. Tak lama kemudian, hantu-hantu keluar bedatangan
menakut-nakuti Sadewa. Namun Sadewa tidak takut, bahkan dari tubuhnya
mengeluarkan daya kesaktian yang luar biasa. Semua hantu yang menggoda pergi
meninggalkan Sadewa.
KIDUNG SUDAMALA
Ranini diruwat oleh Sadewa kembali menjadi Uma, Dewi yang sangat cantik jelita.
Atas jasa Sadewa, Uma memberi anugerah senjata dan memberi gsebutan Sadewa dengan nama Suda Mala yang artinya menghapus wujud yang jahat. karya Herjaka HS |
Ranini
datang menakut-nakuti Sadewa, tetapi Sadewa tidak ketakutan. Ranini minta belas
kasihan kepada Sadewa, agar ia diruwatnya. Sadewa tidak mau karena tidak tahu
cara meruwatnya. Ranini marah, Sadewa hendak dibunuh dengan kapak. Dunia
menjadi gempar. Kebetulan Sang Hyang Narada berkeliling dunia, dilihatnya
Sadewa yang terikat dan akan dibunuh oleh Ranini. Hyang Narada naik ke
Kahyangan dan memberi tahu kepada Mahadewa dan Dewa Masno. Kemudian Mahadewa
dan Hyang Narada menemui Batara Guru, memberi tahu tentang nasib Sadewa.
Batara
Guru turun ke dunia menemui Sadewa. Sadewa disuruh meruwat Ranini, dan Batara
Guru akan masuk ke tubuh Sadewa. Sadewa menyanggupinya. Ranini diminta
memperhatikan perintahnya. Kapak minta dilepas dari tangan, lalu bersiap-siap
untuk diruwatnya. Sadewa berdiri tegak memusatkan kesadaran, berdoa mengucapkan
pujamantra. Ditaburkannya beras kuning, air suci dan bunga ke tubuh Ranini.
Ranini menjadi cantik sekali. Wujud Durga hilang berubah menjadi wujud Uma yang
cantik jelita, sempurna seperti dahulu kala.
Uma
ke taman bercermin pada air telaga yang jernih. Ia menjadi gembira dan
mengucapkan terimakasih kepada Sadewa, ia bersyukur hukumannya telah selesai.
Ia merasa berhutang kepada Sadewa. Sadewa disebutnya Sang Sudamala, karena ia
telah menghapus wujud yang jahat. Selanjutnya Sang Sudamala disuruh pergi ke
Prangalas, tempat petapaan Tambapetra. Sadewa dianugerahi senjata lalu
berangkat ke Prangalas.
Kalika
minta diruwat juga, tetapi Sadewa tidak mau, Kalika menemui Semar, ia minta
diruwatnya. Semar bersedia meruwat asal disediakan sajian sebakul nasi, satu
daging anjing panggang dengan berbumbu, dan satu guci tuak. Tetapi kesanggupan
Semar hanya tipuan belaka. Setelah semua permintaan di siapkan, segera dimakan
habis oleh Semar. Kalika tidak diruwat, karena Semar tidak dapat meruwatnya.
Uma
kembali ke Kahyangan, Kalika ditinggal di taman. Kelak Sadewa akan datang untuk
meruwatnya.
Sadewa
menemui Tambapetra. Tambapetra yang buta datang dibimbing oleh muridnya. Mereka
menyongsong kedatangan Sadewa. Kedatangan Sudamala di petapaan atas perintah
Uma, untuk menyembuhkan penyakit sang petapa. Sudamala melaksanakan perintah
itu. Kemudian Sadewa, berdoa, bunga ditaburkan dan air suci dipercikan di tubuh
sang petapa. Tak berapa lama kemudian penyakit sang petapa sembuh. Tambapetra dapat
melihat dunia seisinya. Bukan main gembiranya. Dengan tergopoh-gopoh ia
memanggil ke dua anaknya untuk disuruh menghormat kedatangan Sadewa.
Sirih
pinang disuguhkannya, kemudian disusul hidangan tuak, air tape, nasi dan lauk
pauk. Mereka makan bersama. Ke dua anak sang petapa bernama Ni Soka dan Ni
Padapa diserahkan kepada Sadewa. Semar iri lalu berkata kepada sang petapa
untuk minta diberi putrid seperti Sadewa. Petapa Tambapetra menuruti permintaan
Semar. Semar diberi abdi wanita bernama Tohok.
Sadewa
mempunyai saudara kembar yang bernama Sakula. Sejak kepergian Sadewa dari
istana, Sakula terus mencarinya. Lalu Sakula pergi ke Setra Gandamayu. Ia
berjumpa dengan Kalika. Kalika mengira bahwa yang datang adalah Sadewa untuk
meruwat dirinya. Maka cepat-cepat Kalika menyongsong kedatangan Sakula. Sakula
mengaku bahwa ia bukan Sadewa, tetapi saudara kembarnya. Maka kemudian Kalika
bercerita tentang Sadewa, lalu menunjuk jalan yang menuju ke Prangalas.
Kedatangan
Sakula di Prangalas disambut oleh Semar. Semar memberitahu kepada Sadewa.
Sadewa cepat datang kemudian memeluk saudaranya. Soka dan Padapa diminta
menemui Sakula. Sakula dijamu nasi beserta lauk pauk dan minuman. Sadewa
memberi Soka untuk isteri Sakula.
Kalantaka
dan Kalanjaya mengira Sadewa telah meninggal bersama Sakula. Mereka berunding
untuk memusnahkan Bima, Arjuna dan Darmawangsa. Dilem dan Sangut diminta
mempersiapkan prajurit. Perajurit Kalantaka hendak menyerang Pandawa bersama
perajurit Korawa.
Arjuna
meyongsong kedatangan musuh. Musuh yang datang dihujani anak panah, tetapi
Kalantaka amat sakti. Bima datang membantu, tetapi musuh tidak terlawan juga.
Bima dan Arjuna mundur dari medan perang. Sadewa dan Sakula datang ingin
membantu saudaranya. Kunti amat gembira. Sadewa telah kembali. Kedua putra
Pandawa itu bercerita perihal nasib mereka.
Kalanjana
datang menyerbu, Sakula dan Sadewa menyongsong kedatangan musuh. Kalanjana mati
oleh senjata Sadewa anugerah Uma. Kemudian Kalantaka juga mati oleh senjata
sakti itu. Habislah perajurit Kalanjana.
Sakula
dan Sadewa hendak kembali ke istana. Tiba-tiba datanglah dua bidadara menemui
Sadewa. Dua bidadara itu tidak lain adalah Citragada dan Citrasena, yang semula
dikutuk menjadi raksasa Kalantaka dan Kalanjana. Mereka telah diruwat oleh
Sadewa dan berwujud seperti semula. Sabagai ucapan terimakasih kedua bidadara
itu berdoa semoga keluarga Pandawa panjang usia, hidup bahagia dan sejahtera.
Citragada
dan Citrasena kembali ke Kahyangan, Sadewa dan Sakula kembali ke istana,
berkumpul dengan saudara-saudaranya.
Sumber
Cerita: Kidung Sudamala, edisi P.V an Stein Callenfels, 1925
KIDUNG SUDAMALA (VERSI 3)
Kidung
Sudamala atau Kakawin Sudamala (Çuddhamala) merupakan karya sastra dalam bahasa
Jawa Kuno yang berasal dari jaman Kerajaan Majapahit. Naskah ini bercerita
tentang kutukan yang menimpa Batari Umayi atau Dewi Uma, istri Bhatara Guru
(Dewa Siwa), oleh karena berbuat serong atau clor ing lakine.
Seorang
pakar Sastra Jawa dan budayawan Indonesia, yaitu Prof. Dr. Petrus Josephus
Zoetmulder, S.J. (P. J. Zoetmulder, Utrecht 29 Januari 1906 – Yogyakarta 8 Juli
1995), telah membuat ikhtisar Kidung Sudamala yang disadur di bawah ini.
Zoetmulder tersohor melalui disertasinya tentang aspek agama Kejawen yang diterjemahkan
Dick Hartoko dalam Bahasa Indonesia dengan judul Manunggaling Kawula Gusti.
Relief
yang memuat kisah Sudamala pernah saya lihat sewaktu berkunjung ke Candi Sukuh,
yang berada di wilayah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Tempat suci penganut
Siwa Buddha Tantrayana yang berada di lereng Gunung Lawu ini ditemukan pada
1815 oleh Johnson, Residen Surakarta, dalam keadaan runtuh.
Relief
Kidung Sudamala yang terdiri dari lima deret ukir batu berada di sisi kiri
teras ketiga Candi Sukuh. Di sisi itu pula ada arca tanpa kepala bersayap garuda,
arca penjaga, arca bulus, lingga, dan sejumlah relief dan arca lain.
Ringkasan Kidung Sudamala
Pada
suatu ketika, Dewi Umà hidup di dalam wadag makhluk jahat bernama Ra Nini di
Gandamayu atau Setra Gandamayit, setelah ia terkena kutuk sang suami.
Dewi
Uma harus menebus dosanya dengan hidup sebagai Ra Nini, dan baru pada akhir
tahun ke-12 ia akan bisa dibebaskan oleh Bhatà ra Guru yang meraga sukma dalam
diri Sadewa, bungsu Pandawa.
Sementara
itu ada dua bidadara penghuni swargaloka bernama Citrasena dan Citragada yang
juga mendapat hukuman oleh karena sikapnya yang kurang ajar karena berani
mengintip bidadari saat mandi sehingga mereka dikutuk oleh Bhatara Guru menjadi
raksasa bernama Kalà ntaka dan Kalañjaya yang mengabdi kepada Kurawa.
Dewi
Kuntì, ibu para Pandawa, merasa cemas dengan keselamatan anak-anaknya ketika
mereka sedang berperang melawan Kurawa yang dibantu Kalà ntaka dan Kalañjaya,
sehingga akhirnya ia meminta Ra Nini untuk membunuh kedua raksasa itu.
Ra
Nini asalkan Dewi Kuntì bersedia menyerahkan kambing merah, yang dimaksud
ternyata adalah Sadewa. Kuntì menolak hingga dua kali permintaan Ra Nini itu.
Namun
Ra Nini mengutus Kalika untuk masuk ke dalam tubuh Kuntì, sehingga dalam
keadaan terpengaruhi mahluk jahat itu Kunti pun mengijinkan Ra Nini untuk
membawa Sadewa ke Gandamayu. Di tempat itu Sadewa diikat pada sebatang pohon
oleh Ra Nini setelah ia menolak untuk meruwatnya.
Bermacam
makhluk jahat berusaha menakut-nakuti Sadewa agar bersedia menolong Ra Nini
namun tak juga berhasil, hingga akhirnya Ra Nini menampakkan diri dalam wujud
raseksi yang amat menyeramkan dan memerintahkan Sadewa untuk segera
menghilangkan kutukan Bhatara Guru dari tubuhnya.
Meski
Sadewa mengatakan bahwa ia tak punyai kesaktian untuk melakukan ruwat itu,
namun Ra Nini terus mendesaknya dan ketika tak juga berhasil maka ia pun
menjadi marah sekali, yang membuatnya gelap mata dan hampir saja membunuh
Sadewa.
Bhatara
Guru yang mendapat kabar dari Narada tentang peristiwa di Setra Gandamayit
segera turun dari kahyangan. Oleh karena memang sudah tiba saatnya kutukan itu
diangkat, maka Bhatara Guru masuk ke dalam tubuh Sadewa dan ritual ruwat ke Ra
Nini bisa dilakukan dengan dibarengi tebaran bunga dan percik air suci.
Setelah
selesai diruwat dan kutukan diangkat, Ra Nini pun beralih rupa menjelma kembali
menjadi Dewi Uma dengan kecantikannya yang sangat luar biasa.
Dewi
Uma kemudian memberi nama Sudamala kepada Sadewa, yaitu ‘yang membersihkan
segala noda dan kejahatan’. Sadewa juga diberinya senjata sakti, dan
menganjurkannya untuk pergi ke pertapaan Prangalas.
Di
pertapaan itu Sadewa akan mampu menyembuhkan pertapa Tambapetra dari kebutaan
dan lalu menikahi kedua puterinya.
Kalikà ,
abdi Ra Nini, ikut memohon agar diruwat seperti sang majikan, namun
permintaannya ditolak. Sêmar yang mengikuti Sadewa malah memperolok-olok KalikÃ
dengan melakukan ritual pengusiran roh jahat asal-asalan.
Mengikuti
petunjuk Dewi Umà , Sudamala pergi meninggalkan Setra Gandamyit menuju ke
Prangalas. Benar saja di sana ia menyembuhkan Resi Tambapetra dari kebutaannya
dengan ritual pensucian seperti yang ia lakukan sebelumnya, dan lalu menikahi
kedua putri Sang resi bernama Padapa dan Soka.
Nakula
yang tiba di Setra Gandamyit untuk menemui saudara kembarnya, diberitahu oleh
Kalikà tentang apa yang telah terjadi. Nakula lalu menyusul ke Prangalas dan
Sudamala pun memberinya Soka, puteri Resi Tambapetra yang berusia lebih muda,
untuk dijadikan isterinya.
Mereka
lalu pulang untuk membantu saudara-saudaranya melawan pasukan Kurawa yang
dipimpin Kalà ntaka dan Kalanjaya. Setelah kedua makhluk itu dikalahkan oleh
Sudamala, keduanya lalu diruwat hingga kembali ke wujudnya aslinya sebagai
bidadara kahyangan.