KISAH KERAJAAN BLAMBANGAN
Kerajaan Blambangan atau Balambangan atau Belambangan adalah sebuah kerajaan yang berada di Ujung Timur Pulau Jawa. Karena berbagai sebab Kerajaan Blambangan memiliki pusat pemerintahan yang berpindah-pindah ke beberapa titik di sekitar Tapal Kuda.
Kerajaan Blambangan dikenal sebagai salah satu kerajaan Hindu terakhir di pulau jawa. Pusat kekuasaannya berada di Banyuwangi. Saat itu nama Banyuwangi lebih dikenal dengan istilah Blambangan. Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke 13. Bahasa yang umum digunakan adalah bahasa Osing.
Kerajaan Blambangan adalah kerajaan bercorak Hindu terakhir di Pulau Jawa yang terletak di Banyuwangi.
KISAHNYA SEBAGAI BERIKUT :
Setelah Menak Dedali Putih meninggal dunia, pengganti sebagai raja di Blambangan adalah Siung Laut, cucu dari Menak Dedali Putih dan merupakan anak dari Rabut Macanpethak yang melakukan Sidayatra di Gunung Semeru dan tidak berkenan menjadi Raja Blambangan. (1476-1479).
Dalam babad Demak diceritakan :
Bahwa Adipati Siung Laut mendengar tentang hilangnya keris pusaka Majapahit yang bernama Kiai Condongcampur. Di samping itu juga mendapat petunjuk dari gurunya bahwa jatuhnya Majapahit kurang setahun lagi. (Babad Demak, Slamet Mulyono/Suwaji, hal. 51). Ini berarti ketika itu tahun 1477. Pusaka kerajaan yang lain yaitu Kiai Sengkelat telah berpindah ke Tuban. Siapa yang memiliki keris pusaka ini akan menguasai Pulau Jawa. Adipati Siung Laut bermaksud menguasai Kiai Sengkelat. Maling Caluring mendapat perintah untuk mencuri keris pusaka tersebut. Caluring berhasil melaksanakan tugasnya. Dan diaku saudara dan diangkat menjadi Patih Blambangan. Hanya Sunan Kalijagalah yang mengetahui peristiwa tersebut. Namun Sunan Kalijaga memerintahkan Empu Supa untuk mengambil kembali keris pusaka tersebut.
Dengan tipu muslihatnya akhirnya Supa berhasil mengambil keris pusaka Majapahit tersebut. (Babad Demak I hal. 53-56). Setelah Supa berhasil membuat duplikat keris tersebut, atas perintah Siung Laut, maka supa diangkat sebagai pangeran di Sendang Sidayu dengan gelar Pangeran Sendang, dan dinikahkan dengan putri Adipati Siung Laut sendiri. Hasil pernikahan tersebut membuahkan hasil putra bernama Jakasura. Setelah berhasil membuatkan Prabu Brawijaya sebuah keris yang dinamakan Kiai Mangkurat. Atas persetujuan Prabu Brawijaya dengan Ratu Darawati, Jakasura dinikahkan dengan putrinya bemama Rarasekar. Suatu peristiwa yang tidak dapat diabaikan begitu saja dalam sejarah ialah terjadinya peperangan antara Raden Fatah dari Demak Bintara melawan Prabu Brawijaya dari Majapahit, yang akhimya peperangan itu dimenangkan oleh Demak. Kejadian itu bertepatan dengan tahun 1478.
Perlu dicatat pula setelah Majapahit kosong, yang masih tertinggal di Majapahit hanya permaisuri, Ratu Darawati saja. Semua gegedug Majapahit berdiri di belakang Demak. Kejadian segera berbalik, Adipati Pecattanda kini merupakan andalan Kerajaan Demak.
Negara-negara bagian timur yang tidak takluk kepada Demak semua diperanginya. Termasuk Blambangan dan Bali. Sultan Bintara mengutus dua orang adipati ke Blambangan. Namun kedua adipati tersebut tewas menghadapi bala Blambangan, kerena dikeroyok oleh Adipati Gedung, Bandung, dan Pejarakan, serta Adipati Sidapeksa.
Artadaya dan Tohjiwa itu sebenamya masih paman dan adik Adipati Siung Laut sendiri. Akhirnya Adipati Pecattanda yang mendapat tugas menaklukkan Blambangan. Dalam pertempuran antara Demak dan Blambangan maka fihak Blambangan banyak menderita kekalahan.
Komentar kritik dan saran :
1. Siung Laut kok cucu dari Menak Dedali Putih dan merupakan anak dari Rabut Macanpethak. Bagaimana urutannya ini?
2. Darawati permaisurinya siapa sih? Ini tahun 1478 loh...
3. Adipati Pecattanda, Raden Kusen, kok bisa jadi andalan Kerajaan Demak? Bukankah dia terikat sumpah setianya pada Sunan Ampel untuk selalu membela Majapahit?
4. Sultan Bintara mengutus dua orang adipati ke Blambangan. Namun kedua adipati tersebut tewas dikeroyok oleh Adipati Gedung, Bandung, dan Pejarakan, serta Adipati Sidapeksa. Idih, beraninya main keroyok...
5. Dapat sumber dari mana ini, kok Adipati Pecattanda, Raden Kusen menaklukkan Blambangan? Kapan?
6. Dalam pertempuran antara Demak dan Blambangan maka fihak Blambangan banyak menderita kekalahan. Wes to, pokoknya SALAH + KALAH = BLAMBANGAN
KERAJAAN BLAMBANGAN
Kerajaan Blambangan atau Balambangan atau Belambangan atau Helumbangan adalah sebuah kerajaan yang berada di Ujung Timur Pulau Jawa. Karena berbagai sebab Kerajaan Blambangan memiliki pusat pemerintahan yang berpindah-pindah ke beberapa titik di sekitar Tapal Kuda. Kerajaan Blambangan diperintah oleh raja-raja keturunan dinasti Majapahit.
Ibu kota :
- Semboro, Jember (masa 'Mas Sembar')
- Lumajang (masa 'Bima Koncar')
- Kedawung, Jember (masa 'Menak Lumpat s/d Wilabrata')
- Macanputih, Banyuwangi (masa 'Tawang Alun II')
- Balambangan, Muncar, Banyuwangi (masa 'Prabu Danurejo s/d Pangeran Agung Wilis')
- Lateng, Rogojampi, Banyuwangi (masa 'IGNK Dewa Kabakaba')
Tahta Menak / Gusti / Susuhunan / Prabu Blambangan / Kedaton Timur :
1. 1478-1489 : Mas Sembar
2. 1489-1501 : Bima Koncar
3. 1501-1531 : Menak Pentor
4. 1531-1546 : Menak Pangseng
5. 1546-1601 : Menak Pati
6. 1601-1633 : Menak Lumpat
7. 1633-1647 : Menak Seruyu / Tawang Alun I
8. (2 kali berkuasa) : Tawang Alun II
Prabu Tawangalun II atau Kangjeng Susuhunan Prabu Agung Tawangalun II lahir di Balambangan dengan nama Mas Raka Sanepa atau Raden Mas Kembar.
Prabu Tawangalun II adalah raja terbesar di Kerajaan Blambangan yang pernah dua kali berkuasa yakni antara tahun 1649-1652 dan antara tahun 1655-1691.
Nama beliau nunggak semi dengan nama sang ayah, Menak Seruyu, yang juga disebut sebagai Prabu Tawangalun Nyakra atau Tawangalun I, yang berkuasa di Kuthadawung (Kedawung, di Paleran Umbulsari, Jember) sebagai raja Balambangan ke-7 yang berkuasa antara tahun 1633-1647.
Blambangan dulunya pernah menjadi bagian dari wilayah Lamajang Tigangjuru yang dipimpin oleh Arya Wiraraja dan Pu Nambi tahun 1293-1316. Lamajang Tigangjuru beribukota di Lamajang (Lumajang). Selain Blambangan, dua Juru (kadipaten) lainnya adalah Sadeng (di Puger, Jember), dan Keta (di Besuki, Situbondo).
Namun karena tidak terlibat dalam Perang Nambi (1316) dan Perang Sadeng-Keta (1318), maka oleh Prabu Jayanagara, raja kedua Majapahit, daerah ini dianugerahi status sebagai Perdikan Sima.
Tahun 1352 Balambangan bersama Pasuruan, Sumbawa, dan Bali mendapat Adipati baru dari trah Kepakisan Kediri.
Adipati Blambangan pertama itu bernama Sira Dalem Sri Bima Chili Kepakisan (1352-1406).
Ketika Kerajaan Patron-nya, Majapahit, runtuh akibat pemberontakan Sang Muggwing Jinggan dan saudara-saudaranya tahun 1478 dan raja Singhawikramawardhana Dyah Suraprabhawa (1466-1478) gugur di istana, maka kerajaan-kerajaan vasal Majapahit seperti Kesultanan Demak, Kerajaan Bali, Kadipaten Surabaya, Kesunanan Giri, Kesultanan Cirebon, Kerajaan Blambangan, dll memilih merdeka sendiri-sendiri dan tidak mau mengakui kekuasaan para pemberontak yang mendirikan kerajaan baru di Keling Kediri (Kerajaan Daha).
Pada tahun 1527, raja Majapahit-Daha Girindrawardhana Dyah Ranawijaya, yang tersingkir karena diserang oleh Sultan Trenggana dari Kesultanan Demak melarikan diri ke Panarukan, Situbondo di wilayah utara Kerajaan Blambangan.
Imajiner Nuswantoro