Selayang Pandang Sejarah Berdirinya Istana Macan Putih dan Prabu Tawang Alun di Blambangan
Prabu Tawang Alun memimpin Kerajaan Blambangan yang kala itu pusat pemerintahan kerajaan berpindah ke Kedawung-Rogojampi. Pada tahun 1685-1686, politik adu domba Belanda mengakibatkan Mas Wila, adik dari Prabu Tawang Alun berambisi menduduki tahta kerajaan.
“Untuk menghindari pecah perang saudara, maka pada 1686, Prabu Tawang Alun yang bijaksana dan berbudi luhur memilih mengalah dan menyingkir ke daerah Rowo Bayu Songgon. Prabu Tawang Alun menyerahkan kekuasaan kepada Mas Wila sebagai raja di Istana Kedawung dengan gelar pangeran Prabu Mas Wilabrata,”
Sementara itu, di bawa kepemimpinan Pangeran Prabu Mas Wilabrata, rakyat Kedawung hidup dalam kecemasan, karena Mas Wila sering berlaku tidak adil kepada rakyat. Banyak pendukung di Kedawung pindah ke Desa Bayu karena dirasa lebih damai dan tentram.
Terdorong oleh watak keras Mas Wila yang kurang bijaksana, beliau amat murka pada waktu itu mendengar banyak penduduk yang berpindah ke Bayu. Dengan peristiwa itu Mas Wila langsung mengerahkan prajuritnya untuk mengempur Desa Bayu.
Perang saudara tidak dapat terhindari. Pertempuran pun terjadi dengan sengit. Pada 1687 Prabu Mas Wila, Mas Ayu Tunjung Sekar, serta Mas Wilataruna gugur dalam pertempuran sengit itu. Tahta Singgasana Kedawung kemudian oleh Prabu Tawang Alun diserahkan kepada Mas Ayu Meloka. Sedangkan Mas Ayu Gringsing Retno diangkat sebagai Patih.
Prabu Tawang Alun merasa menyesal atas terbuhunya mas Wilabrata, Mas Ayu Tunjung Sekar dan Wilateruna. Prabu Tawang Alun melakukan tapabrata di hutan Sudamara di kawasan lereng Gunung Raung. Pada saat bertapa Prabu Tawang Alun dibangunkan oleh suara gaib yang mengisyaratkan beliaunya harus berjalan ke arah utara.
Macan Putih dan Prabu Tawang Alun berhenti di Banger Laban Asem. Kemudian Prabu Tawang Alun dan pengikutnya mendirikan kembali sebuah istana yang dinamakan istana Macan Putih. Kerajaan Blambangan lalu berpusat di Istana Macan Putih yang dibangun dengan batu bata merah.
“Ukuran persatuan panjangnya batu bata merah itu 1 meter, lebar 0,5 meter tinggi 20 meter dengan pagar berkeliling lengkap dengan parit sepanjang 4,5 km dan diselesaikan dengan kurun waktu 4 tahun 10 bulan, dengan dibantu penasehatnya yaitu Mas Bagus Wongsokaryo. Pada saat itu masa kepemimpinan Tawang Alun Kerajaan Blambangan memasuki jaman keemasan.