HA NA CA RA KA - DA TA SA WA LA - PA DA JA YA NYA - MA GA BA TA NGA & CARAKA WALIK
(Piwulang Hakekating Urip)
HA NA CA RA KA
Ha : Hananira sejatining wahananing Hyang.
Na : Nadyan nora kasat mata pasti ana.
Ca : Careming Hyang yekti tan cetha wineca.
Ra : Rasakena rakete lan angganira.
Ka : Kawruhana jiwanira kongsi kurang weweka.
DA TA SA WA LA
Da : Dadi sasar yen sira nora waspada.
Ta : Tamatna prabaning Hyang sung sasmita.
Sa : Sasmitane kang kongsi bisa karasa.
Wa : Waspadakna wewadi kang sira gawa.
La : Lalekna yen sira tumekeng lalis.
PA DA JA YA NYA
Pa : Pati sasar tan wun manggya papa.
Dha : Dhasar beda kang wus kalis ing godha.
Ja : Jangkane mung jenak jenjeming jiwaraga.
Ya : Yatnana liyep luyuting pralaya.
Nya : Nyata sonya nyenyet labeting kadonyan.
MA GA BA THA NGA
Ma : Madyeng ngalam pangrantunan aywa samar.
Ga : Gayuhaning tanna liyan jung sarwa arga.
Ba : Bali murba misesa ing njero njaba.
Tha : Thakulane widadarja tebah nistha.
Nga : Ngarah ing reh mardi-mardiningrat
MA
Manawa sira anyulayani
Marang geguritaning sang Gesang
Yekti abot pidanane
Urip ingkang satuhu
Nggawa rerengganing Hyang Widhi
Kodrat datan anyidra
Marang kersa Agung
Lamun wus tumekeng mangsa
Geguritaning gesang mbabar dumadi
Laksita madyapada
GA
Gagaring sahadat kang sejati
Karsa lamun urip iku tunggal
Tunggal kabeh myang sipate
Gelare jagad iku
Pratandha purbaning Hyang Widhi
Kwasa nganakna jagad
Myang kwasa angukut
Paranipun kabeh sipat
Marang sangkane yeku sumbering urip
Purwanira dumadya
BA
Babaring gesang wujud dumadi
Anggelar sawernaning agama
Mranata para titahe
Tumeka wancinipun
Praumat ngungkurna agami
Kang sih ngrasuk agama
Tan wruh kang satuhu
Among nyekeli sarengat
Sunyataning gami tan urip ning ati
Ngrasuk klongsong kewala
THA
Thathit sliweran ing nusa Jawi
Pratandha ingwang kang numindakna
Nyampurnaake agamane
Mbalekna myang kang tuhu
Anyebarna Islam sejati
Duk zaman Brawijaya
Ingsun datan purun
Angrasuk agami Islam
Marga ingwang uninga agama iki
Nlisir saka kang nyata
NGA
Ngelingi marang gesang sesame
Yen sira tan ngetut karsaningwang
Yekti abot panandhange
Ingsun pikukuhipun
Nusantara sa indengira
Bhawana sisih wetan
Asia puniku
Kasigeg nggeningwang nyabda
Kasabdakna mrang bawana wadhag iki
Lantar mandhala arga
MAKNA HANACARAKA
Di tinjau dari jumlah terdiri dari 20 jenis hurup yang melambangkan 20 jari manusia
Jari merupakan alat hitung manusia yang paling sederhana dan hal ini melambangkan bahwa dalam menjalani kehidupanya orang Jawa selalu menggunakan perhitungan yang matang sebelum melangkah
Deretan ke 20 aksara jawa tersebut yaitu :
1. HA NA CA RA KA
2. DA TA SA WA LA
3. PA DA JA YA NYA
4. MA GA BA TA NGA
Entah kebetulan atau di sengaja deretan hurup di atas ternyata bukan deretan hurup tampa makna tetapi membentuk empat kalimat yang mengandung filosofi luar biasa yaitu
Melambangkan perjalanan hidup manusia
1. HA NA CA RA KA
jika di baca "hana caraka"
akan bermakna ADA UTUSAN
Siapa yang di maksud dengan utusan tersebut
Tidak lain adalah MANUSIA
berbeda dengan pendapat umum..bahwa utusan tuhan hanya terbatas para rosul saja
Bagi orang jawa setiap manusia adalah utusan tuhan..setiap manusia berkewajiban
HAME MAYU HAYUNING BAWANA
menjaga kelestarian alam
Memakmurkan bumi
Menciptakan kedamaian
Dan keselamatan di alam dunia
2. DA TA SA WA LA
jika di baca "dzat a suwala"
Akan bermakna DZAT YANG TIDAK BOLEH DI BANTAH
Siapa yang di maksud..?
tiada lain adalah "TUHAN" yang Maha Esa
Tuhan adalah dzat yang tidak boleh di bantah oleh manusia yang menjadi utusanya
Sekali lagi manusia hanya bersifat sebagai utusan bukan penguasa
Oleh karna itu di wajibkan untuk tunduk terhadap aturan yang sudah di tetapkan oleh sang pengutus yang di sebut dengan istilah (Qudrat / hukum karma)
3. PA DA JA YA NYA
jika di baca "pada jayane"
Akan bermakna "SAMA SAMA UNGGULNYA"
Siapa yang unggulnya ?
yaitu "JASMANI DAN RUHANI"
Dalam menjalankan peranya sebagai utusan tuhan manusia wajib menjaga keseimbangan antara urusan jasmani dan ruhani
Seorang manusia tidak di benarkan berkarya tanpa di landasi niat ibadah..
Karna bekerja dengan cara tersebut hanya melahirkan keserakahan yang membuatnya keluar dari tujuan hidup yang sebenarnya
Sebaliknya manusia juga tidak di benarkan melakukan sembahyang saja tampa di sertai bekerja..orang yang melakukan sembahyang tampa bekerja sesungguhnya termasuk golongan egois
Dia hanya mementingkan diri sendiri dengan harapan ingin masuk surga tetapi tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya termasuk keberadaan tubuhnya
Seorang manusia sempurna (insan kamil) adalah dia yang bisa bekerja dengan di landasi semangat ibadah kepada tuhan yang maha esa
Yang lebih menarik orang jawa dalam beribadah tidak mengharapkan pahala..karena semboyan hidup mereka adalah
NERIMO ING PANDUM
Menerima pemberianya, sekali lagi menerima bukan "mengharapkan"
4. MA GA BA TA NGA
merupakan singkatan dari SUKMA RAGA BATANG
yang bermakna "RUH TUBUH BANGKAI"
Maksudnya adalah kalimat ini merupakan AKHIR dari perjalanan manusia sebagai khalifah tuhan di bumi..
Jika ruh meninggalkan tubuh..maka yang tersisa hanya tinggal jasadnya yang sudah menjadi bangkai..dalam ke adaan ini manusia sudah tidak lagi di sebut manusia karena eksistensinya sudah berakhir
Kalimat terakhir ini mengingatkan manusia agar tidak terlalu membanggakan dirinya
Karena jika sang ruh pergi meninggalkan tubuhnya maka yang tersisa hanya jasadnya saja
Kalimat ini mengingatkan manusia bahwa TUBUH hanyalah kendaraan bagi sang ruh dalam menjalankan peranya sebagai utusan Tuhan tanpa ruh raga hanyalah jasad yang menjadi BANGKAI yang tidak berarti
CARAKA WALIK
nga ta ba ga ma = tidak ada kematian |
nya ya ja da pa = tidak ada kesaktian |
la wa sa ta da = tidak ada peperangan |
ka ra ca na ha = tidak ada utusan |
Mantra Jawa Kuno untuk menangkal roh jahat, menjadi ilmu penolak yang sangat ampuh. bisa menolak segala malapetaka. termasuk menolak tuju, teluh, teranjana, leak, desti, pepasangan, sesawangan, rerajahan, dsb. Bacaan itu juga ada di bait terakhir mantra untuk memanggil jailangkung, fungsinya untuk menolak bencana/malapetaka yang tidak diinginkan penjelasannya adalah sebagai berikut:
nga ta ba ga ma = tidak ada kematian
nya ya ja da pa = tidak ada kesaktian
la wa sa ta da = tidak ada peperangan
ka ra ca na ha = tidak ada utusan.
Arti caraka walik :
Nga – Ngracut busananing manungso, melepaskan egoisme pribadi, manusia.
Tha – Tukul saka niat, sesuatu harus dimulai, tumbuh dari niatan.
Ba – Bayu sejati kang andalani, menyelaraskan diri pada gerak alam.
Ga – Guru sejati sing muruki -belajar pada guru nurani.
Ma – Madep mantep manembah mring Ilahi, yakin, mantap dalam menyembah Ilahi.
Nya – Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki, memahami kodrat kehidupan.
Ya – Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi, yakin atas titah / kodrat Illahi.
Ja – Jumbuhing kawula lan Gusti, selalu berusaha menyatu, memahami kehendak Nya
Dha – Dhuwur wekasane endek tumindak kang dumadi, yakin atas titah / kodrat Illahi
Ja – Jumbuhing kawula lan Gusti, selalu berusaha menyatu, memahami kehendak Nya.
Dha – Dhuwur wekasane endek wiwitane, untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar
Pa – Papan kang tanpa kiblat, hakekat Allah yang ada disegala
arah.
La – Lir handaya paseban jati, mengalirkan hidup semata pada
tuntunan Illahi.
Wa – Wujud hana tan kena kinira, ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas.
Sa – Sifat ingsun handulu sifatullah- membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan.
Ta – Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa, mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup.
Da – Dumadining dzat kang tanpa winangenan, menerima hidup apa adanya.
Ka – Karsaningsun memayuhayuning bawana, hasrat diarahkan untuk kesajetraan alam.
Ra – Rasaingsun handulusih rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani.
Ca – Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi, satu arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal.
Na – Nur candra,gaib, candra warsitaning candara, pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi.
Ha – Hana hurip wening suci, adanya hidup adalah kehendak
dari yang Maha Suci.
Caraka walik,atau caraka sungsang memang biasa digunakan untuk menangkal atau membalikkan suatu malapetaka, santet, teluh, dan sebagainya.
Arti secara harfiah, mengutip dari Kawruh Pepak Boso Jowo disitu di tulis makna harfiah Aksara Jawa
Hanacaraka = ada ucapan, ada kata-kata
Datasawala = saling perselisihan
Padajayanya = adanya adu kekuatan yang sama jaya nya (sama kuatnya)
Magabathanga= terjadilah bangkai/mati (Jawa = bathang)
Jika di balik maka yg terjadi adalah kebalikannya
Tidak ada ucapan
Tidak adanya perselisihan
Tidak ada adu kekuatan
Tidak adanya tumpah darah yang akibatkan kematian.
HA NA CA RA KA
DA TA SA WA LA
PA DHA JA YA NYA
MA GA BA THA NGA
NGA THA BA GA MA
NYA YA JA DHA PA
LA WA SA TA DA
KA RA CA NA HA
Aksara Jawa " ha-na-ca-ra- ka "
Mewakili spiritualitas orang Jawa yang terdalam yaitu kerinduannya akan harmoni dan ketakutannya akan segala sesuatu yang dapat memecah-belah harmoni.
•Ha-Na-Ca-Ra-Ka
berarti ada ” utusan ”
Yakni utusan hidup
Berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja.
Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia ( sebagai ciptaan-Nya).
• Da-Ta-Sa-Wa-La
Berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data ” saatnya ( dipanggil ) ” tidak boleh sawala ” mengelak ” manusia ( dengan segala atributnya ) harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan.
• Pa-Dha-Ja-Ya-Nya
Berarti menyatunya zat pemberi hidup ( Tuhan ) dengan yang diberi hidup ( makhluk ).
Maksdunya padha ” sama ” atau sesuai, jumbuh, cocok ” tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran budi pekerti dan keutamaan.
Jaya itu ” menang, unggul ” sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan ” sekedar menang ” atau menang tidak sportif.
• Ma-Ga-Ba-Tha-Nga
Berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.
Arti dan Makna dari Huruf "HANACARAKA"
Ha :
Hana hurip wening suci
Adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci
Na :
Nur candra, gaib candra, warsitaning candara
Pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Tuhan
Ca :
Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi
Arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal
Ra :
Rasaingsun handulusih
Rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani
Ka :
Karsaningsun memayuhayuning bawana
Hasrat diarahkan untuk kesajeteraan alam
Da :
Dumadining dzat kang tanpa winangenan
Menerima hidup dengan Sang Penghidup yang tanpa batasan.
Ta :
Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa
Mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup
Sa :
Sifat ingsun handulu sifat Gusti
Membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan
Wa :
Wujud hana tan kena kinira
Ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas
La : Lir handaya paseban jati
Mengalirkan hidup semata pada tuntunan Tuhan
Pa :
Papan kang tanpa winates
Hakekat Tuhan bertempat ada disegala arah
Dha :
Dhuwur wekasane endek wiwitane
Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar
Ja :
Jumbuhing kawula lan Gusti
Selalu berusaha menyatu memahami kehendak-Nya
Ya :
Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi
Yakin atas titah/kodrat Tuhan
Nya :
Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki
Memahami kodrat kehidupan
Ma :
Madep mantep manembah mring Gusti
Yakin/mantap dalam menyembah Tuhan
Ga :
Guru sejati sing muruki
Belajar pada guru nurani
Ba :
Bayu sejati kang andalani
Menyelaraskan diri pada gerak alam
Tha :
Tukul saka niat
Sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niatan
Nga :
Ngracut busananing manungso
Melepaskan egoisme pribadi manusia
Demikianlah arti makna dari huruf aksara jawa hanacaraka yang sarat makna tersebut menjadi sarana dalam acuan hidup didunia sebagai manusia didunia baik manusia dengan Tuhannya atau hubungan dengan manusia-manusia lainnya sebagai mahluk sosial yang saling membutuhkan ibarat tangan kanan pasti membutuhkan tangan kiri begitupun sebaliknya.