G.P.H HADIWIJAYA PANGERAN SEDO KALIABU
Strategis Belanda untuk menguasai nusantara salah satu adalah dengan de vide et impera, politik belah bamboo tepatnya daripada pecah belah. Meminjam konsep belah bamboo, yaitu posisi yang kuat akan diinjak sedangkan yang lemah akan didukung. Akibat dari stprategis itu ialah muncul Perang Suksesi di Kerajaan Mataram yaitu Perang Suksesi III (1746-1757). Perang suksesi ini melibatkan banyak tokoh yang didalamnya, berakhir dengan Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755. Menjadikan wilayah Mataram terbagi menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Salah satu dari tokoh pejuang itu dimakamkan di Dusun Demangan Barat, Desa Kaliabu Kec Salaman.
Desa yang terkenal status social ekonomi relative tinggi, dengan ditunjukannya banyak warga desa yang menjadi juragan armada angkutan dan memiliki mobil sejak lama. Bahkan akhir akhir ini terkenal sebagai Kampung Desain skala global secara otodidak.
SALAMAN selama ini hanya mengenal Pangeran Diponegoro sebagai pejuang yang mengunakan Salaman sebagai medan gerilya dalam perjuangan. Kisah itu kemudian menjadi cerita rakyat yang telah turun temurun dari generasi ke generasi, sehingga memori masyarakat tetap menyimpannya. Namun sangat sedikit yang mengetahui kalau di Kaliabu Salaman Magelang bersemayam jasad Gusti Pangeran Hadiwijoyo, yang tidak kalah heroiknya melawan VOC. Lalu siapakah Pangeran Hadiwijoyo dan perannya dalam perjuangan bangsa. ?
Pangeran Sedo Kaliabu
Dalam literature sejarah keraton di Jawa lebih dikenal dengan nama Pangeran Hadiwijjaya seda Kaliabu. GPH Hadiwijoyo adalah putera ke 12 dari Sinuhun Amangkurat IV ( Jawi ) ing Kartosura dengan Mas Ayu Karoh/ Raden Ayu Sumanarsa/ Raden Ayu Kulon/Raden Ayu Sepuh .Lahir dengan nama RM Subekti Setelah dewasa menikah dengan R Ay Sentul melahirkan RMT Kusumadiningrat/ KPH Kusumadiningrat dan Raden Ayu Rojosemito/ Wirodipuro. GPH Hadiwijoyo ini merupakan saudara kandung dari Pangeran Aryo Mangkunagara Kartosuro, orang tua dari RM Said yang kelak menjadi KGPAA Mangkunegara I setelah Perjanjian Salatiga. Pangeran Aryo Mangkunagara Kartosuro sendiri karena intrik dengan adiknya Pakubuwono II, dibuang ke Sailan . Merupakan kakak satu ayah dari BPH Mangkubumi atau Sultan Hamengkubuwono ke I yang merupakan putera ke 15 yang lahir dari garwo selir Amangkurat IV yaitu Mas Ayu Tedjowati
Setelah Keraton pindah ke Solo , pada masa Pakubuwono II, beliau tinggal di Kampung Gajahan sebelah barat alun alaun kidul Solo. Perjuangan Pangeran Hadiwijaya bermula pada Bulan Mei 1746 Pangeran Mangkubumi meninggalkan keraton untuk melakukan perlawanan terhada VOC. Pada saat pertemuan seluruh pejabat kerajaan di keraton Surakarta, dipermalukan Gubernur Jend VOC Baron Van Imhoff ,atas hasutan dari Patih Pringgalaya. Selain itu juga karena tidak puas karena Pakubuwono II terlalu berpihak pada VOC. Kepergian Pangeran Mangkubumi diikuti sejumlah pangeran dan kerabat keraton. Salah satunya adalah Gusti Pangeran Hadiwijoyo . Mereka kemudian bergabung bersama RM Said yang telah melakukan perlawanan terhadap VOC. Mulai rentetan perjuangan yang cukup panjang selama 20 tahun. Mereka berbagi medan pertempuran, Pangeran Hadiwijaya berperang di wilayah Kedu Utara dan Selatan ( ing antawisiun Pareden Menoreh, Giyanti Redi Sumbing, Merbabu lan Merapi) kasebat Nagara Agung ).
Namun 1753 ketika Pangeran Hadiwijaya sedang mandi di Kali Butek Kali Abu , disergap oleh pasukan VOC pimpinan Letnan Gulman. Ketika sedang melompat ke atas kuda untuk mengambil senjata, beliau tertembak. Kepala nya kemudian dipenggal didepan isterinya. Oleh Letnan Gulman kepalanya dibawa ke erwakilan VOC di Semarang untuk dimintakan hadiah. Sedangakan oleh isteinya Mas Ayu Gondosari bersama pengikutnya jenasahnya dimakamkan di Kali Abu Salaman Magelang.
Kelak setelah Perjanjian Giyanti 13 Januari 1755 Pangeran Mangkubumi menjadi raja di Kasultanan Yogyakarta . Setelah Perjanjian Salatiga 17 Maret 1757, RM Said menjadi Adipati dengan gelar KGPAA Mangkunegara I di wilayah Mangkunegaran Solo. Baik P.Mangkubumi ( HB I) dan RM Said / Pangeran Sambernyawa ( MN I ) telah diangkat menjadi Pahlawan Nasional oleh negara. Kelak salah satu cicit ( buyut ) Pangeran Hadiwijaya ini yang bertahta sebagai Mangkunegara IV . Secara genealogis sejak Mangkunegara IV sampai sekarang Mangkunegara IX adalah keturunan dari GPH Hadiwijaya.
SALAMAN, tidak hanya menyimpang kisah patriotic Pangeran Diponegoro, melainkan juga Pangeran Hadiwijaya. Wilayah Salaman yang pada masa itu disebut sebagai wilayah Menoreh , ikut ambil bagian dalam pejuangan bangsa sejak masa VOC sampai revolusi fiisk 1945-1949. Desa Kaliabu Salaman Magelang, menyimpan dan merekam jejak perjuangan melawan kolonialisme asing. Namanya tertoreh pada pribadi Gusti Pangeran Haryo Hadiwijaya, yang dikenal dengan sebutkan Pangeran Hadiwijaya Sedo Ing Kaliabu, untuk membedakan nama yang sama , generasi berikutnya di keraton Yogyakarta maupun Surakarta. Makam Gusti Pangeran Haryo Hadiwijaya berada di Demangan Kaliabu Magelang. Hadijaya meninggal ketika perang itu berlangsung, dua tahun sebelum Perjanjianjian Giyanti yang mengakhiri perang dan membagi wilayah kerajaan menjadi dua. Makam itu saat ini masih terawat dengan baik, pemugaran terakhir pada tahun 1980 an. Saat ini dengan juru kunci Bp Achmad Riyadi.