GOMBAL MUKIYO
Gombal adalah potongan kain, biasanya kain bekas, yang dipakai untuk membersihkan benda-benda rumah tangga.
Gombal identik dengan benda yang tidak terpakai dan tidak ternilai. Menurut KBBI gombal adalah kain yang sudah tua dan sobek-sobek, biasanya dibuang karena tidak berguna lagi.
Gombal juga mempunyai arti konotatif, yaitu bohong. Dalam praktik bahasa sehari-hari gombal bisa menjadi kata kerja menggombal, yang artinya berbohong.
Seorang pria yang merayu wanita dengan kalimat-kalimat muluk, disebut menggombal.
Bagaimana dengan Mukiyo, siapa dia ? Tidak ada sumber yang bisa menjadi rujukan untuk melacak asal muasal Mukiyo.
Biasanya, Mukiyo diasosiasikan dengan seseorang yang suka melakukan tindakan konyol bahkan tolol dan misterius asal-usulnya.
Mukidi digambarkan sebagai seseorang yang berwajah lugu, seperti kebanyakan masyarakat desa, tetapi tingkah lakunya sering nyeleneh dan mengundang tawa.
Sangat mungkin nama itu dikaitkan dengan nama umum di Jawa Timur yang biasanya menunjukkan strata sosial menengah ke bawah.
Ungkapan Gombal Mukiyo sering muncul dalam dialog-dialog humor di pementasan ludruk, dan nama Mukiyo biasanya menunjukkan peran seorang pembantu.
Dalam praktik komunikasi publik, ungkapan itu menjadi frasa yang dikaitkan dengan apa saja yang dianggap mengecewakan. Seorang politisi yang berbicara tanpa bukti disebut sebagai politisi Gombal Mukiyo.
Seorang pemimpin yang hanya mementingkan urusannya sendiri, tetapi selalu mengatasnamakan rakyat, disebut sebagai pemimpin Gombal Mukiyo.
Gombale Mukiyo terdiri dari dua kata.
Gombal, yang dalam tata bahasa Jawa diartikan sebagai kain yang tidak berharga, yang biasanya sudah tidak dipakai, atau kalaupun dipakai hanya untuk lap.
Mukiyo, adalah nama seseorang, yang sampai sekarang masih misterius latar belakangnya, tidak jelas bagaimana awalnya, dan siapa sebenarnya Mukiyo ini, sampai sebegitu fenomenalnya, namanya diabadikan sedemikian rupa. Satu-satunya informasi yang bisa dilacak adalah Mukiyo ini diduga berjenis kelamin laki-laki.
Maksa atau esensi yang melekat pada ungkapan ini dipakai untuk meledek sesuatu atau seseorang yang tidak serius, tidak berharga, atau pembualan.
Gombale Mukiyo terdiri dari dua kata Yakni Gombal, yang dalam tata bahasa Jawa diartikan sebagai kain yang tidak berharga, yang biasanya sudah tidak dipakai, atau kalaupun dipakai hanya untuk Lap. Sedangkan Mukiyo, adalah nama seseorang, yang sampai sekarang masih misterius latar belakangnya, tidak jelas bagaimana awalnya, dan siapa sebenarnya Mukiyo ini, sampai sebegitu fenomenalnya, namanya diabadikan sedemikian rupa. Satu-satunya informasi yang bisa dilacak adalah Mukiyo ini diduga berjenis kelamin laki-laki.
Gombale Mukiyo, dalam perkembangannya merambah hampir semua pelosok Jawa Tengah (termasuk Jogjakarta) dan Jawa Timur. Dan di beberapa daerah ungkapan ini mengalami perkembangan berbeda-beda, ada yang tetap menggunakan Gombale Mukiyo, ada yang kemudian memakai versi baru dengan menghilangkan Vokal’e’, sehingga menjadi Gombal Mukiyo.
Pada akhirnya Gombal Mukiyo lebih banyak dipakai. Namun arti dan esensi yang melekat pada ungkapan ini tidaklah berubah, kerap dipakai untuk meledek sesuatu atau seseorang yang tidak serius, tidak berharga, atau pembualan.