FILOSOFI TEMBANG DOLANAN CUBLAK-CUBLAK SUWENG (SUNAN GIRI)
Sunan Giri (1442-1506 ) adalah nama salah seorang Walisongo dan pendiri kerajaan Giri Kedaton, yang berkedudukan di daerah Gresik, Jawa Timur. Sunan Giri membangun Giri Kedaton sebagai pusat penyebaran agama Islam di pulau Jawa yang pengaruhnya bahkan sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Saat itu, Sunan Giri menyebarkan agama Islam di Nusantara, terutama di pulau Jawa lewat jalur kebudayaan. Dari sinilah Sunan Giri menciptakan lagu Cublak-Cublak Suweng yang akhirnya dijadikan sebagai tembang dolanan pengiring permainan tradisional anak-anak.
Tembang Cublak-cublak suweng diperkenalkan oleh Sunan Giri, seorang ulama sekaligus budayawan yang sangat hebat. Dakwahnya tidak memaksa namun justru menjadikan rasa untuk hanyut didalamnya. Metode ini ternyata sangat ampuh untuk menjadikan daya tarik orang-orang jawa awam terhadap islam. Melalui seni budaya yang berupa gamelan, tembang, ataupun karya sastra lainnya menjadikan Sunan Giri sebagai sosok yang dikagumi hingga kini.
Berikut ini makna tembang dolanan Cublak-Cublak Suweng :
1. Cublak-cublak suweng.
Cublak Suweng = tempat Suweng. Suweng adalah anting perhiasan wanita Jawa. Jadi, Cublak-cublak suweng, artinya ada tempat harta berharga, yaitu Suweng (Suwung, Sepi, Sejati) atau Harta Sejati.
2. Suwenge teng gelenter.
Suwenge Teng Gelenter = suweng berserakan. Harta Sejati itu berupa kebahagiaan sejati sebenarnya sudah ada berserakan di sekitar manusia.
3. Mambu ketundhung gudel.
Mambu (baunya) Ketundhung (dituju) Gudel (anak Kerbau).
Maknanya, banyak orang berusaha mencari harta sejati itu. Bahkan orang-orang bodoh (diibaratkan Gudel) mencari harta itu dengan penuh nafsu ego, korupsi dan keserakahan, tujuannya untuk menemukan kebahagiaan sejati.
4. Pak empo lera-lere.
Pak empo (bapak ompong) Lera-lere (menengok kanan kiri). Orang-orang bodoh itu mirip orang tua ompong yang kebingungan. Meskipun hartanya melimpah, ternyata itu harta palsu, bukan Harta Sejati atau kebahagiaan sejati. Mereka kebingungan karena dikuasai oleh hawa nafsu keserakahannya sendiri.
5. Sopo ngguyu ndhelikake.
Sopo ngguyu (siapa tertawa) Ndhelikake (dia yang menyembunyikan) menggambarkan bahwa barang siapa bijaksana, dialah yang menemukan Tempat Harta Sejati atau kebahagian sejati. Dia adalah orang yang tersenyum-sumeleh dalam menjalani setiap keadaan hidup, sekalipun berada di tengah-tengah kehidupan orang-orang yang serakah.
6. Sir-sir pong dele kopong.
Sir (hati nurani) pong dele kopong (kedelai kosong tanpa isi). Artinya di dalam hati nurani yang kosong. Maknanya bahwa untuk sampai kepada Tempat Harta Sejati (Cublak Suweng) atau kebahagiaan sejati, orang harus melepaskan diri dari kecintaan pada harta benda duniawi, mengosongkan diri, rendah hati, tidak merendahkan sesama, serta senantiasa memakai rasa dan mengasah tajam sir-nya/hati nuraninya.
Kesimpulan :
Untuk mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu tetapi semuanya kembali ke hati nurani yang bersih. Tidak dipengaruhi hawa nafsu. Dengan hati nurani akan lebih mudah menemukannya, tidak tersesat jalan hingga lupa akan akhirat. Semoga kita dapat mengambil hikmah.
CUBLAK-CUBLAK SUWENG (2)
Secara umum lagu ini memiliki makna bahwa untuk mencapai kebahagiaan sejati, orang-orang tidak perlu mengikuti hawa nafsu dan jangan pernah serakah.
Sebab, dengan hati nurani yang bersih, seseorang akan lebih mudah menemukan kebahagiaan sesungguhnya tanpa harus tersesat dan melupakan akhirat.
Cara agar seseorang tidak mudah untuk mengikuti hawa nafsunya dengan melepaskan diri dari hal-hal yang berbau duniawi, mengosongkan diri, bersikap rendah hati, tidak merendahkan sesama, sekaligus senantiasa mengasah kepekaan hati nuraninya.
Tembang :
Cublak-cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketundung gudhel
Pak Empong lerak-lerek
Sopo ngguyu ndelekakhe
Sir-sir pong dele kopong
Sir-sir pong dele kopong
Arti tembang Cublak-Cublak Suweng :
- Cublak-cublak suweng :
- Cublak suweng berarti tempat anting.
- Syair ini berarti tempat harga berharga atau harta abadi.
Suwenge teng gelenter :
- Teng gelenter artinya berserakan.
- Syair ini ini berarti harta yang berharga itu sudah berserakan di Bumi atau di sekitar kita.
Mambu ketundhung gudel :
- Gudel berarti anak kerbau yang melambangkan orang bodoh.
- Mambu ketundhung gudel berarti baunya dituju anak kerbau.
- Syair ini berarti orang yang bodoh mencari harta dengan keserakahan.
Pak empo lera-lere :
- Pak empo lera-lere berarti bapak ompong menengok ke kanan dan kiri.
- Syair ini berarti orang yang merasa gelisah atau kebingungan karena harta duniawi yang dimilikinya bukan harta abadi atau kebahagiaan sejati.
Sapa ngguyu ndhelikake :
- Sapa ngguyu ndhelikake berarti siapa yang tertawa dialah yang menyembunyikan.
- Syair ini berarti orang yang bijaksana yang menemukan kebahagiaan sejati yang bisa tersenyum atau tertawa dalam menjalani hidup.
Sir-sir pong dele kopong :
- Sir berarti hati nurani dan dele kopong berarti kedelai kosong. Artinya adalah hati nurani yang kosong.
- Syair ini berarti untuk mencapai kebahagiaan sehati harus menghindari keserakahan pada harta duniawi.
Kesimpulan :
Arti syair lagu Cublak-cublak Suweng mengandung makna bahwa ketika seseorang mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu.
Melainkan hasil dan semuanya kembali ke hati nurani yang bersih. Tidak dipengaruhi oleh hawa nafsu.
Dengan hati nurani akan lebih mudah menemukan kebahagian, dan tidak tersesat jalan hingga lupa akan akhirat.
Dari segi kultural lagu dolanan Cublak-cublak suweng dapat memberikan ajaran kepada anak agar tidak menuruti hawa nafsu, menjaga harmoni dengan alam, sesama manusia dan orang tua.
Nilai moral yang terkandung dalam lirik lagu dolanan Cublak-Cublak Suweng yaitu: ajaran moral hubungan manusia dengan Tuhan, ajaran moral hubungan manusia dengan manusia, ajaran moral hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan ajaran moral hubungan manusia dengan alam.
Untuk mencapai kebahagiaan yang sejati, harus bisa mengendalikan hawa nafsu.
NILAI MORAL DALAM LIRIK TEMBANG DOLANAN CUBLAK-CUBLAK SUWENG
Nusantara merupakan negara yang kaya akan nilai budaya.
Nilai-nilai tersebut dapat ditemukan pada berbagai macam aspek kebangsaan di negeri ini, salah satunya adalah permainan tradisional. Permainan tradisional merupakan permainan yang dimainkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.
Pada umumnya, permainan tradisional dimainkan oleh sekelompok anak, sehingga terciptalah kebersamaan ketika memainkan permainan tersebut. Selain itu, dengan adanya permainan tradisional dapat melatih anak dalam mengembangkan rasa kepedulian diantara sesama.
Kebudayaan Nusantara khususnya daerah pulau Jawa memiliki banyak perbendaharaan permainan tradisional yang masih ada dan dilestarikan sampai sekarang yang biasa disebut dolanan anak.
Di Jawa Tengah dan Jawa Timur Mataraman ada puluhan jenis dolanan anak yang cukup terkenal, misalnya boy-boy-an, gobak sodor, pate lele, bekel, dakon, ceblek nyamuk, jumpritan, gempuran, pasaran, jamuran, gejlik, lompatan dan lain-lain.
Di antara beberapa dolanan anak tersebut, ada dolanan anak yang dimainkan dengan diiringi lirik atau lagu, seperti dolanan cublak-cublak suweng.
Tembang dolanan merupakan salah satu bentuk tradisi lisan yang dilakukan oleh orang Jawa. Tradisi lisan merupakan salah satu kearifan lokal yang mempunyai pelajaran tersembunyi yang selama ini belum dipahami masyarakat luas.
Lirik tembang yang mengiringi dolanan anak cublak-cublak suweng pada umumnya terkesan sangat sederhana. Akan tetapi, jika dilihat lebih mendalam, lirik yang terkandung dalam tembang dolanan cublak-cublak suweng sarat akan makna. Dapat dikatakan bahwa lirik tembang tersebut memperkuat nilai budaya bangsa. Tembang dolanan merupakan salah satu bentuk karya sastra Jawa yang digunakan anak-anak untuk bermain. Sedangkan pengertian sastra sendiri adalah karya manusia yang berupa dan refleksi pengarang mengenai kehidupan bermasyarakat. Salah satu hasil karya sastra adalah berwujud lagu.
Dalam karya sastra terdapat berbagai kandungan. Salah satunya adalah ajaran moral.
Ajaran moral adalah nasehat dan amanat mengenai benar-tidaknya sikap manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Merupakan ajaran berguna untuk manusia yang hidup bermasyarakat dengan cara bertingkah laku dan bersikap baik.
Tembang dolanan dirasa memiliki makna estetik, musikal dan kultural. Dari segi musikal, lirik dan iramanya berkaitan dengan perkembangan musikalitas anak. Dari segi kultural lagu dolanan dapat memberikan ajaran kepada anak agar disiplin, menjaga harmoni dengan alam, sesama manusia dan orang tua. Mengajarkan lagu dolanan merupakan alternatif untuk mengatasi modernisasi yang umumnya menjauhkan anak untuk memiliki moral yang baik.
Tembang Dolanan Cublak-cublak Suweng memiliki lirik yang harus dinyanyikan untuk mengiringi permainan tradisional tersebut.
Di berbagai sumber sejarah menyatakan bahwa lirik tembang dolanan Cublak-cublak Suweng diciptakan oleh seorang wali songo yaitu Syekh Maulana Ainul Yakin atau biasa dikenal dengan Sunan Giri sekitar tahun 1442 M.
Pada masa itu Sunan Giri menyebarkan agama gama Islam di Nusantara khususnya pulau Jawa melalui jalur kebudayaan.
Karena itulah Sunan Giri menciptakan lirik Cublak-cublak Suweng yang akhirnya di jadikan tembang dolanan pengiring permainan tradisional anak-anak.
Tembang dolanan memiliki bobot atau porsi yang pas untuk diberikan kepada anak-anak. Tema yang mengiringi kebanyakan adalah pendidikan, sehingga hal ini cukup menarik untuk dikaji dari sudut pandang pendidikan.
Tembang Dolanan Cublak-cublak suweng merupakan bentuk permainan tradisional yang mempunyai ciri khas berupa lirik lagu dan gerakan tari.
Bentuk lirik tembang yang dinyayikan pada dolanan Cublak-cublak suweng adalah sebagai berikut :
Lirik Tembang Dolanan Cublak-Cublak Suweng.
Cublak-cublak suweng = tempat anting.
Suwenge ting gelenter = antingnya berserakan.
Mambu ketundhung gudel = berbau anak kerbau yang terlepas.
Pak empong lera lerebapak = ompong yang menggeleng-gelengkan kepalanya.
Sapa ngguyu ndhelikkake = siapa yang tertawa dia yang menyembunyikan.
Sir sir pong dhele kopong = kedelai kosong tidak ada isinya.
Cublak-cublak Suweng adalah sebuah tembang dolanan yang dinyanyikan untuk mengiringi sebuah permainan anak. Cublak-cublak suweng merupakan permainan tradisional yang berasal dari Jawa Tengah yang sering dimainkan oleh sekelompok anak perempuan antara 3 orang atau lebih (Aisyah, 2014).
Cara permainan ini adalah satu orang menunduk dan teman-teman lainnya membuka telapak tangan mereka dan meletakkannya di atas punggung teman yang menunduk tadi. Kemudian beramai-ramai mereka menyanyikan lagu Cublak-cublak suweng sampai akhir.
Berdasarkan makna bahasa Cublak Suweng artinya tempat Suweng. Suweng adalah anting perhiasan perempuan Jawa. Cublak-cublak suweng, memiliki arti ada tempat harta berharga, yaitu adalah Suweng (Suwung, Sepi, Sejati) atau Harta Sejati.
Sejarah permainan ini, kaitannya dengan penciptaan tembang Cublak-cublak suweng yang berasal dari Walisongo, tokoh penyebar agama Islam di pulau Jawa.
Oleh karena itu permainan Cublak-cublak suweng memiliki makna filosofi yang dalam karena merupakan salah satu media yang digunakan Walisongo dalam dakwah menyebarkan Islam di Nusantara.
Lirik tembang Cublak-cublak Suweng yang sangat dikenal di masyarakat Jawa, secara keseluruhan menggunakan bahasa Jawa.
Pada lirik pemaknaannya tidak dapat begitu saja diartikan ke Bahasa Indonesia untuk dipahami maksudnya, terkadang membutuhkan interpretasi dan penafsiran yang dalam terhadap suatu kata, frasa dan kalimat pada lirik tersebut.
Berkaitan dengan penafsiran lirik dolanan cublak-cublak suweng penulis mencoba menggali lebih dalam arti dan makna tentang nilai-nilai moral yang terkandung di dalam lirik dolanan cublak-cublak suweng sebagai berikut :
1. Kata suweng pada lagu ini sangat ditekankan, suweng diartikan sebagai; Suwung, Sepi, Sejati atau Harta Abadi. Sedangkan gelenter dalam bahasa Jawa berarti berserakan, karena sesungguhnya harta yang kita cari sudah berserakan dipelosok bumi. Gudel adalah istilah yang digunakan masyarakat jawa sebagai anak kerbau untuk melambangkan orang bodoh. kalimat “mambu ketundhung gudèl” Bermakna bahkan orang bodoh (minim pendidikan) mencari harta duniawi tersebut dengan penuh nafsu ego, tindakan korupsi, jual beli jabatan tujuannya untuk mencari kebahagiaan sesaat.
2. Orang bodoh tersebut seperti orang tua ompong yang sedang kebingungan (Pak empo lera-lere). Meskipun berlimpah harta, namun bukan harta atau kebahagiaan abadi. Mereka kebingungan dan selalu gelisah karena dikuasai oleh keserakahannya sendiri. Sopo ngguyu Ndhelikake diartikan siapa tertawa dia yang menyembunyikan. Mengandung pesan bahwa siapa yang bijaksana, merekalah yang menemukan kebahagian abadi yang hakiki. Mereka adalah orang orang yang tersenyum dalam menjalani setiap cerita hidup, walaupun berada hidup tengah-tengah dunia yang penuh keserakahan. Sir (hati nurani/suara hati) pong dele kopong (kedelai kosong tanpa isi). Maksudnya hati nurani yang kosong. Untuk sampai kepada kebahagiaan abadi harus menghindari dari kecintaan kepada kekayaan duniawi, rendah hati, tidak meremehkan orang lain, serta selalu melatih kepekaan Sir/hati nuraninya.
3. Makna lirik yang terkandung pada lirik Cublak-cublak suweng adalah untuk mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu tetapi semuanya kembali ke hati nurani yang bersih. Tidak dipengaruhi hawa nafsu. Dengan hati nurani akan lebih mudah menemukan kebahagian, dan tidak tersesat jalan hingga lupa akan akhirat. Dari segi kultural tembang dolanan Cublak-cublak suweng dapat memberikan ajaran kepada anak agar tidak menuruti hawa nafsu, menjaga harmoni dengan alam, sesama manusia dan orang tua. Lirik pada tembang dolanan merupakan salah satu bentuk karya sastra Jawa yang digunakan anak-anak untuk bermain. Sedangkan pengertian sastra sendiri adalah karya manusia yang berupa dan refleksi pengarang mengenai kehidupan bermasyarakat. Salah satu hasil karya sastra berwujud lirik dan lagu.
4. Dalam karya sastra terdapat berbagai kandungan atau pemaknaan. Salah satunya adalah nilai moral. Nilai moral yang berorientasi terhadap ajakan moral merupakan nasehat dan amanat mengenai benar tidaknya sikap manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam lirik lagu dolanan Cublak-cublak suweng juga mengandung ajaran nilai-nilai moral. Lirik tembang yang mengandung ajaran nilai moral dapat dibagi menurut jenis-jenis ajaran moralnya sehingga dapat ditemukan inti ajaran yang bisa lebih dicerna manusia dalam penerapan di kehidupannya.
5. Penerapan ajaran nilai moral dengan menggunakan lagu dolanan sudah pernah dilakukan hanya saja penelitian ini belum membahas secara keseluruhan mengenai isi ajaran nilai moral dalam lagu dolanan. Salah satu bagian dari cara meneliti ajaran nilai moral dapat dilihat dari jenis-jenis ajaran moralnya. Jenis-jenis ajaran moral dapat dimasukkan dalam peristiwa yang bersifat bebas. Jenis-jenis ajaran moral ini dapat masuk di dalam peristiwa hidup dan berkehidupan, hal mempunyai hubungan dengan harkat dan martabat manusia.
Dilihat dari penjelasan di atas dapat dijabarkan bahwa nilai moral yang terkandung dalam lirik tembang dolanan Cublak-cublak suweng yaitu ajaran moral hubungan manusia dengan Tuhan, ajaran moral hubungan manusia dengan manusia, ajaran moral hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan ajaran moral hubungan manusia dengan alam. Hal ini sesuai dengan pendapat Keen Achroni (2012) yang menyatakan bahwa lirik tembang dolanan merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang tersebar melalui lisan dan mempunyai pesan moral dan manfaat di dalamnya. Pada prinsipnya lirik pada tembang dolanan anak tetap merupakan bagian dari sebuah permainan anak, bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan bagi anak karena tujuan utamannya adalah sebagai media atau aktivitas bermain. Aktivitas permainan yang dapat mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dapat dijadikan sarana belajar sebagai persiapan menuju dunia orang dewasa. Namun lirik lagu pada permainan tradisional Jawa cublak-cublak suweng mempunyai cakupan jangkauan kegiatan dan perilaku yang luas, serta memiliki ragam tujuan terhadap nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya yang sarat akan makna dan dasar filosofi yang baik untuk kehidupan bermasyarakat.
Kebudayaan Indonesia khususnya daerah pulau Jawa memiliki banyak perbendaharaan permainan tradisional yang masih ada dan dilestarikan sampai sekarang yang biasa disebut dolanan anak Dolanan anak menjadi hal yang sangat penting untuk diangkat kembali, sebab pada permainan-permainan modern yang bersifat anti sosial sudah merebak di kalangan anak-anak. Di antara beberapa dolanan anak tersebut, ada dolanan anak yang dimainkan dengan diiringi lirik atau tembang, seperti dolanan cublak-cublak suweng.
Lirik tembang yang mengiringi dolanan cublak-cublak suweng pada umumnya terkesan sangat sederhana. Akan tetapi, jika dilihat lebih mendalam, lirik yang terkandung di dalamnya mempunyai makna dan kandungan nilai-nilai moral.
Lirik pada tembang dolanan merupakan salah satu bentuk karya sastra Jawa yang digunakan anak-anak untuk bermain. Pada prinsipnya lirik pada lagu dolanan anak tetap merupakan bagian dari sebuah permainan anak, bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan bagi anak karena tujuan utamannya adalah sebagai media atau aktivitas bermain. Aktivitas permainan yang dapat mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dapat dijadikan sarana belajar sebagai persiapan menuju dunia orang dewasa.
Sejarah lirik dolanan cublak-cublak suweng merupakan warisan budaya yang berasal dari Walisongo, tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Dari segi kultural lagu dolanan Cublak-cublak suweng dapat memberikan ajaran kepada anak agar tidak menuruti hawa nafsu, menjaga harmoni dengan alam, sesama manusia dan orang tua. Lirik tembang pada permainan tradisional Jawa cublak-cublak suweng mempunyai cakupan jangkauan kegiatan dan perilaku yang luas, serta memiliki ragam tujuan terhadap nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya yang sarat akan makna dan dasar filosofi yang baik. Nilai-nilai moral yang terkandung di dalam lirik dolanan cublak-cublak suweng berorientasi terhadap ajakan moral yang merupakan nasehat dan amanat mengenai benar tidaknya sikap manusia dalam kehidupan bermasyarakat.