JUMAWA (JEMAWA)
Kita mengenal berbagai macam istilah untuk menilai seseorang. Mulai penilaian positif seperti baik, sopan, sae, top markotop, bahenol, beautiful, hansome, jooosh, hebat, perfect dll. Sebaliknya menilai negatif seseorang bisa menggunakan istilah sombong, angkuh, congkak, dan IQ jongkok, begok, boglog, pekok, lain sebagainya.
Jumawa atau dalam bahasa bakunya jemawa merupakan kata sifat yang sering digunakan untuk menilai seseorang. Jumawa (jemawa) artinya angkuh, sombong dan congkak serta suka mencampuri urusan orang lain.
Jumawa atau jemawa adalah angkuh, congkak, sombong dan suka mencampuri perkara orang lain. Jumawa sering digunakan untuk menilai seseorang yang sombong atau congkak tetapi terdengar lebih sopan dalam penyampaian nya.
Jumawa atau dalam bahasa bakunya jemawa merupakan kata sifat yang sering digunakan untuk menilai seseorang. Jumawa/jemawa artinya angkuh dan congkak serta suka mencampuri urusan orang lain.
Jumawa/jemawa merupakan sifat tercela yang sangat dibenci Allah SWT. Orang yang jumawa dipastikan tidak akan masuk surga, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang artinya :
“Tidak dimasukkan ke dalam surga bagi orang yang hatinya terdapat keangkuhan dan kesombongan, walaupun hanya sebesar biji zarrah.” (HR. Muslim)
Ciri-ciri dan cara menghindari sifat jumawa/jemawa :
1. Merasa diri lebih hebat dari orang lain.
Seseorang yang mempunyai sifat jumawa seringkali merasa dirinya memiliki segala kelebihan dibandingkan orang lain. Dia akan merasa bahwa hanya dirinya yang bisa melakukan segala hal dengan baik dan meremehkan kemampuan orang lain.
2. Selalu ingin dipuji.
Orang yang jumawa biasanya senang ketika mendapat pujian. Dia senang disanjung dalam berbagai hal, walaupun pada kenyataannya semua pujian itu tidak sesuai dengan keadaan dirinya.
3. Bersifat egois.
Keegoisan adalah sesuatu yang tidak disadari oleh orang yang jumawa, karena pembawaannya sehari-hari memang sudah begitu. Jadi, dia tidak akan merasa bahwa sikapnya egois dan merugikan orang lain.
4. Senang memberi celaan pada orang lain.
Karena kerap kali merasa dirinya lebih tinggi, orang yang jumawa akan mudah memberi celaan kepada orang yang dianggap tidak sehebat dirinya. Kekurangan orang lain akan terlihat jelas di matanya, padahal belum tentu orang tersebut serendah yang dipikirkan.
BAHAYANYA SIFAT JUMAWA/JEMAWA (SOMBONG)
Sombong merupakan watak dan sifat manusia yang merasa agung atau mengagungkan dirinya sendiri serta menganggap rendah dan kurang yang lainnya. Meski sifat sombong merupakan fitrah yang sudah muncul sejak manusia lahir, akan tetapi ada baiknya seorang manusia diajarkan tentang adab dan tata krama, seperti bersikap tawadhu (rendah diri), saling menerima dan memaafkan.
Sifat sombong juga biasanya disertai dengan sifat riya (pamer), karena merasa dirinya lebih dari segalanya. Padahal dalam Islam, riya masuk dalam musyrik kecil.
Kenapa bisa musyrik, karena setiap kelebihan yang sejatinya dari Allah, akan tetapi malah diakuisisi secara sepihak oleh manusia itu sendiri. Jika ia mengingat Tuhannya sebagai pemilik segalanya, maka ia tidak akan sombong dan riya.
Ada beberapa sifat sombong yang sangat berbahaya berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits :
1. Pertama, dibenci Allah swt dan Rasulullah saw.
Allah swt berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. ” (QS Luqman : 18).
Rasulullah saw juga pernah bersabda yang artinya, “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR Muslim).
Semua makhluk di alam semesta diciptakan oleh Allah sesuai dengan kehendak dan keinginan-Nya. Hal tersebut menurut Allah sangat baik dan indah. Dan bagi manusia selalu ada hikmah-Nya. Kenapa manusia diciptakan berbeda-beda, kenapa harus ada jin, malaikat, hewan, tumbuhan, dan lain-lain, agar sesama makhluk Allah saling mengenal dan mengagungkan Allah swt.
Akan tetapi ketika kita merasa lebih mulia dari yang lainya, padahal sejatinya kemuliaan yang kita miliki bersumber dari Allah, dan Allah menginginkan kemulian tersebut untuk mengagungkan dan memuji-Nya, maka niscaya Allah akan membenci diri kita.
2. Kedua, diabaikan Allah swt.
Di dalam sebuah hadis, Rasulullah saw pernah bersabda yang artinya, “Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah, tidak disucikan oleh-Nya, dan baginya adzab yang pedih, (yaitu) orang yang sudah tua berzina, penguasa pendusta dan orang miskin yang sombong.” (HR Muslim).
Agama Islam mengajarkan untuk tidak menyombongkan diri dari segala keadaan dan peristiwa, seperti sombong dalam keadaan kaya dan miskin. Lalu pertanyaannya, apakah orang miskin bisa sombong? Jawabannya sangat bisa. Karena sombong selalu mengikuti hawa nafsu manusia.
Kebanyakan orang miskin yang sombong timbul dalam dirinya rasa iri hati, karena tidak mampu mencapai sesuatu. Bukannya selalu bersyukur dan menerima, justru malah selalu suudzan dan selalu mengeluh.
Contohnya, jika ada tetangga sudah membeli TV baru, jika orang yang tidak mampu tersebut hatinya busuk ia akan berburuk sangka, seperti “Beli TV baru paling juga uangnya hasil korupsi, mending kita lebih mulia uangnya hasil kerja keras sendiri dan lebih nyaman”.
Meskipun ini hanya contoh, akan tetapi mungkin saja di luar sana ada yang menemukan kasus seperti ini, atau bahkan diri kita sendiri.
3. Ketiga, menjadi makhluk yang hina.
Allah swt berfirman yang artinya, “Orang-orang yang bersikap sombong di muka bumi tanpa alasan yang benar, mereka akan Aku palingkan dari kebenaran sehingga mereka tidak dapat memahami bukti-bukti kekuasaan-Ku. Sekalipun orang-orang yang sombong itu menyaksikan bukti-bukti kekuasaan-Ku, mereka tetap tidak mau beriman. Jika mereka melihat jalan sesat justru mereka mau mengikutinya. Begitulah karakter orang-orang yang sombong, mereka telah mendustakan agama Kami, dan mereka telah melalaikan bukti-bukti kekuasan Kami.” (QS Al-A’raf : 146).
Orang yang sombong seringkali tidak akan pernah mau kalah dan mengalah. Andaikata ada yang mengunggulinya, ia akan bersikap sinis dan berlomba-lomba untuk melebihi yang lain lagi, atau bahkan bisa berbohong, mereka-reka cerita dan peristiwa yang tujuannya mengangkat dirinya.
Itu semua disebabkan karena hatinya telah mati. Jika hati sudah mati, sangat sulit akan menerima masukan dan nasehat dari saudaranya. Sebenarnya sangat kasihan dengan orang seperti ini, karena sejatinya ia sedang menggali lobang kehinaan dari dirinya sendiri.
4. Keempat, hatinya terkunci.
Allah swt akan menutup rapat pintu hati manusia yang bersikap sombong, sehingga ia tidak akan lagi mampu menerima kebenaran, sebagaimana tertulis di dalam dalil berikut :
“…….demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.” (QS Al-Mukmin : 35).
Seperti yang ada di atas, orang yang sombong sangat sulit untuk menerima kebenaran jika hatinya telah mati dan dikunci oleh Allah swt. Jalan satu-satunya ia harus benar-benar bertaubat kepada-Nya, serta harus mempelajari hikmah tentang kepemilikan semu dan kepemilikan yang sejati.
5. Kelima, menjadi pengikut Iblis.
Allah swt berfirman yang artinya, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan takabur maka ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS Al-Baqarah : 34).
Peristiwa ini menjadi penanda bahwa makhluk yang mulia bisa menjadi hina disebabkan karena kesombongannya. Sombong tidak hanya memandang manusia yang rendah, manusia yang mulia juga bisa menjadi lebih rendah jika memiliki sifat sombong.
Contoh lain kisah wali Allah Syekh Barsiso yang konon memiliki santri yang bisa terbang semua, kemudian menjadi hina berlumuran dosa akibat memiliki sifat sombong dalam hatinya. Atau juga kisah dua malaikat bernama Harut dan Marut yang sombong kepada Allah, kemudian dihukum di atas laut sampai hari kiamat.
6. Keenam, menjadi penghuni neraka.
Orang yang sombong akan dibenci Allah swt., sehingga menjadi pengikut iblis yang mendekam selamanya di neraka, sebagaimana tertulis di dalam sabda Rasulullah saw. berikut,
”Para penghuni neraka adalah orang-orang yang keras kepala, kasar lagi sombong.” (HR Bukhari dan Muslim).
Maksud hadits tersebut menjadi penanda bahwa orang yang memiliki sifat sombong bisa menjalar menjadi sifat yang buruk lainnya, seperti menjadi riya, iri dengki, dendam, sum’ah, musyrik dan lain sebagainya.
CARA MENGHINDARI SIFAT JUMAWA / JEMAWA
1. Terapkan Pola Hidup Sederhana.
Kebiasaan hidup mewah dan selalu menggunakan barang-barang branded memiliki potensi untuk bersikap jumawa. Dengan menerapkan pola hidup sederhana justru akan membuat orang lain merasa lebih leluasa untuk bergaul dengan Anda.
2. Berteman dengan Orang-orang Baik.
Berteman dengan siapa saja adalah hak semua orang. Memiliki teman yang baik akan selalu mengingatkan Anda agar tidak terjerumus ke jalan yang salah. Mereka akan memberikan nasehat saat Anda melakukan kesalahan.
3. Berdoa kepada Allah.
Rasulullah SAW selalu berdoa agar dijauhkan dari sifat jumawa dan sombong.
Berikut bacaan doanya :
“Allahumma ahyini miskinan, wa amitna miskinan, wahsyurni fi zumrotil masakin.”
Artinya: "Ya Allah hidupkanlah aku dalam keadaan khusyu dan rendah hati, matikanlah aku dalam keadaan khusyu dan rendah hati. Dan kumpulkan aku di hari kiamat kelak dalam rombongan orang-orang yang khusyu dan rendah hati". (HR. Tirmidzi).
4. Selalu Mengingat Kematian.
Setiap orang akan menghadapi kematian. Jika sudah tiba waktunya, tidak ada satupun yang bisa lari dari ketentuan tersebut. Jadi untuk terhindar dari sifat jumawa, maka ingatlah kematian yang nantinya akan mengakhiri kehidupan setiap orang.