Ing Ngarsa Sung Tulada,
Ing Madya Mangun Karsa,
Tut Wuri Handayani
Pencetus
dari semboyan atau slogan ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa tut
wuri handayani adalah Raden Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantoro).
Arti
dari Semboyan Tersebut, Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut
Wuri Handayani
Ing
Ngarsa Sung Tuladha = di depan memberi contoh.
Ing
Madya Mangun Karsa = di tengah memberi semangat.
Tut
Wuri Handayani = di belakang memberi dorongan.
Tiga
semboyan tersebut menjadi kesatuan Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun
Karsa, Tut Wuri Handayani dengan arti di depan memberi contoh, di tengah
memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan.
Ing Ngarsa Sung TuladHa
Dalam
bahasa Jawa ing berarti di, ngarsa berarti depan, sung berarti jadi, dan tuladha
berarti contoh atau 'panutan.
Arti
semboyan ing ngarsa sung tuladha bisa diartikan bahwa seorang guru atau
pendidik harus menjadi panutan atau memberikan contoh.
Ing
Ngarsa Sung Tuladha artinya dari depan, seorang pendidik harus memberikan teladan
yang baik. Makna dari Ing Ngarsi Sung Tuladha dapat diartikan bahwa sebagai
seorang pemimpin, harus memiliki sikap serta perilaku yang patut untuk menjadi
di contoh oleh pengikutnya.
Ing
ngarsa sung tuladha artinya di depan sebagai teladan, contoh atau panutan.
Menjadi
teladan itu artinya si pemberi teladan harus senantiasa sadar, aware terhadap
pikiran, perkataan, dan tindakannya.
Sebagai
teladan harus melakukan segala sesuatu secara benar, memberi contoh yang baik,
tidak memberi contoh yang tidak baik. Memang sulit, sangat alamiah manusia
selalu kesana kemari, mondar mandir di dua kutub. Mustahil bisa menjadi baik
terus, namun juga seharusnya tidak juga berbuat buruk terus menerus. Seumur
hidup manusia itu harus banyak berjuang untuk menyeimbangkan, keadilan dari
kedua belah pihak.
Saat
menjadi teladan harus bertjuang senantiasa sadar dan selalu berusaha
menyeimbangkan diri, itu sudah bisa disebut sebagai teladan, jadi tidak perlu
repot-repot memikirkan menjadi teladan yang baik. Agar supaya tidak jatuh,
haruslah menunjukkan dengan sungguh-sungguh untuk tetap seimbang (eling lan
waspada).
Ing Madya Mangun Karsa
Secara
harfiah istilah ing berarti di. Madya berarti
'tengah, mangun berarti membangun atau memberikan, dan karsa berarti semangat
atau bisa juga diartikan sebagai niat.
Semboyan
ing madya mangun karsa berarti di tengah membangun atau memberikan semangat,
kemauan, atau niat.
Ing
Madya Mangun Karsa artinya dari tengah, seorang pendidik harus dapat
menciptakan prakarsa atau ide.
Ing Madya Bangun/Mbangun Karsa dapat diartikan bahwa seorang pemimpin juga harus bisa berada di tengah-tengah untuk dapat membangkitkan atau membentuk niat para pengikutnya untuk terus maju dan melakukan inovasi.
Ing
madya mangun karsa, maksudnya adalah sebagai pelopor atau pemrakarsa artinya
bertindak sebagai guru di tengah sebagai pelopor mencetuskan ide-ide kepada
muridnya (bawahnya). Di tengah memotivasi,
menggugah semangat, kemauan dan niat. Ini juga tidak mudah untuk dilakukan
namun sulit. Bagaimana membuat situasi yang kondusif untuk orang lain agar bisa
berkembang, menggugah semangat untuk terus meraih kemajuan itu sulit. Apalagi
kita dihadapkan pada masalah internal diri kita sendiri dan masalah eksternal
dengan lingkungan kita.
Kata-kata
ditengah (ing madya mangun karsa) mengacu pada siswa itu sendiri. Seorang siswa
pastilah memiliki sosok yang dekat dengan mereka, diantaranya guru atau pemimpin dan
teman-temannya serta masyarakat sosial lainnya. Ki Hadjar Dewantara ingin menekankan bahwa siswa itu sendiri
harus saling mendukung. Tolak ukur keberhasilan guru atau pemimpin dalam mengajar (gulowenthah). Tolak ukur ini dapat
tercapai tidak hanya dari pengaruh guru atau pemimpin, tapi juga dari dukungan antar murid di
kelas.
Tut Wuri Handayani
Semboyan
ketiga adalah tut wuri handayani.
Tut
wuri berarti di belakang atau mengikuti dari belakang dan handayani berarti memberi
semangat.
Maka,
tut wuri handayani berarti di belakang atau dari belakang memberikan semangat
atau dorongan Ing Ngarsa Sung Tulada
Tut
Wuri Handayani artinya dari belakang, seorang pendidik (pemimpin) harus bisa memberi
arahan.
Kalimat
terakhir adalah Tut Wuri Handayani yang berarti bahwa seorang pemimpin jika
berada di belakang.
Kalimat
terakhir ini pun dapat diartikan harus dapat memberikan spirit, motivasi serta dorongan
untuk semangat kerja bagi para pengikutnya (bawahnya).
Sedangkan
tut wuri handayani artinya dari belakang (tut wuri), berupaya penuh member dorongan
dan arahan (handayani).
Bahwa
sebagai seorang pemimpin dari belakang berupaya penuh memberikan dorongan dan
arahan kepada bawahan (rakyatnya).
Di
belakang memberi dorongan moral.
Katanya
seorang pemimpin atau guru atau orang yang lebih pandai, lebih tahu saat
membimbing, mengarahkan, member petunjuk orang lainnya dan harus bersikap
sebagai among.
Sistem
Among berasal dari bahasa Jawa yaitu mong atau momong, yang artinya mengasuh
anak. Para guru dan pemimpin disebut pamong yang bertugas untuk mendidik dan
mengajar (gulowenthah) generasi Nuswantoro sepanjang waktu dengan kasih sayang.
Seperti
motto :
Sebuah
bangunan bertuliskan Taman Siswa berdiri tegak. Isinya tak lain lembaga pendidikan
dan kebudayaan yang memperjuangkan kemampuan masyarakat untuk melepaskan diri
dari kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan. Sekolah Taman Siswa resmi
berdiri pada 3 Juli 1922. Point penting
dari berdirinya Taman Siswa bukan soal sekolah layak atau tidak, melainkan ada
sistem Among yang menjadikan sekolah mampu memberikan tuntutan bagi hidup
anak-anak agar dapat berkembang dengan subur dan selamat.
Pengemong
(pengasuh), jadi yang menjadi fokus adalah yang diasuh. Karena itu saat yang di
asuh merasa lemah, merasa kurang mampu, pengemong akan maju memberi dorongan
semangat, dukungan moral.
Pamomong
adalah esensi energi yang selalu mengajak, mengarahkan, membimbing, dan
mengasuh kepada sesuatu yang tepat, pas, dan benar dalam menjalani kehidupan di
dunia ini.
Dengan
kata-kata, dengan sikap perbuatan.
Dengan
hati yang penuh cinta (dengan penuh cinta, karena tanpa yang satu ini, tidak
akan pernah bisa ada tindakan tut wuri handayani).