ARASY (ARSY)
Arasy atau Arsy adalah makhluk posisinya di bawah Lauhulmahfuz dan di atas langit ketujuh, berupa singgasana seperti kubah yang memiliki tiang-tiang yang dipikul dan dikelilingi oleh para malaikat.
Arasy atau Arsy adalah Takhta Tuhan menurut pandangan agama Islam. Makna Arsy secara leksikal bermakna segala sesuatu yang mempunyai atap. Dengan itu maka saung, cadur (sejenis kerudung), kemah, atap gubuk (biasanya di tengah sawah), loteng, istana bertingkat, dan bangunan di atas lantai basecamp dinamakan arsy. Terkadang diartikan dengan singgasa berkaki tinggi. Karena itu singgasana kerajaan dan pemerintahan dinamakan pula dengan arsy. Hal itu sebagai kiasan dari kekuasaan dan pemerintahan.
Arsy, para ahli bahasa mengartikan ‘Arsy sebagai singgasana, bangunan, istana atau tahta. Kata tersebut berasal dari ‘arasya – ya’rusyu, yang berarti membangun.
Para ulama berbeda pendapat mengenai makna ‘Arsy; Rasyid Ridha dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ‘Arsy adalah pusat pengendalian segala persoalan semua makhluk Allah subhanahu wa ta’ala di alam semesta, sebagaiman dijelaskan firman Allah pada surat Yunus (10) :
3…ثم استوى على العرش …
Kemudian Dia bersemayam dia tas ‘Arsy.
Gambaran fisik ‘Arsy, merupakan hal gaib yang tiada seorangpun dapat mengetahuinya, kecuali Allah, di mana letaknya dan berapa besarnya. Masalah ‘Arsy telah lama menjadi topik pembicaraan yang kontroversial, apakah ‘Arsy itu bersifat material ataukah bersifat immaterial.
Hal ini terjadi karena tidak ada penjelasan rinci baik dalam al-Qur’an maupun dalam al-Hadits. Al-Qur’an hanya menjelaskan bahwa al-’Arsy adalah singgasana. Maka kami berpendapat bahwa kita wajib menyakini keberadaannya, yang hakikatnya hanya diketahui Allah Subhanahu wa ta’ala, kita tidak perlu mencari-cari seberapa besarnya dan seberapa jauhnya atau tingginya.
Dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah beristiwa’ atau bersemayam di atas ‘Arsy, dan kita wajib beriman kepada-Nya dengan tidak perlu bertanya-tanya bagaimana dan dimana.
Adapun yang dimaksud dengan qarib, (dekat) ialah: Bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, Dia mendengar perkataan manusia, dan melihat segala macam perbuatannya, tidak ada hijab antara Allah dan manusia, tiada perantara atau wali yang menyampaikan doa’a mereka kepada Allah, tiada yang membantu-Nya dalam mengabulkan permohonan manusia kepada-Nya, Allah akan mengabulkan do’a manusia tanpa perantara seorangpun, apabila sesorang berdo’a kepada-Nya, sebab Allah-lah yang menciptakannya, Dia Maha Mengetahui segala apa yang ada dalam hati setiap orang. Demikianlah yang dimaksud dengan “aqrabu ilaihi min hablil warid”. (lebih dekat kepadanya daripada urat leher) yang disebutkan dalam surat Qaf (50): 16.
Maka jelaslah, bahwa ayat-ayat tersebut tidak bertentangan antara ayat yang menyatakan bahwa Allah bersemayam di atas ‘Arsy, dengan ayat yang menyatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala sangat dekat dengan kita.
MENGENAL ARSY SINGGASANA ALLAH
Allah SWT menyebut dalam berbagai ayat jika ia bersemayan di atas Arsy. Allah SWT berfirman, "Sungguh Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. (QS al-A'raf [7]: 54)
Lalu bagaimanakah sifat Arsy itu? Dalam buku Ensiklopedi Islam Jilid I, dijelaskan arsy/ bisa diartikan sebagai takhta atau singgasana Tuhan. Hal ini berdasarkan kata dasar dalam bahasa Arab arsya, yang berarti bagunan, singgasana, istana, atau takhta. Arsy dengan pengertian tersebut banyak disebutkan dalam Alquran, seperti dalam surah at-Taubah ayat 129, surah Yunus ayat 3, surah al-Mu'minun ayat 86 dan 87, serta surah an-Naml ayat 26.
Arsy, menurut paham Ahlussunah waljamaah, adalah makhluk Allah yang tertinggi berupa singgasana seperti kubah yang memiliki tiang-tiang yang dipikul dan dikelilingi oleh para malaikat. Allah Ta'ala berfirman dalam Alquran, "Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung Arsy Rabbmu di atas (kepala) mereka." (QS al-Haaqah [69]:17)
Dalam Tafsir ad-Durr al-Mansur fi Tafsir bi al-Maksur, Jalaluddin as-Suyuti menyebutkan, ada hadis yang diriwayatkan Ibnu Abi Khatim dari Wahhab bin Munabbih. Hadis tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan arsy dan kursi (kedudukan) dari cahaya-Nya. Arsy itu melekat pada kursi. Para malaikat berada di tengah-tengah kursi.
Di sekeliling arsy itu terdapat empat sungai, yaitu sungai yang berisikan cahaya berkilauan, sungai yang berisikan api menyala kemerahan, sungai yang berisikan salju putih berkilauan, dan sungai yang berisikan air. Di setiap sungai tersebut para malaikat berdiri sambil membaca tasbih, yang berarti Mahasuci Allah. Di arsy terdapat lisan atau bahasa sebanyak lisan makhluk seluruhnya. Setiap lisan bertasbih kepada Allah dengan bahasanya.
Abu as-Syaikh meriwayatkan hadis dari asy-Sya'bi. Rasulullah Saw bersabda, "Arsy itu terbuat dari batu permata (yakut) merah. Satu malaikat di antara malaikat memandang arsy dan keagungannya." jelas potongan hadis tersebut.
Penjelasan tentang arsy yang demikian, juga dipertegas dengan hadis yang diriwayatkan Abu asy-Syaikh dari Hammad. Rasulullah bersabda, "Allah menciptakan arsy dari permata zamrud hijau dan diciptakan baginya tiang penopang dari batu permata (yakut) merah. Di Arsy terdapat seribu bahasa (lisan). Di bumi diciptakan seribu umat. Setiap umat bertasbih kepada Allah dengan bahasa arsy."
Terkait ukuran singgasana Tuhan tersebut, tidak akan ada yang mengetahuinya kecuali Allah sendiri. Hal ini diriwayatkan Ibnu Abi Khatim dari Ibnu Abbas. Ibnu Abbas mengatakan, "Tidak akan ada yang mampu mengetahui berapa ukuran arsy kecuali yang menciptakannya. Langit dibandingkan dengan arsy ibarat kubah di atas padang sahara nan luas," katanya.
Sementara, di dalam tafsir al-Manar, ketika menafsirkan surah at-Taubah ayat 129 disebutkan bahwa arsy adalah pusat pengendalian segala persoalan makhluk Allah. Hal ini sesuai dengan bunyi surah Yunus ayat 3 yang artinya, "...kemudian Dia bersemayam di atas arsy (singgasana) untuk mengatur segala urusan."
Para imam ahli tafsir menjelaskan bahwa Arsy adalah suatu tempat yang memiliki materi dan fisik, bukan suatu ungkapan kiasan saja. Hal ini dijelaskan secara panjang oleh Imam al-Baihaqi seperti berikut ini.
"Dan pendapat para ahli tafsir tentang al-Arsy adalah singgasana, dan dia adalah fisik yang berbentuk, yang telah diciptakan Allah. Dan Dia perintahkan para malaikat untuk memikulnya dan beribadah dengan mengagungkan dan bertawaf kepadanya, sebagaimana Dia menciptakan satu rumah di bumi dan memerintahkan bani Adam untuk bertawaf kepadanya dan menghadap kepadanya ketika shalat. Dan pendapat-pendapat mereka itu ada dalil penunjukannya yang jelas dalam ayat-ayat dan hadis-hadis serta atsar-atsar (perkataan yang datang dari para sahabat yang disandarkan pada Nabi)."
Sesungguhnya Allah menguasai segala ciptaan-Nya, mengaturnya, dan menjaganya. Allah SWT lebih mulia dari segala makhluk yang ada. Allah lebih besar dari segala makhluk-makhluk tersebut. Namun, yang jelas ciptaan atau makhluk Allah yang paling besar dibanding seluruh makhluk ciptaan-Nya yang lain adalah arsy, sebagaimana firman Allah yang artinya, "Allah, tiada Tuhan yang disembah kecuali Dia, Rabb yang mempunyai arsy yang besar."( QS an-Naml [27]: 26)
Demikianlah sekelumit penggambaran tentang singgasana Allah yang sekaligus ciptaan-Nya yang paling besar. Masih banyak ayat dan hadis yang mengurai tentang arsy. Namun, tidak ada yang tahu bentuk sejati dari arsy. Sebagai umat Islam, kita hanya harus mengimani sesuai dengan keterangan dari Allah dan Rasul-Nya tersebut, tanpa menolaknya dan mengilustrasikan atau mengandai-andaikannya.
BENARKAH ALLAH ADA DI ATAS ARSY
Pertanyaan dasar mengenai ketuhanan dimulai dengan apa dan dimanakah tuhan berada. Dalam Islam Pemahaman mengenai konsep ketuhanan terdapat ilmu aqidah/kalam. Dalam tulisan ini dibahas mengenai pemahaman bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berada di ‘arsy lalu bagaimanakah sebenarnya pemahaman ini ?
Sebelum kami jelaskan masalah yang anda tanyakan, kami kutipkan terlebih dahulu ayat-ayat yang menyatakan bahwa Allah bersemayam diatas ‘Arsy dan ayat-ayat yang menyatakan bahwa Allah adalah sangat dekat dengan kita :
إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ …
“Sesungguhnya Tuhan kami ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam diatas ‘Arsy…” (al-A’raf (7): 54).
Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa Allah bersemayam di atas ‘Arsy diulang sebanyak 8 kali, pada surat Yunus (10): 3, ar-Ra’d (13):2, Thaha (20):5, al-Furqan (25):59, al-Qasas (28):14, as-Sajdah (32): 4, Fushilat (41): 11, an-Najm (53): 6 dan al-Hadid (57): 4
Ayat-ayat tersebut semuanya menjelaskan bahwa Allah bersemayam diatas ‘Arsy.
Adapun ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah adalah dekat disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 5 kali, antara lain ialah :
….وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيد….
“ … dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya…” (Qaf (50): 16). Kemudian disebutkan pada: surat al-Baqarah (2): 186, Hud (11): 61, Saba’ (34): 50 dan al-Waqi’ah (56): 85.
Ayat-ayat tesebut memberikan pengertian bahwa Allah sangat dekat kepada kita. Jika dilihat secara sepintas, seakan-akan ayat-ayat tersebut bertentangan, anatara ayat yang menyatakan bahwa Allah adalah jauh, dan ayat yang menyatakan bahwa Allah adalah dekat. Sebenarnya ayat-ayat tersebut tidaklah bertentangan, sebab dapat dikompromikan antara satu ayat dengan ayat lainnya.
APAKAH ARSY ITU MAHKLUK ?
Dalam kitab al-Ushul ats-Tsalatsah (3 landasan utama), Imam Muhammad bin Sulaiman at-Tamimi mengatakan,
وكل ما سوى الله عالم، وأنا واحد من ذلك العالم
“Semua selain Allah adalah alam. Dan saya salah satu bagian dari alam.” (al-Ushul ats-Tsalarsah, hlm. 3)
Dan Arsy selain Allah, sehingga Arsy termasuk alam. Dan Allah Rab semesta alam. Allah berfirman,
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Segala puji bagi Allah, Rab semesta alam.” (QS. Al-Fatihah)
Allah juga menyatakan bahwa Dia Rabnya Arsy. Allah berfirman,
وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
“Dan Dia Rab al-Arsy yang agung.” (QS. At-Taubah: 129)
Allah juga berfirman,
فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ
“Maka Maha Suci Allah Rab ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al-Anbiya: 22)
Allah juga berfirman,
فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ
Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Rab ‘Arsy yang mulia. (QS. Al-Mukminun: 116).
Dalil tentang ini sangat banyak, yang menunjukkan bahwa Arsy adalah makhluk Allah.
Karena Allah adalah Sang Khaliq, sehingga segala sesuatu selain Allah adalah makhluk ciptaan-Nya. Allah berfirman,
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ
“Allah yang menciptakan segala sesuatu.” (QS. Ar-Ra’d: 16 dan az-Zumar: 62).
Para ulama sepakat, Arsy adalah makhluk
Ada beberapa penegasan dari para ulama bahwa Arsy adalah makhluk. Diantaranya,
(1) Penegasan dari Ibnu Hazm,
اتفقوا أن الله وحده لا شريك له ، خالق كل شيء غيره ، وأنه تعالى لم يزل وحده ، ولا شيء غيرُه معه ، ثم خلق الأشياء كلَّها كما شاء، وأن النفس مخلوقة، والعرش مخلوق، والعالم كله مخلوق
Ulama sepakat bahwa Allah yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya, pencipta segala sesuatu selain Dia. Dia selalu Maha Esa. Tiada sesuatu selain Allah yang membersamai-Nya. Kemudian Dia mencipatakan segala sesuatu sesuai yang Dia inginkan. Jiwa itu makhluk, arsy itu makhluk, dan alam semuanya adalah makhluk. (Maratib al-Ijma’, hlm. 167).
(2) Keterangan Syaikhul Islam,
العرش مخلوق أيضا فإنه يقول: ” وهو رب العرش العظيم ” وهو خالق كل شيء: العرش وغيره ورب كل شيء: العرش وغيره
Arsy juga makhluk, karena Allah berfirman, (yang artinya), “Dia Rab Arsy yang agung.” Dia menciptakan segala sesuatu, arsy dan yang lainnya. Rab segala sesuatu, arsy dan yang lainnya. (Majmu’ Fatawa, 18/214).
(3) Keterangan ad-Dzahabi,
وسلف الأمة وأئمتها يقولون: إن القرآن والسنة قد دلا على أن العرش مخلوق من مخلوقات الله تعالى خلقه وأوجده؛ قال تعالى {وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ} [التوبة 129] ، فالعرش موصوف بأنه مربوب وكل مربوب مخلوق، فالعرش مخلوق من مخلوقات الله
Generasi umat masa silam dan para ulamanya mengatakan bahwa al-Quran dan Sunah menegaskan, bahwa Arsy merupakan salah satu makhluk Allah Ta’ala. Allah yang menciptakan-Nya dan mewujudkan-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan Dia Rab al-Arsy yang agung.” (QS. At-Taubah: 129). Arsy disifati dengan marbub. Dan semua yang marbub adalah makhluk. Sehingga Arsy termasuk salah satu makhluk Allah. (al-Arsy li ad-Dzahabi, 1/307).
ARSY ADALAH MAHKLUK ALLAH
Arsy adalah Makhluk Allah yang Terbesar, Paling Tinggi dan yang Pertama Kali Allah Ciptakan
Cukup banyak dalil yang menjelaskan bahwa ‘Arsy adalah makhluk ciptaan Allah. Kami bawakan beberapa dalil dari Al-Quran, Sunnah, dan Ijma’ ulama
DALIL DARI AL QUR'AN
Allah adalah Rabb (pencipta) ‘Arsy yang besar. Allah berfirman,
قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيم
“Katakanlah, ”Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?” (Al-Mu’minun: 86).
Allah berfirman :
فَتَعَالَى اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لآإِلَهَ إِلاَّهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيم
“Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya;tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Rabb (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia” (Al-Mu’minun/ 23:116).
Syaikhul Islam menjelaskan maksud Rabb ‘Arsy adalah yang menciptakan, beliau berkata,
ﻭَﻫُﻮَ ﺧَﺎﻟِﻖُ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ : ﺍﻟْﻌَﺮْﺵُ ﻭَﻏَﻴْﺮُﻩُ ، ﻭَﺭَﺏُّ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ : ﺍﻟْﻌَﺮْﺵُ ﻭَﻏَﻴْﺮُﻩُ
“Allah adalah Rabb segala sesuatu termasuk ‘Arsy dan yang lainnya. Allah pencipta segala sesuatu termasuk ‘Arsy dan lainnya.”
Demikian juga firman Allah,
ذَالِكُمُ اللهُ رَبُّكُمْ لآَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَىْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ
“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Rabb kamu; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu” (Al-An’am: 102).
Kaidahnya adalah segala sesuatu selain Allah adalah makhluk. Syaikh Muhammad At-Tamimi berkata,
وكل ما سوى الله عالم، وأنا واحد من ذلك العالم
“Semua selain Allah adalah ‘alam (makhluk), dan aku salah satu bagian dari ‘alam tersebut.”
DALIL DARI AS SUNNAH
Terdapat dalil tegas yang menyatakan bahwa Allah menciptakan ‘Arsy.
Abu Raziin Al-Uqailiy bertanya kepada Nabi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يَارَسُوْلَ الله أَيْنَ كَانَ رَبُّنَا قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ خَلْقَهُ ؟ قاَلَ كَانَ فِيْ عَمَاء مَا فَوْقَهُ هَوَاءُ وَ مَا تَحَْهُ هَوَاءُ ثُمَّ خَلَقَ عَرْشَهُ عَلَى اْلمَاءِ
Wahai Rasulullah dimana dahulu Rabb kita berada sebelum menciptakan makhluk-Nya? Beliau menjawab, ‘Dia berada di ‘amaa, tidak ada di atas dan bawahnya udara, kemudian dia menciptakan Arsy-Nya di atas air.
DALIL IJMA ULAMA
Muhammad bin ‘Utsman bin Abi Syaibah berkata,
ﺛﻢ ﺗﻮﺍﺗﺮﺕ ﺍﻷﺧﺒﺎﺭ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻓﺎﺳﺘﻮﻯ ﻋﻠﻴﻪ
Beritanya mencapai level mutawatir (sangat banyak jalurnya) bahwa Allah Ta’ala menciptakan ‘Arsy kemudian ber-istiwa di atasnya.
Mulaa Ali Al-Qarii menukilkan dalam syarh Al-Fikhul Al-Akbar,
ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺇﻇﻬﺎﺭًﺍ ﻟﻘﺪﺭﺗﻪ
“Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan ‘Arsy untuk menampakkan kekuasaan-Nya.”
Ibnu Hazm rahimahullah berkata,
ﺍﺗﻔﻘﻮﺍ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺣﺪﻩ ﻻ ﺷﺮﻳﻚ ﻟﻪ ، ﺧﺎﻟﻖ ﻛﻞ ﺷﻲﺀ ﻏﻴﺮﻩ ، ﻭﺃﻧﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻟﻢ ﻳﺰﻝ ﻭﺣﺪﻩ ، ﻭﻻ ﺷﻲﺀ ﻏﻴﺮُﻩ ﻣﻌﻪ ، ﺛﻢ ﺧﻠﻖ ﺍﻷﺷﻴﺎﺀ ﻛﻠَّﻬﺎ ﻛﻤﺎ ﺷﺎﺀ، ﻭﺃﻥ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﻣﺨﻠﻮﻗﺔ، ﻭﺍﻟﻌﺮﺵ ﻣﺨﻠﻮﻕ، ﻭﺍﻟﻌﺎﻟﻢ ﻛﻠﻪ ﻣﺨﻠﻮﻕ “. .
“Ulama telah bersepakat bahwa Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, pencipta segala sesuatu kecuali diri-Nya sendiri. Dia selalu Maha Esa. Tiada sesuatu selain Allah yang membersamai-Nya, kemudian Dia menciptakan segala sesuatu sesuai yang Dia inginkan. Jiwa itu adalah makhluk, ‘arsy itu adalah makhluk, dan ‘alam semuanya adalah makhluk.”
ARSY ADALAH MAHKLUK ALLAH YANG PALING TINGGI DAN ALLAH BERADA DI ATAS ARSY
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الله عَلَى عَرْشِهِ وَ إِنَّ عَرْشَهُ عَلَى سَمَوَاتِهِ وَ أَرْضِهِ كَهَكَذَا وَ قَالَ بِأَصَابِعِهِ مِثْلَ اْلقُبَّةِ
“Sesungguhnya Allah di atas ‘Arsy-Nya dan Arsy-Nya di atas langit-langit dan bumi, seperti begini dan beliau memberikan isyarat dengan jari-jemarinya seperti kubah.”
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا سَأَلْتُمُ الله فَاسْأَلُوْهُ اْلفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ وَسَطُ اْلجَنَّةِ وَ أَعْلاهَا وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفْجُرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ
“Jika kalian meminta, mintalah Al-Firdaus, karena dia syurga yang paling utama dan yang paling tinggi dan diatasnya adalah ‘Arsy Allah, dan darinya terpancar sungai-sungai syurga.”
ARSY ADALAH MAHKLUK PERTAMA YANG ALLAH CIPTAKAN
Terdapat khilaf ulama apa makhluk yang pertama kali Allah ciptakan. Ada tiga pendapat dalam hal ini :
1. Al-Qalam (pena menulis takdir)
Ini pendapat Ibnu Jarir At-Thabari dan Ibnul Jauzi
2. Al-Maa’ (air)
Ini pendapat Ibnu Mas’ud dan sebagian salam
3. Al-‘Arsy
Ini pendapat Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim.
Pendapat terkuat -wallahu a’lam- yang pertama kali Allah ciptakan adalah ‘Arsy. Syaikh Al-‘Ustaimin menjelaskan,
ﺃﻭﻝ ﻣﺎ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻷﺷﻴﺎﺀ ﺍﻟﻤﻌﻠﻮﻣﺔ ﻟﻨﺎ ﻫﻮ ﺍﻟﻌﺮﺵ ، ﻭﺍﺳﺘﻮﻯ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﻌﺪ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﺴﻤﺎﻭﺍﺕ، ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ – ﺗﻌﺎﻟﻰ :- ( ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﺴﻤﺎﻭﺍﺕ ﻭﺍﻷﺭﺽ ﻓﻲ ﺳﺘﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﻛﺎﻥ ﻋﺮﺷﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻟﻴﺒﻠﻮﻛﻢ ﺃﻳﻜﻢ ﺃﺣﺴﻦ ﻋﻤﻼ
“Yang pertama kali Allah ciptakan dari segala sesuatu yang kita ketauhi adalah ‘Arsy, kemudian Allah ber-istiwa di atasnya setelah menciptakan langit dan bumi sebagaimana dalam firman Allah, ‘Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam waktu enam hari. (Sebelumnya) ‘arsy Allah di atas air, untuk menguji kalian siapakah yang paling baik amalnya.
ARSY DALAM AL-QUR'AN
Kata arsy sebanyak 26 kali disebutkan di dalam Al-Qur’an. Dan biasanya yang dimaksud adalah arsy Tuhan. Di dalam beberapa tempat bermakna langit atau atap, seperti firman Allah Swt: “…yang tembok-temboknya runtuh di atas atap-atapnya”. Atau bermakna tahta kerajaan, seperti firman-Nya: “kemudian dia mendudukkan ayah dan ibunya di atas arsy”. Dan firman-Nya: “Siapakah diantara kalian yang mampu memindahkan arsy-nya kesini...” Terkadang diartikan juga dengan ketinggian. Yang menjadi topik pembahasan kita adalah arsy Tuhan.
ARSY TUHAN
Para ulama dan mufassir berbeda pandangan dalam memberikan jawabannya. Secara global jawaban para ulama terbagi menjadi dua bagian.
1. Sebagian ulama salaf mengangap bahwa membahas masalah-masalah hakikat agama dan melewati makna lahiriah Kitab dan Sunnah adalah sesuatu yang bid’ah dan haram. Mereka mengatakan : “Kita tidak mungkin akan dapat memahami dan menjangkau arsy dan kursi Allah Swt, yang kita pahami hanyalah namanya saja”. Ayat-ayat semacam ini -menurut mereka- termasuk ayat-ayat mutasyabihat, tidak boleh dibahas dan ditafsirkan secara serampangan. Sekarang, sebagaimana telah jelas bahwa akal dan juga Al-Qur’an dan Sunnah -yang bertentangan dengan akidah mereka- sangat menganjurkan dan menekankan agar umat Islam merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an, memahaminya secara serius dan berhujjah dengan hujjah aqli. Bagaimana mungkin dengan adanya dorongan dan anjuran dalam mukaddimah-mukaddimah semacam ini, kemudian mereka dilarang untuk menetapkan hasilnya ?
2. Para ulama yang membolehkan membahas masalah arsy ini dalam lingkup agama terbagi kepada empat kelompok:
Kelompok yang mengartikan secara lahiriah dengan kaku mengatakan bahwa arsy itu merupakan makhluk yang mempunyai wujud luar yang betul-betul mirip dengan tahta dan singgasana yang memilki beberapa kaki. Kaki-kaki itu bersandar pasa langit yang ketujuh. Dan Tuhan tak ubahnya seperti seorang raja yang tengah duduk di singgasana-Nya tersebut. Dari tahta kerajaann-Nya inilah dia mengatur segala urusan hamba-Nya.
Ulama yang berpendapat bahwa arsy itu mempunyai wujud luar sebagai sebuah makhluk Tuhan. Tetapi dalam hal mishdaq dan wujud riilnya berbeda dengan pandangan ulama pertama. Mereka mengatakan bahwa arsy adalah planet yang kesembilan yang meliputi alam materi dan sebagai pembatas arahnya. Dan karena ia kosong dari bintang-bintang, maka ia dinamakan atlas. Sedang kursi Tuhan adalah planet kawakib. Pandangan ini berdasarkan riwayat yang datang dari Rasulullah Saw yang menegaskan: Langit-langit dan tujuh lapis bumi tidak terletak di samping kursi . Tetapi ia laksana lingkaran yang terhampar di padang sahara yang luas.
Pandangan ketiga ini berbeda dengan pandangan sebelumnya. Mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan arsy dan kursi Tuhan adalah sebagai makna kinayah dan tidak mempunyai bentuk dan wujud luar yang nyata. Apa maksud makna kinayah yang mereka katakan? Terdapat berbagai maksud dan arti. Terkadang mereka memaknainya sesuai dengan sebuah hadis yang dinukil oleh Hafsh bin Ghiyas dari Imam maksum As. Kepada Imam Shadiq As dia bertanya mengenai tafisr ayat yang berbunyi “Wasi’a kursi yyuhu as-samawati wal ardh” (Kursi -Nya seluas langit-langit dan bumi). Imam Shadiq As menjawab: Maksudnya adalah ilmu-Nya. Mereka mengatakan maksudnya adalah ilmu Allah yang tidak bertepi.
Dan terkadang pula mereka memaknainya berdasarkan ayat mulia yang berbunyi: Tsummastawa alal arsy (kemudian Dia bersemayam di atas arsy) : Ar-Rahmanu ‘alal arsyistawa (Tuhan yang Mahasayang bersemayam di atas singgasana-Nya). Yaitu bermakna kekuasaan dan kerajaan Tuhan. Terkadang pula dimaknai dengan sifat kamaliyah (kesempurnaan) dan sifat jalaliyah (keagungan) Tuhan. Karena masing-masing dari sifat terebut menjelaskan keagungan maqam Allah Swt, sebagaimana pula tahta kerajaan para raja itu menunjukkan kebesaran mereka.
Pandangan yang keempat, dari satu sisi sama dengan pandangan pertama dan kedua. Yaitu bahwa arsy memiliki wujud hakikat (wujud luar yang riil). Dalam hal ini berbeda dengan pandangan yang ketiga. Tetapi dari sisi lainnya, pandangan ini sama dengan pandangan yang ketiga. Yaitu bahwa yang dimaksud dengan arsy adalah makna kinayah. Dan dalam hal ini berbeda dengan pandangan pertama dan kedua. Dan ini adalah pendapat para ulama kontemporer seperi Allamah Thabathaba’i. Berdasarkan pandangan ini bahwa pada hakikatnya arsy adalah martabah tertinggi alam wujud yang merupakan sebab dan illat seluruh peristriwa, penciptaan dan semua asma. Dan mata rantai sebab-sebab dan illat itu mesti berakhir kepada martabah tersebut. Allamah Thabathaba’i mengatakan bahwa kalimat: Tsummastawa alal arsy (kemudian Dia bersemayam di atas arsy) yang merupakan sebuah misal yang menggambarkan tentang luasnya pengaturan Allah Swt atas seluruh milik-Nya, juga menunjukkan suatu hakikat, yaitu sebuah maqam dan peringkat dimana kendali seluruh perkara dan urusan bertumpuk pada peringkat tersebut. Dan ayat yang berbunyi: “Dan Dialah Tuhan arsy yang agung dan ayat yang berbunyi: “…hamba-hamba yang memanggul arsy dan yang disekitarnya dan ayat-ayat lainnya, semuanya itu menunjukkan makna ini.
KURSI
Kursi bermakna tahta dan singgasana dan menurut pandangan masyarakat umum (urf) adalah nama sesuatu yang diduduki di atasnya.[19] Kata ini disebutkan di dalam Al-Qur’an sebanyak dua kali yang keduanya bermakna tahta. Letak perbedaannya adalah bahwa salah satu mishdaq (wujud luar) urfi kursi adalah tahta dan singgasana Nabi Sulaiman As. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt: “Dan sungguh telah Kami uji Sulaiman dan Kami lemparkan jasadnya ke atas kursi nya, kemudian dia pun kembali”. Sedangkan sehubungan dengan tahta Tuhan bermakna kinayah yang merupakan hakikat wujud.
KURSI TUHAN
Apakah yang dimaksud dengan kursi dan singgasana Tuhan yang meliputi seluruh langit dan bumi itu?
Sebagaimana beberapa pandangan yang telah dijelaskan di atas tentang arsy, tentang kursi pun demikian pula dengan sedikit perbedaan. Penjelasan globalnya adalah demikian, Mayoritas ulama terdahulu mempunyai pandangan bahwa kursi Tuhan adalah sesuatu yang dikenal oleh manusia, yakni mereka hanya mengenal namanya saja. Sementara untuk dapat memahami hakikatnya tidak mungkin dan membahasnya pun merupakan bid’ah.
PANDANGAN ULAMA AHLI
Pandangan kaum Musyabbihah adalah bahwa kursi dan arsy itu satu, yaitu tahta kerajaan Ilahi yang terletak di langit yang ke tujuh. Dari tahta inilah Dia mengatur seluruh urusan alam raya ini.
Pandangan sekelompok ulama yang mengikuti dasar pemikiran Bethlamiyus. Mereka mengatakan bahwa kursi adalah planet kaukab. Sedangkan kursi adalah planet yang tertinggi.
Pandangan mayoritas ulama ahli tafsir mengatakan bahwa kursi itu tidak mempunyai wujud hakiki. Ia hanyalah sebagai kinayah belaka. Kinayah itu adalah ilmu Tuhan atau kekuasaan dan kerajaan-Nya.
Pandangan para ulama kontemporer, seperti Allamah Thabathaba’i. Dan inilah pandangan yang kokoh dan benar. Berdasarkan pandangan ini bahwa kursi itu, disamping merupakan sebuah kinayah, tetapi mempunyai wujud hakiki yang nyata, yaitu satu martabah wujudi, maksudnya adalah ma qam rububi dimana seluruh maujud langit dan bumi tegak bedasarkan atasnya. Dengan demikian bahwa kursi adalah satu martabah dari martabah-martabah ilmu Ilahi dimana seluruh alam semesta ini tegak atasnya dan segala sesuatu tersimpan rapih dan tertulis di sana. Karena itu, arsy dan kursi pada hakikatnya- adalah hal yang satu yang secara ijmali (global) dan tafshili (rinci) mempunyai dua peringkat. Dan ikhtilaf yang terdapat diantara keduanya hanyalah bersifat rutbi (urutan) dan keduanya merupakan hakikat wujudi. Tetapi tidak seperti apa yang digambarkan oleh sebagian orang bahwa hal itu sebagai tahta Tuhan dan singgasana-Nya. Riwayat-riwayat yang datang dari para Imam maksum pun secara kuat mendukung keabsahan pandangan ini. Sebagai contoh perhatikanlah beberapa riwayat berikut ini :
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As, ketika memberikan jawaban atas pertanyaan Jaslik berkata: “Para Malaikat memanggul arsy Tuhan. Dan arsy Tuhan itu tidaklah seperti tahta kerajaan yang engkau bayangkan. Arsy Tuhan itu adalah berupa makhluk(dicipta), mahdud (terbatas) dan diatur oleh Allah Swt. Allah Swt adalah pemiliknya dan bukanlah Dia bersemayam di atasnya.
Riwayat lainnya yang juga dinukil dari Imam Ali As adalah bahwa yang dimaksud dengan kursi itu adalah ilmu Allah Swt yang meliputi seluruh langit dan bumi dan segala isinya.
Hanan bin Sudair menukil sebuah riwayat dari Imam Shadiq As ketika ia bertanya kepadanya mengenai makna arsy dan kursi . Beliau menjawab: “Arsy mempunyai sifat yang banyak dan bermacam-macam. Di setiap tempat di dalam Al-Qur’an, setiap kali menyebutkan nama arsy, maka hal itu berkaitan erat dengan masalah yang disebutkan di situ”. Arsy di dalam riwayat ini bermakna kepemilikan, kehendak, keinginan dan pengetahuan.
Abu Mansur al-Baghdadi dalam kitabnya al-Farq bainal Firaq (Perbandingan Firqah-Firqah) mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib berkata: "Allah menciptakan Arasy sebagai tanda kekuasaan-Nya, dan bukan untuk menjadikan tempat bagi Zat-Nya." Kelompok Sunni (Asy'ariyah, Maturidiyah, dan Sufi), Muktazilah, dan Syiah (12 Imam dan Ismailiyah) meyakini Arasy hanyalah lambang kekuasaan-Nya dan bukan tempat bagi Zat-Nya, sementara kelompok Karrami, Salafiyah, dan Wahabisme meyakini bahwa Allah menciptakan Arasy sebagai tempat istiwa, sebagaimana ayat berikut :
(yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas Arasy.
QS. Taha Ayat 5 :
اَلرَّحۡمٰنُ عَلَى الۡعَرۡشِ اسۡتَوٰى
Ar-Rahmaanu 'alal 'Arshis tawaa
(yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas ‘Arsy.
Tafsirnya :
Tuhan yang menurunkan Al-Qur’an ini adalah Yang Maha Pengasih terhadap semua makhuk tanpa terkecuali; yang bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur semua urusan makhluk-Nya.
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Pencipta langit dan bumi itu, adalah Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas 'Arsy. Allah bersemayam di atas 'Arsy, janganlah sekali-kali digambarkan seperti halnya seorang raja yang duduk di atas singgasananya, karena menggambarkan yang seperti itu, berarti telah menyerupakan Khaliq dengan makhluk-Nya. Anggapan seperti ini, tidak dibenarkan sama sekali oleh ajaran Islam, sesuai dengan firman Allah :
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat. (asy-Syura/42: 11).
Ibnu Kasir berkata di dalam kitab tafsirnya, bahwa cara yang paling baik dalam memahami ayat ini ialah cara yang telah ditempuh oleh Ulama Salaf, yaitu mempercayai ungkapan sebagaimana tercantum di atas 'Arsy (duduk di atas tahta) tetapi cara atau kaifiatnya (duduk di atas tahta) tidak boleh disamakan dengan cara duduknya makhluk, seperti seseorang yang duduk di atas kursi. Hal itu sepenuhnya adalah wewenang Allah semata-mata, manusia tidak dapat mengetahui hakikatnya.
Penjelasan serupa banyak dikisahkan di dalam Al-Qur'an, dalam beberapa surah. Akan tetapi, banyak ulama yang berpendapat berbeda dalam mengartikan makna dari ‘Arasy ini, apakah ‘Arasy itu berwujud fisik atau nonfisik.
Menurut akademikus muslim Britania Raya, Islam Issa, Arasy adalah makhluk terbesar yang pernah diciptakan-Nya.
Ayat Kursi, ayat 255 Surah Al-Baqarah. Memuat kata kursi (كرسي) "tempat berpijak", yang tidak sama dengan Arasy [عرش], serta juga dua asmaulhusna, Al-Hayy Al-Qayyum ("Yang Maha Hidup lagi Yang Menerus mengurus makhluk-Nya").
Ulama hadis telah menafsirkan bahwa Muhammad bersabda bahwa akan ada jaminan Surga untuk setiap orang yang rajin membacanya setelah salat, dan sekaligus sebagai ayat tolak bala.
Dalam hadis, Nabi juga bersabda bahwa Arasy terletak di atas Surga yang tertinggi, Al-Firdaus Al-'Ala, yang merupakan surga yang diperuntukkan bagi hamba-hamba Allah yang saleh.
PENAFSIRAN ARSY DAN KURSI
Arsy bermakna sesuatu yang mempunyai atap. Tahta kerajaan juga bisa dinamakan arsy sebagai kiasan (kinayah) dari kekuasaan dan pemerintahan. Sedang kursi juga bermakna tahta dan singgasana. Kedua kata itu digunakan dalam al-Qur’an. Pada banyak tempat dalam al-Qur’an, arsy dinisbatkan kepada Allah Swt, sementara kursi hanya pada satu tempat saja. Tetapi hal ini bukan bagian dari pembahasan kita.
Para ulama dan mufassir berbeda pandangan dalam memberikan jawabannya. Secara global jawaban para ulama terbagi menjadi dua bagian. Sebagian ulama salaf menganggap bahwa membahas masalah itu adalah bid’ah.
Mereka mengatakan : Kita tidak mungkin dapat memahami dan menjangkau arsy dan kursi Allah Swt, yang kita pahami hanyalah namanya saja.
Lawan mereka adalah sekelompok ulama yang membolehkan membahasnya dalam lingkup agama yang dalam hal ini mereka terbagi menjadi empat kelompok :
Sekelompok ulama berpadangan bahwa arsy dan kursi itu satu. Dan mereka memberikan makna berdasarkan lahiriah lafaz yang kaku. Kata mereka, Arsy dan kursi itu mempunyai wujud luar dan bentuk yang riil, yaitu berupa makhluk Allah Swt yang betul-betul mirip dengan tahta dan mempunyai beberapa kaki (tonggak). Kaki-kakinya itu bersandar kepada langit ketujuh. Dan Tuhan seperi seorang raja yang menduduki singgasana kerajaan tersebut. Dari sinilah Dia mengatur berbagai urusan. Kelompok ini dikenal sebagai kaum Musyabbihah (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya).
Kelompok lainnya berpandangan sama dengan pandangan sebelumnya, yaitu bahwa arsy dan kursi itu memiliki wujud luar yang nyata dan sebagai makhluk, tetapi mishdaq (instanta luaran) berbeda dengan pandangan pertama. Kelompok kedua ini berdasarkan pandangan Ptolemy (Claudius Ptolemaeus) mengatakan bahwa arsy Tuhan itu adalah falak (planet) yang tertinggi (planet kesembilan). Sedang kursi Tuhan adalah planet kawâkib. Pandangan ini didasarkan pada riwayat yang datang dari Rasulullah Saw : Langit-langit dan tujuh lapis bumi tidak terletak di samping kursi. Tetapi ia laksana lingkaran yang terhampar dipadang sahara yang luas.
Mayoritas mufassir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan arsy dan kursi Tuhan adalah sebagai makna kiasan dan tidak mempunyai bentuk dan wujud luar yang nyata.
Terdapat berbagai maksud dan arti. Terkadang mereka memaknainya sesuai dengan sebuah hadis yang dinukil oleh Hafsh bin Ghiyas dari Imam maksum As. Kepada Imam Shadiq As dia bertanya mengenai tafisr ayat yang berbunyi Wasi’a kursi yuhu as-samawati wal ardh (Kursi-Nya seluas langit-langit dan bumi). Imam Shadiq As menjawab : maksudnya adalah ilmu-Nya. Mereka mengatakan maksudnya adalah ilmu Allah yang tidak bertepi.
Dan terkadang pula mereka memaknainya berdasarkan ayat mulia : Tsummastawa alal arsy (kemudian Dia bersemayam di atas arsy).
Yaitu bermakna kekuasaan dan kerajaan Tuhan. Terkadang pula dimaknai dengan sifat kamâliyah (kesempurnaan) dan sifat jalaliyah (keagungan) Tuhan.
Pandangan yang keempat adalah pendapat para ulama kontemporer seperi Allamah Thabathaba’i, mereka mengatakan bahwa arsy dan kursi itu mempunyai wujud luar yang hakiki, walaupun dari lafaz tersebut bisa dimaksudkan dua buah makna kiasan. Berdasarkan pandangan ini, pada hakikatnya arsy dan kursi itu adalah satu perkara yang secara global dan rinci mempunyai dua martabah (peringkat) dan perbedaan keduanya adalah bersifat rutbi (urutan), dan keduanya itu merupakan hakikat dan wujud yang nyata. Tetapi bukan merupakan tahta dan singgasana Tuhan dan tempat Dia bersemayam, sebagaimana yang dimaksudkan oleh kelompong di atas. Akan tetapi maksud arsy adalah derajat tertinggi alam wujud yang merupakan sebab dan illat seluruh peristriwa, penciptaan dan semua asma. Dan mata rantai sebab-sebab dan illat berakhir kepada martabah tersebut. Sedangkan kursi berada pada martabah yang lebih rendah, yaitu sebagai maqam rububi (tingkat pengaturan) dimana seluruh maujud planet langit dan bumi tegak berdasarkan atasnya. Banyak sekali riwayat dan hadis yang mendukung keabsahan dan kekuatan pandangan ini.
ETIMOLOGI
Arasy adalah bentuk mashdar dari kata kerja ‘arasya – ya‘risyu – ‘arsyan (عَرَشَ يَعْرِشُ عَرْشًا) yang berarti "bangunan", "singgasana", "istana", atau "takhta". Di dalam Al-Quran, kata ‘Arasy disebut sebanyak 33 kali. Kata ‘Arasy mempunyai banyak makna, tetapi pada umumnya yang dimaksudkan adalah singgasana atau takhta Tuhan. Kemudian arti dari kata tersebut dipakai oleh bangsa Arab untuk menunjukkan beberapa makna, yaitu:
1. Singgasana raja.
2. Atap rumah, tercantum dalam hadist.
3. Tiang dari sesuatu.
4. Kerajaan.
5. Bagian dari punggung kaki.
Inilah sebagian dari arti ‘Arasy dalam bahasa Arab, akan tetapi arti tersebut berubah-ubah sesuai dengan kalimat yang disandarinya.
Seorang ulama yang bernama Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar menjelaskan bahwa ‘Arasy merupakan ”pusat pengendalian segala persoalan makhluk-Nya di alam semesta”. Penjelasan Rasyid Rida itu antara lain didasarkan pada Al-Qur'an :
Sesungguhnya Tuhan kamu Dialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy (singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tidak ada yang dapat memberi syafaat kecuali setelah ada izin-Nya. Itulah Allah, Tuhanmu, maka sembahlah Dia.
QS. Yunus Ayat 3 :
اِنَّ رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الْاَمْرَۗ مَا مِنْ شَفِيْعٍ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ اِذْنِهٖۗ ذٰلِكُمُ اللّٰهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْهُۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ
Sesungguhnya Tuhan kamu Dialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy (singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tidak ada yang dapat memberi syafaat kecuali setelah ada izin-Nya. Itulah Allah, Tuhanmu, maka sembahlah Dia.
MALAIKAT PENYANGGA ARASY
Imam Abu al-Laits dalam Masail Abi Laits menyatakan bahwa malaikat itu beragam jenisnya. Maksudnya, kata Syaikh Muhammad Nawawi Banten dalam kitabnya Qathrul Ghaits, malaikat itu beragam-ragam, baik keadaan, perbuatan, dan bentuk mereka. Di antara para malaikat tersebut, kata Imam Abu Laits, ada yang bertugas sebagai penyangga arasy (hamalatul ‘arsy).
Menurut Syaikh Nawawi, malaikat penyangga arasy adalah malaikat dengan tingkatan tertinggi. Selain itu, mereka adalah malaikat yang pertama kali ada (diciptakan Allah). Secara kuantitas, malaikat penyangga arasy berjumlah empat malaikat yang berada di dunia, dan pada hari kiamat ada delapan malaikat. Semua malaikat penyangga arasy tersebut berbentuk (seperti) kambing hutan.
Terdapat sejumlah informasi mengenai malaikat penyangga arasy secara fisik. Menurut Syaikh Nawawi, jarak antara telapak kaki mereka dengan lutut sejauh perjalanan tujuh puluh tahun burung yang bisa terbang dengan cepat. Dalam ilmu pengetahuan popular, diketahui bahwa burung Frigate adalah burung yang memiliki kecepatan maksimum, yakni hingga 153 kilometer perjam.
Sedangkan informasi tentang arasy, misalnya, seperti dituturkan Syaikh Nawawi adalah bahwa warna hijau. Tepatnya permata berwarna hijau. Ia termsuk salah satu ciptaan Allah yang terbesar. Setiap hari arasy selalu dihias oleh ribuan cahaya warna-warni. Namun tak ada satu pun makhluk Allah yang dapat melihatnya. Namun diketahui bahwa sisi dalam arasy seperti lingkaran di tanah lapang.
Secara fungsional, arasy di langit disetarakan dengan Ka’bah di bumi. Arasy adalah kiblat bagi penghuni langit seperti Ka’bah menjadi kiblat bagi penghuni bumi. Informasi seperti ini misalnya bisa ditemukan dalam kitab Durratun Nashihin karya Syaikh Utsman bin Hasan al-Kubari, seperti juga dikutip Syaikh Nawawi. Hal ini diperkuat oleh Imam Abu Laits bahwa sebagian malaikat ada yang terus-menerus mengelilingi arasy, di samping yang bertugas menyangganya.
WUJUD ARASY
Menurut manhaj salaf, ‘Arasy adalah makhluk terbesar di antara para makhluk Allah yang lainnya seperti Kursy, memiliki beberapa tiang yang menjadikan ‘Arasy sebagai atap alam semesta. Wujud ini dicatat dalam beberapa hadis-hadis shahih. Saking besarnya ada malaikat yang memiliki sayap banyak, diperintahkan oleh Allah untuk terbang ke mana saja yang dikehendaki dan malaikat tersebut merasa tidak beranjak dari tempat semula ia terbang.
Malaikat itu diberikan oleh Allah kekuatan yang setara dengan 70.000 malaikat. Kemudian, Allah memerintahkan malaikat itu terbang. Malaikat itu pun terbang dengan kekuatan penuh dan sayap yang diberikan Allah ke arah mana saja yang dikehendakinya. Sesudah itu, malaikat tersebut berhenti dan memandang ke arah ‘Arasy. Tetapi, ia merasakan seolah-olah ia tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya terbang semula dan hal ini telah memperlihatkan betapa besar dan luasnya ‘Arasy Allah tersebut.
‘Arasy yaitu singgasana atau tahta yang memiliki beberapa tiang yang dipikul oleh para malaikat. Ia menyerupai kubah bagi alam semesta. ‘Arasy juga merupakan atap seluruh makhluk.
Penjelasan mengenai ‘Arasy memiliki tiang-tiang, adalah kisah ketika Musa hendak melihat wujud Allah, dan pada hari kiamat akan tampak kembali tiang-tiang ‘Arasy.
Berdasarkan penjelasan hadis bahwa makhluk yang bernama ‘Arasy teramat besar dibandingkan dengan Kursy, seperti sebuah cincin yang dilemparkan ke Gurun Sahara yang sangat luas.
Dijelaskan pula oleh ulama bahwa ‘Arasy dikelilingi oleh empat sungai, yaitu: sungai berisi cahaya; sungai berisi salju putih; sungai berisi air; dan sungai yang berisi api. Kemudian ada penjelasan lain bahwa sungai-sungai surga adalah berasal dari sungai yang ada di ‘Arasy.
LETAK ARASY
Menurut syariat Islam, ‘Arasy terletak di atas surga Firdaus yang berada di langit ke-7. Kemudian ada penjelasan lain bahwa ‘Arasy terletak di atas air.
Jadi ‘Arasy Allah yang berada di atas air, sedangkan Kursy berada di atas langit ke tujuh, dan di atas Kursy itu ada air, dan di atas air ada ‘Arasy. Maka jarak antara langit dengan langit, langit ke tujuh dengan Kursy, Kursy dengan air, dan air dengan ‘Arasy-Nya adalah 500 tahun perjalanan. Pendapat lain berkata bahwa letak ‘Arasy sangat dekat dengan Sidratulmuntaha, sebuah pohon bidara yang terletak di bawah ‘Arasy, pendapat lain mengatakan ‘Arasy terletak di kanan pohon bidara tersebut. Posisi ‘Arasy dekat dengan Baitulmakmur (Ka'bah penduduk langit) yang sejajar dengan Ka'bah di atas bumi.
HAMALAT AL ARSY
Para malaikat pemikul ‘Arasy terkenal dengan nama Hamalat al-‘Arsy (bahasa Arab: حملة العرش) berjumlah empat malaikat, setelah kiamat akan bertambah menjadi delapan malaikat yaitu; Israfil, Mikail, Jibril, Izrail, dan Hamalat al-‘Arsy. Di dalam Al-Qur'an juga disebutkan para malaikat-malaikat ini :
Dan para malaikat berada di berbagai penjuru langit. Pada hari itu delapan malaikat menjunjung Arasy (singgasana) Tuhanmu di atas (kepala) mereka.
Al Qur'an Al-Haqqah:17
وَّالْمَلَكُ عَلٰٓى اَرْجَاۤىِٕهَاۗ وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَىِٕذٍ ثَمٰنِيَةٌ ۗ
Dan para malaikat berada di berbagai penjuru langit. Pada hari itu delapan malaikat menjunjung ‘Arsy (singgasana) Tuhanmu di atas (kepala) mereka.
Tafsirnya :
Dan ketika itu juga atas perintah Allah para malaikat berada di berbagai penjuru langit yang telah rapuh itu. Pada hari itu delapan malaikat menjunjung’Arsy yaitu singgasana Tuhanmu di atas kepala mereka.
WUJUD HAMALAT AL ARSY
Berdasarkan hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud dari seorang sahabat Jabir bin Abdillah, wujud para malaikat pemikul singgasana Allah sangatlah besar dan jarak antara pundak malaikat tersebut dengan telinganya sejauh perjalanan burung terbang selama 700 tahun.
Dikatakan pula dalam hadits, bahwa Hamalat al-‘Arsy memiliki sayap lebih besar dan banyak dibandingkan dengan Jibril dan Israfil. Dikatakan bahwa Hamalat al-‘Arsy memiliki sayap sejumlah 2400 sayap di mana satu sayapnya menyamai 1200 sayap Israfil, sedangkan Israfil mempunyai 1200 sayap, di mana satu sayapnya menyamai 600 sayap Jibril.
Sedangkan Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar bin 'Arabi Al-Jawi Al-Bantani, seorang wali besar dari tanah Jawa, mengatakan bahwa, "Mereka adalah tingkatan tertinggi para malaikat dan malaikat yang pertama kali diciptakan, dan mereka berada di dunia sebanyak 4 malaikat, pada saat kiamat akan berjumlah 8 malaikat dengan bentuk kambing hutan. Jarak antara telapak kakinya sampai lututnya sejauh perjalanan 70 tahun burung yang terbang paling cepat. Adapun sifat dari ‘Arasy, dikatakan bahwa bahwa ‘Arasy adalah permata berwarna hijau dan ‘Arasy adalah makhluk yang paling besar dalam penciptaan, dan setiap harinya ‘Arsy dihiasi dengan seribu warna cahaya, tidak ada satu makhluk pun dari makhluk Allah yang sanggup memandangnya. Segala sesuatu seluruhnya di dalam ‘Arasy seperti lingkaran di tanah lapang. Dikatakan sesungguhnya ‘Arasy merupakan kiblat para penduduk langit, sebagaimana Ka'bah sebagai kiblat penduduk bumi..."
PERBEDAAN PENDAPAT
Di dalam perbincangan masalah ini para ulama tradisional dengan ulama kontemporer dan modern, mereka masing-masing memiliki perbedaan pendapat dalam menafsirkan istilah ‘Arasy ini. Mereka memperdebatkan apakah ‘Arasy itu suatu nonmateri (nonfisik) atau materi (fisik). Sedangkan para salaf mengimani sesuai dengan apa yang tertulis dalam Qur'an melalui lisan Nabi Muhammad, tanpa bertanya lebih lanjut.
PENAFSIRAN MENURUT BEBERAPA ALIRAN
Mu'tazilah berpendapat bahwa kata ‘Arsy di dalam Al-Quran harus diartikan dan dipahami sebagai makna metaforis (majazi). Jika dikatakan Tuhan bersemayam di ‘Arsy, maka arti ‘Arsy di sini adalah kekuasaan Tuhan. Tuhan tidak berupa materi, karenanya mustahil Dia berada pada tempat yang bersifat materi.
Mujassimah berpendapat golongan ini bertolak belakang dengan pendapat pertama. yang di kias kan kepada makhluk yang disebut paham antropomorfisme.
Ahlussunnah berpendapat yang menyatakan bahwa ‘Arasy dalam arti tahta atau singgasana harus diyakini keberadaannya, karena Al-Quran sendiri mengartikan demikian adanya. Menurut mereka, kata ‘Arasy harus dipahami sebagaimana adanya tanpa di metafor atau dikiaskan ataupun tanpa diserupakan dengan makhluk.
TAFSIR BERSEMAYAM
Istiwa secara bahasa diterjemahkan menjadi bersemayam, tetapi karena Allah tidak sama dengan makhluk-Nya, maka ulama salaf memahami bahwa kata istiwa Allah tidaklah diterjemahkan dengan kata bersemayam.
Bersemayam merupakan sifat fi'liyah (sifat perbuatan) bagi makhluk maka para ulama ahlussunnah wal-jama'ah mentakwil makna istiwa dengan makna yang layak bagi-Nya, ahli ta'wil mengubah maknanya menjadi "menguasai", karena tidak ada satu pun yang menyerupai Allah, baik perbuatan, Zat, atau sifat-Nya.[Qur'an Al-Ikhlas:4]
Ucapan Imam Malik bin Anas dalam masalah sifat yang mulia ini yang menjadi kaidah bagi ahlussunnah wal-jama'ah dalam seluruh bab sifat. Ia pernah ditanya mengenai bersemayamnya Allah, bagaimana hakikatnya, maka ia menjawab,
“Istiwa telah diketahui, caranya majhul (tidak diketahui), beriman dengannya adalah wajib, menyamakan dengan kata bersemayam adalah bid'ah.[46]”
Istiwa (bersemayam) telah diketahui, maksudnya telah diketahui maknanya dalam bahasa Arab. Sedangkan tata caranya tidak diketahui. Beriman kepadanya wajib. Menyebutnya bersemayam, merupakan bid'ah.
Imam Ibnu Khuzaimah berkata,
“Kami dan seluruh ulama kami, baik dari Hijaz, Tihamah, Yaman, Irak, Syam, Mesir, mazhab kami adalah bahwa kami menetapkan bagi Allah apa yang telah Dia tetapkan untuk diri-Nya. Kami tetapkan hal itu dengan lisan kami dan kami benarkan dalam hati kami, tanpa menyerupai dzat Pencipta kami dengan wajah seorang pun dari kalangan makhluk. Maha suci Tuhan kami dari keserupaan dengan makhluk-Nya. Maha suci Tuhan kami dari pendapat orang-orang yang tidak mempercayai adanya sifat Allah.