KISAH HAMAN PENASEHAT & KEPERCAYAAN FIR'AUN
Haman (Hāmān) adalah seorang penasihat Fir'aun dan pelaksana proyek pembangunan menara yang digunakan Fir'aun untuk melihat Tuhan yang berada pada zaman Musa. Istilah "Haman" dalam Al-Qur'an pernah diperdebatkan oleh sebagian orientalis sebagai bentuk kesalahan dalam pembacaan Alkitab dari Kitab Ester karena menempatkan Haman 1.100 tahun sebelum zaman Ester. Namun, perdebatan itu menemui titik terang setelah ditemukannya prasasti "Batu Rosetta" tahun 1799 dan tersingkapnya nama "Haman" yang menggambarkan hubungannya dengan Fir'aun. Dalam pengkajian Al-Qur'an, diidentifikasikan bahwa Haman muncul setelah kembalinya Musa dari Madyan dan mati bersama Fir'aun dan tentaranya dalam peristiwa Eksodus.
Al Qur'an mengisahkan kehidupan Nabi Musa AS dengan sangat jelas. Tatkala memaparkan perselisihan dengan Fir'aun dan urusannya dengan Bani Israil, Al Qur'an menyingkap berlimpah keterangan tentang Mesir kuno. Pentingnya banyak babak bersejarah ini hanya baru-baru ini menjadi perhatian para pakar dunia. Ketika seseorang memperhatikan babak babak bersejarah ini dengan pertimbangan, seketika akan menjadi jelas bahwa Al Qur'an dan sumber pengetahuan yang dikandungnya, telah diwahyukan oleh Allah Yang Maha Tahu dikarenakan Al Qur'an bersesuaian langsung dengan seluruh penemuan besar di bidang ilmu pengetahuan, sejarah dan kepurbakalaan di masa kini.
Satu contoh pengetahuan ini dapat ditemukan dalam paparan Al Qur'an tentang Haman: seorang pelaku yang namanya disebut di dalam Al Qur'an, bersama dengan Fir'aun. Ia disebut di enam tempat berbeda dalam Al Qur'an, di mana Al Qur'an memberitahu kita bahwa ia adalah salah satu dari sekutu terdekat Fir'aun. Anehnya, nama “Haman” tidak pernah disebutkan dalam bagian-bagian Taurat yang berkaitan dengan kehidupan Nabi Musa AS. Tetapi, penyebutan Haman dapat ditemukan di bab-bab terakhir Perjanjian Lama sebagai pembantu raja Babilonia yang melakukan banyak kekejaman terhadap Bani Israil kira kira 1.100 tahun setelah Nabi Musa AS. Al Qur'an, yang jauh lebih bersesuaian dengan penemuan-penemuan kepurbakalaan masa kini, benar-benar memuat kata “Haman” yang merujuk pada masa hidup Nabi Musa AS.
Nama "Haman" tidaklah diketahui hingga dipecahkannya huruf hiroglif Mesir di abad ke- 19. Ketika hiroglif terpecahkan, diketahui bahwa Haman adalah seorang pembantu dekat Fir’aun dan “pemimpin pekerja batu pahat". (Gambar memperlihatkan para pekerja bangunan Mesir kuno). Hal teramat penting di sini adalah bahwa Haman disebut dalam Al Qur'an sebagai orang yang mengarahkan pendirian bangunan atas perintah Fir’aun. Ini berarti bahwa keterangan yang tidak bisa diketahui oleh siapa pun di masa itu telah diberikan oleh Al Qur'an, satu hal yang paling patut dicermati.
Tuduhan-tuduhan yang dilontarkan terhadap Kitab Suci Islam oleh sejumlah kalangan di luar Muslim terbantahkan tatkala naskah hiroglif dipecahkan, sekitar 200 tahun silam dan nama “Haman” ditemukan di naskah-naskah kuno itu. Hingga abad ke-18, tulisan dan prasasti Mesir kuno tidak dapat dipahami. Bahasa Mesir kuno tersusun atas lambang lambang dan bukan kata-kata, yakni berupa hiroglifik. Gambar-gambar ini yang memaparkan kisah dan membukukan catatan peristiwa-peristiwa penting sebagaimana kegunaan kata di zaman modern, biasanya diukir pada batu dan banyak contoh masih terawetkan berabad-abad.
Dengan tersebarnya agama Nasrani dan pengaruh budaya lainnya di abad ke-2 dan ke-3, Mesir meninggalkan kepercayaan kunonya beserta tulisan hiroglif yang berkaitan erat dengan tatanan kepercayaan yang kini telah mati itu. Contoh terakhir penggunaan tulisan hiroglif yang diketahui adalah sebuah prasasti dari tahun 394. Bahasa gambar dan lambang telah terlupakan, menyisakan tak seorang pun yang dapat membaca dan memahaminya. Sudah tentu hal ini menjadikan pengkajian sejarah dankepurbakalaan nyaris mustahil. Keadaan ini tidak berubah hingga sekitar 2 abad silam.
Pada tahun 1799, kegembiraan besar terjadi di kalangan sejarawan dan pakar lainnya, rahasia hiroglif Mesir kuno terpecahkan melalui penemuan sebuah prasasti yang disebut “Batu Rosetta.” Penemuan mengejutkan ini berasal dari tahun 196 SM. Nilai penting prasasti ini adalah ditulisnya prasasti tersebut dalam tiga bentuk tulisan: hiroglif, demotik (bentuk sederhana tulisan tangan bersambung Mesir kuno) dan Yunani. Dengan bantuan naskah Yunani, tulisan Mesir kuno diterjemahkan. Penerjemahan prasasti ini diselesaikan oleh orang Prancis bernama Jean-Françoise Champollion. Dengan demikian, sebuah bahasa yang telah terlupakan dan aneka peristiwa yang dikisahkannya terungkap. Dengan cara ini, banyak pengetahuan tentang peradaban, agama dan kehidupan masyarakat Mesir kuno menjadi tersedia bagi umat manusia dan hal ini membuka jalan kepada pengetahuan yang lebih banyak tentang babak penting dalam sejarah umat manusia ini.
Melalui penerjemahan hiroglif, sebuah pengetahuan penting tersingkap: nama “Haman” benar-benar disebut dalam prasasti-prasasti Mesir. Nama ini tercantum pada sebuah tugu di Museum Hof di Wina. Tulisan yang sama ini juga menyebutkan hubungan dekat antara Haman dan Fir'aun.
1 Dalam kamus People in the New Kingdom , yang disusun berdasarkan keseluruhan kumpulan prasasti tersebut, Haman disebut sebagai “pemimpin para pekerja batu pahat”.
2 Temuan ini mengungkap kebenaran sangat penting: Berbeda dengan pernyataan keliru para penentang Al Qur'an,
Haman adalah seseorang yang hidup di Mesir pada zaman Nabi Musa AS. Ia dekat dengan Fir'aun dan terlibat dalam pekerjaan membuat bangunan, persis sebagaimana dipaparkan dalam Al Qur'an. Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta". (QS. Al Qashas, 28:38)
Ayat dalam Al Qur'an tersebut yang mengisahkan peristiwa di mana Fir'aun meminta Haman mendirikan menara bersesuaian sempurna dengan penemuan purbakala ini. Melalui penemuan luar biasa ini, sanggahan-sanggahan tak beralasan dari para penentang Al Qur'an terbukti keliru dan tidak bernilai intelektual. Secara menakjubkan, Al Qur'an menyampaikan kepada kita pengetahuan sejarah yang tak mungkin dimiliki atau diketahui di masa Nabi Muhammad SAW. Hiroglif tidak mampu dipecahkan hingga akhir tahun 1700-an sehingga pengetahuan tersebut tidak dapat dipastikan kebenarannya di masa itu dari sumber-sumber Mesir. Ketika nama “Haman” ditemukan dalam prasasti-prasasti kuno tersebut, ini menjadi bukti lagi bagi kebenaran mutlak Firman Allah.
HAMAN KEPERCAYAANNYA FIR'AUN
Mungkin kita selalu mendengar nama ini ; HAMAN, kerana dia disebut sebanyak 6 kali dalam Al-Quran.Itulah hebatnya mukjizat Nabi Muhammad saw ini, kerana melaluinya banyak perkhabaran-perkhabaran tentang masa silam terutamanya peristiwa yang berkait dengan Nabi Musa a.s diberitakan oleh Allah swt kepada Rasul pilihanNya itu.
Perkhabaran tentang Haman dalam Al-Quran ini secara tidak lansung menempelak kaum Yahudi dan Nasrani tentang pengetahuan sejarah silam yang mereka miliki tentang nenek moyang mereka sendiri.Ini adalah kerana dalam kitab Torah ( Kitab Taurat yang diubah suai) yang berkaitan dengan kehidupan Nabi Musa a.s yang mereka miliki tidak menyebut lansung tentang Haman ini.Namun didalam Kitab Perjanjian Lama, nama Haman ada disebut dalam bab-bab terakhir sebagai pembantu Raja Babilon yang melakukan banyak kekejaman terhadap Bani Israil kira-kira 1,100 tahun setelah Nabi Musa AS.Peranan dan tugas Haman yang begitu penting di sisi Firaun yang boleh diumpamakan seperti Perdana Menteri atau PM Firaun yang juga merangkap Menteri Pembangunan Dan Binaan Firaun ini tidak disebut lansung!
Nama “Haman” tidaklah diketahui mereka sehinggalah dipecahkan Huruf Hiroglif Mesir pada abad ke-19. Ketika Huruf Hiroglif dipecahkan, maka mereka pun mula mengetahui bahawa Haman adalah seorang pembantu dekat Firaun, dan “Pemimpin pekerja batu pahat”.
Apa yang penting ingin saya sampaikan disini ialah Haman disebut dalam Al Quran sebagai orang yang mengarahkan untuk mendirikan bangunan atas perintah Firaun. Ini bermakna keterangan tentang Haman yang belum pernah diketahui oleh siapa pun di masa itu telah diceritakan oleh Allah swt di dalam Al Quran melalui Nabi Muhammad saw, sekaligus menolak dakwaan mereka yang mengatakan Al-Quran itu dicipta oleh Nabi Muhammad saw sendiri atau setidak-tidaknya telah memplagiat cerita berkaitan dengan Haman dari kitab-kitab mereka!
Al Quran telah mengisahkan tentang kehidupan Nabi Musa AS dengan sangat jelas.Ketika memaparkan perselisihan Nabi Musa a.s dengan Firaun dan urusannya dengan Bani Israel, Al Quran sekaligus menceritakan tentang sejarah Mesir kuno.
Al Quran telah menceritakan tentang Haman : seorang menteri Firaun yang namanya disebut sebanyak 6 kali pada tempat berbeza dalam Al Quran, di mana Al Quran memberitahu kita bahawa Haman adalah salah seorang dari pembantu terdekat Firaun
Tuduhan-tuduhan yang dilontarkan terhadap Kitab Suci Al-Quran oleh orang bukan islam dipatahkan dengan mudah ketika naskah Huruf-huruf dan Tulisan Hiroglif dipecahkan, sekitar 200 tahun silam, kerana nama “Haman” telah ditemui pada naskah-naskah kuno itu.Penemuan tersebut telah memberi kejutan gembira dan harapan baru kepada pengkaji-pengkaji sejarah Mesir Kuno untuk menyingkap kembali kehebatan tamadun silam yang hampir lenyap itu.
Sebelum abad ke-18, tulisan dan prasasti Mesir kuno yang ditemui atau yang disimpan tidak dapat difahami manusia. Adalah diketahui bahawa Bahasa Mesir Kuno tersusun atas lambang-lambang (gambar) dan bukan kata-kata, iaitu berupa Hiroglifik. Gambar-gambar ini, yang memaparkan kisah dan peristiwa-peristiwa penting biasanya diukir pada batu atau dinding batu.
Dengan tersebarnya Agama Nasrani dan pengaruh budaya lainnya di abad ke-2 dan ke-3, kebanyakan rakyat Mesir telah meninggalkan kepercayaan kunonya bersama tulisan Hiroglif mereka . Contoh terakhir penggunaan tulisan hiroglif yang diketahui adalah sebuah prasasti dari tahun 394 SM.Bahasa gambar dan lambang telah dilupakan sehinggakan tak seorang pun yang dapat membaca dan memahaminya.
Pada tahun 1799, dengan penemuan sebuah prasasti yang disebut “Batu Rosetta.” Telah membuka mata para pengkaji sejarah dan pakar sejarah Mesir Kuno dimana rahsia dan kod tulisan Hiroglifik telah berjaya dipecahkan! Penemuan mengejutkan ini berasal dari tahun 196 SM.
Batu Rosetta (Rosetta Stone) yang dijumpai oleh tentera Napoleon pada 15 Julai 1799.Ia ditulis dalam 3 bentuk tulisan.
Prasasti ini ditulis dalam tiga bentuk tulisan: Hieroglyphics, Demotik ( bentuk sederhana tulisan tangan bersambung Mesir kuno) dan Yunani. Dengan bantuan naskah Yunani, tulisan Mesir kuno diterjemahkan. Penterjemahan prasasti ini diselesaikan oleh seorang Perancis bernama Jean-Françoise Champollion.
Oleh itu sebuah bahasa yang telah dilupakan dan hampir luput dari lipatan sejarah yang sungguh bernilai ditemui semula. Ia mencatatkan pelbagai peristiwa dan rahsia yang berkait rapat dengan Mesir Kuno. Dengan cara ini, banyak pengetahuan tentang peradaban, agama dan kehidupan masyarakat Mesir kuno dapat dikaji dan dibaca oleh umat manusia dizaman ini dan hal ini juga telah membuka jalan kepada pengetahuan yang lebih banyak tentang babak penting dalam sejarah umat manusia ini.
Melalui peterjemahan Hiroglif, maka sebuah nama penting tersingkap: iaitu nama “Haman” benar-benar disebut dalam prasasti-prasasti Mesir. Nama ini tercatat pada sebuah tugu di Museum Hof di Wina. Tulisan yang sama ini juga menyebutkan hubungan yang rapat antara Haman dan Fir’aun.
Dalam kamus People in the New Kingdom , yang disusun berdasarkan keseluruhan kumpulan prasasti tersebut, Haman disebut sebagai “Pemimpin para pekerja batu pahat”.
Penemuan ini mengungkap kebenaran sangat penting seperti yang disebutkan di dalam Al Qur’an, bahawa Haman adalah seseorang yang hidup di Mesir pada zaman Nabi Musa AS. Dia dekat dengan Fir’aun dan terlibat dalam pekerjaan membuat bangunan:
“Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta”. (QS. Al Qashas, 28:38)
Ayat dalam Al Quran diatas mengisahkan Firaun meminta Haman mendirikan sebuah menara atau bangunan yang tinggi untuknya supaya senang dia melihat Tuhan Musa kerana pada anggapannya Tuhan Musa berada di atas langit.
Firaun adalah gelaran kepada raja Mesir Kuno. Semua Firaun mengaku diri mereka Tuhan.Ramses II dipercayai hidup semasa zaman Musa a.s. walaupun ada orang yang berbeza pendapat tentang Firaun manakah yang hidup sezaman dengan Nabi Musa a.s. Ramses II bukan saja mendakwa menjadi Tuhan malah mendakwa dirinya juga adalah Tuhan yang teragung ( jadi, sesuailah kalau kita gelar dia Mahafiraun) :
“akulah(firaun) tuhanmu yang paling agung" (An-Naziaat: 24).
Dia juga berkata kepada kaumnya :
“Wahai kaumku! bukankah kerajaan negeri Mesir ini, aku yang menguasainya, dan sungai-sungai ini mengalir di bawah (istana) ku? tidakkah kamu melihatnya?’ (Az-Zuhruf: 51).
Ramses II dikatakan adalah seorang lelaki yang cukup sempurna, tampan bergaya, gagah perkasa, kaya raya dan ada karisma. Dia mampu menakutkan musuhnya, dia mempunyai barisan ahli sihir yang handal . Dia mempunyai tubuh badan yang sihat, Dia tidak pernah demam malah tidak pernah bersin pun.Itulah nikmat yang Allah berikan kepadanya tetapi malangnya Firaun telah menjadi seorang yang Kufur, sombong dan zalim malah mengaku menjadi Tuhan pula!
Alangkah malangnya seseorang itu bila ada segelintir manusia yang memanggilnya dengan nama Mahafiraun, kerana perkataan itu menunjukkan manusia yang digelarnya itu lebih sombong ,lebih jahat dan lebih zalim dari Firaun sendiri.Tetapi pada hakikatnya manusia yang digelar Mahafiraun itu hanyalah insan biasa, beragama islam , pernah sakit dan sudah beberapa kali dibuat pembedahan jantung, tetapi masih diberi umur yang panjang, sihat tubuh badan dan otak yang bijak lagi waras walaupun manusia yang pernah menggelarkan dirinya Mahafiraun atau Mahazalim telah pergi dahulu menemui Tuhannya mendahului Mahafiraun yang dicelanya.
Semoga kita semua mendapat manfaat dan iktibar dari cerita Haman dan Firaun ini. Walaupun di saat-saat akhir sebelum tenggelamnya Firaun dalam lautan yang terbelah oleh mukjizat Tongkat Nabi Musa a.s itu, Firaun mengaku akan kelemahan dirinya dan beriman kepada Tuhan Musa, namun segalanya sudah terlambat kerana Allah swt tetap memasukkan Firaun dan Haman dalam golongan orang-orang yang bersalah
Maka renungilah Firman Allah dalam ayat-ayat Al-Quran dibawah yang bermaksud :
“Dan Kami hendak berihsan dengan memberikan pertolongan kepada kaum yang tertindas di negeri itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin-pemimpin, serta hendak menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (apa yang dimiliki oleh Firaun dan kaumnya). Dan Kami hendak memberi mereka kedudukan yang kukuh di negeri itu, serta hendak memperlihatkan kepada Firaun dan Haman bersama-sama tentera mereka apa yang mereka bimbangkan dari golongan yang bertindas itu. Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa:” Susukanlah dia; Dalam pada itu, jika engkau takutkan sesuatu bahaya mengenainya (dari angkara Firaun), maka (letakkanlah dia di dalam peti dan) lepaskanlah dia ke laut; dan janganlah engkau merasa bimbang dan jangan pula berdukacita; sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan Kami akan melantiknya menjadi salah seorang dari Rasul-rasul kami. Setelah itu dia dipungut oleh orang-orang Firaun; kesudahannya dia akan menjadi musuh dan menyebabkan dukacita bagi mereka; Sesungguhnya Firaun dan Haman serta orang-orangnya adalah golongan yang bersalah.” (Al-Qasas: 5-8)
“Dan Kami bawakan Bani Israil ke seberang Laut Merah, lalu dikejar oleh Firaun dan tenteranya, dengan tujuan melakukan kezaliman dan pencerobohan, sehingga apabila Firaun hampir tenggelam berkatalah ia (pada saat yang genting itu): “Aku percaya, bahawa tiada Tuhan melainkan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku adalah dari orang-orang yang berserah diri (menurut perintah)”. (Allah berfirman) : “Adakah sekarang (baru engkau beriman), padahal sesungguhnya engkau dari dahulu telah kufur derhaka, dan engkau telah pun menjadi dari orang-orang yang melakukan kerosakan?” Maka pada hari ini, Kami biarkan engkau (hai Firaun) terselamat dengan badanmu (yang tidak bernyawa, daripada ditelan laut), untuk menjadi tanda bagi orang-orang yang di belakangmu (supaya mereka mengambil itibar) dan (ingatlah) sesungguhnya kebanyakan manusia lalai daripada (memerhati dan memikirkan) tanda-tanda kekuasaan Kami!” (Yunus: 90-92)
MISTERI NAMA HAMAN PADA ZAMAN FIR'AUN
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! (QS. 36:77).
Kali ini kami akan mencoba mengulas tentang penggunaan nama "Haman" pada zaman Fir'aun yang di klaim oleh kristiani sebagai bahwa ayat Al-Qur'an yang menyebutkan nama "Haman" pada zaman Fir'aun adalah kesalahan dari sudut pandang sejarah. Nama "Haman" tidaklah diketahui hingga dipecahkannya huruf hieroglif Mesir di abad ke-19. Ketika hieroglif terpecahkan, diketahui bahwa HAMAN adalah seorang pembantu dekat Fir’aun,dan “pemimpin pekerja batupahat". (Gambar ini memperlihatkan para pekerja bangunan Mesir kuno). Hal teramat penting di sini adalah bahwa nama "Haman" disebut dalam AlQur'an sebagai orang yang mengarahkan pendirian bangunan atas perintah Fir’aun. Ini berarti bahwa keterangan yang tidak bisa diketahui oleh siapa pun di masa itu telah diberikan oleh Al Qur'an, satu hal yang paling patut dicermati.
Al-Qur'an mengisahkan kehidupan Nabi Musa AS dengan sangat jelas. Tatkala memaparkan perselisihan dengan Fir'aun dan urusannya dengan Bani Israil, Al- Qur'an menyingkap berlimpah keterangan tentang Mesir kuno.
Pentingnya banyak babak bersejarah ini hanya baru-baru ini menjadi perhatian para pakar dunia. Ketika seseorang memperhatikan babak-babak bersejarah ini dengan pertimbangan, seketika akan menjadi jelas bahwa Al Qur'an, dan sumber pengetahuan yang dikandungnya, telah diwahyukan oleh Allah Yang Maha Tahu dikarenakan Al Qur'an bersesuaian langsung dengan seluruh penemuan besar di bidang ilmu pengetahuan, sejarah dan kepurbakalaan di masa kini.
Satu contoh pengetahuan ini dapat ditemukan dalam paparan Al Qur'an tentang Haman, seorang pelaku yang namanya disebut di dalam Al Qur'an, bersama dengan Fir'aun. Ia disebut di enam tempat berbeda dalam Al Qur'an, di mana Al-Qur'an memberitahu kita bahwa ia adalah salah satu dari sekutu terdekat Fir'aun. Anehnya, nama “Haman” tidak pernah disebutkan dalam bagian-bagian Taurat yang berkaitan dengan kehidupan Nabi Musa AS. Tetapi, penyebutan Haman dapat ditemukan di bab-bab terakhir Perjanjian Lama sebagai pembantu raja Babilonia yang melakukan banyak kekejaman terhadap Bani Israil kira-kira 1.100 tahun setelah Nabi Musa AS.
Al Qur'an, yang jauh lebih bersesuaian dengan penemuan-penemuan kepurbakalaan masa kini, benar-benar memuat kata “Haman” yang merujuk pada masa hidup Nabi Musa AS. Tuduhan-tuduhan yang dilontarkan terhadap Kitab Suci Islam oleh sejumlah kalangan diluar Muslim terbantahkan tatkala naskah hieroglif dipecahkan, sekitar 200 tahun silam, dan nama “Haman” ditemukan di naskah-naskah kuno itu. Hingga abad ke-18, tulisan dan prasasti Mesir kuno tidak dapat dipahami. Bahasa Mesir kuno tersusun atas lambang-lambang dan bukan kata-kata, yakni berupa hieroglifik. Gambar-gambar ini, yang memaparkan kisah dan membukukan catatan peristiwa-peristiwa penting sebagaimana kegunaan kata di zaman modern, biasanya diukir pada batu dan banyak contoh masih terawetkan berabad-abad.
Dengan tersebarnya agama Nasrani dan pengaruh budaya lainnya di abad ke-2 dan ke-3, Mesir meninggalkan kepercayaan kunonya beserta tulisan hieroglif yang berkaitan erat dengan tatanan kepercayaan yang kini telah mati itu. Contoh terakhir penggunaan tulisan hieroglif yang diketahui adalah sebuah prasasti dari tahun 394. Bahasa gambar dan lambang telah terlupakan, menyisakan tak seorang pun yang dapat membaca dan memahaminya. Sudah tentu hal ini menjadikan pengkajian sejarah dan kepurbakalaan nyaris mustahil. Keadaan ini tidak berubah hingga sekitar 2 abad silam. Pada tahun 1799, kegembiraan besar terjadi di kalangan sejarawan dan pakar lainnya,rahasia hiroglief Mesir kuno terpecahkan melalui penemuan sebuah prasasti yang disebut “Batu Rosetta”. Penemuan mengejutkan ini berasal dari tahun 196 SM.
Nilai penting prasasti ini adalah ditulisnya prasasti tersebut dalam tiga bentuk tulisan :
1. Hieroglif
2. Demotik (bentuk sederhana tulisan tangan bersambung Mesir kuno)
3. Yunani
Dengan bantuan naskah Yunani, tulisan Mesir kuno diterjemahkan. Penerjemahan prasasti ini diselesaikan oleh orang Prancis bernama Jean-Françoise Champollion. Dengan demikian, sebuah bahasa yang telah terlupakan dan aneka peristiwa yang dikisahkannya terungkap. Dengan cara ini, banyak pengetahuan tentang peradaban, agama dan kehidupan masyarakat Mesir kuno menjadi tersedia bagi umat manusia dan hal ini membuka jalan kepada pengetahuan yang lebih banyak tentang babak penting dalam sejarah umat manusia ini.
Melalui penerjemahan hieroglif, sebuah pengetahuan penting tersingkap :
Nama Haman benar-benar disebut dalam prasasti-prasasti Mesir.
Nama ini tercantum pada sebuah tugu di Museum Hof di Wina. Tulisan yang sama ini juga menyebutkan hubungan dekat antara Haman dan Fir'aun. Dalam kamus People in the New Kingdom ,yang disusun berdasarkan keseluruhan kumpulan prasasti tersebut, Haman disebut sebagai “pemimpin para pekerja batu pahat”. Temuan ini mengungkap kebenaran sangat penting: Berbeda dengan pernyataan keliru para penentang Al Qur'an, Haman adalah seseorang yang hidup di Mesir pada zaman Nabi Musa AS. Ia dekat dengan Fir'aun dan terlibat dalam pekerjaan membuat bangunan, persis sebagaimana dipaparkan dalam Al Qur'an.
Allah Berfirman :
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَل لِّي صَرْحاً لَّعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
waqaala fir'awnu yaa ayyuhaa almalau maa 'alimtu lakum min ilaahin ghayrii fa-awqid lii yaa haamaanu 'alaaalththhiini faij'al lii sharhan la'allii aththhali'u ilaa ilaahi muusaa wa-innii la-azhunnuhu mina alkaadzibiina
Dan berkata Fir'aun :
"Hai pembesar kaumku,aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta".(QS.AlQashas [28]:38)
Ayat dalam Al Qur'an tersebut yang mengisahkan peristiwa di mana Fir'aun meminta Haman mendirikan menara bersesuaian sempurna dengan penemuan purbakala ini. Melalui penemuan luar biasa ini, sanggahan-sanggahan tak beralasan dari para penentang Al Qur'an terbukti keliru dan tidak bernilai intelektual. Secara menakjubkan, Al-Qur'an menyampaikan kepada kita pengetahuan sejarah yang tak mungkin dimiliki atau diketahui di masa Nabi Muhammad SAW. Hieroglif tidak mampu dipecahkan hingga akhir tahun 1700-an, sehingga pengetahuan tersebut tidak dapat dipastikan kebenarannya di masa itu dari sumber-sumber Mesir. Ketika nama “Haman” ditemukan dalam prasasti-prasasti kuno tersebut, ini menjadi bukti lagi bagi kebenaran mutlak Firman Allah.
Ayat-ayat Lain yang menyebut nama Fir'aun dan Haman dalam Al-Qur'an ialah :
(QS Al-Qashash [28]:6)
wanumakkina lahum fii al-ardhi wanuriya fir'awna wahaamaana wajunuudahumaa minhum maa kaanuu yahtsaruuna
"..dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu.
Fir'aun selalu khawatir bahwa kerajaannya akan dihancurkan oleh Bani Israil karena itu dia membunuh anak-anak laki-laki yang lahir dalam kalangan Bani Israil. Ayat ini menyatakan bahwa akan terjadi apa yang dikhawatirkannya itu.
(QS Al-Qashash [28]:8)
failtaqathahu aalu fir'awna liyakuuna lahum 'aduwwan wahazanan inna fir'awna wahaamaana wajunuudahumaa kaanuu khaathi-iina
"Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah."
(QS Al-Ankabuut [29]:39)
waqaaruuna wafir'awna wahaamaana walaqad jaa-ahum muusaa bialbayyinaati faistakbaruu fii al-ardhi wamaa kaanuu saabiqiina
"..dan (juga) Qarun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu).
(QS Al-Mu'min[40]:24)
ilaa fir'awna wahaamaana waqaaruuna faqaaluu saahirun kadzdzaabun
"kepada Fir'aun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata: "(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta".
(QS Al-Mu'min[40]:36)
waqaala fir'awnu yaa haamaanu ibni lii sharhan la'allii ablughu al-asbaaba
"Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu,
(QS Al-Mu'min[40]:37)
asbaaba alssamaawaati fa-aththhali'a ilaa ilaahi muusaa wa-innii la-azhunnuhu kaadziban wakadzaalika zuyyina lifir'awna suu-u 'amalihi washudda 'ani alssabiili wamaa kaydu fir'awna illaa fii tabaabin
".. (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta". Demikianlah ijadikan Fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.