KISAH BALUQIYA
Kisah ini salah satu kisah yang ada dalam hikayat Alfu Lailah wa lailah. Penulis Alf Laila Wa Lailah adalah Abu Abdillah bin Abdus Al-Jahsyiyari berdasarkan kumpulan cerita berbahasa Persia Hazar Afsana (seribu cerita) yang asalnya juga merupakan saduran dari sastra India.
Namun kisah Baluqiya berbeda dari kisah-kisah lain karena dalam kisahnya melibatkan kisah yang dikaitkan dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Kisah ini kedengarannya seperti dongeng dan tidak muhasabah.
SEKILAS MUHASABAH
Mengenal istilah muhasabah dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Seperti apa makna dan aspek muhasabah dalam ajaran Islam.
Kata tersebut diambil dari hasiba, hasibtusy syai-a, ahsibuhu husbaanan, dan hisaaban yang mengandung makna jika engkau menghitungnya.
Sebab itulah, muhasabah seringkali diartikan sebagai introspeksi diri atau evaluasi diri. Jadi, muhasabah adalah menghitung perjalanan hidup kita untuk mengetahui perbandingan antara amal baik dan keburukan yang telah kita lakukan.
Evaluasi diri yang dimaksud muhasabah dalam Islam meliputi hubungan seorang hamba dengan Allah, maupun hubungan sesama makhluk ciptaanNya.
Pentingnya muhasabah dalam menjalani hidup sehari-hari tertuang dalam salah satu riwayat hadits. Rasulullah SAW menyebut orang yang pandai adalah orang-orang yang melakukan muhasabah. Dari Syadad bin Aus RA, Rasulullah bersabda,
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Artinya: "Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT," (HR. Imam Turmudzi).
Selain itu, sahabat Nabi, Umar bin Khattab pernah menganjurkan umat muslim untuk bermuhasabah diri sebelum hari penghisaban tiba. Ia berkata,
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا وَتَزَيَّنُوْا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِى الدُّنْيَا
Artinya: "Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia."
Berdasarkan penjelasan di atas, muhasabah tidak hanya bermanfaat untuk akhirat tetapi juga bermanfaat bagi kehidupan kita di dunia. Sebab itulah, kita perlu memahami aspek apa saja yang perlu dimuhasabahi.
Aspek Muhasabah dalam Islam
Aspek yang perlu dimuhasabahi oleh setiap muslim, di antaranya :
1. Aspek ibadah
Aspek ibadah merupakan salah satu aspek dalam muhasabah. Sebab ibadah merupakan tujuan utama manusia diciptakan. Allah berfirman dalam surat Adz Dzariyat ayat 56,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku."
2. Aspek pekerjaan, usia, dan rezeki
Muhasabah adalah kesempatan umat muslim untuk introspeksi diri terkait yang telah dikerjakannya selama di dunia. Oleh karena itu, aspek pekerjaan, usia, dan rezeki menjadi salah satu yang penting diperhatikan.
Dari Ibnu 'Abbas Ra Rasulullah SAW pernah menasehati seseorang, ia bersabda :
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Artinya: "Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: (1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, (2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, (3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, (4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, (5) Hidupmu sebelum datang matimu."
"Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?" Mereka menjawab: "Orang yang bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak memiliki harta benda." Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umat hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang membawa dosa kedzaliman. Ia tidak pernah mencerca si Fulan, menuduh tanpa bukti terhadap si Dadap, meminta harta si Suto, menumpahkan darah orang ini dan melawan orang itu. Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya ini, diberikanlah di antara menguntungkannya si Fulan, si Dadap dan si Suto. Sampai selesai istimewa telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya sementara belum semua kedzalimannya tertebus, (HR Muslim no. 6522).
Cerita Baluqiya ini ada dalam cerita Hasib Karimuddin. Kisahnya adalah cerita yang diceritakan oleh Ratu Ular kepada Hasib Karimuddin.
Hasib Karimuddin adalah anak Nabi Danial AS.
Ayahnya itu telah belayar di laut dengan membawa kitab-kitabnya.
Lalu berlakulah tragedi/peristiwa musibah dan kapal yang dinaikinya karam.
Kitab-kitabnya tidak dapat diselamatkan melainkan hanya 5 (lima) lembaran.
5 (lima) lembaran itu dibawa pulang dan disimpan dalam peti.
Ketika Nabi Danial hendak mendekati ajalnya dan maut menjemputnya, dia berpesan kepada isterinya yang ketika itu sedang mengandung agar menyerahkan pusaka 5 (lima) lembaran itu kepada anaknya bila dia meminta.
Dia juga berpesan agar anaknya itu dinamakan Hasib Karimuddin.
Baluqiya seorang pemuda Bani Israil melakukan pengembaraan mencari nabi Muhammad SAW.
Dalam pengembaraannya itu, dia bertemui dengan bermacam-macam perkara/peristiwa ajaib diluar nalar akal manusia itulah kebesaran Sang Robbi Illahi.
Dihujung pengembaraannya, dia bertemu dengan nabi Khidr yang kemudiannya menghantarnya pulang bertemu ibunya.
Kisah Baluqiya.
Apapun, ini hanyalah sebuah kisah Israiliyyat.
Barangkali inilah puncak khayalan dalam kisah-kisah Israiliyyat.
Ats-Tsa'labi mengatakan, pada zaman Bani Israil ada seorang laki-laki yang bernama Isya. Dia termasuk salah satu ulama Bani Israil yang biasa membaca kitab-kitab terdahulu.
Dalam kitab-kitab tersebut dia menemukan sifat-sifat Nabi Muhammad SAW.
Semua sifat tersebut dia kumpulkan dalam satu lembaran.
Lembaran itu disembunyikannya di dalam sebuah peti yang terkunci. Kuncinya dia sembunyikan di tempat yang tidak pernah diperhatikan.
Dia memiliki seorang anak yang bernama Baluqiya. Menjelang bapak Baluqiya meninggal, dia berwasiat kepada anaknya untuk menjadi qadhi (hakim) di kalangan Bani Israil setelahnya.
Setelah beberapa lama ayahnya meninggal, tiba-tiba dia melihat sebuah peti.
Peti itu didapatkannya terkunci. Dia tanyakan peti itu kepada ibunya. Ibunya menjawab, 'Aku tidak tahu apa yang ada di dalam peti ini dan tidak tahu di mana kuncinya.' Selanjutnya, kunci itu dihancurkan oleh Baluqiya dan membuka petinya.
Di dalamnya dia melihat ada lembaran yang bertuliskan tentang sifat-sifat Rasulullah saw, dan berkata bahwa dia adalah penutup para nabi dan para rasul, serta surga diharamkan bagi para nabi sehingga dia dan ummatnya masuk terlebih dahulu.
Setelah selesai membacanya, dia bawa lembaran tersebut kepada ulama Bani Israil. Tatkala mereka mendengar sifat-sifat nabi Muhammad SAW, mereka berkata kepada Baluqiya, 'Bagaimana bapakmu mengetahui hal ini, tetapi dia tidak memberitahukannya kepada kami ?
Demi Allah, seandainya bukan karena engkau, pasti kuburannya akan kami bakar karena dia telah menyembunyikan berita tentang junjungan para rasul saw, kepada kami.'
Selanjutnya, Baluqiya memutuskan untuk meninggalkan ibunya.
Dia berkata, 'Wahai ibu, aku telah menemukan bahwa Nabi akhir zaman akan diutus. Aku akan pergi dan tidak akan kembali hingga aku mengetahui beritanya.' Ibunya berkata, 'Semoga Allah memenuhi cita-citamu.' Baluqiya pergi dari Mesir dalam rangka mencari Muhammad saw.
Dia berkeliling dari timur sampai barat hingga sampai ke laut ketujuh.
Dia menemukan berbagai keajaiban yang tidak dilihat oleh orang lain.
Di antara sejumlah keajaiban itu adalah apa yang dia liat di sebuah jazirah.
Disana terdapat ular-ular besar yang mengatakan, 'Tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.'
Baluqiya berkata kepada ular-ular, 'Assalamu 'alaikum.' Ular-ular itu berkata kepadanya, 'Kami belum pernah mendengar ucapan seperti itu.'
Baluqiya berkata, 'Ini adalah sunnah (tradisi) Adam.' Mereka bertanya, 'Dari kelompok mana engkau?' Baluqiya menjawab, 'Saya termasuk golongan Bani Israil.' Mereka berkata, 'Kami tidak mengetahui Adam dan Bani Israil.' Baluqiya berkata, 'Jika demikian, bagaimana kalian mengetahu Muhammad? 'Mereka menjawab, 'Semenjak kami diciptakan Allah dengan sifat ini, kami diperintahkan untuk mengatakan hal itu.
Kami adalah ular-ular Jahannam.' Baluqiya bertanya,' Bagaimana berita tentang Jahannam ?' Mereka menjawab, 'Jahannam itu hitam dan berbau busuk. Dalam setiap tahun bernapas dua kali. Sekali pada musim kemarau, itulah panas dari dirinya. Dan sekali lagi di musim dingin. Itulah kebaikan dari dirinya.'
Setelah itu, Baluqiya memasuki sebuah jazirah yang lain. Di sana, dia menemukan ular-ular yang lebih besar dari yang pernah dia liat pertama kali, seperti pangkal pohon kurma. Di sekitar ular-ular tersebut, dia melihat ada ular kuning. Apabila ular-ular besar itu berjalan, maka ular-ular kuning berjalan di sekelilingnya. Tatkala ular-ular itu melihat Baluqiya, mereka berkata, 'Siapa engkau?' Baluqiya menjawab, 'Saya Baluqiya dar Bani Israil. 'Mereka berkata,' Kami belum pernah mendengar kata-kata ini sebelumnya. Aku dikuasakan atas semua ular yang ada di dunia. Seandainya aku tidak ada, pasti ular-ular memaksa Bani Israil untuk lari dan membunuh mereka dalam satu hari saja.'
Baluqiya melanjutkan perjalanan hingga dia sampai ke laut ketujuh. Dia telah melihat berbagai keajaiban yang terlalu panjang untuk dijelaskan. Dari sejumlah keajaiban itu adalah apa yang dia lihat di sebuah jazirah. Di sana terdapat pohon kurma dari emas. Apabila matahari muncul menyinarinya, maka ia mengeluarkan sinar seperti kilat sehingga tidak ada mata yang mampu untuk melihatnya karena kuat sekali kilauannya. Di jazirah ini juga ada pepohonan yang besar buahnya. Baluqiya mengulurkan tangannya untuk mengambil buah dari salah satu pohon tersebut. Pohon itu menyeru, 'Menjauh dariku hai khati' (yang suka bersalah)!
Baluqiya pun mundur dan duduk. Tiba-tiba ada satu rombongan turun dari langit. Di tangan mereka ada pedang terhunus. Ketika mereka melihat Baluqiya, merek berkata, 'Bagaimana engkau sampai ke tempat ini?' Baluqiya berkata, 'Saya dari Bani Israil, nama saya Baluqiya. Lalu kalian siapa?' Mereka menjawab, 'Kami adalah kaum jin yang beriman. Asalnya kami berada di langit. Kemudian Allah menurunkan kami ke bumi. Kami diperintahkan untuk memerangi jin kafir di muka bumi. Sekarang kami akan memerangi mereka.'
Baluqiya pergi meninggalkan mereka. Tiba-tiba ada malaikat yang besar postur tubuhnya sedang berdiri. Tangan kanannya ada di timur, sedangkan tangan yang kirinya ada di barat. Dia berkata,' Tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.' Baluqiya mendekati dan mengucapkan salam kepadanya. Dia berkata, 'Siapa engkau? Baluqiya menjawab, 'Aku adalah seorang laki-laki dari Bani Israil. Aku pergi dalam rangka mencari penutup para nabi. Lalu siap engkau?' Dia menjawab, 'Aku adalah malaikat yang ditugaskan mengurusi gelapnya malam dan terangnya siang.' Baluqiya berkata, 'Apa dua baris yang ada di keningmu?' Dia menjawab, 'Dalam dua baris tersebut tertulis tambahan malam dan siang serta pengurangannya. Aku tidak menahan malam kecuali dengan ukuran yang ditentukan.'
Baluqiya terus melanjutkan melanjutkan perjalanannya. Tiba-tiba ada malaikat yang sangat besar. Dia berkata, 'Tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad utusan Allah. 'Baluqiya mengucapkan salam kepadanya, malaikat itu pun menjawabnya. Baluqiya bertanya tentangnya, dia menjawab, 'Aku adalah malaikat yang ditugaskan menangani angin. Aku tidak akan melepaskan angin kecuali atas seizin Allah. Aku menggenggam laut. Seandainya tidak demikian, tentu semua yang ada di muka bumi akan binasa.
Baluqiya meninggalkannya, dia melanjutkan perjalanannya hingga sampai ke gunung Qaf. Ternyata ia terbuat dari yakut hijau. Ia mengelilingi dunia seluruhnya. Karena pancaran sinar gunung tersebut, langit terlihat berwarna biru. Allah menugaskan penanganan gunung ini kepada seorang malaikat. Apabila Allah hendak mengguncangkan sebagian bumi. Dia memerintahkan malaikat tersebut untuk menggerakkan lapisan yang tersambung dari belahan bumi tersebut ke gunung Qaf. Apabila Allah hendak menenggelamkan sebuah desa beserta isinya, maka Dia mengizinkan kepada malaikat itu untuk memotong lapisan kampung tersebut dari bumi.
Baluqiya bertanya kepada malaikat itu, 'Apa yang ada di belakang gunung ini?' Dia menjawab, 'Di belakang gunung ini ada 40.000 kota selain kota-kota dunia. Kota itu terbuat dari emas dan perak. Tidak ada siang dan malam. Penduduknya adalah para malaikat yang tidak pernah lelah bertasbih kepada Allah. Baluqiya bertanya, 'Apa di belakang kota-kota itu?' Dia menjawab, 'Dibelakangnya ada 70.000 hijab (penghalang). Setiap hijab besarnya seukuran dunia. Tidak ada seorang pun yang mengetahui di balik hijab itu, kecuali Allah.
Baluqiya meninggalkan malaikat itu, dia melanjutkan perjalanannya hingga sampai ke sebuah gunung. Disana ada malaikat-malaikat yang rupa mereka seperti kijang. Baluqiya mengucapkan salam kepada mereka, mereka pun membalasnya. Baluqiya bertanya kepada mereka, 'Siapa kalian?' Mereka menjawab, ' Kami adalah sebagian malaikat Allah. Di sini kami beribadah kepada Allah semenjak kami diciptakan.' Lalu Baluqiya bertanya kepada mereka tentang gunung besar yang menghadap kepada mereka, yang menyinarkan cahaya seperti matahari. Mereka menjawab, 'Itu adalah gunung dunia yang terbuat dari emas. Semua logam emas yang ada di bumi bersumber darinya.'
Baluqiya meninggalkan mereka, dia melanjutkan perjalanannya hingga sampai ke sebuah laut yang luas. Di sana ada dua ikan yang sangat besar. Dia mengucapkan salam kepada mereka, dan mereka pun membalasnya. Keduanya bertanya kepada Baluqiya, 'Siapa engkau, hai makhluk Allah?' Dia menjawab, 'Aku Baluqiya, dari Bani Israil. Aku datang dalam rangka mencari Muhammad, penutup para nabi. Apakah kalian memiliki sesuatu yang bisa aku makan?' Karena kegaiban Allah, mereka memberinya roti. Dimakannya roti itu dan setelahnya tidak merasa lapar lagi.
Selanjutnya, dia sampai ke sebuah jazirah. Di sana dia melihat seekor burung yang sangat besar, indah rupanya dan memiliki sesuatu yang bisa membuat akal tercengang karena keindahannya. Burung itu ada di atas sebuah pohon yang dibawahnya ada hidangan yang di atasnya ada ikan yang dipanggang. Baluqiya mendekati burung itu, mengucapkan salam dan bertanya,'Siapa engkau?' Burung itu menjawab, 'Aku adalah salah satu malaikat yang ada di surga. Aku diutus oleh Allah mengirim hidangan ini kepada Adam dan Hawwa ketika keduanya berkumpul di Gunung Arafah. Keduanya telah menyantap sesuatu darinya. Lalu Allah menyuruhku untuk meletakkan hidangan tersebut disini dan aku berdiam diri di dekatnya hingga hari kiamat. Dia juga memerintahkanku untuk memberikan sesuatu darinya kepada orang yang datang kesini.' Maka Baluqiya memakan sesuatu dari hidangan itu, tetapi sedikitpun hidangan itu tidak berkurang, ia seperti keadaannya semula.
Baluqiya bertanya kepada sang burung tentang hidangan itu. Ia menjawab, 'Sesungguhnya makanan dunia akan berkurang dan berubah bila didiamkan. Sementara makanan surga tidak akan pernah berkurang dan berubah. ' Baluqiya bertanya, 'Apakah ada seseorang yang pernah memakan hidangan ini?' Ia menjawab, Sudah, Sesungguhnya Khidhr Abdul' Abbas, terkadang datang ke sini dan memakan hidangan ini. Setelah itu dia pergi lagi.' mendengar itu Baluqiya memutuskan diri tinggal di tempat untuk bertemu Khidhr, berkumpul bersamanya dan menanyakan berbagai hal kepadanya.
Pada suatu hari, ketika Baluqiya sedang duduk, tiba-tiba Khidhr as mendatanginya dengan mengenakan pakaian putih. Baluqiya berdiri menyambut dan mengucapkan salam kepadanya. Khidihr membalasnya. Baluqiya berkata, 'Wahai Abdul' Abbas, aku telah berpergian dalam rangka mencari Nabi akhir zaman hingga akhirnya aku sampai ke tempat ini. Aku diam di sini menunggu kedatanganmu agar engkau memberitahuku tentangnya. 'Khidhr menjawab, 'Hai Baluqiya, sesungguhnya nabi akhir zaman tidak akan muncul saat ini, dan engkau tidak akan bertemu dengannya sekarang ini.
Hai Baluqiya, tahukah engkau berapa jarak antara kamu dengan ibumu?' Baluqiya menjawab, 'Tidak tahu.' Khidhr berkata, 'Jaraknya adalah jarak tempuh 50 tahun. Maukah kamu aku letakkan kamu di hadapan ibumu?' Baluqiya menjawab, 'Ya. 'Khidhr berkata, 'Pejamkanlah kedua matamu!'
Baluqiya berkata, Aku pejamkan kedua mataku, aku tidak tahu apa-apa kecuali ibuku telah ada di sampingku. Aku buka kedua mataku, lalu aku mengucapkan salam kepada ibuku dan mengatakan kepadanya,
'Wahai ibuku, siapakah yang telah membawaku kepadamu?' Ibu Baluqiya menjawab, 'Aku melihat seekor burung putih telah meletakkanmu disini. Lalu dia menghilang dengan cepat.' Baluqiya menceritakan semua kisahnya kepada ibunya. Kemudian dia pergi kepada Bani Israil dan mengucapkan salam kepada mereka, mereka pun membalasnya. Mereka bertanya tentang keadaanya sewaktu kepergiannya. Dia ceritakan kepada mereka dan semua keajaiban yang dilihatnya dicatat oleh mereka selama empat puluh tahun. Mereka tidak bisa menghitung keajaiban yang pernah dia lihat. Menurut sebuah riwayat, Baluqiya berumur seribu tahun.
KISAH BALUQIYA INSPIRASI DALAM ISLAM
Kisah Baluqia merupakan sebuah kisah yang menginspirasi. Namun sayangnya cerita ini masih luput dalam ruang Islam.
Begitu banyak kisah inspirasi dalam Islam yang terkadang luput dari pandangan. Apa dan bagaimana kisah itu terekam dengan baik dalam sejarah. Hanya menunggu waktu bagi kita untuk menjelajahinya.
Jauh sebelum masa Nabi Muhammad, terkisah seorang pemuda bernama Isya. Ia merupakan keturunan Bani Israil yang kerap membacakan kisah terdahulu. Beliau juga merupakan seorang ulama.
Dari begitu banyaknya kitab yang ia baca, ia pun banyak menuliskan sifat-sifat Nabi Muhammad dalam selebaran kala itu. Ia meletakkannya dalam sebuah peti terkunci.
Kuncinya kemudian ia letakkan di tempat yang sulit ditebak.
Isya memiliki seorang anak bernama Baluqiah. Ia ingin anaknya menjadi ahli hukum di kalangan Bani Israil dalam wasiatnya. Namun setelah Isya meninggal, Baluqiah langsung melihat adanya peti terkunci.
Ia menanyakan pada ibunya tentang keberadaan kunci itu namun ibunya tidak mengetahuinya. Akhirnya Baluqiah menghancurkan kuncinya dan peti pun terbuka.
Ia mulai membaca huruf demi hurup yang ia temukan di sana. Terdapat berbagai sifat Nabi Muhammad termasuk tentang kisahnya sebagai Nabi Penutup.
Ia pun memutuskan untuk mencari Nabi Muhammad setelah sebelumnya melaporkan masalah ini ke kaumnya Bani Israil. Sontak tentu saja hal itu mengejutkan kaumnya.
Baluqiah memutuskan tidak akan kembali sebelum berjumpa dengan Nabi Muhammad.
Pemuda ini sudah tidak memiliki ayah dan hanya memiliki seorang ibu. Di akhir kisah ia akan kembali pada ibunya setelah 50 tahun tidak berjumpa akibat perjalanannya yang ingin menemui Nabi Muhamamd.
Dalam perjalanan mencari Nabi Muhammad, begitu banyak hal yang membuat Baluqiah takjub. Kisah Baluqia ini tidak dapat diperkirakan apakah terjadi di dunia atau di akhirat. Kondisi kejadiannya hampir di luar nalar manusia.
Awalnya karena terlalu sangat ingin bertemu dengan Nabi Muhammad, Baluqiah menempuh perjalanan bertahun-tahun dan itu tidaklah mudah.
Awalnya ia bertemu dengan sesuatu yang mirip seperti ular yang besar dalam sebuah jazirah. Dengan sopannya ia mengucap salam atasnya.
Sekelompok ular itu menanyakan asal muasal Baluqiyah. Dan ia pun menjawab jika berasal dari Bani Israil. Kelompok ular besar itu berkata bahwa merekalah yang menjaga para ular di bumi.
Jika tidak demikian maka ular-ular itu pasti akan menyerang umat manusia. Baluqiah merasa amat takjub dengan kejadian ini. Namun ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.
Sampai setelah tujuh lautan ia lalui. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah jazirah berisikan pohon dengan kurma emas. Namun pohon itu memintanya menjauhinya.
Baluqiah pun menurut. Muncullah sekelompok jin membawa pedang yang tajam. Ia menanyakan asal usul dan identitas Baluqiah. Ia pun menjawabnya dengan santun.
Ketika Baluqiah kembali bertanya kepada mereka, mereka menjawab bahwa mereka adalah sekelompok jin yang beriman pada Allah.
Allah menugaskan mereka turun ke muka bumi untuk memerangi jin kafir. Begitulah pertemuan mereka yang membuat takjub kembali.
Saat melanjutkan perjalanan kembali, ia bertemu dengan malaikat yang sangat besar. Di mana kedua tangannya seakan menutup celah barat dan timur. Kembali dengan pertanyaan yang sama Baluqiah menjawab dengan sopan.
Malaikat itu pun berkata jika ia juga bertugas mengatur waktu siang dan malam.
Melanjutkan kembali perjalanannya, ia mendengar seorang malaikat berkata, Tidak Ada Tuhan Selain Allah.
Kemudian kembali mereka saling memperkenalkan diri hingga akhirnya Baluqia mengerti bahwa itu adalah malaikat pengatur angin.
BALUQIYA BERTEMU NABI KHIDR/KHIDIR AS
Perjalanan masih berlanjut setelah ke gunung Qaf ia bertemu malaikat, ia pun ke laut dan bertemu dengan ikan yang memeberinya sebuah roti.
Masih terus berjalan, ia menemukan sebuah burung besar yang cantik hinggap di atas pohon. Ia adalah burung yang Allah tugaskan mengantarkan makanan untuk hawa dan Adam.
Namun ternyata tidak hanya Adam dan Hawa yang datang untuk makan namun juga Nabi Khidr. Ia pun memutuskan menunggu Nabi Khidr.
Beliau datang dengan berpakaian putih. Baluqiah dengan senangnya menyapanya. Ia berkata tujuan perjalanannya. Namun Nabi Khidr berkata bahwa ia tidak akan dapat menemui Nabi Muhamamd SAW.
Beliau masih lama turun ke bumi. Hingga akhirnya Nabi Khidr menawarkan padanya untuk mengantarkannya kembali pada ibunya.
Dengan mata tertutup tak lama setelah itu Baluqia telah sampai di sebelah ibunya. Ibunya pun sangat terkejut dan mendapati anaknya diantarkan oleh burung putih yang kemudian pergi dengan sangat cepat.
Menurut sebuah kisah, Baluqiah memiliki usia hingga seribu tahun. Setelah 50 tahun berkelana mencari keberadaan Nabi Muhammad, ia belum mendapatkan titik terang perihal itu.
Akan tetapi semua kisah yang ia temukan dalam perjalanannya terasa begitu menakjubkan hingga ia ceritakan semuanya pada kerabat Bani Israil.
Kisahnya pun masuk dalam sejarah dan menjadi kisah termasyhur. Dalam kisahnya bersama Nabi Khidr memang tidak lama seperti kisah Musa dengan Nabi Khidr. Akan tetapi setidaknya ia mendapat kedermawanan Nabi Khidr.
KISAH NABI KHIDR/KHIDIR AS DAN NABI MUSA
Konon Nabi Khidr tidaklah ramah kepada Nabi Musa.
Sungguh kisah ini sangat menginspirasi dan menunjukkan kebesaran tekad dari seorang pemuda untuk mencari sosok Nabi Muhamamd SAW. Namun sebenarnya ia ingin memastikan sifat-sifat Nabi Muhammad SAW.
Memang seperti dongeng dan tidak munasabah. Dalam kisah Hasib Barimudin, muncullah kisah mengenai Baluqia. Sumber penceritanya adalah Ratu Ular.
Konon karamlah kapal Nabi Denial yang menyisakan lima lembar kisah-kisah yang ia bawa. Ia pergi dengan membawa begitu banyak kisah-kisah dan ratu ular berpesan untuk memberikan 5 lembaran itu pada anaknya.
Itulah sebabnya Hasib Karimudin mendapatkan peti itu dan membaca isi lembaran di dalamnya.
Kisah ini tidak tercantum dalam Al Qur’an karena Bani Israil lah yang membuat catatan mengenai kisah ini. Perhatikan sabda Rasulullah berikut:
Janganlah kamu menganggap para ahli kitab itu benar dan jangan pula menganggap mereka berdusta. Ucapkanlah Aku beriman kepada Allah atas apa yang diturunkan kepada kami dan kepadamu.
Adapun kisah ini termasuk dalam kisah Israiliyat yang bersumber dari Bani Israil. Kaum ini merupakan anak cucu dari Nabi Ishaq.
Kisah Israiliyat ini konon cenderung mengada-ngada, menakut-nakuti, dan melebih-lebihkan. Sehingga tidak jelas sumber dan keakuratannya.
MENCERITAKAN KISAH BALUQIYA
Kisah Baluqia termasuk dalam Israiliyat yang menceritakan sesuatu hal sebelum kemunculan Nabi Muhammad. Banyak kisah-kisah yang terkandung di dalamnya dengan tujuan menyampaikan pesan tertentu.
Kisah ini banyak dicari bangsa Arab untuk memecahkan misteri dalam Al Qur’an yang dianggap kurang lengkap. Ahli kitab yang berasal dari Yahudi dan Nasrani hidup di tengah masyarakat Arab.
Sebab itulah mereka telah menjalin komunikasi sejak masa 70M. Kisah-kisah itu tidak lebih sebagai dongeng masa lalu sejak jaman Nabi Yaqub yang merujuk pada kisah-kisah Yahudi.
Namun memang tidak sedikit ahli kitab yang beragama Islam yang juga mengetahui sedikit banyak mengenai hal ini. Tidak semuanya palsu contohnya terkait sifat-sifat Nabi Muhammad SAW.
Bahkan dalam Al Qur’an juga terdapat ayat mengenai menanyakan sesuatu kepada ahli kitab. Dalam surat Yunus ayat 94 menjelaskan bahwa sebenarnya orang-orang yang bertanya pada ahli kitab adalah orang yang ragu-ragu.
Padahal telah turun kebenaran atas kita. Hadist Rasulullah menyebutkan bahwa sampaikanlah tentangku walau seayat. Dan tidak apa menceritakan apa yang diketahui dari Bani Israil tentang Nabi.
Namun apabila terdapat kedustaan, bersiaplah dengan adanya siksa Allah.
Jadi tidak ada yang salah dalam menceritakan mengenai kisah-kisah yang ada dalam kitab Bani Israil. Hanya saja tidak dapat dipastikan kebenarannya.
Kisah Israiliyat tidak dapat dijadikan patokan hukum maupun patokan akidah. Sekalipun di dalam kisah dan kitabnya tidak ada yang bertentangan dengan Islam.
HUBUNGAN DENGAN NABI KHIDR/KHIDIR AS
Terkait kisah Israiliyat dan tidak, kisah Nabi Khidr bukan salah satunya. Sebab dalam Al Qur’an Surat Al Kahfi telah jelas kala itu Musa dan Muridnya bertemu dengan hamba di sisi Kami.
Kami berikan rahmat dan ilmu dari Kami.
Kemudian muncullah berbagai pertanyaan terkait Nabi Khidr. Apakah beliau benar seorang nabi atau hanya orang sholih yang mendapat keistimewaan dari Allah?
Kembali dalam surat Al Kahfi, Firman Allah menyebutkan bahwasannya Musa telah Allah perintahkan untuk berguru pada Khidr. Dan Khidr pun memberikan syarat pada Musa.
Ia boleh berguru padanya asal tidak menanyakan apapun padanya selama proses belajar hingga ia sendiri yang menjelaskannya.
Dalam perspektif ini, jika memang Khidr bukan Nabi, apakah pantas Musa yang seorang Nabi berguru dengan selain Nabi?
Syaikh Syuaib al-Arnauth mengutip sebuah penjelasan yang menyebutkan bahwa ikatan pertama yang dirusak adalah status Khidr sebagai nabi.
Orang-orang munafik menyatakan bahwa status wali lebih agung daripada Nabi.
Dalam hadist Abu Hurairah Radiyallahu ‘Anhu Nabi bersabda bahwa Nabi Khidr mendapat nama itu karena kerap duduk di atas putih yang tiba-tiba berguncang di belakang beliau sesuatu yang berwarna hijau.
Maksudnya adalah ketika ia duduk di lahan tandus maka kemudian lahan itu berubah menjadi hijau.
Kisah Baluqia yang terkait dengan Nabi Khidr seolah menghubungkan antara Bani Israil dengan sesama kaumnya. Karena nyatanya, menurut hadist Nabi, Nabi Khidr bernama asli Balyan dan merupakan kaum Bani Israil.
Ia meninggalkan kaumnya untuk fokus pada ibadah dan meninggalkan kerajaannya serta ayahnya yang bernama Malkan.
Pertanyaan yang kerap muncul adalah apakah Nabi Khidr masih hidup? Jelas hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya.
Tidak akan ada yang tersisa di atas bumi ini setelah seratus tahun.
Tentu saja jika Nabi Khidr masih hidup ia akan menemui Nabi Muhammad SAW. Faktanya tidak demikian.
Kisah ini semoga dapat memberikan inspirasi. Namun sekali lagi jangan mempertentangkan apa yang sudah ada dalam Al-Qur;an.
Kembali merujuk pada firman Allah bahwa siapa yang mendatangi ahli kitab sungguh sebenarnya ia adalah orang yang ragu-ragu.
PERJALANAN BALUQIYA BIN ISYA (50 TAHUN MENCARI NABI MUHAMMAD SAW DAN SEMPAT DIPERTEMUKAN NABI KHIDIR AS
Ats Tsa’labi menceritakan, pada masa Bani Israil ada seorang laki-laki bernama Isya seorang ulama Bani Israil. Setiap saat dia sering membolak-balikkan lembaran kitab-kitab kuno Samawi untuk ditelaahnya.
Sampai suatu ketika di lembaran-lembaran itu dia menemukan tulisan tentang sifat-sifat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW). Dia dengan sigap mencatat semua sifat-sifat tersebut yang tercecer di beberapa lembaran kemudian dia mengumpulkan menjadi satu halaman.
Pada akhirnya ia sembunyikan lembaran itu ke dalam sebuah peti, selanjutnya peti itu dikunci mati tidak ada seorangpun yang mengetahui dimana kunci peti itu disembunyikan.
Suatu masa, Isya berwasiat kepada anaknya yang bernama Baluqiya menjelang akhir ajalnya. Isya berwasiat pada anaknya Baluqya agar meneruskan tugasnya yaitu menjadi Hakim di kalangan Bani Israil.
Setelah beberapa waktu lamanya Baluqiya menjadi hakim menggantikan ayahnya, suatu saat dia melihat sebuah peti terkunci di rumahnya seperti itu membuat dirinya menjadi penasaran. Dia meceritakan isi peti itu kepada ibunya, namun ibunya malah menjawab “Aku tidak tahu apa yang ada di dalam peti itu, bahkan kunci-kuncinya pun aku belum pernah mengetahuinya walaupun semakin penasaran ingin mengetahui isi peti tersebut,”
Akhirnya dengan keras ia mengatur kunci-kunci yang menutup rapat peti itu setelah dibukakannya ternyata didalamnya terdapat sebuah lembaran-lembaran yang bertuliskan sifat-sifat Nabi Muhammad SAW.
Dalam lembaran itu dikatakan bahwa Muhammad adalah penutup para nabi dan rasul. Surga diharamkan kepada para Nabi sebelum terlebih dahulu Muhammad dan umatnya masuk kedalamnya.
Seusai membaca lembaran itu, Baluqiya keluar rumah menemui kaum Bani Israil untuk menyampaikan apa yang tertera di dalam lembaran kitab yang dibawanya.
Seketika kaum Bani Israil dengan seksama menyimak penuturan Baluqiya.
“Beraninya ayahmu menyembunyikan yang diketahuinya sehingga dia tidak menyampaikannya kepada kami.”
Hal itu pun lantas membuat mereka marah. “Mika bukan karena kamu sebagai anaknya, kami akan membakar kuburannya sebab Dia telah menyembunyikan berita tentang akan datangnya panutan para rasul Muhammad SAW,”
Tak lama kemudian, Baluqiya pamitan kepada ibunya untuk melakukan sesuatu perjalanan panjang.
“Ibu aku menemukan berita tentang akan diutusnya nabi. Sekarang aku mau pergi dan tidak akan kembali sampai menemukan kabar tentang keberadaan nabi tersebut,”
Ibunya mendoakan semoga Allah menjadikan angan-anganmu tercapai setelah berpamitan dan berkemas Baluqiya pergi meninggalkan Mesir dalam rangka mencari kabar tentang Muhammad SAW.
Baluqiya mengelilingi bumi dari ujung timur sampai ujung barat sehingga sampai di laut salah satu tujuannya, disana ia melihat beberapa keanehan yang tidak pernah dilihat oleh orang lain di antaranya dia melihat satu pulau yang penghuninya adalah ikan Hut yaitu sejenis paus.
Ikan-ikan itu berkata “Laa Ilaha Illallah Muhammadur Rasulullah” tiada Tuhan selain Allah Muhammad itu utusan Allah.
Melihat hal itu Baluqiya yang menyapa mereka Assalamualaikum, tetapi mereka tidak menjawabnya.
“Hai sebelum kami belum pernah mendengar sama sekali perkataan itu,” kata ikan-ikan Hut itu.
Baluqiya menjelaskan ungkapan tersebut adalah sunnah nabi Adam, ikan-ikan hiu itu bertanya
“Darimana asal kamu?”
“Aku berasal dari kaum Bani Israil,” jawab Baluqiya.
Akan tetapi Meskipun mereka banyak bertanya tetap saja mereka tidak mengenal Baluqiya.
“Kami tidak tahu menahu Adam tidak juga Bani Israil,” balas Ikan Hut padanya.
Mendengar pengakuan mereka, Baluqiya menjadi penasaran kenapa kalian mengenal Muhammad mereka menjawab.
“Sejak awal mula Allah menciptakan kami seperti ini yaitu mengucapkan kalimat Syahadat yang seperti tadi. Sebenarnya kami berasal dari ikan neraka jahanam,”
“Bagaimana keadaan Neraka Jahanam?” tanya Baluqiya kepada ikan-ikan Hut itu.
Akhirnya para ikan itu menjelaskan tentang keadaan Jahanam yang terkenal mengerikan ini dia adalah Lembah Hitam yang berbau busuk setiap tahunnya.
“Ia Bernafas Hanya dua kali nafas pertama ketika musim panas makan, nafasnya pun mengeluarkan Hawa yang sangat panas dan nafas kedua ketika musim dingin maka nafasnya menimbulkan Hawa yang sangat dingin,” ikan Hut menjelaskan lebih detil selanjutnya Baluqiya melongokkan pandangannya kearah pulau lainnya.
Di sana ia melihat ikan Hut yang ukuran lebih besar dari yang Ia lihat sebelumnya. Ikan tersebut bagaikan pelepah kurma diantara ikan-ikan Hut itu.
Terdapat seekor ikan Hut yang berwarna kuning Jika ia berjalan maka ikan-ikan Hut di sekitarnya ikut berjalan ketika ikan-ikan Hut merasa diperhatikan oleh Baluqiya.
“Mereka bertanya Siapakah kamu?”
Baluqiya menjawab “Aku adalah Baluqiya dari Bani Israil.”
Perkataan Baluqiya itu tetap saja asing ditelinga mereka.
“Kami belum pernah mendengar perkataan itu sebelumnya,” ujar ikan itu.
“Sebenarnya aku ditugaskan untuk memakan semua ikan laut yang ada di dunia. Jika tidak ada aku maka ikan-ikan Hut akan mengejar kaum Bani Israil dan memangsanya,”
Kemudian Baluqiya melanjutkan perjalanannya, sampai ke laut yang lainnya disana ia menjumpai beberapa keanehan yang panjang sekali untuk dapat disebutkan di sini.
Diantara keanehan tersebut diantara Ia melihat sebuah pulau yang didalamnya terdapat sebuah pohon kurma dari emas. Jika pohon itu terkena sinar matahari pagi maka akan kelihatan mencorong bagaikan kilat ketajaman sinarnya tidak dapat ditembus dengan pandangan mata.
Selain pohon kurma di pulau tersebut terdapat juga pohon yang besar . Baluqiya mencoba untuk mengambil salah satu dari pohon-pohon tersebut maka ada suara yang menyuruhnya. “Awas jangan kau ganggu aku Wahai orang yang salah.”
Maka Baluqiya mengurungkan niatnya tadi, dia akhirnya duduk beristirahat. Di tengah itu, tiba-tiba Ia mendengar serombongan orang yang turun dari langit. Masing-masing dari mereka yang turun menghunuskan sebilah pedang.
Begitu melihat Baluqiya mereka bertanya, “Bagaimana kamu bisa tiba di tempat ini,”
Baluqya pun menjelaskan tentang dirinya
“Aku berasal dari Bani Israil namaku adalah Baluqiya,”
“Sekarang aku ingin tahu siapakah kalian?” Baluqiya kembali bertanya.
“Sebenarnya kami adalah kaum Jin yang beriman. Allah mengirimkan kami dari langit untuk membunuh golongan jin kafir di muka bumi,” jawab rombongan itu.
Hingga akhirnya Baluqiya pun meninggalkan mereka. Di tengah perjalanan Baluqiya kembali dikagetkan dengan adanya seorang malaikat yang posturnya amat sangat besar mereka itu berdiri tegak dengan tangan kanannya di ujung timur dan tangan kirinya di ujung Barat.
Dia senantiasa berucap “Lailahailallah Muhammadurrasulullah.” tiada Tuhan selain Allah Muhammad itu adalah utusan Allah.
Setelah Baluqiya mengucapkan salam. Dia ditanya itu oleh mahluk itu, “Siapakah Anda Baluqiya?”
Ia menjawab serupa saat pertemuannya dengan mahluk-mahluk lainnya.
“Aku adalah baluqya berasal dari Bani Israil aku melancong guna mencari nabi akhir zaman sekarang.”
“Siapakah Anda?” tanya Baluqiya.
“Aku adalah malaikat yang diberi tugas untuk mengatur gelapnya malam dan terangnya siang,” jawabnya.
Baluqiya kembali bertanya. “Apa maksud kedua garis yang ada di keningmu?” Tampak di kening Malaikat itu ada dua garis bertuliskan panjang dan pendeknya siang dan malam malam tidak akan melebihi batasannya yang sudah ditetapkan.
Menjawab rasa penasarannya, Baluqiya kembali bertanya dan Sang Malaikat pun menjawab“.
“Saya malaikat yang ditugaskan untuk mengatur angin laut aku tidak sekali-kali menghembuskan angin kecuali ada instruksi dari Allah.”
“Angin aku kendalikan dengan tangan kananku sedangkan laut aku kendalikan dengan tangan kiriku. Jika tidak dengan demikian maka orang-orang yang ada di bumi akan semena-mena memanfaatkannya,”
Dalam perjalannya pun Baluqiya beberapa kali dipertemukan malaikat lagi.
Sampai akhirnya tiba di Gunung Qaf. Gunung tersebut terdiri dari Umpu dan Batu Yakut berwarna hijau.
Besarnya gunung itu dapat menutupi dunia dan segala isinya. Di antara keistimewaan gunung itu, Ia dapat melihat langit dunia yang berwarna biru.
Allah telah menugaskan seorang malaikat untuk menempati gunung itu apabila Allah hendak mengembangkan kebahagian salah satu bumi dia memerintahkan malaikat di atas untuk menggerakkan akar-akar yang di tempat gempa itu kemudian dihubungkan kepada Gunung Qaf maka terjadilah gempa. Apabila Allah menghancurkan suatu kota maka Allah menginstruksikan kepada malaikat tersebut untuk memutuskan akar-akar ataupun fondasi kota itu dari bumi dengan dicabutnya paku bumi dari salah satu kota maka kota itu akan roboh.
Selanjutnya Baluqiya bertanya apa saja yang ada di belakang Gunung Qaf Ini, malaikat itu menjawab ada 40.000 kota semuanya bukan termasuk kota-kota yang ada di dunia karena kota-kota ini terbuat dari emas dan perak siang dan malam tidak dapat menembusnya sedangkan penduduknya terdiri dari para malaikat.
Mereka semua Bertasbih kepada Allah tidak berbuat durhaka kepadanya kemudian Baluqiya menanyakan apa saja yang ada di belakang kota-kota tersebut? malaikat itu kembali menjawab dibelakangnya ada 70.000 hijab seluas dunia Adapun di belakang hijab-hijab itu tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah.
Baluqiya kemudian memeluknya yang meneruskan perjalanannya dengan menelusuri Gunung Qaf sampai ujung disana ia.
Setelah perjalanan yang sempat mempertemukannya dengan para malaikat yang menghuni Gunung Quf, Baluqiya kemudia dipertemukan seokor burung yang bercerita tentang keistimewaan makanan yang ada surga melebihi makanan yang ada di dunia. Dan Ia pun diberi sepotong roti pemberian dari surga.
Baluqiya pun bertanya. “Apakah ada orang yang pernah memakan makanan tersebut?”
“Yang sering mampir makan di sini adalah Qidir Alaihissalam,” jawab burung itu sembari menutup pembicaraannya dengan Baluqiya.
Baluqiya pun dikejutkan dengan kedatangan Nabi Khidir Alaihissala dihadapannya dengan pakaian yang serba putih.
Dia berdiri hormat dan mengucapkan salam kepadanya, Baluqiya pun menjawab salam tersebut kemudian memeluk Ia menjelaskan maksud perjalanannya wahai Abu Abbas ataupun Khidir.
“Aku pergi dari rumah demi mencari Seorang nabi akhir zaman sehingga pencarianku sampai ke tempat ini dan bertemu denganmu karenanya sudilah Kiranya Anda memberitahukan kepadaku dimana nabi itu,” tanyanya
Khidir pun lantas menjawab, “sesungguhnya nabi akhir zaman tidak akan datang pada masa sekarang ini kamu tidak mungkin dapat bertemu dengannya wahai Baluqiya.”
“Taukah kamu berapa jauh jarak perjalananmu dari rumah ibumu?” tanya Khidir.
“Aku tidak tahu,” kata Baluqiya.
“Kamu sudah meninggalkan ibumu sejauh perjalanan yang ditempuh selama 50 tahun. Apakah kamu mau aku mengembalikanmu ke rumah ibumu?”
Baluqiya mengiyakan “Jika demikian Pejamkan matamu,” pinta Khidir Alaihissalam.
Ketika Baluqiya memejamkan kedua matanya, tiba-tiba tidak berasa dia sudah berada disamping ibunya begitu baluqya membuka kedua matanya dia melihat ibunya sudah berada disampingnya.
Baluqiya Bertanya kepadanya Apakah engkau melihat Siapakah orangnya yang telah membawaku kemari.
Ibunya menjawab. “ Aku melihat seekor burung putih membawamu dan meletakkanmu di sampingku. Setelah itu ia segera terbang,”
Kembali usai meluapkan rasa rindunya baluqya menceritakan kisah petualangannya kepada ibunya kemudian ia keluar untuk menemui kaumnya.
Merekapun menyambut ketidak hadiran Baluqiya di tengah mereka setelah beberapa waktu lamanya.
Akhirnya Baluqiya menceritakan semua peristiwa-peristiwa aneh yang dilihatnya selama dalam petualangan mencari nabi akhir zaman mendengar isi kisah tersebut kaum Bani Israil menulis semuanya tidak ada yang lewat kegiatan menulis kisah dari petualangan Baluqiya ini.
Konon Baluqiya dikurniakan umur untuk hidup di dunia selama 1000 tahun dan inilah kisah tentang.
Imajier Nuswantoro