FILOSOFI KEMBANG WIJAYA KUSUMA
Bunga Wijaya Kusuma memiliki nama ilmiah Epiphyllum oxypetalum yang termasuk jenis tanaman kaktus yang dapat ditemui di daerah beriklim tropis. Wijaya Kusuma juga memiliki nama lain yakni bunga ratu malam. Karena bunga ini hanya akan mekar dan semerbak baunya dimalam hari. Bunga ini memiliki banyak spesies dimana salah satu diantaranya hanya bisa mekar selama satu tahun sekali.
Bunga Wijaya Kusuma berarti keindahan yang melambangkan 'panguripan' atau daya hidup. Secara utuh, bunga ini melambangkan kehidupan yang indah atau kehidupan yang cukup serta memiliki kedudukan sehingga disegani masyarakat. Ini didasarkan penafsiran dan makna dalam Bahasa Jawa.
Menurut filosofi, jika ada seseorang yang melihat bunga Wijaya Kusuma mekar, maka pertanda dia adalah salah satu orang yang keberuntungan berdoa dan berusaha hasilnya kita pasrahkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Jika seseorang melihat bunga Wijaya Kusuma mekar dimalam hari, keberuntungan akan mendatangimu secara beruntun dan tak terduga bak seorang bangsawan.
MITOS MASYARAKAT KEMBANG WIJAYA KUSUMA
Banyak masyarakat yang masih memegang teguh kepercayaan bahwa Bunga Wijaya Kusuma dapat mengembalikan nyawa seseorang yang telah tutup usia. Keharuman dan kecantikan Bunga Wijaya Kusuma yang mekar dimalam hari dianggap membawa keberuntungan. Selain itu, apabila Bunga Wijaya Kusuma dirawat dan mekar dipercaya memiliki arti sebagai pembawa kemuliaan hidup.
KEMBANG WIJAYA KUSUMA
Kembang Wijaya kusuma lan uwohe, basa Cina Tan hua (mandarin ), Fa jha kunyam (Cantonis) tegesé Teh kembang Ratu Kidul, utawa kembang Wuku (epiphillyum oxsypetalum).
Kerep digandhengake karo gaib, anaging kula mboten wedhar kegaibpan, ing ngisor iki bakal tak wedhar makna Mendalam filosofine. lan kagunaane miturut para ahli.
Kembang Wijaya Kusuma. Tanduran iki minangka sing asring dadi koleksi generasi wong tuwa karo simbah . Tanduran iki asale teka meksiko , cocog kanggé sing sabar ngenteni nalika mekar ing tengah wengi ing waktu tertamtu. Tanduran sing duwé julukan Ratu Wangi duwe bentuk sing unik, iki bisa dideleng pirang-pirang perkara kayata, balung godhong sing padha karo balung iwak lan uga godhong zig zag nduweni tekstur, kandel lan jagged, sing ndadèkaké kembang Wijaya Kusuma iki luwih apik kanggé mata. Babagan kembang wijaya kusuma, lan kagunaane :
1. Kembang Raja lan Ratu.
Kembang sing nduweni jeneng ilmiah Epiphillyum sing digae Raja, Ratu ing jaman kuna, utawa jaman mbiyèn.
Warna kelopak sing ayu dadi Raja, Ratu seneng kembang sing mung tengah wengi, iki anduweni Rupa Emas lan medalaken cahaya ingkang saé. A'mung wong tartamtu ingkang saged nyawang.
2. Kembang Wijaya kusuma dadi senengané Ratu Kidul.
3. Dipercaya bisa Nggawa rezeki utawa hoki, cuan, ong-ong, lancar.
4. Ngunggahake derajad.
5 . Lan sagêd mbeta aura utawa Fengsui kebecikan.
MANFAAT
Manfaaté kembang lan buah niku padha anaging rasané buahe legi, sagêd damel obat-obatan kanggo nambani.
1. Ngobati lara tatu.
2. Nambani kukul
3. Nambani tenggorokan sing lara.
4. Nambani pendarahan rahim.
5. Nambani tbc (watuk kronis).
6. Ngilangi ambune awak.
7. Ngobati lara weteng.
8. Lan kembang wijaya kusuma, saged didhamel unjukan teh. Carané kembang wijaya kusuma dipepe garing. Yèn miturut ahli pakar Fengsui, ngombé teh kembang wijaya kusuma utawa fa jha kunyam utawa teh kembang Ratu kidul, saged maringi Aura kesaenan. Dadosipun aurane niku sagêd mencorong.
KEMBANG WIJAYA KUSUMA PUSAKA PEMIMPIN NUSANTARA
Di kalangan masyarakat yang melakukan tradisi Jawa, khususnya kraton percaya bahwa seorang raja yang akan naik tahta, salah satu syarat harus dipenuhi ialah memiliki sekuntum bunga yang bernama Wit Wijaya Kusuma. Bunga ini bagaikan perlambang seorang raja, baunya harum, semerbak bagaikan gambir melati, warnanya indah mempesona, merupakan perlambang watak dan pribadi seorang Raja.
Sementara nama bunga ini sendiri mengandung arti yang dalam yaitu Wit (pohon) membikin tegak itu adalah bunga, mengandung artinya watak orang yang teguh, bermanfaat dan berguna bagi umat manusia. Sementara Wi, mengandung arti menguasai segala ilmu, ilmu tata lahir dan batin . Sedang Jaya berarti menang, ibarat unggul tanpa ngasorake, teguh tanpa meremehkan, asih tanpa pamrih. Kusuma dalam catatan Kraton Jawa disebut sebagai tedhak turuning Ratu, maha ambeg utama berbudi luhur, pepindhaning rembesing madu maksudnya adalah bahwa sebagai keturunan seorang raja harus memiliki watak utama, berbudi luhur, ibarat sari dari madu.
Bunga dari pohon wijaya kusuma adanya hanya ada di Segara Anakan di Cilacap. Tidak sembarang waktu ada, tidak sembarang orang dapat mengambilnya. Hanya dengan jalan meditasi dan mensucikan diri secara khusuk mohon petunjuk dari yang maha kuasa, agar mendapatkan bisikan gaib untuk mengambil bunga tersebut dalam keadaan mekar. Biasanya pengabilan tersebut diserahkan kepada orang-orang sakti atas suruhan raja.
Simbolisme dari wijaya kusuma ini diharapkan menimbulkan perasaan tentram dan damai, bikin terang hati manusia, menjunjung tinggi perilaku asih, paramamarta, mengandung ajaran adigang, adigung, adiguna, tidak mementingkan diri sendiri, tidak sewenang-wenang ibarat : paring payung wong kang kudanan, paring teken wong kalunyon, paring sandang wong kawudan, paring pangan wong kaluwen.
Untuk kesempurnaan ini harus disertai lakuu-tirakat secara teratur, serta selalu mohon kepada Yang Maha Kuasa agar jalan hidup ini diberkahi dan dituntun kearah karahayon. Begitulah yang diharapkan dari ciri-ciri orang yang mendapatkan bunga tersebut.
Bila kita runut dari dinasti Mataram yang berkeyakinan bahwa raja Mataram yang baru dinobatkan dak akan sah diakui dunia kasar dan halus bila belum bisa memetik bunga Wijayakusuma.
Menurut dunia pewayangan wayang kulit mengungkap bahwa bunga ini merupakan pusaka keraton Dwarawati milik titisan Wisnu pelestari Alam, Batara Kresna.
Menurut kisah spiritual yang dituturkan turun temurun, pusaka kraton ini dilabuh di Laut Selatan sebelum Raja mangkat ke Swargaloka.
Pengagem pakaian kebesaran Prabu Kresna ini setelah dilabuh menjadi sebuah pohon batu. Letaknya di ujung timur sebuah Pulau laut Utara Jawa.
Ada yang memperkirakan di pulau Karangbandung Nusakambangan dimana bunga itu berada di bawah kekuasaan di dimensi Niskala dikuasai oleh Ratu Kidul.
Menurut Babad Tanah Jawa, keturunan Majapahit juga merupakan titisan Wisnu dan wajib mecari bunga ini. Trah Mataram yang menjadi raja juga wajib hukumnya mencari pusaka ini.
Lantaran tempatnya terpencil, dan sulit serta dijaga pasukan kerajaan siluman diperlukan seorang yang bisa jadi perantara atau yang mumpuni dalam olah jiwa, demikian para abdidalem kraton Surakarta menjelaskan. Dulu untuk mencari mengambil pusaka ini syaratnya dari Surakarta harus jalan kaki dari Kartosuro, lewat Boyolali, Magelang-Temanggung, Cilacap kemudian menyeberang ke Pulau Karangbandung. Kadangkala. Perjalanannya saja sudah rumit. Belum lagi bila sampai di tempat pohon tersebut belum berbunga. Anehnya, menurut beberapa sumber bunga pohon itu akan mekar bila diminta oleh sang pemetik.
Dan lucunya lagi tanpa diminta, bunga ini konon langsung jatuh ke bokor yang dibawa para abdi dalem tadi. Tidak seorang pun boleh melihat bunga itu. Hanya raja yang boleh memastikan yang dipersembahkan itu betul-betul bunga. Inilah yang akan meneruskan spirit kebijakan besatari Prabu Kresna ke Raja Mataram yang berkuasa. Wisnu menjadi acuan semangat raja Mataram. Namun tradisi ini pupus sejak 1894, sesudah itu menurut Slamet Suseno yang juga dikisahkan di Intisari mitos itu sampai sekarang masih hidup, bahkan ketika akan lengser keprabon pun Pak Harto konon mencoba untuk meraih pusaka ini, tetapi gagal.
MITOS
Dari sisi botani bunga karang ini termasuk Kol Banda Pisonia Alba, daunnya ketika masih muda kuning lembut. Berbeda dengan wijawakusuma Pisonia Sylvestris itu hijau semua daunnya. Ternyata bunga ini di Karimunjawa, Pulau seribu, Puteran Madura dan di Bali pohon ini tumbuh membludag.
Bila di Jawa diyakini pembawa kearifan raja, di Cina bunga ini membawa hoki. bunga ini dikenal sebagai keng hwa. Asalnya sebenarnya dari Amerika Selatan, kemudian masuk ke Cina dan baru disebarkan ke Indonesia zaman Majapahit.
Dari jenis ini kemudian muncul sebutan Si Ratu Malam. Bunga-bunga ini hanya berbunga malam hari dan mekarnya pun hanya sebentar sekali.
Di bawah bayang-bayang mitor yang menyertai bunga itu semua pemilik bunga dewa ini kadang-kadang merelakan malamnya untuk menikmati mekarnya kuntum bunga yang prosesnya begitu cepat. Baunya wangi, dan esok harinya layu.
Ada kepercyaan pula bahwa siapa yang mampu melihat mekarnya bunga itu akan mendapatkan hoki. Dan dari sini berkembang hal-hal yang unik dan aneh.
WIJAYA KUSUMA KEMBANG SRI KRISHNA
Wijayakusuma adalah salah satu nama tanaman yang mempunyai bunga yang sangat indah. Berasal dari Amerika Latin. Nama latinnya Epiphylum Anguliger. Dia termasuk tanaman langka. Tanamannya tergolong tanaman kaktus. Sementara arti dari nama bunga Wijayakusuma ini sangat indah yaitu bunga kemenangan. Mitos di jaman Hindu bunga ini milik Kresna dan dapat menghidupkan orang yang sudah mati. Mekar di waktu malam hari, layu dan kuncup kembali di pagi hari. Saat mekar bunga ini mengeluarkan bau yang sangat harum. Mitosnya juga, jika bunga ini mekar akan ada rejeki yang mendekat.
Uniknya Bunga Wijayakusuma ini hanya mekar beberapa saat saja dan tidak semua tanaman ini dapat mudah berbunga, tergantung pada iklim, kesuburan tanah dan cara pemeliharaan. Kalau dihitung-hitung bunga ini hanya mekar selama 2 jam saja. Lalu perlahan-lahan kembali kuncup dan layu. Ada yang bilang, satu tahun berbunga 3 kali dan biasanya ada 10 sampai 30 bunga.
Karena uniknya bunga ini pada saat mekar, maka ada mitos yang mengatakan siapa yang dapat melihat proses mekarnya bunga ini akan dilancarkan rejekinya. Hakikatnya adalah untuk mendapatkan suatu rejeki harus ada usaha terlebih dahulu dan sabar. Jangan mudah menyerah, butuh kepasrahan dan keikhlasan terhadap semua yang akan diterima maupun yang sedang dijalani.
Saat bunga ini mekar banyak godaannya. Mengantuk dan tidak sabar menunggu hingga tengah malam. Karena puncaknya bunga ini mekar pada jam 12 malam. Pada saat bunga ini mekar akan meneteskan air setetes, dan jika air ini menyentuh tanah akan berubah menjadi batu, dan jika sudah berubah menjadi batu akan langsung lenyap, menurut orang tua jaman dulu batu dari tetesan bunga Wijayakusuma ini akan langsung di ambil oleh makhluk halus. Bunga Wijayakusuma memang bunga yang indah dan unik, untuk melihat bunganya mekar saja diperlukan kesabaran.
Bunganya Wijayakusuma berwarna putih dan sangat harum, namun sayangnya tanaman ini sangat jarang berbunga. Biasanya bunga ini berbunga hanya setahun sekali pada musim hujan dan berkembang mekar di malam hari dengan indahnya namun mekarnya tidak bertahan lama. Biasanya Bunganya mulai merekah sejak matahari terbenam benar benar mencapai puncak mekar pada tengah malam.
Dalam mitos Hindu, bunga Wijayakusuma dimiliki oleh Sri Kresna yang memiliki khasiat dapat menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Secara ilmiah bunga Wijayakusuma ini diyakini berkhasiat sebagai anti radang, penghenti pendarahan, obat batuk, obat asma, nyeri lambung, peluruh dahak, dll. Pemakaiannya biasanya bunga direbus dan airnya diminum. Bunga Wijayakusuma rasanya manis, sifatnya netral, namun batangnya rasanya asin.
Karena konon bunga ini asal muasalnya adalah dari hutan belantara tropis Amerika Selatan yang teduh, maka sebaiknya jika anda memelihara bunga ini tempatkanlah di lingkungan yang terlindung dari sengatan matahari secara langsung. Konon Kabarnya jaman dahulu saat kebudayaan barat dan timur masih bersatu (mungkin maksudnya jaman Atlantis). Saat Bunga Wijayakusuma akan mekar, sang pemilik akan menunggu dan berada di bawah bunga tersebut. Mereka melakukan hal tersebut dengan harapan mendapatkan cipratan air saat terjadi puncak mekar. Konon khasiat air puncak mekar bunga Wijayakusuma akan mempengaruhi energi daya hidup manusia sehingga dapat meningkatkan daya tarik orang tersebut. Selain itu air puncak mekar Wijayakusuma tersebut dapat membantu meregenerasi sel-sel tubuh sehingga akan memperlambat proses penuaan dan membuat awet muda.
Wijayakusuma biasanya ditanam sebagai tanaman hias. Asalnya dari hutan tropis dari Amerika Selatan, dan sekarang sudah menyebar luas sampai ke Asia Tenggara. Konon, yang dapat menyaksikan proses mekarnya bunga di tengah malam maka rezekinya akan datang lebih lancar.
Tanaman ini tumbuh tegak, tingginya mencapai 2-3 m, batang induk berbentuk silinder, berasal dari tangkai daun yang mengeras dan mengecil. Daun pipih, tebal berdaging, bentuknya lanset, tulang daun ditengah keras dan tebal, tepi berlekuk tempat keluarnya bunga atau tunas baru, permukaan licin, warnanya hijau. Bunga keluar dari lekuk daun, bertangkai lemas panjangnya 13-15 cm, besar dengan diameter bunga sekitar 10 cm, warnanya pitih, mekar pada malam hari selama beberapa jam saja, kemudian menjadi layu. Buahya bulat, bergetah, warnanya merah. Biji banyak, warnanya hitam.
MANFAAT DAN KEGUNAAN
Bunga Wijayakusuma rasanya manis, sifatnya netral, berkhasiat antiradang, penghenti perdarahan (hemostatis), obat betuk dan peluruh dahak (mukolitik). Batang rasanya asin, asam, sifatnya sejuk, dan berkhasiat anti radang.
Bagian yang Digunakan.
Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah bunga dan batangnya. Pemakaian dalam bentuk segar. Bunga bisa dikeringkan untuk penyimpanan.
Wijayakusuma digunakan untuk mengatasi : TB paru dengan batuk dan dahak berdarah, sesak napas (asma), radang tenggorok (faringitis), nyeri lambung (gastritis), muntah darah, dan perdarahan rahim(uterine bleeding).
CARA PEMAKAIAN
Untuk obat yang diminum, rebus bunga wijayakusuma sebanyak 10-20g (3-5 kuntum), lalu minum airnya. Untuk pemakaian luar, giling batang segar sampai halus, lalu turapkan ke tempat yang sakit, seperti bisul dan luka berdarah, dan balut.
Manfaat dan kegunaan :
1. TB paru dengan batuk dan dahak berdarah.
Rebus bunga wijayakusuma segar (3-5 kuntum), dengan tiga gelas air sampai tarsisa satu gelas. Tambahkan gula aren (15g). Setelah dingin, saring dan minum airnya sehari dua kali, masing-masing setengah gelas. Lakukan setiap hari sampai sembuh
2. Perdarahan Rahim.
Bersihkan bunga wijakusuma segar (2-3 kuntum) dan daging tanpa lemak (50g), lalu potong-potong seperlunya. Masukkan ke dalam mangkuk, tambahkan air sampai semua bahan terendam, lalu tim. Setelah dingin, minum airnya. Isinya dimakan. Lakukan sehari dua kali, masing-masing separuhnya.
3. Sesak Napas.
Cuci bunga wijayakusuma segar (3-5 kunum), lalu potong-potong seperlunya. Masukkan ke dalam mangkuk, tambahkan gula batu dan air sampai permukaannya terendam seluruhnya, lalu tim. Setelah dingin, saring dan minum airnya seharidua kali, masing-masing separuhnya.
Versi lain menyebut terkait kisah pewayangan. Konon bunga Wijayakusuma ini adalah jimat atau senjata ampuh istimewa milik Sri Bathara Kresna, putra Prabu Basudewa yang berasal dari kerajaan Madura. Disebutkan pula, Bathara Kresna itu adalah sosok raja yang bijaksana dari negara Dwarawati. Kembang Wijayakusuma yang istimewa ini, konon hanya dipakai untuk membantu Pandawa pada saat kondisi genting dan terdesak.
Nama bunga Wijayakusuma itu sendiri berasal dari dua suku kata, Wijaya yang berarti menang, dan kusuma yang berarti kembang. Jadi bunga ini memiliki makna 'bunga kemenangan' sebagaimana cerita kejayaan yang dialami para pelakunya. Dalam cerita rakyat selanjutnya, Sri Bhatara Kresna dalam dunia wayang dianggap sebagai titisan Sang Hyang Wisnu, yang kemudian melakukan muksa. Konon suatu ketika Kresna ini yang melempar bunga Wijayakusuma ini ke laut kidul (samudera Indonesia) yang kalau dilihat sekarang lebih dekat dengan pulau Nusakambangan. Bunga ini dilemparkan bersama tempat sejenis potnya. Tutup pot yang berbentuk bundar, konon mewujud menjadi pulau Majeti, sementara tempat di bagian bawah bisa menjadi pulau Bandung. Kalau dilihat dalam peta dan lokasi sekarang, dua pulau ini juga masih berdekatan dengan pulau Nusakambangan. Dan konon hanya di pulau ini pulalah beradanya bunga wijayakusuma.
Yang jelas bunga ini tergolong istimewa dan memiliki kisah yang berhubungan dengan para pembesar, termasuk keraton Yogyakarta dan juga Surakarta. Bahkan kalau diurut lagi bisa sampai pada zaman Prabu Aji Pramosa di Kediri hingga kesultanan berikutnya. Setiap ada penobatan raja baik Susuhunan di Surakarta maupun Kesultanan di Yogyakarta, mereka akan mengirim utusan 40 orang ke Nusakambangan untuk memetik kembang Wijayakusuma, dan ritual ini masih dilakukan sampai sekarang.
Sebelum melakukan tugas pemetikan, para utusan itu melakukan ziarah ke makam-makam tokoh leluhur di sekitar Nusakambangan seperti pesarean Adipati Banjaransari di Karangsuci, Adipati Wiling di Donan, Adipati Purbasari di Daun Lumbung, Pangeran Jatiwirya (Kyai Saleh) di Parakan, Kyai Singalodra di Kebon Baru dan Panembahan Tlecer di Nusakambangan. Tempat lain yang juga diziarahi yaitu pasarean Kyai Ageng Wanakusuma di Gilirangan dan Kyai Kasan Besari di Gumelem, Banjarnegara. Selain ziarah atau nyekar, mereka melakukan tahlilan dan sedekah kepada fakir miskin di sekitar tempat-tempat tersebut. Malam berikutnya dilanjutkan dengan tirakatan di Masigit Sela. Masigit Sela adalah sebuah gua di pulau Nusakambangan yang menyerupai Masjid.
Mitos tentang kembang Wijayakusuma ini sangat berpengaruh pada kehidupan nelayan di pantai Cilacap. Ada sejenis ikan yang mereka keramatkan yaitu ikan Dawah (dawah dalam bahasa Jawa artinya jatuh). Ikan ini dianggap jelmaan dari daun pohon Wijayakusuma yang berjatuhan di laut.
Para nelayan itu sangat berpantang memakan ikan Dawah, mereka takut mendapat bencana atau malapetaka. Umumnya mereka menolak rezeki Tuhan yang satu ini padahal dagingnya empuk dan rasanya lezat. Pengaruh ini juga melahirkan upacara budaya sedekah laut yang dilaksanakan setiap bulan Sura, mereka melarung rezekinya ke laut pantai selatan.