SATRIA PININGIT SINISIHAN WAHYU RATU ADIL
Satrio Piningit atau juga disebut Ratu Adil adalah karakter utama apokaliptik.
Sastra apokaliptik adalah jenis tulisan mengenai penyataan Ilahi yang berasal dari masyarakat Yahudi kurang lebih antara tahun 250 SM dan 100 M yang kemudian diambil alih dan diteruskan oleh Gereja Kristen.
Jawa dari Jangka Jayabaya dalam mitos Jawa yang dianggap sebagai orang yang akan menjadi Pemimpin Besar Nusantara dan memerintah mampu mempengaruhi dan mempunyai keunggulan sekelas dunia.
Ratu Adil dan Satria Piningit di Ramalan Jayabaya merupakan penafsiran makna gelar yang sama antara Satria Piningit dan Ratu Adil muncul dari istilah Jawa yang berbunyi Satria Piningit sinisihan wahyu ratu adil yang menjadi pedoman dalam mencerminkan karakter seorang pemimpin. Secara harfiah, Satria Piningit diartikan sebagai ksatria yang masih tersembunyi oleh zaman. Sedangkan Ratu Adil diartikan sebagai pemimpin yang bijak dan adil.
Salah satu ramalan Jayabaya, yang masih menjadi misteri dan sering diperbincangkan orang, lahirnya Satria Piningit. Satria Piningit, adalah seorang pemimpin yang akan menjadi penyelamat, ia akan membawa keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Jayabaya selain seorang raja, juga seorang pujangga, banyak ramalan yang sudah terbukti di saat ini, dan salah satu ramalan yang belum terwujud adalah kemunculan Satria Piningit. Siapakah Satria Piningit yan dimaksud, saat ini masih menjadi teka-teki, yang jelas Jayabaya memberikan kriteria bahwa Satria Piningit nanti adalah Ratu Adil.
Satrio Piningit menurut ramalan Jayabaya, akan datang di suatu masa dimana gunung-gunung akan meletus, bumi berguncang, laut dan sungai akan meluap. Masa penuh penderitaan, masa penuh kesewenang-wenangan, masa ketidakadilan, orang-orang licik akan berkuasa dan yang baik akan tertindas.
Tetapi setelah masa yang paling berat itu, akan datang zaman baru, zaman penuh kemegahan dan kemuliaan, zaman keemasan bagi Nusantara.
Zaman itu akan tiba setelah datangnya sang Prabu Adil Satrio Piningit.
Satrio Piningit adalah sosok yang diramalkan akan menyelamatkan masa depan Indonesia. Dalam khasanah budaya Jawa, sosok Satrio Piningit dipercaya sebagai figur yang mempunyai kesaktian dan wibawa bak seorang Raja.
Jayabaya dikenal dengan berbagai ramalannya yang disebut Ramalan Jayabaya. Uniknya, sebagian besar dari ramalannya ini terbukti akurat dan benar terjadi di kemudian hari.
Melihat dari riwayatnya, dulunya Jayabaya merupakan seorang Raja Kerajaan Kediri yang disegani. Bagi sebagian masyarakat Jawa kuno, Prabu Jayabaya dianggap memiliki ketajaman intuisi yang disebut sebagai kawaskitan.
Salah satu ramalan Jayabaya yang cukup terkenal adalah akan datangnya satrio piningit. Sosok Satrio Piningit ini digambarkan penyelamat di masa-masa krisis. Jadi, sang Satrio Piningit akan muncul pada era penuh kesengsaraan, ketidakadilan, dan perilaku kesewenang-wenangan penguasa.
Sesuai ramalan Jayabaya, nantinya Satrio Piningit akan menjadi penyelamat dan membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat. Dalam salah satu sumber, disebutkan bahwa Satrio Piningit bersenjatakan trisula weda.
Senjata bermata tiga ini diartikan sebagai hal-hal yang mewakili aspek kebenaran, kebijaksanaan, dan keadilan dalam memimpin.
Satrio Piningit diartikan sebagai ksatria yang masih tersembunyi belum muncul hanya tanda-tandanya oleh zaman.
Ksatria adalah sifat yang wajib dimiliki seorang pemimpin, sedangkan piningit adalah masih dipingit atau dirahasiakan. Maka dari itu, masyarakat dalam hal ini hanya bisa menebak dan menduga terkait sosok satrio piningit tersebut.
Akan tetapi, jika melihat dari ciri sifat atau karakter yang disebutkan, satrio piningit merujuk kepada pemimpin sebuah negara yang bisa mewujudkan keadilan. Dalam kaitannya, sebagian orang memprediksi bahwa satrio piningit merupakan laki-laki keturunan keluarga kerajaan Majapahit dan bisa menjadi pemimpin besar.
Pada awal hidupnya, dia menghadapi masa sulit, namun dengan ketabahan dan ketulusan hatinya dia bisa melewatinya. Setelahnya, dia akan memulihkan keharmonisan, ketertiban, dan keadilan di dunia.
Seorang penguasa yang penuh bijaksana dengan membawa perubahan yang lebih baik, kalau seandainya Satria Piningit adalah Ratu Adil, berarti dialah yang ditungu-tungu masyarakat. Bahwa Satria Piningit sudah berada di Nusantara, menurut sumber Djawa Imajiner bahwa Satrio Piningit kini sudah muncul dan ternyata sudah kira-kira berumur 25 - 30 tahun.
Jayabaya, Raja Kerajaan Kediri yang dikenal dengan sebutan Ratu Adil dan Satria Piningit di masanya. Jayabaya, Raja Kerajaan Kediri (1135-1157) bergelar Sri Maharaja Sri Wameswara Madhusudana Watarandita Parakrama Digjoyottunggadewama Jayabhalancana ini dikenal sebagai sosok pemimpin yang adil dan visioner pada masanya. Salah satu hal yang cukup fenomenal dari sosok Jayabaya adalah ramalannya. Jayabaya muncul di masa-masa sulit hingga akhirnya berhasil membawa Kerajaan Kediri pada masa kejayaan. Bahkan, dia berjasa dalam penyatuan kembali kerjaan yang sebelumnya pecah di masa kepemimpinan Raja Airlangga.
Oleh karena jasanya tersebut, dia mendapat sebutan sebagai Sang Ratu Adil dan Satria Piningit.
Masyarakat zaman dulu beranggapan bahwa sebutan Satria Piningit dan Ratu Adil adalah satu kesatuan, padahal tidak demikian. Seorang pemimpin yang dipandang sebagai Satria Piningit belum tentu menjadi Ratu Adil. Sebab untuk menjadi Ratu Adil harus bersikap adil dan peduli kepada seluruh rakyat yang dipimpinnya, tidak hanya mementingkan diri sendiri atau kelompok dan golongan yang mendukungnya.
Anggapan makna gelar yang sama antara Satria Piningit dan Ratu Adil muncul dari istilah Jawa yang berbunyi Satria Piningit sinisihan wahyu ratu adil yang menjadi pedoman dalam mencerminkan karakter seorang pemimpin. Dari ciri, sifat dan karakter yang disebutkan lebih merujuk kepada model kepemimpinan dari suatu negara yang pemimpinnya mampu menegakkan keadilan.
Merujuk pada Kitab Musarar dari Sunan Giri Prapen yang berisi ramalan-ramalan Jayabaya, juga menunjukan konsep ketatanegaraan yang apabila diterapkan mampu menghasilkan masyarakat adil dan makmur sebagai penggambaran Ratu Adil. Demikian juga dalam penggambaran Satria Piningit (Kesatria penolong yang tersembunyi) ditandai dengan munculnya Ratu Adil.
Dalam kitab tersebut terdapat bait yang berbunyi : Prabu tusing waliyulah, kadhatone pankekaling ing Mekah ingkah satunggal, Tanah Jawi kang sawiji, prenahe iku kaki, perak lan gunung Perahu, sakulone tempuran, balane samya jrih asih, iya iku ratu rinenggeng sajagat.
(Raja keturunan waliyulah, berkedaton dua d Mekah dan Tanah Jawa, letaknya berada dekat dengan Gunung Perahu sebelah barat tempuran (pertemuan dua sungai), dicintai pasukannya, memang Raja yang terkenal di dunia)
Gunung Perahu adalah simbol dari Bukit Siguntang yang merupakan datarang tinggi di wilayah Kota Palembang. Sementara ‘tempuran’ merupakan tempat pertemuan antara Sungai Musi dan Sungai Ogan yang lokasinya tidak jauh dari Bukit Siguntang. Sebelah barat terdapat Masjid Muara Ogan. Bukit Siguntang sendiri merupakan simbol kejayaan Kedatuan Sriwijaya yang ditandai dengan ditemukannya prasasti Kedukan Bukit di kaki Bukit Suguntang.
Demikian halnya, tempuran sungai Ogan dan Musi melambangkan persatuan masyarakat Nusantara di mana berabad-abad yang lampau pernah berkumpul 20.000 bala tentara pimpinan Dapunta Hyang Jayanasa. Simbolisasi tersebut menunjukan bahwa Jayabaya memiliki hubungan historis dengan Sriwijaya di mana raja pendahulunya, Raja Airlangga menikah dengan Putri Kerajaan Sriwijaya bernama Wijayatunggawarman.
Dari perkawinan tersebut menurunkan Sri Bameswara yang menikah dengan Putri Panjalu yang menurunkan Jayabaya sebagai Raja Kerajaan Kediri. Jayabaya dalam ramalannya juga mengatakan terkait kemunculan sang Ratu Adil dan Satria Piningit di masa yang akan datang yang akan membawa kembali masa kejayaan.
Ramalan Jayabaya tentang Kemunculan Sang Ratu Adil
Dalam ramalannya, tertulis bahwa sang Ratu Adil di masa yang akan datang adalah orang Jawa dari keturunan Kerajaan Majapahit yang akan muncul saat kendaraan besi dapat berjalan tanpa kuda, dan kapal dapat menjelajah langit dan angkasa. Dalam ramalan itu juga dikatakan bahwa Ratu Adil akan menghadapi masa sulit, penghinaan dan kemiskinan. Namun masa itu akan terlewati karena ketulusan dan keteguhan hatinya.
Masyarakat Jawa tradisional percaya bahwa saat ini merupakan zaman edan atau era kegelapan, seperti yang diramalkan Jayabaya. Oleh karena itu kedatangan Ratu Adil diprediksi sudah dekat dan akan membawa negeri ini menuju ke masa kejayaan baru.
CIRI-CIRI SATRIO PININGIT (VERSI)
Akan ada dewa tampil berbadan manusia, berparas seperti batara kresna, berwatak seperti baladewa dan bersenjata Trisula weda. Diartikan bahwa Satrio Piningit berwujud seperti manusia biasa tetapi sejatinya ia adalah Dewa.
Satrio Piningit memiliki dua ibu kandung yaitu :
1. Ibu Rukmini (orang Jawa) adalah ibu yang melahirkan jasad raganya.
2. Ibu pertiwi (negara Indonesia) adalah ibu yang melahirkannya sebagai penguasa jagad raya. Satrio Piningit adalah keturunan Jawa yang berasal dari seberang (bisa dimaknai pulau/negara).
Joyoboyo meramalkan kemunculan Satria Piningit akan ditandai dengan bencana alam. Bencana itu antara lain gunung meletus, gempa bumi, banjir bandang, kelaparan dan banyak orang yang mati karena gigitan nyamuk. Tanda-tanda itu kini telah muncul. Silih berganti gunung berapi meletus. Gempa bumi menggoyang hingga memorak-porandakan keraton Yogyakarta. Banjir bandang menenggelamkan beberapa wilayah di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jakarta. Pun, banyak orang yang mati akibat gigitan nyamuk demam berdarah.
Sabdo Palon mengatakan sebagai Satria Piningit ia akan muncul 500 tahun lagi setelah kepergiannya pada tahun 1500-an. Berarti ia akan muncul pada tahun 2000-an. Konon orang Bali telah menyaksikan kemunculannya. Kemunculannya akan ditandai dengan peristiwa besar meletusnya Gunung Merapi ke arah Barat Daya. Tanggal 13 Mei 2006 Gunung Merapi meletus pada malam bulan purnama, yang bertepatan dengan Hari Raya Waisyak (Budha) dan Hari Raya Kuningan (Hindu), laharnya mengalir ke Barat Daya.
Semua tanda tentang kemunculan Satria Piningit telah terjadi. Lantas siapakah Satria Piningit itu? Benarkah ia berasal dari wilayah yang dekat dengan tempuran (pertemuan dua arus sungai). Benarkah ia akan muncul menjadi presiden pada tahun 2009 untuk menyelamatkan negeri ini dari kehancuran?
Ada pertanda bintang berekor melintas dari arah selatan menuju Timur. Lamanya tujuh malam. Hilangnya menjelang pagi sekali bersama munculnya mentari pagi. Bersamaan dengan hilangnya kesengsaraan manusia yang berlarut-larut. Itulah tanda putra Batara Indra (Satria Piningit) datang di bumi Nusantara." (Joyoboyo)
Dipaparkan ada tujuh satrio piningit yang akan muncul sebagai tokoh yang dikemudian hari akan memerintah atau memimpin wilayah seluas wilayah “bekas” kerajaan Majapahit , yaitu : Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro, Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar, Satrio Jinumput Sumelo Atur, Satrio Lelono Topo Ngrame, Satrio Piningit Hamong Tuwuh, Satrio Boyong Pambukaning Gapuro, Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu.
Berkenaan dengan itu, banyak kalangan yang kemudian mencoba menafsirkan ke-tujuh Satrio Piningit itu adalah sebagai berikut :
1. SATRIO KINUNJORO MURWO KUNCORO. Tokoh pemimpin yang akrab dengan penjara (Kinunjoro), yang akan membebaskan bangsa ini dari belenggu keterpenjaraan dan akan kemudian menjadi tokoh pemimpin yang sangat tersohor diseluruh jagad (Murwo Kuncoro). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soekarno, Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia yang juga Pemimpin Besar Revolusi dan pemimpin Rezim Orde Lama. Berkuasa tahun 1945-1967.
2. SATRIO MUKTI WIBOWO KESANDUNG KESAMPAR. Tokoh pemimpin yang berharta dunia (Mukti) juga berwibawa/ditakuti (Wibowo), namun akan mengalami suatu keadaan selalu dipersalahkan, serba buruk dan juga selalu dikaitkan dengan segala keburukan / kesalahan (Kesandung Kesampar). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soeharto, Presiden Kedua Republik Indonesia dan pemimpin Rezim Orde Baru yang ditakuti. Berkuasa tahun 1967-1998.
3. SATRIO JINUMPUT SUMELA ATUR. Tokoh pemimpin yang diangkat/terpungut (Jinumput) akan tetapi hanya dalam masa jeda atau transisi atau sekedar menyelingi saja (Sumela Atur). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai BJ Habibie, Presiden Ketiga Republik Indonesia. Berkuasa tahun 1998-1999.
4. SATRIO LELONO TAPA NGRAME. Tokoh pemimpin yang suka mengembara / keliling dunia (Lelono) akan tetapi dia juga seseorang yang mempunyai tingkat kejiwaan Religius yang cukup / Rohaniawan (Tapa Ngrame). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai KH. Abdurrahman Wahid, Presiden Keempat Republik Indonesia. Berkuasa tahun 1999-2000.
5. SATRIO PININGIT HAMONG TUWUH. Tokoh pemimpin yang muncul membawa kharisma keturunan dari moyangnya (Hamong Tuwuh). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Megawati Soekarnoputri, Presiden Kelima Republik Indonesia. Berkuasa tahun 2000-2004.
6. SATRIO BOYONG PAMBUKANING GAPURO. Tokoh pemimpin yang berpindah tempat (Boyong) dan akan menjadi peletak dasar sebagai pembuka gerbang menuju tercapainya zaman keemasan (Pambukaning Gapuro). Banyak pihak yang menyakini tafsir dari tokoh yang dimaksud ini adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Ia akan selamat memimpin bangsa ini dengan baik manakala mau dan mampu mensinergikan dengan kekuatan Sang Satria Piningit atau setidaknya dengan seorang spiritualis sejati satria piningit yang hanya memikirkan kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia sehingga gerbang mercusuar dunia akan mulai terkuak. Mengandalkan para birokrat dan teknokrat saja tak akan mampu menyelenggarakan pemerintahan dengan baik. Ancaman bencana alam, disintegrasi bangsa dan anarkhisme seiring prahara yang terus terjadi akan memandulkan kebijakan yang diambil.
7. SATRIO PINANDITO SINISIHAN WAHYU. Tokoh pemimpin yang amat sangat Religius sampai-sampai digambarkan bagaikan seorang Resi Begawan (Pinandito) dan akan senantiasa bertindak atas dasar hukum / petunjuk Allah SWT (Sinisihan Wahyu). Dengan selalu bersandar hanya kepada Allah SWT, Insya Allah, bangsa ini akan mencapai zaman keemasan yang sejati.
Dari kajian karya-karya leluhur kita di atas menyiratkan bahwa segala sesuatunya memang harus dan akan terjadi dan tidak dapat ditolak. Sementara berkaitan dengan bencana terakhir yang terjadi, yaitu meletusnya Gunung Merapi yang kemudian disusul dengan Gempa Yogya dan Pangandaran, serta Semburan Lumpur Panas Sidoarjo yang tak kunjung berhenti merupakan realita ucapan “Sabda Palon” kepada Prabu Brawijaya dan Sunan Kalijaga. Berikut ini saya paparkan Ramalan Sabdo Palon :
1. Ingatlah kepada kisah lama yang ditulis di dalam buku babad tentang negara Mojopahit. Waktu itu Sang Prabu Brawijaya mengadakan pertemuan dengan Sunan Kalijaga didampingi oleh Punakawannya yang bernama Sabda Palon Naya Genggong.
2. Prabu Brawijaya berkata lemah lembut kepada punakawannya: “Sabda Palon
sekarang saya sudah menjadi Islam. Bagaimanakah kamu? Lebih baik ikut Islam sekali, sebuah agama suci dan baik.”
3. Sabda Palon menjawab kasar: “Hamba tak mau masuk Islam Sang Prabu, sebab saya ini raja serta pembesar Dang Hyang se tanah Jawa. Saya ini yang membantu anak cucu serta para raja di tanah jawa. Sudah digaris kita harus berpisah.
4. Berpisah dengan Sang Prabu kembali ke asal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah 500 tahun saya akan mengganti agama Budha (maksudnya Kawruh Budi) lagi, saya sebar seluruh tanah Jawa.
5. Bila ada yang tidak mau memakai, akan saya hancurkan. Menjadi makanan jin setan dan lain-lainnya. Belum legalah hati saya bila belum saya hancur leburkan. Saya akan membuat tanda akan datangnya kata-kata saya ini. Bila kelak Gunung Merapi meletus dan memuntahkan laharnya.
6. Lahar tersebut mengalir ke barat daya. Baunya tidak sedap. Itulah pertanda kalau saya datang. Sudah mulai menyebarkan agama Buda (Kawruh Budi). Kelak Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi takdir Hyang Widi bahwa segalanya harus bergantian. Tidak dapat bila diubah lagi.
7. Kelak waktunya paling sengsara di tanah Jawa ini pada tahun: Lawon Sapta Ngesthi Aji. Umpama seorang menyeberang sungai sudah datang di tengah-tengah. Tiba-tiba sungainya banjir besar, dalamnya menghanyutkan manusia sehingga banyak yang meninggal dunia.
8. Bahaya yang mendatangi tersebar seluruh tanah Jawa. Itu sudah kehendak Tuhan tidak mungkin disingkiri lagi. Sebab dunia ini ada ditangan-Nya. Hal tersebut sebagai bukti bahwa sebenarnya dunia ini ada yang membuatnya.
9. Bermacam-macam bahaya yang membuat tanah Jawa rusak. Orang yang bekerja hasilnya tidak mencukupi. Para priyayi banyak yang susah hatinya. Saudagar selalu menderita rugi. Orang bekerja hasilnya tidak seberapa. Orang tanipun demikian juga. Penghasilannya banyak yang hilang di hutan.
11. Manusia bingung dengan sendirinya sebab rebutan mencari makan. Mereka tidak mengingat aturan negara sebab tidak tahan menahan keroncongannya perut. Hal tersebut berjalan disusul datangnya musibah pagebluk yang luar biasa. Penyakit tersebar merata di tanah Jawa. Bagaikan pagi sakit sorenya telah meninggal dunia.
12. Bahaya penyakit luar biasa. Di sana-sini banyak orang mati. Hujan tidak tepat waktunya. Angin besar menerjang sehingga pohon-pohon roboh semuanya. Sungai meluap banjir sehingga bila dilihat persis lautan pasang.
13. Seperti lautan meluap airnya naik ke daratan. Merusakkan kanan kiri. Kayu-kayu banyak yang hanyut. Yang hidup di pinggir sungai terbawa sampai ke laut. Batu-batu besarpun terhanyut dengan gemuruh suaranya.
14. Gunung-gunung besar bergelegar menakutkan. Lahar meluap ke kanan serta ke kiri sehingga menghancurkan desa dan hutan. Manusia banyak yang meninggal sedangkan kerbau dan sapi habis sama sekali. Hancur lebur tidak ada yang tertinggal sedikitpun.
15. Gempa bumi tujuh kali sehari, sehingga membuat susahnya manusia. Tanahpun menganga. Muncullah brekasakan yang menyeret manusia ke dalam tanah. Manusia-manusia mengaduh di sana-sini, banyak yang sakit. Penyakitpun rupa-rupa. Banyak yang tidak dapat sembuh. Kebanyakan mereka meninggal dunia.
16. Demikianlah kata-kata Sabda Palon yang segera menghilang sebentar tidak tampak lagi dirinya. Kembali ke alamnya. Prabu Brawijaya tertegun sejenak. Sama sekali tidak dapat berbicara. Hatinya kecewa sekali dan merasa salah. Namun bagaimana lagi, segala itu sudah menjadi kodrat yang tidak mungkin diubahnya lagi.
Keterangan momen peristiwa bencana alam :
Tanggal 13 Mei 2006 lalu bertepatan dengan hari Waisyak (Budha) dan hari Kuningan (Hindu), Gunung Merapi telah mengeluarkan laharnya ke arah Barat Daya (serta merta pada waktu itu ditetapkan status Merapi dari “Siaga” menjadi “Awas”). Dari uraian Ramalan Sabdo Palon di atas, maka dengan keluarnya lahar Merapi ke arah Barat Daya menandakan bahwa Sabdo Palon sudah datang kembali. 500 tahun setelah berakhirnya Majapahit (Th 1500 an) adalah sekarang ini di tahun 2000 an. Sampai dengan redanya, letusan Merapi hanya memakan korban 2 orang meninggal. Sebelum letusan itu Sri Sultan Hamengkubuwono X menyatakan bahwa Merapi akan meletus dalam waktu 10 hari, ternyata tidak terbukti.
Karena ucapan yang mendahului kehendak Allah (ndisiki kerso) yang tidak sepatutnya dilontarkan secara vulgar oleh seorang “raja”, maka Jogja pun digoyang gempa (disusul Pangandaran) yang banyak memakan korban jiwa dan harta benda. Bahkan kita semua tidak tersadar bahwa Merapi sebenarnya tetap meletus, namun berpindah tempat di Sidoarjo dengan semburan lumpur panasnya yang beracun. Semburan lumpur panas ini merupakan peristiwa yang sangat luar biasa yang dampaknya akan banyak menyedot dana dan memakan korban jiwa. Secara penglihatan spiritual, teknologi apapun dan kesaktian paranormal/ulama se-nusantarapun tidak akan mampu menghentikan semburan lumpur ini. Bahkan peristiwa ini akan berpotensi memicu terjadinya chaos (goro-goro) yang pada gilirannya akan dapat menjatuhkan pemerintah. Sementara bencana-bencana ini akan terus berlanjut. Hanya seorang Waliyullah (kekasih Allah) saja yang dapat meredakan semuanya. Namun sayang, orang seperti ini selalu saja sangat tersembunyi. Semua peristiwa alam yang terjadi adalah merupakan peristiwa gaib, karena semua terjadi karena kehendak Yang Maha Gaib, Allah Azza wa Jalla. Sehingga tidak dapat dilawan dengan kesombongan akal pikiran.
Solusi atau jawaban tentang apa yang terjadi pada bangsa ini sebenarnya telah ada di dalam misteri bait-bait Ramalan Joyoboyo, R.Ng. Ronggowarsito maupun Sabdo Palon. Kebenaran selalu saja tersembunyi. Kata sandi dari jawaban misteri ini adalah : JOGLOSEMAR. Joglo telah runtuh, yang ada tinggal Semar.
Inilah hakekat kondisi negara saat ini. Sebagai panduan perlu saya garis bawahi kata kunci yang ada di dalam bait-bait karya leluhur kita, yaitu :
Di dalam ramalan R.Ng. Ronggowarsito menyiratkan bahwa Satria VI (Satriyo Boyong Pambukaning Gapura) harus menemukan dan bersinergi dengan seorang spiritualis sejati satria piningit (tersembunyi) agar kepemimpinannya selamat.
Dalam bait 22 ramalan Joyoboyo dikatakan “Di Semarang Tembayat itulah yang mengerti dan memahami lambang tersebut.”
Dari ucapan Sabdo Palon dalam ramalan Sabdo Palon tersirat bahwa dengan fenomena alam yang digambarkan (seperti yang terjadi saat ini) menandakan bahwa Sabdo Palon beserta momongan (asuhan) nya telah datang untuk mem-Budi Pekertikan bangsa ini (secara rinci terdapat di dalam Serat Darmogandul). Sabdo Palon secara hakekat adalah Semar.
JOGLOSEMAR = Jogja – Solo – Semarang. Dari peristiwa gempa Jogja telah membuktikan bahwa kerajaan Mataram Jogja & Solo sudah tidak memiliki aura lagi. Hal ini terbukti dengan hancurnya Bangsal Traju Mas (tempat penyimpanan pusaka kerajaan) dan Tamansari (tempat pertemuan raja dengan Kanjeng Ratu Kidul). Hal lain adalah robohnya gapura makam HB IX (Jogja) dan PB XII (Solo) di kompleks makam raja-raja Imogiri, sebagai perlambang bahwa Keraton Jogja – Solo sudah tidak memiliki aura dan kharisma. Sehingga yang tersisa tinggallah “Semarang” (Mataram Kendal).
Sebagai masukan kepada Yang Mulia Presiden SBY guna mengatasi carut marut yang terjadi pada bangsa ini, saya menyarankan :
”Kumpulkanlah ahli-ahli Thoriqoh negeri ini yaitu mursyid/syeh-syeh yang telah mencapai maqom “Mukasyafah”, Pedanda-pedanda sakti agama Hindu, Bhiksu-bhiksu agama Budha yang telah sempurna, serta kasepuhan waskito dari Keraton Jogja, Solo & Cirebon, untuk bersama-sama memohon petunjuk kepada Allah SWT mencari siapa sosok orang yang mampu mengatasi keadaan ini dan mencari jawab dari misteri ramalan para leluhur di atas. Gunakan 4 point panduan saya untuk memandu mereka. Insya Allah, jika Allah Azza wa Jalla memberikan ijin dan ridho-Nya akan diketemukan jawabannya.”
Sebagai catatan akhir dapat di garis bawahi hal-hal sebagai berikut :
1. Guna mengatasi kondisi bangsa seperti sekarang ini (khususnya fenomena “Semburan Lumpur Sidoarjo” ), saya menyarankan : “Jangan terlalu mengandalkan akal / penalaran (lahiriah), tetapi utamakanlah hal yang bersifat Batin. Berpeganglah kembali kepada sebenar-benar SYAHADAT, yaitu yang pertama bersaksi tiada sesembahan lain selain Allah (Yang Maha Gaib), dan kemudian bersaksi bahwa Muhammad (manusia) adalah utusan Allah.” Maknanya: ALLAH (Yang Maha Gaib) mutlak diutamakan. Batin adalah lambang yang gaib. Sedangkan Muhammad (manusia yang bersifat lahir) adalah utusan Allah. Dengan arti kata lain, yang “Lahir” adalah utusannya yang “Batin”. Kondisi saat ini faktanya telah meninggalkan “Syahadat”. Apa yang diucapkan sangat tidak sesuai dengan apa yang dilakukan. Lahir diutamakan, sedangkan Batin di-nomor dua-kan dan bahkan ditinggalkan.
2. Semburan lumpur panas di Sidoarjo secara hakekat merupakan tanda / lambang bakal munculnya “Kebangkitan Majapahit II”. Ini merupakan fenomena awal dari ucapan Bung Karno bahwa suatu saat Indonesia akan menjadi “Mercusuar Dunia”.
3. Jawaban dan solusi guna mengatasi carut marut keadaan bangsa ini ada di “Semarang Tembayat” yang telah diungkapkan oleh Prabu Joyoboyo.
Guna membantu memecahkan misteri ini dapatlah saya pandu sebagai berikut :
1. Sunan Tembayat adalah Bupati pertama Semarang. Sedangkan tempat yang dimaksud adalah lokasi dimana Kanjeng Sunan Kalijaga memerintahkan kepada . Sunan Tembayat untuk pergi ke Gunung Jabalkat (Klaten). Secara potret spiritual, lokasi itu dinamakan daerah “Ringin Telu” (Beringin Tiga), berada di daerah pinggiran Semarang.
2. Semarang Tembayat juga bermakna Semarang di balik Semarang. Maksudnya adalah di balik lahir (nyata), ada batin (gaib). Kerajaan gaib penguasa Semarang adalah “Barat Katiga”. Insya Allah lokasinya adalah di daerah “Ringin Telu” itu.
3. Semarang Tembayat dapat diartikan : SEMARANG TEMpatnya BArat DaYA Tepi. Dapat diartikan lokasinya adalah di Semarang pinggiran arah Barat Daya. Ini merupakan deteksi gambaran secara spiritual.
(**)
Wejangan pitutur Djawa Imajiner, tansah kelingan pesene pitutur luhur,
ojo dadi wong seng rumongso biso, ananging dadio wong seng biso rumongso.
TAFSIR TUJUH SATRIO PININGIT
Raden Ngabehi Ranggawarsita (1802-1873), adalah pujangga Keraton Surakarta Hadiningrat. Dia juga seorang spiritualis Indonesia yang sangat ternama karena ramalannya banyak yang sudah terbukti. Menurut Raden Ngabehi Ranggawarsita ada tujuh satrio piningit yang muncul sebagai tokoh yang dikemudian hari akan memerintah atau memimpin wilayah seluas wilayah bekas Kerajaan Majapahit (Negara Indonesia) yaitu :
1. Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro,
2. Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar,
3. Satrio Jinumput Sumelo Atur,
4. Satrio Lelono Topo Ngrame,
5. Satrio Piningit Hamong Tuwuh,
6. Satrio Boyong Pambukaning Gapuro,
7. Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu.
Berkenaan dengan itu, banyak kalangan yang kemudian mencoba menafsirkan ke tujuh satrio piningit itu, antara lain:
1. Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro
Tokoh pemimpin yang akrab dengan penjara (Kinunjoro), yang akan membebaskan bangsa ini dari belenggu keterpenjaraan dan akan kemudian menjadi tokoh pemimpin yang sangat tersohor di seluruh jagad (Murwo Kuncoro). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soekarno, Proklamator dan Presiden pertama Republik Indonesia yang juga pemimpin besar revolusi dan pemimpin rezim orde lama. Soekarno berkuasa pada tahun 1945-1967.
2. Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar.
Tokoh pemimpin yang berharta dunia (Mukti) juga berwibawa / ditakuti (Wibowo), namun akan mengalami suatu keadaan selalu dipersalahkan, serba buruk dan juga selalu dikaitkan dengan segala keburukan / kesalahan (Kesandung Kesampar). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soeharto, Presiden Kedua Republik Indonesia dan pemimpin rezim orde baru yang ditakuti. Berkuasa pada tahun 1967-1998.
3. Satrio Jinumput Sumela Atur
Tokoh pemimpin yang diangkat / terpungut (Jinumput) akan tetapi hanya dalam masa jeda atau transisi atau sekedar menyelingi saja (Sumela Atur).Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai B.J. Habibie, Presiden Ketiga Republik Indonesia. Berkuasa pada tahun 1998-1999.
4. Satrio Lelono Tapa Ngrame.
Tokoh pemimpin yang suka mengembara / keliling dunia (Lelono), akan tetapi dia juga seorang yang mempunyai tingkat / religius yang cukup / Rohaniawan (Tapa Ngrame). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai KH. Abdurrahman Wahid, Presiden Ke empat Republik Indonesia. Berkuasa pada tahun 1999-2000.
5. Satrio Piningit Hamong Tuwuh.
Tokoh pemimpin yang muncul membawa kharisma keturunan dari moyangnya (Hamong Tuwuh). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Megawati Soekarnoputri, Presiden Kelima Republik Indonesia. Berkuasa pada tahun 2000-2004.
6. Satrio Boyong Pambukaning Gapuro
Tokoh pemimpin yang berpindah tempat (Boyong / dari menteri menjadi presiden) dan akan menjadi peletak dasar sebagai pembuka gerbang menuju tercapainya zaman keemasan (Pambukaning Gapuro). Banyak pihak yang menyakini tafsir dari tokoh yang dimaksud ini adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Ia akan selamat memimpin bangsa ini dengan baik manakala mau dan mampu mensinergikan dengan kekuatan sang satria piningit atau setidaknya dengan seorang spiritualis sejati. Satria piningit yang hanya memikirkan permasalahan seluruh rakyat Indonesia, sehingga gerbang mercusuar dunia akan mulai terkuak. Mengandalkan para birokrat dan teknokrat saja tak akan mampu menyelenggarakan pemerintahan dengan baik. Ancaman bencana alam, disintegrasi bangsa dan anarkisme seiring prahara yang terus terjadi akan memandulkan kebijakan yang diambil.
7. Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu.
Tokoh pemimpin yang amat sangat religius sampai-sampai digambarkan bagaikan seorang resi begawan (Pinandito) dan akan senantiasa bertindak atas dasar hukum / petunjuk Tuhan Yang Maha Esa (Sinisihan Wahyu), dengan selalu bersandar hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka bangsa ini akan mencapai zaman keemasan yang sejati.
Benarkah ramalan itu? terserah pembaca, adakah tokoh semacam itu akan memimpin Indonesia? yaitu pemimpin yang bersifat atau berkarakter pinandhita (kiyai/ulama) dan sinisihan wahyu (mendapat wahyu, rahmat, kurnia dari Tuhan) ?
Hanya Tuhan yang tahu.
SATRIO PININGIT SINISIHAN WAHYU MENURUT VERSI LAIN
PAKEM SATRIA PININGIT
Kutipan pakem satria piningit sinisihan Wahyu ratu adil :
Rojo heru cokro kasiosio
Rojo asmoro kingkin angkoro arto
Rojo soko seberang
Rojo tanpo netro
Rojo tuno wicoro
Rogo noto kusumo
Rojo joko lelono Pranoto Nuswantara
Pakem ini sudah diterbitkan dalam bentuk buku oleh pasardesa press dengan judul “Menguak Misteri Presiden ke & Indoneisa” ditulis oleh Nawawi A. Manan & Surjokotjo.
……………. Sebuah tulisan berjudul “menguak misteri Presiden Ke 7 Indonesia”, Tulisan itu dalam bahasa jawa dan saya tidak tahu artinya. Apakah admin bisa membantu saya menerjemahkan kedalam bahasa Indonesia ? sekaligus menjelaskan arti atau makna yang ada dalam tulisan itu.
Untuk admin ketahui, saat ini saya sudah berada di pertemuan tiga buah laut yaitu pulau Sulawesi, Nostradamus mengatakan Satrio Piningit atau LAKI-LAKI DARI TIMUR berada di wilayah itu. Mudah-mudahan tulisan yang akan admin terjemahkan dapat membantu saya menemukan titik kordinat yang kita cari selama ini.
SATRIO ADJI
Satrio Piningit telah berada di tengah-tengah kita. Melihat dan menyaksikan kita. Orang-orang tidak mungkin bisa tahu sosoknya, jika ditahu orang maka dia bukan Satrio Piningit. Orang-orang tidak akan mungkin bisa tahu keberadaannya karena Satrio Piningit berada diantara dua alam, yaitu alam nyata dan alam gaib. Imam Mahdi dan nabi Isa yang ditunggu oleh orang islam dan Yesus Kristus yang ditunggu-tunggu oleh orang kristen semuanya telah turun ke bumi sejak tahun 1996. Ketiganya terakumulasi menjadi satu kesatuan di dalam diri Satrio Piningit. Dalam ramalan Joyoboyo disebutkan bahwa Satrio Piningit bersenjatakan “tri sula” maknanya adalah Imam Mahdi, nabi Isa dan Yesus Kristus. Itulah senjata dan kekuatan Satrio Piningit. Satrio Piningit akan memimpin Indonesia dan dunia dengan gelar ratu adil. Pada waktu kemunculannya, Satrio Piningit menggunakan nama baru. Namanya terdiri atas satu kata dengan sembilan huruf zahaja (sahaja, saja). Pada masa itulah Indonesia akan memasuki masa keemasannya. Gemah ripah loh jinawi. Tahun ini umur Satrio Piningit telah genap setengah abad. Satrio Piningit berwujud seperti manusia sebagaimana manusia pada umumnya. Bedanya adalah karena Satrio Piningit anak dewa. Disebut anak dewa karena dia adalah anak atau titisan nabi Hidir. Nabi yang terkenal memiliki ilmu yang paling tinggi dan tetap misteri hingga saat ini. Satrio Piningit memiliki dua ibu kandung. Yang pertama; Ibu Rukmini (orang Jawa) adalah ibu yang melahirkan jasad raganya. Kedua; Ibu pertiwi (negara Indonesia) adalah ibu yang melahirkannya sebagai penguasa jagad raya. Satrio Piningit adalah keturunan Jawa yang berasal dari seberang (Makassar). Setelah Raja Prabuwijaya memeluk agama Islam, maka Sabdo Palon Nayo Genggong berpisah dengannya. Sabdo Pulon menuju Sulawesi Selatan tepatnya di kerajaan Gowa-Makassar. Dia membimbing raja Gowa, hingga raja Gowa memeluk agama Islam dan diberi nama Sultan Alauddin. Sabdo Palon juga membimbing Syekh Yusuf Al Makasssary, waliullah. Di Makasaar Sabdo Pulon meninggalkan jejak namanya sebagai “bawa karaeng” yang artinya sabda raja. Jika di Jawa Sabdo Pulon menunjuk letusan gunung merapi yang abunya ke barat daya sebagai tanda kemunculannya, maka di Makassar Sabdo Pulon menunjuk nama gunung “bawa karaeng” (sabdo raja) sebagai tanda saktinya semua perkataannya meski sudah ratusan tahun. Nama Makassar juga adalah nama yang diberikan oleh Sabdo Pulon. Makassar berasal dari kata makkasarak yang arti harfiahnya dari halus menjadi kasar. Sabdo adalah sabda yang disuarakan. Suara tidak dilihat oleh mata nyata hanya didenggar oleh telinga. Sabdo tentu ada pemiliknya. Pemiliknya yaang dahulunya gaib (halus) sekarang meng-kasar (makkasarak). Pemilik Sabdo Pulon adalaah Satrio Piningit. Satrio piningit akan berjalan kembali ke tanah Jawa. Sabdo pulon tidak memiliki wujud yang nyata. Sabdo Pulon adalah nabi Hidir alaihissalaam. Maha guru seluruh rajaa-raja dan wali-wali Allah. Dia ada dimana-mana. Umurnya 2000 tahun (angka 2 artinya digenapkan) lebih 3 tahun (angka 3 adalah senjata sakti trissula wedha). Di Makassar (meng-kasar, makkasarak) Sabdo Pulon (nabi Hidir) mempersiapkan titisannya yang memiliki jasad seperti manusiabiasa kemudian diberi nama Satrio Piningit. Salah satu tugas dari sekian banyak tugasnya adalah membuktikan kebenaran perkataan Sabdo Pulon. Satrio Piningit juga adalah Nayo Genggong. Satrio Piningit yang bersenjatakan “trisula” muncul di Indonesia oleh karena peradaban ummat manusia awalnya memang di Indonesia dan nanti akan diakhiri di Indonesia pula. Para ahli mengatakan, benua Atlantis yang hilang tenggelam adalah Indonesia. Satrio Piningit membenarkan perkataan para ahli itu. Satrio Piningit harus keturunan Jawa karena peradaban tertua ummat manusia adalah suku Jawa. Gunung Muriah adalah saksi bisu peradaban masa lampau. Teliti dan cermatilah maka kalian akan temukan simpul-simpul kebenarannya.
SATRIO PININGIT MENURUT ALQUR’AN
(Dikutip dari : Cahyo Nayaswara adalah seniman religius yang bernaung di bawah wadah HSBI (Himpunan Seni Budaya Islam) berkantor di mesjid Istiqlal, Jakarta).
Sebahagian besar ummat islam yang ada di Indonesia terlebih-lebih lagi umat islam yang ada di luar negeri tidak mungkin mempercayai cerita akan munculnya tokoh Satrio Piningit. Alasan mereka enteng-enteng saja dan amat sangat sederhana kalau tidak ingin dikatakan menggampangkan atau menganggapnya sepele. Mereka tentu akan mengatakan kalau cerita itu tidak ada dasar haditsnya dan tidak ada ayatnya dalam Alqur’an, apa lagi Satrio Piningit hanya ramalan Joyoboyo. Dalam fiqhi islam, haram hukumnya mempercayai ramalan. Bagi ummat islam keturunan Jawa, mereka bersikap lebih moderat dan santun karena takut kuwalat pada leluhurnya mengingat ramalan Joyoboyo ini sudah berusia ratusan tahun, dan dipercaya oleh leluhur mereka.
Ummat Islam yang bergaris keras tegas, yang menghitamputihkan persoalan, yang mengharamkan ramalan bersikap ambivalen dan pembual. Mereka mengharamkan ramalan akan tetapi menghalalkan prediksi. Terminologi ramalan adalah menyampaikan sesuatu yang belum terjadi tapi akan terjadi. Makna kata prediksi atau perkiraan tidak ada bedanya dengan ramalan. Prediksi atau perkiraan dapat diterima oleh ummat islam karena rentang waktu kejadiannya relatif singkat, meski prediksi atau perkiraan bermakna ramalan juga.
Parameter untuk mengetahui benar tidaknya sebuah ramalan hanya dua. Pertama, rentang waktu yang panjang antara saat ramalan pertama kali disampaikan dengan waktu kejadiannya. Kedua, jumlah manusia yang percaya (beriman) apakah semakin bertambah atau berkurang yang pada akhirnya punah, habis ditelan bumi. Kedua parameter di atas dipenuhi oleh ramalan Joyoboyo, waktu yang panjang dan orang yang percaya semakin bertambah dan tidak terbatas di pulau Jawa saja.
Beda halnya dengan penganut kepercayaan “tolotang” (berafiliasi ke agama hindu) di kabupaten Sidrap – Sulawesi Selatan. Cahyo Nayaswara telah melakukan penelitian dan menyimpulkan bahwa aliran itu menganut faham animisme yang bersumber dari ajaran Lagaligo. Mereka menunggu munculnya seorang tokoh yang bernama Sawerigading (putera Lagaligo) untuk yang kedua kalinya. Pemimpin spiritual mereka disebut uwak. Semua pengikut tunduk pada perkataan uwaknya. Aliran ini juga meramalkan dan meyakini akan munculnya seorang tokoh penyelamat. Kepercayaan ini sudah berusia seribu tahun lebih dan pengikutnya sekarang tinggal beberapa ratus Kepala Keluarga saja. Karena parameter kedua tidak terpenuhi maka kami kesampingkan. Ramalan mereka tidak memenuhi syarat untuk bisa dijadikan rujukan dalam mencari kebenaran sebuah ramalan.
Kiamat adalah peristiwa yang belum terjadi akan tetapi sudah lama dijanjikan. Kiamat pertama kali dijanjikan pada masa nabi Nuh alaihissalam. Janji kiamat masih berlaku sampai hari ini dan entah sampai kapan. Hanya Allah yang tahu karena Dia yang berjanji, maka biarlah Tuhan sendiri yang membuktikan janjiNya. Janji Tuhan sifatNya pasti. Ummat islam dan kristen meyakini janji Tuhan karena janji itu terdapat dikitab sucinya. Sedang hindu, budha dan kong hu chu bersikap moderat karena janji itu tidak terdapat di dalam kitabnya.
Joyoboyo bukan Tuhan, karena itu kebenaran yang dia sampaikan menggunakan kata “ramalan” sebab hanya kata itu yang pas digunakan untuk membedakan dirinya dengan Tuhan meskipun apa yang disampaikan sama-sama mengandung nilai kebenaran. Janji Tuhan bersifat pasti dan janji Joyoboyo sifatnya relatif. Untuk membuktikan relatifitasnya maka digunakan kata yang tepat yaitu “ramalan”. Ummat islam yang beriman (percaya) kepada ramalan Joyoboyo tidak dapat dikategorikan sebagai musyrik oleh karena adanya kata pembuka “ramalan” (relatif) tersebut.
Cahyo Nayaswara dengan tegas menyatakan: beriman (percaya) kepada ramalan Joyoboyo. Pernyataan ini berani kami sampaikan dengan tegas setelah kami melakukan perenungan yang mendalam berdimensi spiritual, study literatur yang berfokus pada kebenaran peramal-peramal dunia termasuk Nostrodamus dan yang paling penting adalah kajian kritis terhadap Alqur’an. Semua ini kami lakukan dalam waktu yang amat singkat setelah membaca Tulisan Gerakan Al Mahdi di internet. (Mohon maaf nama penulisnya tidak, kami ketahui).
Perlu kami tegaskan bahwa kami tidak beriman (percaya) terhadap semua penafsiran-penafsiran terhadap “ramalan” Joyoboyo yang ada di internet atau yang dijual bebas di toko buku dan pasar-pasar, siapapun yang melakukan penafsiran itu dan apapun latar belakang mereka. Semua penafsiran “ramalan” Joyoboyo yang tidak menjadikan Alqur’an sebagai rujukan utama sepatutnya ditolak.
ASHABUL KAHFI
Alqur’an, Surah Kahfi (18:9-26) mengisahkan beberapa orang pemuda yang bersahabat, yang hidup di masa pemerintahan Raja Dikyanus (Decius). Raja itu berlaku dzalim, sombong, angkuh dan pemuja berhala. Pemuda yang bersahabat ini adalah pemuda yang beriman kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Pemuda-pemuda itu belum mengenal Allah karena agama nasrani dan agama islam belum ada. Di era Joyoboyo agama nasrani dan islam juga belum masuk ke pulau Jawa.
Raja memanggil pemuda bersahabat itu, karena mereka tidak mau menyembah apa yang disembah oleh raja dan seluruh rakyat dalam kerajaannya. Di hadapan raja Allah meneguhkan hati mereka. (18:14-15).
Dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata : “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran”
Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka ?). Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?
Agar keyakinan pemuda-pemuda itu tidak dicemari oleh keyakinan yang dianut orang-orang di sekitarnya maka salah satu dari mereka mengusulkan untuk berlindung di dalam gua. Berlindung dapat ditafsirkan sebagai bersembunyi (18 : 16).
Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.
“Bersembunyi” dalam bahasa Jawa kuno dapat dimaknai sebagai “piningit”. Pemuda yang teguh pendiriannya, kokoh keyakinannya meski di hadapan raja yang dzalim tidak merasa gentar sedikitpun adalah pemuda jantan, gagah dan berani. Pemuda seperti itu adalah tipikal seorang satria. Dalam bahasa Jawa disebut Satrio. Ummat Islam yang ada sekarang ini adalah ummat yang hidup dan tunduk pada kekuasaan raja yang bernama “hawa nafsu”. Segala tindakannya, laku dan perbuatannya semua yang dilaksanakannya berdasarkan kehendak nafsu dan untuk tujuan nafsu. Mulutnya mudah berkata bahwa semua “karena” Allah semata akan tetapi hatinya yang paling kecil mengatakan “tidak”. Mereka memiliki tujuan lain yaitu untuk mendapatkan “uang” dengan bahasa yang lebih dihaluskan “rezki Allah”. Hal itu tidak dilarang dalam agama, malah dianjurkan dengan tujuan agar ummat islam bisa hidup sejahtera dan berkecukupan kemudian membagi rezekinya dalam bentuk zakat dan sadaqah. Semua kebaikan dan semua perintah agama yang dilaksanakan dengan ta’at balasannya dibayar tunai oleh Allah bahkan disegerakan karena Allah tahu bahwa manusia memiliki kecendrungan sifat tergesa-gesa. Janji-janji Allah kepada manusia dibayar tunai di dunia ini, dengan begitu di padang masyhar nanti posisi janji Allah kepada manusia menjadi zero. Jika Allah ingin memberi “lebih” kepada hambanya yang Dia kehendaki maka itu adalah hak prerogatif Allah sebagai Tuhan terhadap hambaNya. Hak prerogatif ini hanya diberikan kepada mereka yang di masa hidupnya melaksanakan “tauhid murni” kepada Allah. Orang yang melaksanakan tauhid murni adalah orang yang setiap perkataannya dan setiap perbuatannya bukan atas keinginan dirinya akan tetapi murni atas kehendak Allah dan di bawah pengawasan Allah.
Orang-orang yang melaksanakan “tauhid murni” kepada Allah memiliki mental dasar sebagai seorang ksatria karena mereka ditempatkan di dalam sebuah arena perjuangan untuk membawa missi Allah. Seluruh nabi dan rasul jika tidak memiliki mental ksatria tidak akan mungkin bisa bertahan menghadapi semua tantangan yang berat. Apa yang mereka laksanakan bukan untuk kebaikan dirinya akan tetapi untuk Allah semata. Meskipun mereka adalah ksatria-ksatria Allah akan tetapi mereka tidak bisa dikatakan sebagai piningit karena mereka tidak disembunyikan, malah sebaliknya mereka dipersaksikan (diperlihatkan) kepada manusia agar bisa diceritakan, dipanuti dan diteladani.
Yang dimaksud dengan “Sunnatullah” adalah hukum Allah yaitu hukum sebab akibat. Hukum sebab-akibat berjalan berdasarkan hukum Allah yaitu hukum keseimbangan. Bila ada ksatria Allah yang diperlihatkan (disaksikan/diketahui) oleh manusia maka pasti ada ksatria Allah yang disembunyikan. Azas hukum sebab-akibat dan azas hukum keseimbangan telah terpenuhi karena Allah selalu mentaati hukumNya sendiri.
Manusia (ummat islam) yang mengikuti ksatria Allah yang diperlihatkan/ dipersaksikan (nabi Muhammad) maka kebaikannya (amal baik) segera dibalaskan di dunia ini. Keburukannya (amal buruk) ditangguhkan setelah pengikut itu meninggal dunia. Berbeda halnya dengan manusia yang ditakdirkan mengikuti ksatria Allah yang disembunyikan. Pengikut ini akan mengalami ujian dan cobaan berat terlebih dahulu baru bisa mendapatkan kebaikan. Kebaikan itu akan didapatkan sejak hidupnya di dunia ini hingga kehidupannya di akhirat. Mereka tidak mendapatkan keburukan karena mereka tidak memiliki kesalahan sebab bukan keinginan pribadinya akan tetapi mereka mendapatkan ujian dan cobaan yang berat sebagai masa transisi dari manusia biasa menjadi seorang ksatria Allah. Ksatria-ksatria Allah yang disembunyikan inilah yang dinamakan Ashabul Kahfi. (18 : 9 – 13)
Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?
(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa : “Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisiMu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).
Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu.
kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah diantara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu).
Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.
Para mufassirin (ahli tafsir) berselisih pendapat dalam mengartikan kata “raqim” pada ayat 9 di atas. Sebagian mengartikan “raqim” adalah nama anjingnya dan sebagian mengartikan batu bertulis. Cahyo Nayaswara lebih cendrung mengartikannya sebagi batu bertulis. Batu bertulis adalah “ramalan” Joyoboyo. Disebut batu bertulis oleh karena kekuatan kebenaran ramalan itu. Batu bertulis tidak termakan usia. Tak lekang dikena panas, tak lapuk dikena hujan. Masyarakat jawa kuno dulu menulis dengan huruf paku. Huruf-huruf itu dipahat di batu cadas. Alqur’an menyebut batu itu sebagai “raqim” yang artinya batu bertulis.
Alqur’an dengan tegas menyebutkan “Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu”. Makna yang tersurah pada kata “tutup telinga” adalah tidak mau mendengar. Ini persis sama dengan tipikal Satrio Piningit yang berjalan sendiri dan tidak mau tahu dengan apa yang dikatakan orang, karena telinganya ditutup (18 : 17 – 19).
Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkanNya; maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka.
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya diantara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang diantara mereka: “Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?)”. Mereka menjawab: “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari”. Berkata (yang lain lagi): “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang diantara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorang pun.
Ayat 17 dan 18 di atas secara jelas dan terang-terangan menyebut pemuda-pemuda yang bersahabat itu “ditidurkan” di dalam gua. Bukan satu orang tetapi beberapa orang. Alqur’an merahasiakan jumlah pastinya (ayat 22) justru yang Alqur’an sebut dengan pasti adalah seekor anjingnya dalam posisi “yang mengunjurkan lengannya di muka pintu gua”.
Makna ditidurkan sama dengan disembunyikan. Dalam versi ramalan Joyoboyo sekali lagi ditegaskan disebut “piningit”. Dalam ramalan Joyoboyo Satrio Piningit tegas-tegas menyebut satu orang saja sedangkan Alqur’an menyebut pemuda-pemuda itu lebih dari satu orang. Allah merahasiakan jumlah pastinya.
Benar, Satrio Piningit hanya satu orang saja. Satrio Piningit ini adalah pemimpin. Pemuda-pemuda yang dimaksudkan dalam Alqur’an yang jumlahnya dirahasiakan adalah murid-murid sekaligus sebagai pengikut setia Satrio Piningit. Dalam ramalan Joyoboyo Satrio Piningit disebut memiliki murid. Jumlahnya tidak disebutkan.
Alqur’an mengisahkan keberadaan seekor anjing. Anjing adalah simbol kesetiaan dan persahabatan. Tidak ada binatang yang paling setia kepada tuannya kecuali anjing. Tidak ada binatang yang paling mudah bersahabat dengan manusia kecuali anjing. Kuda dan kucing termasuk binatang yang bisa bersahabat dengan manusia akan tetapi keduanya tidak memiliki kesetiaan. Murid-murid Satrio Piningit amat sangat setia kepada Satrio Piningit. Mereka tahu betul siapa Satrio Piningit yang sesungguhnya akan tetapi mereka menjaga dan menutup rapat-rapat rahasia itu sampai saat waktunya tiba. Posisi anjing di depan pintu gua memberi makna bahwa kesetiaan murid akan dibuktikan dengan menjaga mulut mereka (pintu gua) agar tidak memberitahukan kepada siapapun sosok Satrio Piningit yang sebenarnya. Antara murid yang satu dengan murid lainnya memiliki persahabatan yang kental, mereka memiliki hakikat sejatinya sebuah persaudaraan. Semua murid-murid Satrio Piningit adalah laki-laki. Meskipun memiliki istri dan anak namun istri dan anak-anaknya itu tidak dimasukkan dalam kategori murid. Kata yang tepat menyebut istri dan anak-anak mereka sebagai pengikut Satrio Piningit. Murid-murid Satrio Piningit memiliki kekuatan, memiliki samangat bak pemuda tangguh tak terkalahkan dan selalu siap melaksanakan perintah Satrio Piningit. Dalam melaksanakan perintah itu mereka memiliki kesadaran prima, kecermatan dan kewaspadaan yang tinggi, sebagaimana makna ayat 20 dibawah ini :
Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.
Pemuda-pemuda ashabul kahfi tidak membawa missi agama karena di masanya belum ada agama nasrani dan agama islam. Mereka hanya memiliki keyakinan diri tentang adanya Tuhan. Pemuda itu meminta kepada penduduk agar di atas gua dibuat “rumah peribadatan” akan tetapi bukti-bukti arkeologis yang dapat dilihat sekarang ini tidak terdapat tanda-tanda adanya bekas peninggalan rumah peribadatan tersebut. (18 : 21).
Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata : “Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka”. Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: “Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya”.
Manusia yang hidup sekarang ini masih dapat menyaksikan gua ashabul kahfi di dekat Damaskus. Di atas gua itu hanya ada batu cadas yang gersang dan tidak terdapat tanda peninggalan rumah peribadatan.
Ramalan Joyoboyo juga tidak menyebut bahwa Satrio Piningit membawa missi agama tertentu. Tidak ada agama yang dia benarkan dan tidak ada agama yang disalahkan. Rumah peribadatan di atas gua kahfi hanyalah simbol yang bisa memberi pencerahan kepada kita bahwa posisi yang dimiliki Satrio Piningit sangat strategis karena posisi dia berada dibawa TAHTA TUHAN (rumah peribadatan). Dalam versi ramalan Joyoboyo, posisi Satrio Piningit disebut sebagai anak dewa berwujud manusia. (18 : 22).
Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: “(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya”, sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: “(jumlah mereka) tujuh orang yang kedelapan adalah anjingnya”. Katakanlah : “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka: tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit”. Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara mereka.
Alqur’an tidak menjelaskan berapa jumlah ashabul kahfi yang sebenarnya. Alqur’an hanya menyebut angka-angka ganjil; tiga, lima dan tujuh. Adapun anjing disebutkan pada posisi angka yang genap, empat, enam dan delapan.
Ramalan Joyoboyo juga tidak menyebutkan berapa jumlah murid Satrio Piningit yang sebenarnya. Alqur’an merahasiakan, Joyoboyo juga merahasiakan. Yang mengetahui jumlah yang sebenarnya adalah Satrio Piningit sendiri dan murid-muridnya itu. Anjing adalah simbol kesetiaan pada sang guru. Anjing adalah simbol kesetiaan, persahabatan dan persaudaraan antara sesama muridnya. Jika manusia mengatakan murid Satrio Piningit jumlahnya banyak maka kamu salah karena jumlahnya sedikit. Jika kamu katakan sedikit maka kamu salah karena jumlah mereka banyak. Jika kamu katakan hitungan mereka genap maka kamu salah karena hitungan mereka ganjil. Jika kamu katakan hitungan mereka ganjil maka kamu salah karena hitungan mereka adalah genap. Semua murid-murid Satrio Piningit digenapkan oleh kekuatan gaib. Kekuatan itu adalah kekuatan gaib Satrio Piningit yang selalu setia menjaga murid-muridnya, menjaga rahasia dirinya sekaligus menjaga rahasia Tuhannya. Rahasia Satrio Piningit adalah rahasia Tuhan. Itulah misteri rumah peribadatan di atas gua persembunyian (piningit). Allah menjaga kerahasiaan Satrio Piningit bersama murid-muridnya, sebagaimana Allah menjaga kerahasiaan jumlah pemuda Ashabul Kahfi. Allah melarang nabi Muhammad mempertanyakan jumlah pemuda Ashabul Kahfi apalagi mempertanyakan nama-nama mereka. Dalam ramalan Joyoboyo nama Satrio Piningit dan jumlah murid-muridnya juga dirahasiakan. Yang mengetahui jumlah mereka yang sebenarnya adalah mereka sendiri. Sangat sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan bangsa Indonesia yang berjumlah dua ratus juta lebih. Bila ada manusia biasa yang membicarakan, membahas atau mendiskusikan topik Satrio Piningit bersama murid-muridnya, Alqur’an menyebut manusia-manusia itu hanya melakukan terkaan terhadap barang yang gaib. Ashabul Kahfi dan Satrio Piningit bukan merujuk pada nama seseorang atau kelompok akan tetapi sifat, perilaku dan kepribadian sekelompok orang dimana di dalam kelompok itu ada seorang pemimpinnya. Dalam ramalan Joyoboyo disebutkan “bila Satrio Piningit muncul maka dia menggunakan nama barunya”. Bila namanya telah muncul maka ikutilah perkataannya, karena perkataannya itu adalah kebenaran. Perkataannya bernilai sebuah firman. Bernilai sebuah sabda. Bermakna sebagai “titah” dari seorang pemimpin (raja) yang bijaksana.
Bila Allah telah menginzinkan Satrio Piningit menggunakan nama barunya kemudian manusia telah mengetahui bahwa “nama” itu adalah nama ksatria Allah yang disembunyikan maka dapat dikatakan sepertiga dari rahasia Satrio Piningit telah mulai dibuka. Jika manusia telah mengetahui sosok pengguna atau pemilik nama tersebut meski belum berjumpa dengan sosok itu maka itu berarti dua pertiga rahasia Satrio Piningit telah dibuka. Bila manusia telah berjumpa dengan Satrio Piningit sebagaimana manusia berjumpa dengan Ashabul Kahfi setelah bersembunyi di dalam gua maka itu berarti seluruh rahasia Satrio Piningit telah dibuka dengan terang benderang. Saat itu Satrio Piningit bukan lagi ksatria Allah yang disembunyikan akan tetapi disebut ksatria Allah yang dipersaksikan atau diperlihatkan. Manusia wajib mengikuti perkataannya dan mentaati segala perintahnya. Sebagaimana pada Ashabul Kahfi, ksatria Allah yang nanti akan dilihat oleh manusia tidak membawa missi agama. Syariah islam ditiadakan, tata cara peribadatan agama lainnya dihapuskan, “tauhid murni” kepada Allah ditegakkan dengan cara tunduk dan taat kepada apa yang diperintahkan oleh Ksatria Allah yang telah dipersaksikan tersebut.
Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi) (18 : 25)
Pemuda ashabul kahfi ditidurkan di dalam gua dalam waktu yang sangat lama. Alqur’an menyebut lamanya waktu mereka disembunyikan (piningit) di dalam gua adalah tiga ratus tahun dan sembilan tahun, akan tetapi ashabul kahfi hanya merasa seperti sehari atau setengah hari saja (18:19). Perbandingan waktu akhirat dan waktu dunia adalah sehari akhirat (waktu gaib) lima ratus tahun waktu di dunia (waktu nyata). Kalau dihitung dengan waktu gaib (akhirat) maka dapat disimpulkan bahwa ashabul kahfi berada di dalam gua tidak cukup sehari akan tetapi lebih dari setengah hari dengan asumsi waktu nyata (dunia) adalah tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun.
Maka benarlah apa yang disebutkan dalam “ramalan” Joyoboyo bahwa Satrio Piningit mengenal baik leluhur kalian, tahu semua kejadian masa lalu seakan-akan dia ada saat kejadian itu. Hal ini disebabkan karena Satrio Piningit menggunakan “dua” waktu yaitu waktu gaib dan waktu nyata, yang perbandingannya sehari berbanding lima ratus tahun. Ramalan Joyoboyo sudah berusia lima ratus tahun lebih akan tetapi selalu segar dalam ingatan seakan-akan sabdo palon nayo genggong baru mengucapkannya kemarian siang. Perasaan itu benar karena hitungannya menggunakan waktu gaib. Perasaan seperti itulah yang dirasakan oleh ashabul kahfi.
Sangat beralasan jika manusia tidak dapat mengetahui apalagi menemukan sosok Satrio Piningit yang sebenarnya, sebab manusia hanya menggunakan waktu nyata. Meskipun Satrio Piningit hidup di zaman kita, dizaman modern ini, berada di sekitar kita, menyaksikan kita, menggunakan semua kecanggihan teknologi yang kita gunakan dan juga menggunakan waktu nyata sebagaimana yang kita gunakan akan tetapi jika dia sudah merasakan ada manusia yang telah sampai pada tingkatan “meraba-raba” dirinya (belum mengetahui apalagi menemukan) maka dengan sekejap mata dia masuk ke dalam dimensi waktu gaib. Di waktu gaib itulah tempat persembunyian Satrio Piningit. Dia “memingit diri” di dalam waktu gaib. Wajar, logis dan rasional jika manusia tidak dapat mengetahuinya apalagi menjumpainya.
Ramalan Joyoboyo menyatakan: Satrio Piningit bersenjatakan “trisula weda” memiliki ilmu sakti mandraguna. Tri artinya tiga (3). Tiga (3) adalah bilangan ganjil. Alqur’an (18 : 25) juga menyebut angka tiga ratus (300). Tentu ini ada hubungannya mengingat angka nol (00) adalah bilangan tak terhingga maka disebut sakti mandraguna karena kekuatannya tak terhingga.
Tiga ratus (300; 3 = trisula, 00 = sakti mandraguna/tak terhingga) tahun dan ditambah sembilan (9) tahun lagi. Bisa saja Alqur’an menyebut tiga ratus sembilan tahun akan tetapi yang dikatakan adalah tiga ratus untuk memberi penekanan bahwa itulah senjata “trisula weda”, dan ditambah sembilan untuk memberi penekanan bahwa sembilan (9) itu adalah angka pemilik senjata yaitu Satrio Piningit.
- Bilangan asli adalah : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.
- Bilangan tak terhingga adalah : 0
- Bilangan genap adalah: 2, 4, 6 dan 8
- Bilangan ganjil adalah : 1, 3, 5, 7 dan 9
Semua bilangan-bilangan ini disebutkan dalam ashabul kahfi, yang dapat dimaknai sebagai berikut :
a. Bilangan Ganjil.
1 adalah Tuhan
3 adalah Satrio Piningit dan murid-muridnya (ashabul kahfi)
5 adalah Satrio Piningit dan murid-muridnya (ashabul kahfi)
7 adalah Satrio Piningit dan murid-muridnya (ashabul kahfi)
9 adalah Satrio Piningit (pemimpin)
b. Bilangan Genap.
4 adalah kesetiaan, persahabatan dan persaudaraan (anjing ashabul kahfi)
6 adalah kesetiaan, persahabatan dan persaudaraan (anjing ashabul kahfi)
8 adalah kesetiaan, persahabatan dan persaudaraan (anjing ashabul kahfi)
Catatan :
Angka 2 tidak disebutkan karena Tuhan tidak boleh digenapkan
GORO-GORO MENURUT ALQUR’AN
Joyoboyo meramalkan bahwa tanda kemunculan Satrio Piningit apabila telah terjadi “goro-goro”. Yang dimaksud dengan goro-goro adalah terjadinya suatu peristiwa maha dahsyat yang membawa dampak besar terhadap bangsa Indonesia, khususnya ummat islam sebagai golongan yang mayoritas mendiami negara ini.
Awalnya penulis tidak ingin mengkaji permasalahan “goro-goro” sebagaimana yang diramalkan oleh Joyoboyo dan sedang ribut dibicarakan oleh orang-orang setiap menjelang pemilihan presiden. Penulis lebih menyikapinya dengan sikap apatis (masa bodoh) untuk mengimbangi rasa pesimisme penulis terhadap peristiwa yang akan terjadi tersebut. Bila perasaan ini dibiarkan berlarut-larut maka secara tidak langsung penulis telah memasukkan dirinya kedalam satu perangkap bahwa penulis telah melakukan “kecurangan intlektual” secara sadar karena penulis menyajikan satu kajian ilmiah yang belum pernah dilakukan oleh manusia dimanapun dalam keadaan tidak utuh, tidak sempurnah dan tidak total mengingat antara Satrio Piningit dan goro-goro memiliki hubungan causalitas (sebab-akibat) yang musti dianalisis secara keseluruhan sesuai dengan pendekatan ilmiah yang dipilih oleh penulis yaitu Alqur’an.
Ayat Alqur’an yang dapat kami kemukakan untuk membackup kebenaran “goro-goro” sebagaimana yang diramalkan oleh prabu Joyoboyo adalah Surah Al-Isra (17 : 58):
Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh).
Mungkin orang-orang pandai, alim ulama, kiyai dan ustaz akan mengatakan bahwa ayat itu tidak relevan menyebut kebenaran ramalan Joyoboyo menyangkut peristiwa goro-goro oleh karena ayat tersebut hanya berhubungan dengan ummat nabi Saleh dan telah terjadi di masa lampau sebagaimana kelanjutan ayat berikutnya (17 : 59):
Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Samud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.
Mereka yang merasa cerdik pandai akan lebih merendahkan penulis jika disampaikan kelanjutan ayat 17:60 berikut ini:
Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: “Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia”. Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Alqur’an . Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.
Mereka yang merasa diri ulama, ustaz, para kiyai dan orang-orang cerdik pandai lainnya tidak menyadari bahwa untuk mengetahui keadaan penduduk Indonesia saat sekarang ini adalah dengan mengkaji ayat 60 terlebih dahulu. Bottom up dan bukan Top down.
Penulis lebih cenderung memaknai kata “mimpi” pada ayat 60 sebagai penglihatan gaib rasulullah di malam isra’ mi’raj, dimana ketika nabi Muhammad menceritakan “mimpi” itu kepada ummat islam sebagian besar tidak mempercayainya dan sebagiannya lagi ragu-ragu kecuali Abubakar Assyiddiq (orang yang meyakini) mimpi tersebut. Allah ingin menguji kemudian menyeleksi tingkat kepercayaan ummat pada masa itu.
Di masa sekarang Allah ingin menguji ummat islam (khususnya di Indonesia) saat ini dengan adanya “pohon kayu terkutuk dalam Alqur’an”. Yang dimaksud dengan pohon kayu terkutuk adalah pohon zaqqum sebagaimana surah 37: 63-67;
Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang zalim.
Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka Jahim.
Mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan.
Maka sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu, maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu.
Kemudian sesudah makan buah pohon zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas.
Orang-orang yang melakukan demonstrasi adalah orang-orang yang merefleksikan api kemarahan yang ada di dalam dirinya. Orang-orang itu telah memakan buah zaqqum, dan setelah perutnya penuh mereka diberi minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. Mereka tidak mau tunduk, mereka melakukan perlawanan dan memaksakan kehendaknya karena kepalanya adalah mayangnya pohon zaqqum seperti kepala-kepala syaitan. Ayat 60 surah Al Isra’ menggambarkan kepada kita suasana dan perasaan manusia yang melakukan demonstrasi yaitu rakyat Indonesia. Tujuan demonstrasi adalah sikap rakyat yang melakukan protes terhadap pemerintah (presiden dan penyelenggara negara lainnya dari semua tingkatan) disebabkan karena mereka tidak berlaku adil.
Di masa lalu, Allah mengutus nabi Saleh di tengah-tengah kaum Samud. Nabi Saleh berkata kepada kaumnya “janganlah ganggu unta betina itu, biarkanlah dia bebas mencari makannya sendiri”. Nabi Saleh mengatur secara adil sumber air buat yang diminum oleh manusia dan air untuk yang diminum oleh unta betina tersebut. Unta betina hanyalah ujian Allah sebagai tanda untuk menakut-nakuti. Namun kaum Samud melakukan perbuatan yang melampaui batas. Mereka mengganggu, menyakiti dan menganiaya unta betina itu. Maka turunlah azab Allah berupa hujan batu yang membinasakan seluruh kaum Samud.
Di masa sekarang, para penyelenggara negara (eksekutif, legislatif dan yudikatif) di semua tingkatan dan lini dapat dimaknai sebagai kaum Samud dan unta betina dapat dimaknai sebagi rakyat Indonesia. Biarkanlah rakyat Indonesia menikmati apa yang seharusnya menjadi haknya. Janganlah hak rakyat diselewengkan dan dikorupsi habis-habisan yang menyebabkan terjadinya inflasi, harga-harga melambung tinggi yang menyebabkan rakyat tidak memiliki “daya beli” sehingga mereka susah makan.
Di pulau Jawa sudah banyak masyarakat yang hanya makan nasi aking yaitu nasi basi yang dikeringkan kemudian dimasak kembali untuk dimakan. Ini menandakan kebebasan rakyat untuk membeli beras sudah diganggu sebagai dampak melemahnya “daya beli” masyarakat.
Allah menurunkan azabnya kepada kaum Samud. Allah menurunkan azabnya kepada penyelenggara negara di semua tingkatan. Hujan batu dapat dimaknai sebagai demonstrasi-demonstrasi yang dilakukan oleh rakyat. Semua demonstrasi hanya mempermasalahkan “kesulitan hidup”. Demonstrasi adalah tanda-tanda yang datangnnya dari Allah untuk menakuti.
Ayat 60 surah Al’isra untuk menggambarkan suasana batin rakyat Indonesia dan ayat 59 Al’isra yang menggambarkan pelanggaran-pelanggaran penyelenggara pemerintahan berjalan terus dan berputar seperti tidak akan ada habisnya. Demonstrasi tidak akan pernah habis kecuali ratu adil (Satrio Piningit) yang memimpin penyelenggara pemerintahan. Dan alam pun ikut serta memperlihatkan tanda-tandanya. Bencana tsunami, gempa bumi, banjir bandang dan tanah longsor di mana-mana, letusan gunung berapi di dasar laut dan di darat dan sebagainya memberi tanda-tanda kepada kita bahwa azab Allah yang sangat keras telah diturunkan (17:58). Jika kita tidak melihat tanda-tanda alam ini sebagai azab Allah dan tidak mengambilnya sebagai pelajaran, bukan tertutup kemungkinan Allah akan membinasakan sebagian besar penduduk Indonesia sebelum hari kiamat tiba, dan menyisakan sedikit penduduk untuk menikmati era baru, era pemerintahan ratu adil (Satrio Piningit). Goro-goro dan Satrio Piningit adalah satu kesatuan yang tidak mungkin bisa dipisahkan. Tanpa goro-goro Satrio Piningit tidak akan pernah muncul di tengah-tengah kita semua.
Telaah kritis peristiwa pemuda Ashabul Kahfi yang bersembunyi sangat relevan dengan ramalan Joyoboyo tentang Satrio Piningit yang bersembunyi. Kajian ini dilakukan bukan karena dilandasi oleh dorongan hawa nafsu duniawi atau karena ada maksud-maksud tertentu sehingga dapat mengurangi nilai objektifitasnya sebuah tulisan. Kajian ini dilakukan dengan niat suci dan tulus ingin memberi sesuatu yang berarti buat bangsa Indonesia khususnya buat ummat islam. Apalah arti seorang Cahyo Nayaswara, seorang seniman religius yang berpakaian apa adanya, berbicara apa adanya di tengah-tengah orang-orang yang merasa dirinya kaum cerdik cendikia. Cahyo Nayaswara hanyalah seperti sebuah busa di tengah samudera yang luas, yang tidak punya arti apa-apa bagi banyak orang. Tapi barangkali ada juga sedikit orang yang berfikir dan melihat busa itu sebagai petunjuk Tuhan bahwa di bawah busa itu, di dasar lautan yang dalam ada sebuah mutiara indah yang mahal harganya yang patut diselami.
Dan kepada banyak orang yang menolak kebenaran ini biarkanlah dia mendengar firman Allah di bawah ini:
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya?. Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya. (18 : 57)
Cahyo Nayaswara bukan orang pertama yang menyampaikan kebenaran ramalan Joyoboyo tapi Cahyo Nayaswara adalah orang pertama yang menyampaikan kebenaran ramalan Joyoboyo berdasarkan Alqur’an. Cahyo Nayaswara hanya menyampaikan atau menyuarakan kebenaran tidak lebih dari sekedar sebagai Sabdo Palon Nayo Genggong. Akan ada sedikit orang yang dapat menyelami makna-makna sebuah perkataan seperti menyelami lautan dalam untuk mendapatkan mutiara indah yang mahal harganya.,
Kepada yang mulia Satrio Piningit diucapkan Salamun Alaikum Bima Sabartum (keselamatan atasmu berkat kesabaranmu).