SASTRA CETHA ALIAS SASTRA TANPA PAPAN DAN SASTRA TANPA TULIS
Sastra Jendra Hayuningrat adalah Sastra Cetha alias Sastra Tanpa Papan dan Sastra Tanpa Tulis.
Dalam tataran keilmuan orang Jawa ada beberapa hal yang harus ditempuh jika seseorang ingin mencapai kesempurnaan hidup, salah satunya tataran yang harus dilewati tertuang dalam kitab Baswalingga karya pujangga besar Jawa Ki Rangga Warsita, tataran keilmuan yang termahtub dalam kitab karya rangga warsita ini adalah tentang Sastra Jendra Hayuningrat.
Menurut Ki Rangga Warsita bahwasannya Sastra Jendra Hayuningrat adalah jalan atau cara untuk mencapai kesempurnaan hidup berdasarkan falsafah ajaran Budha dan apabila semua orang menaati semua ajaran sastra tadi niscaya bumi akan sejahtera.
Nama lain dari sastra jendra hayuningrat adalah sastra cetha alias sastra tanpa papan dan sastra tanpa tulis, walaupun tanpa tulis dan papan tapi maknanya terang alias cetha dan bisa digunakan sebagai serat Papakem Paugeraning Gesang.
Untuk mencapai sastra cetha ada 7 tahapan yang kudu (harus) dilalui yakni :
1. Tapaning jasad, mengendalikan atau menghentikan gerak tubuh dan gerak fisik lainnya,lakunya tidak dendam, sakit hati .semua hal diterima dengan legawa-tabah dengan kesungguhan hati alis tan milih tan nolak.
2. Tapaning budhi, artinya menghilangkan perbuatan yang hina (nista) dan hal hal yang tidak jujur
3. Tapaning hawa nafsu, mengendalikan nafsu atau sifat angkara murka dari pribadi kita.lakunya sabar dan selalu berusaha menyucikan diri,punya perasaan dalam,mudah memberi maaf dan taat pada tuhan yang maha esa.
4. Tapaning cipta, artinya memperhatikan perasaan secara sungguh sungguh atau dalam bahasa jawanya ngesti sarasaning raos ati, berusaha sekuat tenaga menuju heneng, meneng, khusyuk, tumaknina, sehingga hasilnya tidak akan diombang ambingkan (bingung/bimbang) oleh siapapun dan apapun dan yang akhir selalu hening-wening atau waspada supaya bisa konsentrasi ke Allah SWT.
5. Tapaning sukma, dalam tahapan ini kita fokus ke ketenangan jiwa.amalnya ikhlas dan memperluas rasa kedermawanan kita dengan memberi derma kepada fakir miskin secara iklas
6. Tapaning cahya:maknanya dalam tataran ini selalu eling, awas dan waspada, sehingga hasilnya kita mempunyai daya meramalkan sesuatu secara tepat alis waskitha, amal eling dan waspada diikuti dengan menghindari hal hal yang bersifat glamour dunia atau memabukan yang mengakibatkan batin kita menjadi samar.
7. Tapaning gesang:dalam tahapan akhir ini kita berusaha sekuat tenaga dengan hati hati menuju kesempurnaan hidup dan taat pada Tuhan Yang Mahaesa.
Ilmu Sastra Jendra yang disebut diatas berdasarkan kebatinan Jawa, sastra ini bermakna mantra berdasarkan ilmu pengetahuan dengan kata lain ilmu untuk memupuk kesejahteraan dunia (memayu hayuning bawana), yang berasal dari Bathara Indra yang juga bermakna Endra Loka alias pusat tubuh manusia yang berada di dalam rongga dada(jantung), pusat dalam kaitan diatas bermakna sumber atau rasa sejati-ambang batas, hayu-ing-rat artinya menuju keselamatan dunia.
PAKEM PAUGERANING GESANG
Dalam tataran (Khasanah) keilmuan orang Jawa, ada beberapa hal yang harus ditempuh jika seseorang ingin mencapai kesempurnaan hidup,salah satunya tataran yang harus dilewati tertuang dalam kitab Baswa Lingga karya pujangga besar Jawa Ki Ronggo Warsito. Tataran keilmuan yang termahtub dalam kitab karya Rangga Warsita ini adalah tentang Sastra Jendra Hayuningrat.
Menurut beliau bahwasannya Sastra Jendra Hayuningrat adalah jalan atau cara untuk mencapai kesempurnaan hidup berdasarkan falsafah ajaran budha, dan apabila semua orang menaati semua ajaran sastra tadi niscaya bumi akan sejahtera.
(HAMEMAYU HAYUNING BAWONO)
Nama lain dari Sastra Jendra Hayuningrat adalah SASTRA CETHO alias SASTRA TULIS TANPO PAPAN KASUNYATAN, walaupun tanpa tulis dan papan tapi maknanya terang alias cetho (jelas) dan bisa digunakan sebagai SERAT PEPAKEM PAUGERING GESANG.