SULTAN SALADIN AYYUBID
Saladin mengalahkan Guy of Lusignan dalam Pertempuran Hattin pada tanggal 4 Juli 1187 dalam pertempuran antara negara-negara Salib di Levant dan pasukan Sultan Saladin Ayyubid. Sultan Saladin atau Salahuddin Al Ayyubi ini juga dikenali sebagai Panglima Perang dalam Pertempuran Tanduk Hattin. Disebut Tanduk Hattin karena bentuk gunung berapi Kurûn Hattn yang hampir pupus dan letaknya yang saling berdekatan. Tentara Islam di bawah Sultan Saladin menangkap dan membunuh sebagian besar dari tentara Salib dan berhasil untuk menghilangkan kemampuan tentara Salib untuk berperang.
Sebagai hasil langsung dari pertempuran itu, kaum Muslimin sekali lagi menjadi kekuatan dan memenangkan peperangan. Tentara yang dipimpin Sultan Saladin ini dapat menguasai kembali Tanah Suci, mengambil alih kembali Kota Jerusalem dan banyak kota yang lain yang sebelumnya sudah dipegang oleh tentara Salib. Kekalahan telak dari pihak Kristen ini menimbulkan Perang Salib Ketiga, yang terjadi dua tahun setelah Pertempuran di Hattin.
Guy of Lusignan menjadi Raja Jerusalem pada tahun 1186, dan dibantu istrinya yang bernama Sibylla, naik takhta Jerusalem setelah kematian dari Raja Baldwin V. Ketika Raja Baldwin IV akhirnya meninggal dunia akibat penyakit kusta pada tahun 1185, Baldwin V yang masih kecil diangkat menjadi raja, tetapi meninggal dunia juga satu tahun kemudian akibat sakit yang dideritanya.
Guy of Lusignan ikut pergi menuju Jerusalem bersama Sibylla dengan pengawalan pasukan untuk menghadiri pemakaman Raja Baldwin V pada tahun 1186.
Dengan dukungan dari Raynald dari Chatillon serta restu dari pihak Gereja-lah, Sibylla dapat dengan mulus tanpa hambatan menjadi Ratu Jerusalem menggantikan Raja Baldwin V yang berarti suaminya, Guy of Lusignan juga berhak menjadi Raja Jerusalem, bersama Ratu Sybilla menjadi pemimpin bersama.
Kerajaan Jerusalem ini dibagikan antara puak pengadilan diantaranya adalah Raja Guy of Lusignan, Ratu Sibylla dan pendatang baru di kerajaan seperti Raynald dari Châtillon, Gerard of Ridefort dan Knights Templar dan "puak mulia", yang dipimpin oleh Raymond III dari Tripoli, yang sudah menjadi Bupati untuk Raja Baldwin V dan ikut menentang penggantian raja Jerusalem dan pengangkatan dari Guy of Lusignan sebagai Raja Jerusalem.
Raymond III dari Tripoli mendukung tuntutan saudara tiri Sibylla, Isabella dan suami dari Isabella, Humphrey IV dari Toron, memimpin puak-puak saingannya ke pihak pengadilan. Perang terbuka hanya dicegah oleh Humphrey dari Toron yang bersumpah setia kepada Guy of Lusignan dan juga mengakhiri perselisihan penggantian Raja Jerusalem.
Menurut penyusun sejarah Muslim bernama Ali ibn al-Athir, saat itu Raymond III dari Tripoli sedang dalam "keadaan pemberontakan yang terbuka" terhadap Raja Guy of Lusignan.
Dengan latar belakang ini, Saladin sebelumnya menjadi seorang vizier Mesir pada tahun 1169, sudah berhasil untuk menguasai dua daerah, yaitu : daerah Damsyik pada tahun 1174 dan Aleppo pada tahun 1183.
Saladin juga berhasil menguasai semua bagian Selatan dan Timur dari negara-negara tentara Perang Salib.
Saladin menyatukan umatnya di bawah Panji Islam Sunni dan meyakinkan mereka bahwa akan segera melakukan sebuah perang jihad, untuk mengusir orang-orang Frank keluar dari Jerusalem. Saladin sering membuat gencatan senjata dan melakukan strategi dan diplomasi dengan orang-orang Frank ketika Saladin perlu menangani masalah politik di dunia Muslim, dan salah satu gencatan senjata semacam itu dibuat Saladin pada tahun 1185.
Raymond III dari Tripoli membuat perjanjian perang dengan Saladin di mana Saladin juga berjanji akan menjadikan Raymond III sebagai Raja Jerusalem sebagai bentuk pertukaran dan syarat gencatan senjata untuk perdamaian. Kabar angin itu disuarakan oleh Ali bin al Athir, tanpa diketahui pasti, benar atau tidak. Dan hal itu yang menyebabkan Raymond III sejak awal menjadi enggan berperang dan terlibat dalam pertempuran dengan Saladin.
Pada tahun 1187 Raynald dari Châtillon maju untuk menyerbu karavan Muslim sementara gencatan senjata dengan Saladin juga masih berlangsung. Saladin kemudian bersumpah bahwa dirinya akan membunuh Raynald karena sudah melanggar gencatan senjata, Saladin kemudian mengirim anaknya Al-Afdal ibn Salah ad-Din dan Emir Gökböri untuk menyerang lagi tanah Frank di sekitar Acre. Gerard de Ridefort dan Templar berhadapan dengan Emir Gökböri dalam Pertempuran Cresson pada bulan Mei 1187, di mana pasukan dari Gerard de Ridefort dan Templar dapat dikalahkan. Mereka harus kehilangan sekitar 150 ksatria dan 300 laskar, yang merupakan bagian terbesar dari tentara Jerusalem.
Jonathan Phillips juga menyatakan bahwa hal itu yang akhirnya menyebabkan Kejatuhan dari moral Franks dalam skala kerugian yang tidak boleh dipandang enteng, di samping kekalahan dalam pertempuran di Hattin.
Pada bulan Juli 1187 Saladin maju mengepung Tiberias, di mana istri dari Raymond III, yang bernama Eschiva, terperangkap dalam perang. Raymond III berpendapat bahwa Raja Guy of Lusignan tidak perlu melibatkan dirinya dalam perang dengan Saladin dan ikut dalam perang.
Saladin juga tidak dapat menahan Tiberias lebih lama karena pasukannya susah lelah dan tidak tahan berada jauh dari keluarga mereka begitu lama. The Knights Hospitaller juga menasihati Guy of Lusignan untuk tidak ikut memprovokasi Saladin.
Gerard de Ridefort menasihati Guy of Lusignan untuk menentang Saladin, dan Guy of Lusignan menerima nasihat itu. Norman Housley juga menyatakan bahwa "pemikiran kedua lelaki itu sudah diracuni oleh konflik politik yang terjadi pada tahun 1180-1187 sehingga mereka hanya dapat melihat nasihat dari Raymond III yang dirancang untuk membawa mereka kepada kehancuran pribadi dan juga menghabiskan sumbangan Raja Henry II dari England dalam memanggil tentara dan enggan untuk segera membubarkannya tanpa pertempuran. Hal ini menjadi perjudian di pihak Guy of Lusignan, karena Guy of Lusignan hanya meninggalkan beberapa ksatria untuk mempertahankan kota Jerusalem.
Pertempuran.
Pada tanggal 3 Juli 1187 tentara dari Frank memulai perjalanan ke arah Tiberias, mereka banyak diganggu oleh pemanah berkuda Muslim. Mereka melewati Mata Air Turan, yang tidak cukup untuk memberikan air kepada tentaranya. Pada siang hari Raymond III dari Tripoli memutuskan bahwa tentara tidak akan sampai ke Tiberias pada waktu malam, maka Raymond III dan Guy of Lusignan setuju untuk mengubah perjalanan dan membelokkan arah perjalanan ke kiri menuju Kafr Hattin Springs, yang hanya berjarak 9 km (9,7 km). Dari sana mereka dapat bergerak ke Tiberias keesokan harinya.
Orang-orang Islam menempatkan diri mereka di antara tentara Frank dan mata air sehingga orang-orang Frank terpaksa harus berkemah semalaman di dataran tinggi gersang dekat perkampungan Meskenah. Orang-orang Islam mengepung perkampungan itu dengan ketat karena jarak mereka yang begitu dekat maka tentara Salib seperti : "kucing yang tidak dapat melepaskan diri". Menurut Ali bin al-Athir, orang-orang Frank merasa putus asa, tersiksa oleh kehausan, sementara orang-orang Saladin bersukacita menantikan kemenangan mereka.
Sepanjang malam, tentara Muslim semakin menyulitkan tentara salib. Mereka berdoa, menyanyi, memukul gendang dan berseru, menunjukkan bahwa kemenangan sudah dekat dan berada di pihak tentara Muslim. Mereka juga ikut membakar rumput yang kering yang semakin membuat kesulitan dari tentara salib yang mulai dilanda kehausan.
Tentara Salib yang kehausan karena sumber air dikuasai tentara Muslim, moral mereka jatuh dan dilanda keletihan. Keadaan tentara Muslim sebaliknya, mereka mempunyai kabilah unta yang membawa kulit kambing berisi air dari Tasik Tiberias, yang sekarang dikenal sebagai Danau Galilea.
Setelah pertempuran terjadi, Guy of Lusignan, saudaranya Amalric II, Raynald de Chatillon, William V dari Montferrat, Gerard de Ridefort, Humphrey IV of Toron, Hugh of Jabala, Plivain of Botron, Hugh of Gibelet, dan baron yang lain dari Kerajaan Jerusalem dapat ditahan oleh tentara Muslim dengan mudah.
Lelaki dari pasukan Lusignan dan Raynald dari Chatillon dibawa ke kemah Saladin. Saladin menawarkan Guy of Lusignan minuman, yang merupakan tanda dalam budaya Muslim bahwa tahanan akan dibebaskan, tetapi saat itu Guy of Lusignan tidak menyadarinya.
Guy of Lusignan memberikan piala itu kepada Raynald, tetapi Saladin malah memukulnya dari tangannya dan berkata, "Saya tidak meminta orang jahat ini minum dan Saladin berkata bahwa ia tidak akan menyelamatkan nyawanya dan akan segera menghukumnya".
Saladin juga menuduh bahwa Raynald dengan sengaja sudah melanggar gencatan senjata.
Beberapa laporan, seperti dari Baha al-Din, menyatakan bahwa Saladin sendiri kemudian menghukum Raynald dengan sekali pancung . Yang lain juga menyatakan bahawa Saladin memukul Raynald sebagai isyarat kepada para pengawalnya untuk memenggal kepalanya. Guy of Lusignan menganggap bahwa dia juga akan dipenggal, tetapi Saladin meyakinkannya dengan menggunakan kata yang terkenal dari Saladin, yaitu : Raja tidak membunuh Raja.
(Sumber : Nicole David, Hattin, Saladin greatest victory)