PITUTUR LUHUR JAWA
Himpunan Pitutur Luhur adalah sebagai usaha pelestarian warisan Budaya Bangsa yang sangat Luhur, yang juga sebagai perwujudan penghargaan terhadap nenek moyang yang telah mewariskan budaya luhur tersebut.
Himpunan Pitutur Luhur ini berisi Nasehat, Ajaran Yang baik bagi Bagi Kehidupan manusia sehingga dapat dijadikan pendukung materi pembangunan Kebudayaan yaitu dalam mendukung terpeliharanya Kerukunan Hidup dan Membangun Peradaban Bangsa.
IKHWAL SIFAT-SIFAT KETUHANAN ALLAH SWT
1. Aja Mangro Tingal, Aja Salah Tingal, Lan Aja Mangeran Liya.
Makna Aja Mangro Tingal, Aja Salah Tingal, Lan Aja Mangeran Liya adalah bahwa manusia tidak boleh menyekutukan Tuhan.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku dalam Manembah, Pikiran, Persaan, Kemauan secara totalitas dipusatkan kedalam Allah SWT.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
2. Ala Lan Becik Iku gegandhengan, Kabeh Kuwi Saka Kersane Pengeran Allah SWT.
Makna Aling Lan Becik Iku gegandhengan, Kabeh Kuwi Saka Kersane Pengeran Allah SWT adalah bahwa baik dan buruk sebagai totalitas selamanya ada dalam diri seseorang, dan itu adalah kehendak Allah SWT.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku mengembangkan terus menerus kebaikan di manapun, sehingga keburukan yang ada tidak mendapat kesempatan untuk tampil.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT
dan sesamanya.
3. Alam iki sejatining Guru.
Makna Alam iki sejatining Guru adalah sesungguhnya alam itu Guru yang sejati, yang mewartakan Kemaha Kuasaan, Kemaha Asihan, Kemaha Murahan dan Ke Maha adilan Allah SWT.
Makna Tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu mencintai alam tempat hidup dan menghidupi secara ragawi atau jasmani seseorang.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT dan alam semesta.
4. Bhuda Bhudi, Jawa Jawi, Mata Siji.
Makna Bhuda Bhudi, Jawa Jawi, Mata Siji adalah kesadaran bahwa keutamaan manusia adalah menggunakan akal budi, pengrtian yang benar, dan mata batin dalam berbuat sesuatu.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu berpikir jernih (positif) dan berhati bersih.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT
5. Eling.
Makna Eling adalah kesadaran bahwa manusia harus berserah diri secara total kepada Allah SWT yang terwujud dalam bentuk perbuatan dan batin.
Makna Tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang taat beribadah sesuai dengan keyakinannya dan berperilaku sesuai dengan petunjuk yang telah diatur dalam ajaran masing-masing .
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
6. Eling, Percaya, Mituhu lan Taqwa.
Makna Eling, Percaya, Mituhu lan Taqwaadalah aktualnya kesadran merasakan secara total keberadaan Allah SWT dalam diri seseorang, yang melahirkan rasa percaya yang sungguh-sungguh kepada Allah SWT dan sekaligus melahirkan dinamika hidup sesuai dengan tuntunan-Nya.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu taat beribadah sesuai dengan keyakinannya masing-masing dan berperilaku sesuai dengan aturan dan ajaran kepercayaan masing-masing.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
7. Golek Sampurnaning Urip Lair Batin lan Golek Kasampurnaning Pati.
Makna Golek Sampurnaning Urip Lair Batin lan golek Kasampurnaning Pati adalah kesadaran bahwa manusia bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk mencapai keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.
Makna Tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilakuselalu bersemangat sesuai dengan kemampuan, mensyukuri nikmat kemurahan Allah dalam bentuk Apapun.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
8. Gusti Anglimuti, Manungsa Linumpatan.
Makna Gusti Anglimuti, Manungsa Linumpatan adalah Allah SWT ada dimana-mana, dan secara total ada di dalam semua ciptaan-Nya.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku mengembangkan kesadaran merasakan keberadaan Allah SWT didalam dirinya, sehingga dinamika hidupnya sepenuhnya berada dalam tuntunan-Nya.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT
9. Gusti Iku Cedhak Tanpo Senggolan, Adoh Tanpa Winangenan.
Makna Gusti Iku Cedhak Tanpo Senggolan, Adoh Tanpa Winangenan adalah Allah SWT
itu ada secara total didalam diri seseorang namun tidak dapat dijangkau dengan daya pikir dan daya indera, Allah SWT sangat jauh tanpa batas dari diri seseorang.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku mengembangkan rasa yang telah lepas dari nafsu-nafsu agar mampu merasakan keberadaan Allah SWT dalam dirinya secara nyata.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
10. Gusti Iku Sambaten Nalika Sira Nanndang Kasengsaran Lan Pujinen Yen Sira
Lagi Nampa Kanugrahaning Pangeran Allah SWT.
Makna Gust Iku SambatenNalika Sira Nanndang Kasengsaran Lan Pujinen Yen Sira Lagi Nampa Kanugrahaning Pangeran Allah SWT adalah Allah SWT merupakan sumber cahaya (Pepadhang) dan tempat puji syukur disampaikan seseorang.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku dalam duka maupun suka selalu Manembah kepada Allah SWT.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
11. Hadhepono mukanira iku marang ingkang katon rarahine. Rarahi kang luwih
kang katon Sawehgung.
Makna Hadhepono mukanira iku marang ingkang katon rarahine. Rarahi kang luwih kang katon Sawehgung adalah semua yang tampak dialam semesta merupakan ciptaan dan gambaran wajah Allah SWT.
Makna tresebut duwujudkan dalam sikap dan perilaku sadar dirinya adalah Ciptaan Allah SWT, yang selalu manembah kepada-Nya, dan hidup sesuai dengan tuntunan-Nya.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
12. Heneng.
Makna Heneng adalah kondisi internal seseorang dimana pikiran, perasaan, dan kemauan dalam keadaan diam total, sehingga ia mampu merasakan Nikmat Cinta Kasih Sayang Allah SWT
yang berada dalam dirinya.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu tenang, arif, penuh cinta kasih kepada siapapun.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT
13. Hening.
Makna Hening adalah keadaan batin seseorang yang jernih dan bersih, sebagai akibat telah diamnya secara total pikiran, perasaan, kemauan, sehingga mampu merasakan dan memancarkan cahaya cinta kasih Allah SWT yang berada dalam dirinya di tengah-tengah sesame hidup.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku tenang, arif, dalam melakukan penghayatan agar dapat menuju kepada Allah SWT.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT
dan sesama hidup.
14. Jangan Menyembah Selain Kepada Allah SWT.
Makna Jangan Menyembah Selain Kepada Allah SWT adalah kesadaran bahwa satu-satunya yang harus disembah adalah Allah SWT.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu menyembah Allah SWT dan tidak mempersekutukan-Nya.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
15. Manunggaling Kawula Gusti Atau Jumbuhing Kawula Gusti.
Makna Manunggaling Kawula Gusti Atau Jumbuhing Kawula Gusti adalah menyatunya secara total pikiran, perasaan, dan kemauan seseorang dalam cinta kasih Allah SWT yang berada dalam dirinya.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku penuh cinta kasih kepada siapapun dan apapun, dimanapun, kapanpun, dan dalam keadaan bagaimanapun.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT
dan sesama hidup.
16. Kawula Mung Saderma, Mobah-mosik kersaning ALLAH Hyang Sukma.
Makna Kawula Mung Saderma, Mobah-mosik kersaning Gusti Allah inggih Hyang Sukma adalah manusia sekedar menjalankan kewajiban segala gerak kehidupan yang ada karena kehendak Allah SWT.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku segala gerak kehidupan yang dijalani merupakan kehendak Allah SWT.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
17. Manembah.
Makna Manembah adalah menghubungkan diri secara sadar: mendekat, menyatu, dan manunggal dengan Allah SWT. Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
18. Manungsa Mung Ngunduh Wohing Pakarti.
Makna Manungsa Mung Ngunduh Wohing Pakarti apapun wujud kehidupan manusia yang dijalani, baik atau buruk, semua itu adalah hasil dari perbuatannya sendiri.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu hidup dalam cinta kasih Allah SWT agar mampu menjalani hidup penuh cinta kasih kepada sesama hidup, dalam rangka mewujudkan kehidupan yang baik.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT dan sesama hidup.
19. Mencari Keselamatan dan Kebahagiaan Lahir Batin di Dunia maupun di Alam Langgeng .
Makna Mencari Keselamatan dan Kebahagiaan Lahir Batin di Dunia maupun di Alam Langgeng adalah terpenuhinya kebutuhan lahir batin seseorang secara sinergik-harmonis sesuai dengan keharusan kodratinya, yang mengantar seseorang mampu mewujudkan kondisi Manungguling Kawula Gusti di dunia dan nantinya di alam langgeng yang merupakan akhir perjalanan hidup seseorang.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku menjalani hidup sesuai dengan hukum-hukum kodrati yang merupakan manifestasi dari Maha Kuasa, Maha Asih, Maha Adil nya Allah SWT.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT
dan sesama hidup.
20. Mohon, Mangesthi, Mangastuti, Marem.
Makna Mohon, Mangesti, Mangastuti, Marem adalah seseorang perlu sepenuhnya selalu memohon kepada Allah SWT, agar mendapat Rahmat dan Tuntunan-Nya bagaimana seharusnya menjalani hidupnya di dunia, disertai laku menyatukan pikiran, perasaan, kemauan (mangesthi) manunggal dalam haribaan cinta kasih Allah SWT, yang menjadikan seseorang berada dalam kondisi manembah secara total kepada Allah SWT (Mangastuti) akhirnya seseorang merasakan bahagia, damai, tenteram, dalam wujud ktualnya kepuasan spiritual (Marem)
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu menjalankan ibadah sesuai dengan petunjuk.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
21. Narimo Ing Pandum.
Makna Narimo Ing Pandum adalah apapun wujud yang di anugerahkan Allah SWT kepada dirinya, diterima dengan penuh lapang dada.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku menjalani kenyataan hidup, apapun wujudnya, dengan tenang, gembira dan damai.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
22. Natas, Nitis, Netes.
Makna Natas, Nitis, Netes adalah jiwa manusia itu berasal dari Allah SWT, dapat menjadi sempurna kembali kepada Allah SWT, namun dapat pula kembali dilahirkan di dunia, semua itu tergantung perbuatan manusia sendiri.
Makna tersebut dapat diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu mengembangkan Manembah yang sungguh-sungguh kepada Allah SWT agar dapat sempurna kembali kepafa Allah SWT.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
23. Nenging Pancadriya, Nenging Rasa.
Makna Nenging Pancadriya, Nenging Rasa adalah manembah, panca indera dan rasa dalam keadaan diam total.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku membangun kondisi : mbudheg, micek, mbisu (tidak menanggapi apa yang didengar, dan dilihat serta tidak berkata-kata).
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT dan sesamanya.
24. Nora Keguh Kecopaking Iwak, Grombyanging wong, Semilake Wentis Kuning.
Makna Nora Keguh Kecopaking Iwak, Grombyanging wong, Semilake Wentis Kuning adalah dalam menjalankan tapa brata diperlukan kemampuan untuk tidak terpengaruh oleh: kenikmatan lahiriah semata (Kecopaking Iwak), galaunya suara orang (Grombyanging Wong), dan dorongan seks yang tidak sehat (Semilake Wentis Kuning).
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku mengembangkan budaya hidup suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT dan sesamanya.
25. Olah Raga, Olah Rsa, Olah Jiwa.
Makna Olah Raga, Olah Rsa , Olah Jiwa adalah terjaminnya kondisi raga, rasa, jiwa yang prima, yang siap mewujudkan kondisi Manunggaling Kawula Gusti.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku mengusahakan dinamika hidup ragawi-jiwani sinergik-harmonis sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi mutakhir yang berada dalam bimbingan Allah SWT.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT
dan sesame hidup.
26. Ora Kena Melikan.
Makna Ora Kena Melikan adalah kesadaran bahwa segala sesuatu termasuk kebendaan berasal dari Allah SWT, dan masing-masing diberi hak yang berbeda.
Makna tersebut diwujudkandalam sikap dan perilaku tidak serakah.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
27. Ora Kena Ngresula Marang Peparinge Kang Maha Kuwasa ;
Makna Ora Kena Ngresula Marang Peparinge Kang Maha Kuwasa adalah tidak boleh mengeluh atas segala pemberian Allah SWT.
Makna tersebut duwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu menerima segala pemberian Allah SWT dengan tulus Iklas dan lapang dada.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
28. Ora Rumangsa Bisa, Nanging Bisa Rumangsa Yen Mobah Mosik Kersaning Allah Hyang Sukma.
Makna Ora Rumangsa Bisa, Nanging Bisa Rumangsa Yen Mobah Mosik Kersaning Allah Hyang Sukma adalah kesadaran bahwa manusia tidak memiliki kelebihan apapun karena semua adalah kodrat dari Allah SWT.
Makna tersebut dapat diwujudkan dalam sikap dan perilaku menciptakan keseimbangan dan keselarasan serta menghargai hak-hak yang dimiliki setiap manusia.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT dan sesamanya.
29. Owah Gingsiring Kahanan Iku Saka Kersaning Pengeran Kang Murbeng Jagad.
Makna Owah Gingsiring Kahanan Iku Saka Kersaning Pengeran Kang Murbeng Jagad adalah perubahan keadaan itu merupakan kehendak Allah SWT.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku siap menerima perubahan keadaan dengan lapang dada dan iklas.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
30. Pengeran Iku Ana ing ngendi papan, Aneng Sira uga ana
Pengeran, Nanging Aja Sira Kumawani Ngaku Pengeran.
Makna Pengeran (Allah SWT) Iku Ana ing ngendi papan, Aneng Sira uga ana Pengeran, Nanging Aja Sira Kumawani Ngaku Pangeran adalah sekalipun Allah SWT berada dimana-mana, dan ada pula dalam diri seseorang, namun jangan sekali-sekali ia berani menyatakan bahwa dirinya adalah Allah SWT.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu sadar bahwa dirinya adalah Hamba Allah SWT, yang selalu Manembah kepada Allah SWT dan rendah hati.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
31. Pengeran Iku Bisa Ngrusak Kahanan Kang Wis Ora
Diperlokake, lan Bisa Gawe Kahanan Anyar kang Diperlokake.
Makna Pengeran Iku Bisa Ngrusak Kahanan Kang Wis Ora Diperlokake, lan Bisa Gawe Kahanan Anyar kang Diperlokake adalah Allah SWT lah yang menentukan keadaan mana yang sudah tidak diperlukan, dan keadaan baru yang diperlukan.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku siap menerima apapun yang telah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT dan sesamanya.
32. Pengeran Iku Kuwasa Tanpa Piranti, Akarya Jagad Saisine,
Kang Katon lan Kang Ora Kasat Mata.
Makna Pengeran Iku Kuwasa Tanpa Piranti, Akarya Jagad Saisine, Kang Katon lan Kang Ora Kasat Mata adalah bahwa kekuasaan Allah SWT itu di luar jangkauan manusia.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku sadar sepenuhnya ke Maha Kuasaan Allah SWT, apapun yang dikehendaki-Nya, maka Jadilah.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
33. Pengeran Iku Langgeng Tan Kena Kinaya Ngapa, Sangkan
Paraning Dumadi.
Makna Pengeran Iku Langgeng Tan Kena Kinaya Ngapa, Sangkan Paraning Dumadi adalah bahwa Allah SWT itu Kekal tidak dapat dijangkau oleh daya pikir yang bagaimanapun, Dia adalah asal dan tujuan dari segala yang dihidupkan.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku secara konsistendan konsekuen menjalani hidup dalam cinta kasih Allah SWT, sehingga perjalanan hidupnya di dunia secara alami selalu memancarkan cinta kasih kepada siapapun dan apapun, dimanapun, kapanpun,dan dalam keadaan bagaimanapun.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT dan sesama hidup.
34. Pangeran Iku Maha Kuwasa, Pepesthen Saka Kersaning
Pengeran Ora Ana Sing Bisa Murungake.
Makna Pengeran (Allah SWT) Iku Maha Kuwasa, Pepesthen Saka Kersaning Pangeran
(Allah SWT) Ora Ana Sing Bisa Murungake adalah Allah SWT itu Maha Kuasa, kepastian dari Kehendak Allah SWT tidak ada yang dapat membatalkan.
Makna tersebut duwujudkan dalam sikap dan perilaku siap menghadapi apapun yang terjadi dengan lapang dada.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
35. Pengeran Iku Maha Welas Lan Maha Asih, Hayuning Bawana
Marga Saka Kanugrahaning Pengeran.
Makna Pengeran (Allah SWT) Iku Maha Welas Lan Maha Asih, Hayuning Bawana Marga Saka Kanugrahaning Pangeran (Allah SWT adalah Allah SWT itu Maha Penyayang dan Maha Pengasih, keindahan dunia merupakan anugerah-Nya.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang saling mengasihi dan menyayangi di antara sesame manusia dan menciptakan suasana damai dan sejahtera.
Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
36. Pengeran Iku Ngowahi Kahanan Apa Wae Tan Kena Kinaya Ngapa.
Makna Pengeran Iku Ngowahi Kahanan Apa Wae Tan Kena Kinaya Ngapa adalah Allah SWT itu mengubah keadaan apapun tidak dapat dijangkau dengan dinamika daya piker yang bagaimanapun juga.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku siap menghadapi dan menerima perubahan keadaan yang tidak terduga, dengan penuh rasa tanggung jawab dan lapang dada.
Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
37. Pengeran Nitahake Siro iku lantaran saka Biyungiro, Mula
kudu Ngurmati Biyungira.
Makna Pengeran Nitahake Siro iku lantaran saka Biyungiro, Mula kudu Ngurmati Biyungira adalah bahwa ibu merupakan seorang yang dipilih Allah SWT sebagai peran serta lahirnya seseorang, karenanya seseorang harus menghormati Ibu.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu menghormati dan berbakti pada Sang Ibu penuh cinta kasih saying dimanapun, kapanpun, dan dalam keadaan yang bagaimanapun.
Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan orang tua, terutama ibu.
38. Pangeran ( ALLAH. SWT ) Iku Ora Mbedak-Mbedakake Kawulane ;
Makna Pangeran ( ALLAH. SWT ) Iku Ora Mbedak-Mbedakake Kawulane adalah ALLAH. SWT ( Tuhan Yang Maha Esa ) tidak membeda-bedakan makhluknya, artinya ALLAH. SWT ( Tuhan Yang Maha Esa ) mencintai manusia tanpa memandang perbedaan seperti kaya atau miskin, pandai atau bodoh, tua atau muda, cantik ataupun jelek dan sebagainya.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku mencintai sesame manusia tanpa membeda-bedakan atas dasar status, usia, jenis kelamin dan sebagainya.
Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan ALLAH. SWT
( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesamanya.
39. Pangeran ( ALLAH. SWT ) Iku Siji, Ana Ing Ngendi-Endi Papan, Langgeng,
Sing Nganaake Jagad Saisine, Dadi Sesembahan Manungsa Alam Kabeh,
Nganggo Carane Dhewe-dhewe ;
Makna Pangeran ( ALLAH. SWT ) Iku Siji, Ana Ing Ngendi-Endi Papan, Langgeng, Sing Nganaake Jagad Saisine, Dadi Sesembahan Manungsa Alam Kabeh, Nganggo Carane Dhewe-dhewe adalah ALLAH. SWT ( Tuhan Yang Maha Esa ) itu satu, ada dimana-mana, Langgeng. Menjadi sesembahan manusia sejagat dengan caranya sendiri-sendiri.
Makna tersebut duwujudkan dalam sikap dan perilaku sadar bahwa yang disembah Manusia sejagad hanyalah sat ALLAH. SWT ( Tuhan Yang Maha Esa ) tetapi caranya yang berbeda-beda, tetap menghormati, menghargai, bersahabat, bersaudara, dan mencintai siapapun sekalipun caranya Manembah kepada ALLAH. SWT ( Tuhan Yang Maha Esa ) berbeda.
Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan ALLAH. SWT
( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesamanya.
40. Pan Kawula Duwene Mung Sifat Derma ;
Makna Pan Kawula Duwene Mung Sifat Derma adalah manusia hanyalah memiliki kewajiban, yakni kewajiban Manembah kepada ALLAH. SWT ( Tuhan Yang Maha Esa ).
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku menjalani hidup sebagai sebuah pengabdian kepada ALLAH. SWT ( Tuhan Yang Maha Esa ).
Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan ALLAH. SWT
( Tuhan Yang Maha Esa ).
41. Pan Kawula Nora Kuwasa ;
Makna Pan Kawula Nora Kuwasa adalah manusia tidak memiliki kekuasaan apa-apa , yang memiliki kekuasaan hanyalah ALLAH. SWT ( Tuhan Yang Maha Esa ).
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku bersahaja, sopan, santun, menghormati,menghargai, bersahabat, bersaudara, mencintai siapapun dan apapun.
Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan ALLAH. SWT
( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesama hidup.
42. Pasrah Gesang Dhateng Pangeran ( ALLAH. SWT ) ;
Makna Pasrah Gesang Dhateng Pangeran ( ALLAH. SWT ) adalah menyerahkan hidup yang dijalani kepada ALLAH. SWT ( Tuhan Yang Maha Esa ).
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu menerima apapun yang mengenai dirinya dengan lapang dada.
Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan ALLAH. SWT
( Tuhan Yang Maha Esa ).
43. Pasrah Marang Pengeran Iku Ora Ateges Ora Gelem Nyambut
Gawe, Nanging Percoyo yen Pengeran Iku Maha Kuwasa, Dene
Kasil Orane apa kang kita Sedya Kuwi Marga Saka Kersaning Pengeran.
Makna Pasrah Marang Pengeran (Allah SWT) Iku Ora Ateges Ora Gelem Nyambut Gawe, Nanging Percoyo yen Pangeran (Allah SWT) Iku Maha Kuwasa. Dene Kasil Orane apa kang kita Sedya Kuwi Marga Saka Kersaning Pangeran (Allah SWT) adalah semua upaya yang kita lakukan selalu disertai rasa berserah diri dan bersandar pada kehendak Allah SWT.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku sadar perlunya bekerja dengan sungguh-sungguh, namun sadar pula bahwa Allah SWT yang menentukan hasilnya.
Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
44. Purwa Madya Wasana ;
Makna Purwa Madya Wasana adalah ALLAH. SWT ( Tuhan Yang Maha Esa ) telah menggariskan, awal kehidupan seseorang itu berada dalam kandungan ibu, kemudian lahir, tumbuh, dan berkembang didunia, akhirnya kembali keharibaan ALLAH. SWT ( Tuhan Yang Maha Esa ).
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perlaku selalu mengisi kehidupan dengan perbuatan baik dan menjauhi berbagai larangan ALLAH. SWT ( Tuhan Yang Maha Esa ) sehingga diterima pada saat kematiannya tiba.
Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan ALLAH. SWT
( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesama.
45. Sabgja-begjane kang lali, Luwih begja kang Eling klawan Waspada ;
Makna Sabgja-begjane kang lali, Luwih begja kang Eling klawan Waspada adalah bahwa manusia tidak boleh lupa kepada ALLAH. SWT ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan tidak boleh lengah terhadap lingkungan sekitarnya.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu menyembah ALLAH. SWT
( Tuhan Yang Maha Esa ) dan mempertimbangkan segala sesuatu sebelum bertindak.
Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan ALLAH. SWT
( Tuhan Yang Maha Esa ).
46. Sangkan Paraning Dumadi ;
Makna Sangkan Paraning Dumadi adalah bahwa ALLAH. SWT ( Tuhan Yang Maha Esa ) itu Kekal tidak dapat dijangkau oleh daya pikir yang bagaimanapun, Dia adalah asal dan tujuan dari segala yang dihidupkan.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku secara konsistendan konsekuen menjalani hidup dalam cinta kasih ALLAH. SWT ( Tuhan Yang Maha Esa ), sehingga perjalanan hidupnya di dunia secara alami selalu memancarkan cinta kasih kepada siapapun dan apapun, dimanapun, kapanpun,dan dalam keadaan bagaimanapun.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan ALLAH. SWT
( Tuhan Yang Maha Esa ) dan sesama hidup.
47. Sangkan Paraning Urip.
Makna Sangkan Paraning Urip adalah bahwa Allah SWT itu Kekal tidak dapat dijangkau oleh daya pikir yang bagaimanapun, Dia adalah asal dan tujuan dari segala yang dihidupkan.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku secara konsistendan konsekuen menjalani hidup dalam cinta kasih Allah SWT, sehingga perjalanan hidupnya di dunia secara alami selalu memancarkan cinta kasih kepada siapapun dan apapun, dimanapun, kapanpun, dan dalam keadaan bagaimanapun.
Sikap dan Perilaku tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT
dan sesama hidup.
48. Sujud Manembah Pengeran Allah SWT Kang Maha Kuwasa.
Makna Manembah adalah menghubungkan diri secara sadar: mendekat, menyatu, dan manunggal dengan Allah SWT.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT
49. Sumarah Lan Sumendhe Marang Kersaning Gusti.
Makna Sumarah Lan Sumendhe Marang Kersaning Gusti adalah semua upaya yang dilakukan selalu disertai rasa berserah diri dan bersandar pada kehendak Allah SWT.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku sadra perlunya bekerja dengan sungguh-sungguh, namun sadar pula bahwa Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa-lah yang menentukan hasilnya.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
50. Tansah Ajeg Mesu Budi Lan Raga Nganggo Cara Ngurangi Mangan lan Turu.
Makna Tansah Ajeg Mesu Budi Lan raga Nganggo Cara Ngurangi Mangan lan Turu adalah kesadaran bahwa hidup dan jiwa yang bersih terbenruk dari kebiasaan-kebiasaan yang teratur dan tidak makan atau tidur berlebihan.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku taat beribadah sesuai dengan keyakinannya masing-masing dan menghindari segala makanan dan tidur yang tidak menyehatkan.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT
dan dirinya sendiri.
51. TAPA BRATA.
Makna Tapa Brata adalah menjalankan laku manembah untuk mendekat, menyatu, dan manunggal kepada Allah SWT.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku, menjadikan tapa brata sebagai budaya hidup sehari-hari dengan menghindari nafsu-nafsu, menjalankan puasa dan seabgainya.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT.
52. TAWAKAL.
Makna Sumarah Lan Sumendhe Marang Kersaning Gusti adalah semua upaya yang dilakukan selalu disertai rasa berserah diri dan bersandar pada kehendak Allah SWT.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku sadra perlunya bekerja dengan sungguh-sungguh, namun sadar pula bahwa Allah. SWT, lah yang menentukan hasilnya.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT
53. WASPADA.
Makna waspada adalah selalu awas terhadap segala hal yang tidak sesuai dengan nilai luhur Ketuhanan Yang Maha Esa.
Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku setiap perbuatan apapun selalu dilambari rasa Ketuhanan yang Maha Esa.
Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Allah SWT dan sesamanya.