HIKMAH PERANG BADAR DAN PERANG UHUD
Bagi kaum muslimin, Ramadan tidak hanya memiliki arti bulan suci semata. Di bulan tersebut, umat Islam diwajibkan untuk menahan diri dari rasa lapar, haus serta menahan emosi. Bulan Ramadan merupakan saat penting di mana Al-Quran diturunkan. Tidak hanya itu, bulan Ramadan juga menjadi pengingat bahwa pernah terjadi peperangan yang sangat dahsyat bagi umat Islam, yaitu perang badar.
Perang Badar terjadi pada bulan Ramadhan tahun kedua sesudah umat Islam melakukan Hijrah. Umat Islam berhasil memenangi perang badar tersebut. Dalam sejarah, perang badar merupakan kemenangan agung karena para pejuang Islam berhasil menentang kemusyrikan dan kebatilan.
Latar Belakang Terjadinya Perang Badar Umat Islam Menghadang Kafilah Abu Sufyan untuk Mengambil Hak yang Pernah Dirampas Kaum Quraisy Pasukan Umat Islam Kalah dalam Jumlah, Tapi Tetap Semangat Jihad Perang Badar Dimenangkan oleh Umat Islam Hikmah dari Perang Badar yang Dapat Diteladani Kaum Muslim Beberapa Pemicu Terjadinya Perang Badar Kubra1.
Umat Islam Mengalami Penindasan dan Teror oleh Kaum Quraisy. Kebencian Abu Jahal Terhadap Nabi Muhammad SAW Memicu Ide Pembunuhan. Umat Islam Diusir dan Seluruh Hartanya Dirampas
TERJADINYA PERANG BADAR
Perang Badar terjadi pada 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan tahun kedua Hijriah. Perang Badar melibatkan 314 pasukan umat Islam yang melawan lebih dari 1.000 orang dari kaum Quraisy. Perang badar merupakan perang pertama yang dijalani umat Islam sejak peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW pada 622 Masehi.
Di dalam Al-Quran, perang badar dijelaskan dalam beberapa ayat di Surat Ali-Imran.
QS 3:123 : “Sesungguhnya Allah telah menolongmu dalam peperangan Badar. Padahal, kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Oleh sebab itu, bertakwalah kepada Allah agar kamu mensyukuri-Nya.”
QS 3:124: “(Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin ‘Apakah tidak cukup bagimu Allah membantumu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?.
QS 3:125: “Ya (cukup). Jika kamu bersabar dan siap siaga, lalu mereka datang menyerangmu dengan seketika, niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.”
QS 3:126: “Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu agar tentram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa.
Secara historis, kata “badar” berasal dari nama sumber mata air yang terletak di antara Makkah dan Madinah. Oleh sebab itu, perang besar di bulan suci Ramadan itu dinamakan perang badar. Pada mulanya, tersiar kabar di Kota Madinah bahwa ada kafilah besar dari kaum Quraisy yang meninggalkan Syam untuk pulang ke Makkah. Kafilah tersebut membawa barang-barang perniagaan yang nilainya sangat besar berupa 1.000 ekor unta beserta barang-barang berharga lainnya.
Umat Islam Menghadang Kafilah Abu Sufyan untuk Mengambil Hak yang Pernah Dirampas Kaum Quraisy
Umat Islam lantas menghadang kafilah dagang Abu Sufyan yang membawa barang dagangan Quraisy dari Syam. Alasan penghadangan tersebut adalah keinginan umat Islam untuk mengambil hak-hak mereka yang dulu pernah dirampas oleh kaum Quraisy. Sementara, di kalangan kaum Quraisy tumbuh rasa cemburu akibat perkembangan Kota Madinah di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.
Namun demikian, perang badar sesunggunya terjadi karena umat Islam ingin mempertahankan eksistensi agama Islam. Selain itu, Nabi Muhammad SAW berperang melawan kaum Quraisy juga bukan untuk meraih kekuasaan, kekayaan, kesenangan pribadi atau golongan semata. Lebih dari itu, Nabi Muhammad SAW ingin menegakkan agama Islam di muka bumi.
Pasukan Umat Islam Kalah dalam Jumlah, Tapi Tetap Semangat Jihad
Perang Badar terjadi saat 17 Ramadhan tahun 2 Hijriah pada pagi hari. Pasukan umat muslim dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW, sementara pasukan dari kaum Quraisy dipimpin oleh Abu Jahal.
Dalam peperangan tersebut, umat Islam mengambil posisi yang terdekat dengan sumber air. Tempat tersebut dipilih oleh Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu bentuk strategi perang. Umat Islam memanfaatkan kondisi geografis dari Kawasan Badar.
Misalnya, sahabat Saad bin Muadz membuat gundukan tanah di sekitar lokasi peperangan. Hal itu bertujuan agar Nabi Muhammad SAW bisa mengawasi jalannya perang serta memprediksi pola serangan yang tepat guna mengalahkan pasukan kaum Quraisy.
Dalam perang badar tersebut, Nabi Muhammad SAW memimpin langsung penyerangan terhadap kaum Quraisy. Peperangan itu melibatkan 313 kaum muslim, 8 pedang, 6 baju perang, 70 ekor unta, serta 2 ekor kuda.
Sementara, pasukan dari kaum Quraisy mengerahkan pasukan 1.000 orang, 600 persenjataan lengkap, 700 unta, serta 300 kuda. Meskipun kalah dalam jumlah pasukan, kaum muslim tetap bersemangat untuk berjihad di bulan Ramadhan. Semangat perang itu berhasil menewaskan tiga pimpinan perang dari pasukan kaum Quraisy, yaitu Utbah, Syaibah, dan Walid bin Utbah.
Di antara pasukan Quraisy yang menyerang umat Islam, terdapat kerabat Nabi Muhammad SAW dari kabilah Bani Hasyim. Mereka adalah paman nabi, Abbas bin Abdul Muthalib, Hakim (sepupu Khadijah), dan lain sebagainya.
Sesungguhnya pertempuran besar dalam perang badar itu di luar perkiraan umat muslim. Sebab, sejak awal Nabi Muhammad SAW telah merencanakan pengerahan pasukan muslim untuk peperangan biasa, bukan perang besar. Oleh sebab itu, pasukan umat Islam hanya berjumlah 313 orang.
Saat melihat banyaknya tentara kaum kafir Quraisy berserta kelengkapan persenjataan, zirah, tombak, pedang, dan alat tempur lainnya, Nabi Muhammad SAW sempat menangis. Dia lantas berdoa kepada Allah SWT. “Ya Allah. Jikalau rombongan yang bersamaku ini ditakdirkan untuk binasa, maka tidak akan ada seorang pun setelah aku yang akan menyembah-Mu. Semua orang yang beriman akan meninggalkan agama Islam nan sejati ini.”
Setelah berdoa, Nabi Muhammad SAW merancang strategi peperangan. Dia menjajarkan pasukan kaum muslim dalam formasi rapat. Dia juga memerintahkan agar sumur-sumur segera dikuasai untuk memutus pasokan air ke kaum kafir Quraisy. Selain itu, perang juga diawali dengan pertempuran jarak jauh.
Saat pasukan kafir Quraisy bertolak untuk menyerang, umat Islam tidak segera menyambutnya dengan adu fisik secara langsung. Mereka terlebih dahulu menembakkan anak-anak panah dari kejauhan. Kemudian, barulah mereka menghunus pedang dan melakukan pertempuran.
Lewat tengah hari, sebanyak 50 pemimpin pasukan kafir Quraisy tewas, termasuk Abu Jahal. Sementara itu, banyak sisanya yang lari tunggang-langgang. Sementara itu, korban dari kaum muslim hanya 14 orang. Selain memukul mundur 1000 tentara dari Quraisy, umat Islam juga berhasil mengambil rampasan 600 persenjataan lengkap, 700 unta, 300 kuda, serta perniagaan milik kafilah Abu Sufyan.
Dengan kecerdikan Nabi Muhammad dan kedisiplinan pasukannya, umat Islam berhasil membalikkan keadaan yang membuat kehormatan dan kemuliaan Islam makin tegak di Jazirah, seperti halnya yang dibahas pada buku Perang Badar karya Abdul Hamid Jaudah al-Sahhar.
UMAT ISLAM MENANG DI PERANG BADAR
Pada akhirnya, perang badar dimenangkan oleh pasukan dari umat Islam. Kemenangan pada perang badar tersebut membuat posisi Islam di kawasan Madinah kian kuat. Sementara, kaum Quraisy yang kalah di perang badar harus menelan kekecewaan mendalam. Mereka pun semakin berhasrat untuk membalas dendam dengan persiapan yang jauh lebih matang.
Bagi umat Islam, perang badar adalah peristiwa besar, apalagi terjadinya pada bulan suci Ramadan. Perang badar menjadi pertempuran besar pertama umat Islam dalam melawan musuh. Melalui pertolongan Allah lah kaum muslim berhasil menang meskipun kalah jumlah. Bahkan, Allah SWT menamai perang badar sebagai Yaum Al-Furqan alias hari pembeda.
Sebab, pada hari itu telah dibedakan mana saja yang haq dan yang batil. Saat itu Allah SWT menurunkan pertolongan besar untuk umat Islam dan memenangkan mereka atas musuh-musuhnya, yaitu kaum kafir Quraisy.
Temukan perjalanan perang umat Islam dalam membela ajaran yang dianutnya pada buku Seni Perang Dalam Islam karya A.R. Shohibul Ulum.
Hikmah dari Perang Badar yang Dapat Diteladani Kaum Muslim
Perang badar diriwayatkan tidak memakan waktu lama. Hanya butuh waktu sekitar dua jam bagi pasukan muslim untuk menghancurkan pertahanan tantara kafir Quraisy. Segala kekacauan yang terjadi tersebut dimanfaatkan untuk memenangkan perang. Setelah perang badar usai, Nabi Muhammad SAW mengucapkan hal yang sangat penting dalam perjalanan pulang.
Wahai kaumku. Kita baru saja kembali dari jihad kecil (perang badar) dan menuju jihad besar.”
Mendengar hal itu, para sahabat pun langsung terheran-heran. Sebab, perang badar yang sangat menentukan nasib kaum muslim hanya dianggap oleh Nabi Muhammad SAW sebagai jihad kecil.
Para sahabat pun bertanya, Apakah jihad yang lebih besar dari (perang badar) itu, Wahai Rasulullah?
Jihad melawan hawa nafsu,”jawab Nabi Muhammad SAW.
Menurut Rasulullah SAW, melawan segala hawa nafsu adalah hakikat dari jihad yang sebenarnya. Oleh sebab itu, salah satu hikmah dari perang badar di bulan Ramadan adalah semangat berjihad melawan hawa nafsu.
Meskipun demikian, saat terjadi perang badar terdapat rukhsah atau keringanan bagi kaum muslim untuk tidak melakukan puasa. Hal ini disampaikan oleh Abu Sa’id Al-Khudri, “Kami berperang bersama Rasulullah SAW. Di antara kami ada yang berpuasa, namun ada pula yang berbuka. Orang yang berpuasa tidak mencela orang yang berbuka. Sebaliknya, orang yang berbuka tidak mencela orang yang berpuasa.” (H.R. Ibnu Mulaqqin).
TERJADINYA PERANG BADAR KUBRA
Seperti diketahui, Nabi Muhammad SAW terlahir dari keluarga Bani Hasyim dan suku Quraisy. Sejak Nabi Muhammad menerima wahyu di usia 40 tahun, perjalanan dakwahnya dilindungi oleh sang paman, pemimpin Bani Hasyim yang berasal dari suku Quraisy, yakni Abu Thalib. Pascakematian Abu Thalib pada 619 M, kepemimpinan Bani Hasyim diteruskan kepada Amr bin Hisyam alias Abu Jahal yang sangat memusuhi Muhammad SAW.
Kemunculan Nabi Muhammad SAW serta kegiatan dakwahnya secara tidak langsung telah mengancam posisi Abu Jahal sebagai penguasa Makkah. Selain itu, kaum Quraisy lainnya juga melihat umat Islam sebagai penjahat yang mengancam lingkungan serta kewibawaan mereka.
Perjuangan umat Islam sejak perang Badar hingga perang era Khulafaur Rasyidin, kronologi serta berbagai nilai yang diajaran Nabi Muhammad SAW di dalamnya pada buku Kemelut Perang Di Zaman Rasulullah.
1. Umat Islam Mengalami Penindasan dan Teror oleh Kaum Quraisy
Sebelum perang badar terjadi, umat Islam mengalami perlakuan buruk dari kaum kafir Quraisy. Penindasan itu tidak hanya terjadi di Kota Makkah, tekanan itu juga dirasakan hingga ke Madinah. Teror demi terror dilakukan oleh kaum kafir Quraisy. Mereka menyerang serta menguasai harta benda kaum muslim lantaran takut hasil perdagangan akan banyak berpindah kepada kaum muslim. Tidak hanya itu, kaum kafir Quraisy yang menyatakan beriman dan memeluk agama Islam langsung dikeluarkan dari sukunya. Menurut kaum Quraisy, itu merupakan suatu hinaan serius sehingga memicu terjadinya peperangan, yaitu Badar Kubra atau lebih dikenal sebagai perang badar.
Bahkan kaum Quraisy yang memeluk agama Islam menerima akibat dikeluarkan dari sukunya, yang mana hal tersebut merupakan suatu penghinaan yang amat serius bagi seseorang pada masa itu sehingga sanggup menjadi pemicu atau penyebab perang Badar Kubra.
2. Kebencian Abu Jahal Terhadap Nabi Muhammad SAW Memicu Ide Pembunuhan
Seperti diketahui, kebencian Abu Jahal terhadap Nabi Muhammad SAW dan umat Islam telah muncul sejak nabi menerima dan menyebarkan wahyu pertamanya. Bagi Abu Jahal, ajaran baru Nabi Muhammad SAW tersebut bukan hanya keluar dari budaya warisan nenek moyang, melainkan juga menyinggung eksistensi Abu Jahal sebagai tokoh masyarakat Quraisy Makkah.
Intimidasi dan penganiayaan terhadap Nabi Muhammad SAW semakin menjadi-jadi setelah Abu Thalib meninggal dunia. Misalnya, saat Nabi Muhammad SAW tengah berjalan-jalan di Kota Makkah, terdapat seorang anak muda Quraisy yang melemparinya kotoran. Setibanya di rumah, Fatimah, anak perempuan Rasulullah SAW yang masih kecil menangis melihat perlakuan yang diterima ayahnya. Nabi Muhammad SAW pun berupaya menenangkan gadis kecil kesayangannya itu.
Janganlah menangis, gadis kecilku, sebab Allah SWT akan melindungi ayahmu, ucap Nabi Muhammad SAW. Dia kemudian menambahkan kalimat itu untuk dirinya sendiri, Quraisy tidak pernah memperlakukanku seburuk ini ketika Abu Thalib masih hidup.
Pada kesempatan lain, Abu Jahal merencanakan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad SAW. Agar tidak menimbulkan dendam di keluarga Bani Hasyim (klan Nabi Muhammad SAW), Abu Jahal meminta setiap pemuda berpengaruh yang ada di bani Quraisy untuk terlibat.
Dengan demikian, setiap bani akan bertanggung jawab memberikan uang ganti darah yang memuaskan bagi keluarga Bani Hasyim. Di sisi lain, Bani Hasyim juga tak mungkin menuntut balas kepada mayoritas bani Quraisy. Namun demikian, persekongkolan tersebut telah diketahui Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril.
Akhirnya, Nabi Muhammad SAW memutuskan hijrah meninggalkan rumahnya bersama Abu Bakar menuju Yatsrib, Madinah. Nabi Muhammad SAW mengecoh musuh yang mengepung rumahnya dengan cara membiarkan Ali mengisi tempat tidurnya.
Saat hijrah, sebagian besar penduduk Madinah menyambut kedatangan Nabi Muhammad SAW dengan tangan terbuka. Hal itu ditandai dengan kesempatan saling melindungi antar kaum muslim, Yahudi, serta suku-suku di Yatsrib melalui Piagam Madinah.
Piagam Madinah menjadi tanda awal agama Islam sebagai pemersatu. Namun demikian, hal itu bukan berarti konflik dengan Quraisy Makkah mereda. Kaum Muhajirin atau penduduk Makkah yang ikut hijrah mengalami kesulitan dalam mencari nafkah di Madinah.
Banyak dari mereka yang menggantungkan hidup kepada kaum Anshar (penduduk Madinah yang sudah memeluk agama Islam). Saat itulah, Allah SWT menurunkan wahyu melalui Surat Al-Hajj: 39-40. Dalam surat tersebut disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW diizinkan berjihad bersama pengikutnya untuk memerangi orang yang memerangi mereka. Ini ayat Alquran yang berisi perintah jihad.
Setelah wahyu tentang jihad tersebut turun, Nabi Muhammad SAW bersama kaum Muhajirin menerapkan ghazwu (serangan demi bertahan hidup) yang biasa dilakukan oleh masyarakat Arab nomaden. Ghazwu akan menyasar kafilah dagang Quraisy Makkah. Fokus mereka adalah mengambil harta benda, hewan ternak, serta hasil dagang seraya menghindari jatuhnya korban jiwa.
3. Umat Islam Diusir dan Seluruh Hartanya Dirampas
Semenjak Nabi Muhammad SAW gencar berdakwah kepada kaumnya, orang-orang yang tergolong musyrik di Makkah sudah melancarkan peperangan. Mereka menghalalkan darah kaum muhajirin serta merebut paksa kekayaan umat muslim tersebut. Kekerasan terhadap umat muslim semakin meningkat manakala perlindungan dari Abu Thalib hilang.
Lantaran terus-menerus menerima teror dari kaum Quraisy, umat Islam pada akhirnya hijrah ke Madinah pada tahun 622 M. Namun, mereka meninggalkan harta bendanya untuk hijrah. Akibatnya, semua harta yang mereka miliki dirampas oleh kaum kafir Quraisy.
Demikianlah kisah perang badar yang terjadi di bulan suci Ramadhan. Semoga perjuangan kaum muslimin dalam memerangi kekafiran dapat menjadi pelajaran dan hikmah.
KISAH ALLAH TAK TURUNKAN MALAIKAT DI PERANG UHUD
Umat Islam tak meraih kemenangan di Perang Uhud.
Sejarah mencatat, umat Islam tak meraih kemenangan dalam perang Uhud meski sebelumnya sempat unggul terlebih dahulu.
Dalam kitab Sirah Nabawiyyah karya Muhammad Ridha dijelaskan, terdapat sejumlah pendapat dan juga hadis yang menyatakan mengenai perihal itu. Ubaid bin Umair misalnya, berkata : Para malaikat tidak ikut berperang dalam perang Uhud.
Senada dengan hal itu, Al-Waqidi pun berkata : Telah menceritakan kepadaku Ibnu Abi Sibrah dari Abdul Hamid bin Sahal, dari Umar bin al-Hakam, dia berkata : Rasulullah SAW tidak bertemu seorang pun malaikat dalam perang Uhud. Mereka (malaikat) hanya ada pada perang Badar.
Adapun pendapat yang tsabit (otentik) yang mengacu berdasarkan nash Alquran dan riwayat para sahabat adalah, para malaikat memang turun dan berperang dalam perang Badar. Sedangkan untuk perang Uhud, setidaknya terdapat 60 ayat Alquran yang mengabadikan peristiwa itu.
Mayoritas ulama yakni para ahli sejarah tentang peperangan Islammengatakan, ayat-ayat mengenai perang Uhud pada Surah Ali Imran ayat 121-122 cukup menjelaskan kondisi umat Muslim kala itu. Yakni secara jumlah, pasukan Muslim cukup banyak hanya saja mereka berpecah-belah dan melanggar perintah Rasulullah SAW, maka kekalahan pun berada di pihak Islam.
Untuk itulah kemudian Allah berfirman dalam Alquran Surah Ali Imran ayat 123 berbunyi :
Wa laqad nasharakumullahu bibadrin wa antum adzillatun fattaqullaha la’allakum tasykurun.
Artinya :
Sungguh Allah telah menolong kamu dalam perang Badar, padahal kamu (ketika itu) adalah orang-orang yang lemah. Karena itu, bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.
Mayoritas ulama berpendapat, Allah menurunkan malaikat di perang Badar sedangkan pada perang-perang lainnya tidak. Bantuan ini termasuk kategori mukjizat.
Sedangkan pada Surah Ali Imran ayat 125, Allah berfirman :
Bala In tashbiru wa tattaquu wa ya’tukum min faurihim hadza yumdidkum rabbukum bikhomsati alafin minal-mala-ikati musawwimin.
Artinya :
Ya (cukup), Jika kamu bersabar dan bertakwa, meski mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan 5.000 malaikat yang memakai tanda.
Dalam ayat ini, Allah menyatakan bahwa datangnya 5.000 malaikat itu ada syarat-syaratnya. Antara lain sabar, bertakwa, dan datangnya orang-orang kafir secara tiba-tiba. Manakala syarat itu tidak terpenuhi, maka yang dipersyaratkan pun tidak terjadi.
HIKMAH PERANG BADAR
Perang Badar merupakan peperangan antara kaum Muslim dan kaum Quraisy.
Perang Badar merupakan hari bersejarah bagi umat Islam yang dinilai sebagai tonggak kejayaan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman kini mahasiswa kurang mengetahui sejarah tersebut yang jatuh pada 13 Maret. Peristiwa tersebut dapat dijadikan pembelajaran berharga karena pada saat itu Rasulullah rela perjuangkan untuk agama Allah pada puasa Ramadhan.
Perang Badar merupakan perang yang memperjuangkan antara hak dan batil yang terjadi pada 17 Ramadhan tahun kedua hijriah.
Keunikan dan hikmah dari perang tersebut yaitu tidak menggunakan strategi apapun dan menjadi titik awal bangkitnya umat Islam serta wujud pertolongan Allah untuk menunjukkan kekuasaanNya.
Dirinya menambahkan, umat Islam pada saat Ramadhan diuji kesabarannya dengan terjadi peperangan. Perang tersebut merupakan suatu yang penting diketahui lantaran pada saat itu umat Islam menyaksikan perjuangan Rasulullah dalam membela agama dan hukum perang yang benar.
Mempelajari ilmu sejarah tentang perang tersebut merupakan fardu kifayah, namun sebaiknya umat Islam mengetahui sejarah Perang Badar tersebut karena dapat menjadi cermin umat Islam untuk disiplin dan sabar dalam menghadapi masalah, serta selalu mensyiarkan agama Islam.
Perang Badar adalah pertempuran pertama antara kaum muslim yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW, dengan kaum Quraisy yang dipimpin oleh Abu Jahal.
Perang Badar terjadi pada 17 Ramadhan tahun dua Hijriah atau pada 13 Maret 624 Masehi dan jumlah kaum muslim hanya 313 orang sedangkan kaum kafir Quraisy berjumlah seribu orang.
Dirinya menjelaskan, penyebab Perang Badar yang pertama yaitu kebencian Abu Jahal kepada Nabi Muhammad SAW, kedua yaitu harta kaum muslim dirampas oleh kaum Quraisy, ketiga yaitu penindasan yang dilakukan oleh kaum Quraisy. Namun, akhirnya perang tersebut dimenangkan oleh kaum muslim.
Hikmah dari perang tersebut dalam kehidupan sehari-hari yaitu mendahulukan niat, kemudian menyerahkan segala urusan kepada Allah, serta senantiasa mengingatNya. Doa merupakan senjata paling kuat yang dimiliki oleh seorang muslim.
HIKMAH PERANG UHUD
Salah satu peristiwa bersejarah yang tak pernah bisa dilupakan oleh umat Islam adalah peristiwa perang Uhud yang terjadi pada 7 Syawal tahun ke- 3 Hijriyah.Disebut perang Uhud karena terjadi di dekat bukit Uhud yang yang mempunyai ketinggian 1000 kaki dari permukaan tanah dengan panjang 5 mil. Perang ini merupakan upaya balas dendam kaum Quraisy atas kekalahannya di Perang Badar setahun sebelumnya.
Perang Uhud merupakan salah satu perang yang dipimpin langsung oleh Rasulullah. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa jumlah pasukan Islam saat itu hanya berjumlah 700 orang. Dan mereka harus berhadapan dengan pasukan Quraisy berjumlah 3000 orang yang dipimpin oleh Abu Sufyan.
Jika melihat kondisi dari gunung Uhud, bisa dibayangkan betapa sulitnya membuat strategi dan berperang di sekitaran gunung Uhud. Namun, pada saat itu Rasulullah menyusun strategi agar para pemanah dibawah komando Abdullah bin Jubair bin An-Nu’man Al-Anshari Al-Ausi berada di posisi atas bukit untuk melindungi pasukan Islam yang berjuang di bawah dengan cara menghujani panah kepada tentara Quraisy.
Sesaat sebelum mulai berperang, Rasulullah berpesan dengan tegas kepada para pasukan pemanah, Jika kalian melihat kami disambar burung sekalipun (kalah), maka janganlah kalian meninggalkan tempat kalian ini hingga aku mengirim utusan untuk memberi tahu. Dan jika kalian melihat kami mengalahkan musuh dan membuat mereka lari, maka janganlah kalian meninggalkan tempat kalian hingga aku mengirim utusan (HR. Bukhari no. 3039).
Ketika genderang perang mulai diserukan, Rasulullah dengan gagah berani memimpin pasukan muslim dan mendesak mundur pasukan Kafir. Sesaat strategi Rasulullah dengan menempatkan posisi pemanah di atas bukit mampu membuat pasukan musuh kewalahan dan mundur dari medan perang. Namun, kemenangan kaum muslim ini segera surut tatkala para pemanah yang saat itu berada di atas bukit turun dan mengambil harta rampasan perang ketika mereka melihat pasukan musuh melarikan diri.
Dalam satu riwayat dikatakan bahwa saat itu, pasukan pemanah yang menuruni bukit berjumlah 40 orang. Sementara yang menuruti perkataan Rasulullah hanya tinggal Abdullah bin Jubair dan 9 orang lainnya.
SERANGAN BALIK PASUKAN QURAISY
Ketika para pemanah turun dan mengambil harta rampasan perang, Khalid bin Walid, yang merupakan salah satu pemimpin kaum Quraisy pada saat itu, melihat peluang serangan balik. Khalid dan ratusan pasukan kavelerinya memutar kembali ke medan perang dan menyerbu pasukan muslim yang tidak sedang dalam formasi bertahan. Pasukan muslim pun terkejut bukan main, karena dalam keadaan lengah, mereka habis didesak oleh pasukan Quraisy.
Dalam Al-Qur’an dikisahkan :
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللّٰهُ وَعْدَهٗٓ اِذْ تَحُسُّوْنَهُمْ بِاِذْنِهٖ ۚ حَتّٰىٓ اِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِى الْاَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَآ اَرٰىكُمْ مَّا تُحِبُّوْنَ ۗ مِنْكُمْ مَّنْ يُّرِيْدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرِيْدُ الْاٰخِرَةَ
Dan sungguh, Allah telah memenuhi janji-Nya kepadamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mengabaikan perintah Rasul setelah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada (pula) orang yang menghendaki akhirat (QS. Ali-Imran [3]: 152).
Allah menggambarkan sebagian pasukan muslim saat itu tergiur dengan dunia (harta rampasan perang) hingga membalikkan kemenangan menjadi kekalahan. Akibatnya,banyak kaum muslim yang gugur sebagai syuhada. Rasulullah sendiri terluka dibagian wajah, gigi depan bagian bawahnya patah, dan topi bajanya melukai kepala beliau.
Salah satu hal yang membuat Rasulullah sangat berduka adalah ketika melihat jasad pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib dalam kondisi yang mengenaskan. Jenazahnya sudah hampir tak berbentuk karena bagian dadanya terbelah. Bagian tubuh hati Hamzah dimakan dan dikunyah mentah-mentah oleh Hindun binti Utbah yang sudah lama menaruh dendam padanya.
Kekalahan kaum muslim pada perang Uhud merupakan salah satu pelajaran dan ujian bagi kaum muslim dari Allah.
Allah berfirman :
اِنْ يَّمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهٗ ۗوَتِلْكَ الْاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِۚ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاۤءَ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَۙ - وَلِيُمَحِّصَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَيَمْحَقَ الْكٰفِرِيْنَ
Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim, dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang kafir (QS. Ali Imran [3]: 140-141).
Dalam firman Allah tersebut, kita dapat mengambil pelajaran dari kekalahan pasukan Muslim di perang Uhud adalah pergiliran kekuasaan dan kemenangan. Namun di balik pergiliran tersebut ada pelajaran, yaitu hendaknya seseorang muslim mengikuti perintah pemimpinnya, Rasulullah dan jangan sampai tergiur dengan harta rampasan perang (dunia) dengan mengorbankan kepentingan akhiratnya (ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya).
Pelajaran lainnya yang dapat kita petik adalah bahwa Allah menunda kemenangan kaum muslim agar dapat meruntuhkan perasaan di atas angin dalam diri kaum muslim. Mereka pun harus terus berusaha keras, berdisiplin diri, dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Semoga dengan adanya pelajaran dari Perang Uhud ini dapat menjadi refleksi diri kita agar lebih taat kepada perintah Allah dan utusan-Nya. Jangan pernah juga kita merasa sudah cukup baik dalam hal amal maupun perbuatan. Boleh jadi ketaatan kita itu ternyata belum seberapa.