HATI NURANI
Hati Nurani atau suara hati berperan terutama saat kita mau mengambil sebuah keputusan. Ia dapat didefinisikan sebagai suatu kesadaran moral seseorang dalam situasi yang konkret. Artinya, dalam menghadapi berbagai peristiwa dalam hidup kita, ada semacam suara dalam hati kita untuk menentukan apa yang seharusnya dilakukan dan menuntut kita bagaimana merespon kejadian tersebut. Suara hati yang baik, dapat menjadi kompas moral dan menuntun kita menjadi pribadi yang berperilaku positif. Sebagai umat beragama, hati nurani ini dipercayai menjadi tempat Tuhan mewahyukan diri secara hidup dalam hati kita. Jadi, hati nurani juga dapat dikatakan sebagai sebuah perasaan moral dalam manusia, yang dengannya dia memutuskan mana yang baik dan jahat, dan mana yang menyetujui atau menyalahkan perbuatannya.
Hati nurani adalah suatu proses kognitif yang menghasilkan perasaan dan pengaitan secara rasional berdasarkan pandangan moral atau sistem nilai seseorang. Hati nurani berbeda dengan emosi atau pikiran yang muncul akibat persepsi indrawi atau refleks secara langsung, seperti misalnya tanggapan sistem saraf simpatis.
MENGENAL SUARA HATI & HATI NURANI
Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya banyak ditemui berbagai macam permasalahan yang menuntut manusia untuk menyelesaikannya. Mulai dari permasalahan yang konkret hingga permasalahan yang abstrak.
Manusia sering diperhadapkan dengan situasi yang mungkin menuntut untuk segera mengambil keputusan yang tepat dan benar. Sering kali tidak terlepas dari keputusan etis, di mana baik dan buruk dipertimbangkan dengan matang.
Dalam reslitanya, sering kali manusia juga diperhadapkan dengan permasalahan yang membutuhkan suatu keputusan secara cepat dalam situasi yang mendesak. Sehingga, keputusan ini sering dikaitkan dengan keputusan etis yang dihubungkan dengan hati nurani maupun suara hati.
Berbicara tentang hati nurani atau suara hati, tentu tidak terlepas dari sifat baik atau buruk suatu tindakan yang hendak dilakukan atau dipertimbangkan. Keputusan yang baik sering kali belum tentu menghasilkan dampak yang baik. Sehingga sering kali manusia terjebak pada tindakan yang hendak diambil, dan mengalami kebingungan ketika hendak memutuskannya.
Dewasa ini, sering kali hati nurani diartikan dengan pengertian yang sama dengan suara hati. Sehingga, orientasi hati nurani terlampau sulit dibedakan dengan suara hati, walaupun kedua-duanya memiliki hubungan antara satu dengan lainnya.
MENURUT PAKAR
Ada seorang tokoh terkenal pada abad pertengahan bernama Thomas Aquinas (lahir 1225-1274). Menurut Aquinas, manusia sudah selalu memiliki perasaan dalam hatinya tentang apa yang baik dan apa yang buruk.
Ia membedakan antara hati nurani dan suara hati. Menurutnya, hati nurani adalah pengetahuan intuitif tentang prinsip-prinsip moral (etis). Sedangkan suara hati adalah penerapan prinsip-prinsip moral pada kasus konkret.
Hati nurani berasal langsung dari Allah dan tidak dapat keliru. (Magnis-suseno, 1997: 91) Mengapa demikian? Sebab, pada dasarnya hati nurani adalah baik. Allah pada dasarnya adalah baik, ia menciptakan segala sesuatu di bumi ini baik adanya.
Dengan demikian, Allah sering diberi gelar sebagai Maha Baik atau sering juga dikatakan sebagai Sang Baik, bahkan juga sebagai yang Maha Kuasa. Sebab, apa yang dilakukannya selalu baik adanya.
Realitas yang baik atau kenyataan yang bernilai hanya berasal dari Allah, sehingga di dalam hati nurani, manusia sudah selalu turut merasakan kehadiran realitas Sang Baik itu. Dengan kata lain, manusia sudah selalu berjumpa dengan realitas Sang Baik dalam hati nuraninya. Hati nurani tidak dapat keliru, sebab hati nurani sendiri sudah selalu berasal langsung dari Sang Baik/Maha Kuasa. (Magnis-suseno, 1997: 91)
Apabila manusia masuk ke dalam situasi keputusan konkret/nyata, di mana ia harus memilih antara yang baik dan yang buruk, hati nurani menjadi suara hati yang mengatakan tentang apa yang wajib ia lakukan. Suara hati dapat keliru apabila manusia berlaku melawan suara hatinya.
Apa yang terjadi jika orang mengikuti suara hatinya? Orang yang mengikuti suara hati berarti ia mengambil sikap/keputusan karena itu disadarinya sebagai baik. Misalnya, menolak permintaan untuk memfitnah seseorang bukan karena ia takut ketahuan, melainkan karena memfitnah itu pada dasarnya jahat.
Dengan demikian, suara hati tidak mesti selalu benar. Suara hati sudah selalu mengikutsertakan penilaian terhadap suatu situasi. Jadi, kegiatan nalar dan nalar dapat keliru. Tarikan Yang Baik dapat saja tidak diikuti.
Walaupun manusia menyerah terhadap tarikan ego: emosi, nafsu, kepentingan, rasa benci dan sebagainya, namun manusia tidak dapat lari dari tarikan Yang Baik itu. Karena sudah selalu ada dan menjadi dasar. (Magnis-suseno, 2014: 7)
Ada sebuah contoh yang sekiranya dapat membantu. Dalam sebuah kereta berkuda, Ajuna berangkat menuju ke tempat pertempuran bersama Krisna yang bertindak sebagai pengendalinya. Tapi setibanya di tempat tujuan, ia melihat sanak saudara, guru-guru dan sahabat-sahabat di antara tentara yang menjadi lawannya.
Melihat keadaan itu, rasa sedih dan putus asa memenuhi hatinya. Ia tidak tega berperang melawan kerabat dan orang yang akrab dengannya. “Saya tidak mau membunuh mereka, sekalipun saya sendiri akan dibunuh."
Busur saktinya terjatuh dari tangannya dan ia sendiri rebah dalam kereta, hatinya dilimpahi keputusaasaan dan kesedihan. Usaha Krisna untuk membesarkan hatinya tidak sedikit pun dapat mengubah sikapnya. Setelah mereka mati, masa kita ingin hidup lagi? Dan dengan tegas ia putuskan: Saya tidak akan berperang, Krisna. (Bertens, 2013: 40). Manusia hidup dengan baik apabila ia hidup sesuai dengan kodratnya, buruk apabila tidak sesuai (Thomas Aquinas).
Menurut Pater Yong Ohoitimur memberikan keterangan tentang hal itu. Inilah ulasan beliau, saya tuturkan selengkapnya:
Walaupun belum sempat melihat (apalagi membaca!) buku dari Hans Kwakman, yang berjudul: Julius Chevalier's Charism and the identity of the Chevalier Family, saya ingin memberikan penjelasan tentang istilah hati nurani, suara hati, dan (suara) batin terutama dari segi ilmu etika (yang tentu punya kaitan dengan paham-paham psikologi kepribadian).
Beruntung bahasa Indonesia membedakan hati nurani dan suara hati. Bahasa Latin mengenal conscientia dan bahasa Inggris conscience dan diartikan sebagai suara hati atau keputusan suara hati. Kebanyakan orang mengartikan conscience juga dengan hati nurani; dan dalam bahasa Indonesia pun hati nurani dan suara hati dipakai seakan-akan sama saja.
Di manakah hati nurani dalam bahasa Latin? Thomas Aquinas membedakan antara synderesis (synteresis) dan conscientia. Synderesis adalah kecenderungan kodrati manusia kepada apa yang baik, bahwa kebaikan selalu menarik kehendak kepadanya (apa yang baik), bahwa secara kodrati hati manusia selalu terarah kepada kebaikan. Synderesis merupakan kapasitas kodrati manusia untuk menghendaki yang baik, sama seperti rasio (akal budi) merupakan kapasitas kodrati untuk mencari apa yang benar. Synderesis itulah yang dalam bahasa Indonesia dimengerti sebagai hati nurani, yaitu hati yang dicahayai (bahasa Arab: nur = cahaya) oleh Allah sehingga selalu terarah kepada apa yang baik. Itulah sebabnya, hati nurani atau synderesis tidak pernah dapat keliru, justru karena merupakan suatu fakta kodrati, bahasa teologisnya, suatu anugerah Allah Pencipta.
Sebagai suatu daya kodrati, hati nurani tidak secara otomatis menjadi konkret. Terutama dalam situasi konflik (dilematis), kehendak manusia perlu dilatih agar sungguh-sungguh bersikap dan bertindak sesuai dengan arah kodrati kepada kebaikan itu. Itulah sebabnya, seperti untuk mengerti kebenaran rasio perlu dilatih, belajar, dan diperkaya, demikian pula daya kehendak perlu dikuatkan dengan keutamaan-keutamaan, pengenalan nilai-nilai, dan latihan-latihan. Dalam situasi dilematis, ketika seseorang mengambil keputusan untuk berpihak pada apa yang baik dan benar, itulah yang disebut suara hati (conscientia). Jadi, suara hati merupakan wujud konkrit dari hati nurani dalam situasi tertentu, yaitu keputusan tentang apa yang mesti dilakukan sebagai kewajiban moral di sini dan sekarang. Suara hati dapat keliru atau bertentangan dengan tarikan hati nurani.
Dalam bahasa Indonesia batin berarti apa yang ada di dalam hati, yang tersembunyi, tapi juga berarti hakikat. Artinya, batin menunjuk kepada aspek atau dimensi tertentu dari hati. Sedangkan hati mendapatkan arti yang berbeda-beda, tapi dalam konteks diskusi kita hati dalam bahasa Indonesia = "sesuatu yang ada dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian-pengertian (perasanaan-perasaan dsb). Saya mengerti bahwa arti hati inilah yang dimaksudkan dalam ungkapan "spiritualitas hati". Menurut pengertian ini, kata "hati" dan "batin" hendaklah tidak dipertentangkan, tetapi juga tidak dipakai sebagai sinonim. Karena "batin" menyatakan aspek tertentu dari "hati", yaitu aspek tersembunyi, juga aspek mental dan spiritual, dipertentangkan dengan aspek fisik, permukaan, yang kelihatan.
Dalam ilmu etika suara batin dimengerti sebagai hasil internasilisasi atau hasil pembatinan dari norma-norma yang diterima dari masyarakat atau keluarga atau sekolah dan agama. Peranan suara batin kurang lebih seperti super ego menurut Sigmund Freud dalam psikoanalisa.
Kesimpulannya, memang setiap istilah dimaksudkan untuk memberikan arti dan tekanan tertentu. Hati nurani lebih punya hubungan dengan kapasitas kodrati manusia yang terarah kepada kebaikan, punya hubungan dengan kehendak. Suara hati menunjuk pada proses pertimbangan dan keputusan yang diambil dalam situasi dilematis yang konkret, idealnya suara hati memihak pada hati nurani, tetapi suara hati bisa keliru dan menyimpang dari hati nurani (suara hati yang sesat). Batin menyatakan aspek tersembunyi dari hati dan isinya, suara batin tidak bersifat kodrati, karena merupakan pengendapan dari apa yang diterima dari lingkungan sosial.
HATI NURANI MENURUT ISLAM
Manusia merupakan makhluk yang mulia di muka bumi ini. Allah telah mengaruniakan akal, nafsu, dan hati nurani pada diri manusia, dan derajat mereka ditinggikan melebihi makhluk ciptaan Allah lainnya. Berbeda dengan Malaikat yang selalu patuh, manusia diberikan kebebasan untuk memilih jalannya sendiri. Antara yang benar dan buruk, keduanya dapat dibedakan bila seseorang memiliki hati nurani yang murni.
Banyak orang yang mengatakan bila pembunuh, kuroptor, dan maling itu tidak mempunyai hati nurani. Perbuatan para penjahat tersebut hanya didasari oleh nafsu duniawi tanpa diimbangi hati nurani.
MEMAHAMI HATI NURANI
Hati nurani berasal dari bahasa Latin yaitu Conscientia yang berarti kesadaran. Hati nurani juga bisa diistilakan sebagai suara hati, suara batin, atau kata hati. Jika didefinisikan secara luas, hati nurani adalah kesadaran moral yang tumbuh di dalam hati manusia dan mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Hati nurani erat kaitannya dengan kesadaran diri. Dalam artian, seseorang yang mempunya hati nurani berarti ia memiliki kesadaran untuk membedakan antara tindakan yang benar dan salah. Biasanya hati nurani muncul dalam bentuk bisikan halus yang datang dari jiwa paling dalam, hanya sepintas, bersifat jujur dan intuitif (pemahaman sesuatu tanpa penalaran rasional).
Secara umum, hati nurani dibedakan menjadi 2 jenis yakni hati nurani retrospektif dan hati nurani prospektif :
1. Hati nurani retrospektif
Hati nurani retrospektif adalah bagaimana seseorang menilai perbuatan-perbuatan yang telah dilakukannya di masa lampau, semacam menghakimi diri sendiri. Bila ia berbuat kesalahan maka ia memiliki rasa penyesalan dan menyalahkan dirinya. Contohnya, setelah kamu berbohong kepada orang tua. Pasti akan muncul perasaan menyesal karena kamu tidak jujur, walaupun sebenarnya hati nuranimu sudah memerintahkan untuk berkata apa adanya.
2. Hati nurani prospektif
Hati nurani prospektif adalah bagaimana seseorang menilai perbuataanya di masa depan atau yang sedang dilalui saat ini. Biasanya ditandai dengan munculnnya penolakan-penolakan dalam diri. Contohnya, ketika seorang hakim mendapat suap untuk kasusnya, maka hati nuraniya pasti cenderung menolak.
Sepertinya halnya budi pekerti, hati nurani juga perlu pendidikan sebab hati berperan sebagai pemandu kehidupan. Bila seseorang diajarkan tentang akhlak dan moral yang benar (sesuai syariat agama) sedari kecil, maka ia bisa tumbuh menjadi pribadi santun sesuai nuraninya. Meski demikian, belum tentu bisikan hati itu selalu baik. Adakalanya seseorang memiliki isi hati kotor sehingga membuat hidupnya tidak tenang.
MENURUT SUDUT PANDANG AHLI ISLAM
Menurut mayoritas orang islam dan para ulama, hati nurani menurut islam sering disebut sebagai Qalbu. Qalbu sendiri berasal dari bahasa arab Qalb, dimana Qalb adalah bentuk mashdar dari akar Qalaba, Qalban, Yaqlibu yang berarti memalingkan atau membalikan.
Menurut Sa’ad Hawwa , Qalbu itu adalah rasa ruhaniyah yang halus yang berkaitan dengan hati jasmani dan merupakan hakikat diri mausia.
Sepertinya halnya budi pekerti, hati nurani juga perlu pendidikan sebab hati berperan sebagai pemandu kehidupan. Bila seseorang diajarkan tentang akhlak dan moral yang benar (sesuai syariat agama) sedari kecil, maka ia bisa tumbuh menjadi pribadi santun sesuai nuraninya. Meski demikian, belum tentu bisikan hati itu selalu baik. Adakalanya seseorang memiliki isi hati kotor sehingga membuat hidupnya tidak tenang
Menurut mayoritas orang islam dan para ulama, hati nurani menurut islam sering disebut sebagai Qalbu. Qalbu sendiri berasal dari bahasa arab Qalb, dimana Qalb adalah bentuk mashdar dari akar Qalaba, Qalban, Yaqlibu yang berarti memalingkan atau membalikan.
Menurut Sa’ad Hawwa , Qalbu itu adalah rasa ruhaniyah yang halus yang berkaitan dengan hati jasmani dan merupakan hakikat diri mausia.
Menurut iman Al-Ghazali, qalb dapat diartikan 2 makna. Pertama qalb merupakan sepotong daging (Jantung) yang terletak di kiri dada manusia. Yang kedua, qalb merupakan Lathifah-Rabbaniyah- Ruhaniyyah yaitu sesuatu yang bersifat halus (tidak bisa dilihat dengan mata kepala namun hanya bisa dilihat oleh mata batin), berhubungan dengan Ketuhanan, dan bersifat ruhaniah.
Qalbu dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu qalbu jasmaniah dan qalbu ruhaniah :
1. QALBU JASMANIAH
Qalbu jasmaniah berarti organ tubuh manusia yang tugasnya memompa darah, yakni jantung. Definisi ini berpacuan pada hadist populer yang dijelaskan oleh An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).”(HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
2. QALBU RUHANIAH
Qalbu ruhaniah adalah sesuatu yang berhubungan dengan perasaan batin dan tidak kasat mata. Sebagaimana yang terdapat dalam hadist riwayat Ibnu Maja:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ
“Sesungguhnya orang beriman itu, kalau berdosa, akan akan terbentuk bercak hitam di qalbunya.” (Hadist Riwayat Ibnu Majah)
HATI NURANI MENURUT AL-QURAN
Dalam Al-Quran, kata qalb sendiri telah disebutkan sebanyak 132 kali. Allah Azza Wa Jalla menjelaskan bahwa hati nurani (qalbu) manusia itu mudah terbolak-balik, bisa menjadi tempat bersarangnya penyakit, dan bisa pula sebagai tanda keimanan seseorang.
HATI NURANI (KALBU) MANUSIA MUDAH BERBOLAK BALIK
Allah SWT menjelaskan bahwa hati nurani manusia itu mudah berubah. Kadangkala di jalan yang benar dan adakalanya manusia menjadi khilaf.
وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَ أَبْصَارَهُمْ
“Dan Kami bolak-balikan hati mereka dan penglihatan mereka.” (QS. Al-An’am: 110)
HATI NURANI (KALBU) MANUSIA BISA MENJADI TANDA KEIMANAN
Hati nurani manusia juga bisa menjadi pertanda keimanannya. Seseorang yang ta’at kepada Allah, hatinya akan bergetar bila mendengar ayat-ayat Al-Quran dilantunkan.
اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَا
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu Al-Qur’an) yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya.” (QS. Az-Zumar: 23)
HATI NURANI (KALBU) MANUSIA BISA MENGERAS
Seseorang yang terlena dengan nikmat duniawi, tamak harta, jarang berdizkir, maka hatinya akan mengeras laksana batu. Mereka adalah orang-orang yang disesatkan oleh Allah SWT dan tertutup qalbunya dari kebenaran.
مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاء وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّهِ وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
“Kemudian hati-hati mereka menjadi keras setelah itu, maka ia pun laksana batu, atau bahkan lebih keras lagi [ketimbang batu]. Padahal, sesungguhnya di antara batu-batu itu ada yang mengalirkan sungai-sungai darinya. Sungguh, di antaranya juga ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya. Sungguh, di antaranya juga ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak lengah terhadap apa saja yang kamu kerjakan.” (Q.s. al-Baqarah: 74)
HATI NURANI (KALBU) ADALAH TEMPAT PENYAKIT
Penyakit yang dimaksud disini bukanlah penyakit fisik. Melainkan penyakit hati seperti dengki, iri, dendam, sombong, dusta, dan sejenisnya. Penyakit –penyakit hati seperti biasanya menimpa orang-orang munafik dan terlupa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
“Di dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah menambah penyakit tersebut, dan mereka akan mendapatkan siksa yang pedih akibat apa yang mereka dustakan.” (Qs. al-Baqarah: 10)
Pada dasarnya, hati nurani menurut islam atau qalbu adalah cerminan diri seseorang. Untuk memeliharnya, hendaknya kita memperbanyak berdzikir, mengingat Allah SWT, membaca Al-Quran, meningkatkan iman, memperbaiki akhlak, menjauhi hal-hal buruk yang sifatnya tidak memberikan mudharat, serta berpegang teguh pada Rukun Islam, sumber syariat Islam, rukun Islam, dan dasar hukum islam sehingga bisa memperoleh Sukses Dunia Akhirat /Yawm al-Qiyāmah adalah Hari Kebangkitan seluruh umat manusian dari Adam hingga manusia terakhir. Ajaran ini diyakini oleh umat Islam, Kristen dan Yahudi. Al-Qiyāmah juga merupakan nama surat ke 75 di dalam kitab suci Al-Qur'an.