PAGEBLUK
(Pageblug / Bagebluk)
Pagebluk adalah istilah lokal yang merujuk kepada wabah penyakit yang menyerang dalam skala luas atau dalam istilah modern disebut sebagai epidemi. Pagebluk sendiri berasal dari kata geblug atau bluk yang baik dalam budaya Sunda / Jawa, diartikan sebagai jatuh, tumbang atau tersungkur. Maksudnya, pagebluk adalah sebuah fenomena yang menyebabkan jatuhnya korban dalam jumlah besar dengan skala yang luas. Karena itu, istilah geblug sendiri memiliki arti yang serupa dengan ledakan.
Pagebluk sebagai wabah yang tidak jelas jenis penyakitnya.
Pagebluk atau penyebaran wabah penyakit merupakan peristiwa anomali. Belum dapat diprediksi kapan berakhir, karena belum ditemukan obat. Digambarkan pula apabila seseorang terkena penyakit pada pagi hari lalu mendadak sore atau malam hari yang bersangkutan meninggal dunia, demikian sebaliknya. Pagebluk menyebar ke hampir seluruh pelosok negeri. Penggambaran yang demikian menjadikan ketakutan dan kengerian. Apalagi ditambah dengan keterbataan informasi pada saat pandemi / pagebluk menjadikan suasana semakin mencekam dalam ketidakpastian.
Pagebluk atau dalam versi lain dikenal dengan bagebluk adalah suatu sebutan untuk suatu wabah penyakit yang sedang terjadi. Kata dasar (tembung lingga) dari pagebluk adalah gebluk. Baik dalam bahasa Jawa maupun Sunda, kata gebluk atau bluk dapat berarti jatuh, tersungkur, tumbang ataupun dapat juga disebut ledakan. Dengan demikian pagebluk menggambarkan suatu kondisi banyak korban berjatuhan, bertumbangan, ataupun jatuh tersungkur yang terjadi secara serentak bahkan berskala luas, yang karena besarnya hal tersebut maka menimbulkan korban yang banyak, sehingga menyerupai arti gebluk yaitu ledakan. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa pagebluk merupakan suatu istilah lokal yang digunakan untuk menyebut istilah pandemi. Pagebluk bukanlah hal yang baru terjadi terutama di tanah Jawa. Ada banyak cerita sejarah, baik itu berbentuk tulisan maupun lisan, yang menceritakan kalau Jawa pernah terkena pagebluk di masa lalu. Menurut manuskrip atau naskah kuno yang telah ditemukan, terdapat beberapa jenis pagebluk yang pernah melanda tanah Jawa seperti gudik (kudis), kolera, influenza sampai tuberkulosis.
Ada juga yang melihat pagebluk sebagai sebuah fenomena kosmologis. Sudut pandang ini melihat sebuah fenomena sebagai sebuah kejadian yang terjadi dalam lingkup semesta dan berjalan sesuai dengan alur yang sudah ditetapkan oleh sang pencipta. Karena berkesinambungan dengan elemen-elemen lainnya, kosmologis melihat sebuah peristiwa sebagai teguran agar manusia berupaya untuk menyelaraskan kembali keseimbangan yang ada pada semesta, mulai dari diri pribadi, sosial bermasyarakat sampai kepada interaksi dengan Tuhan.
MENGHADAPI PAGEBLUK
Penyebaran penyakit seperti virus corona atau Covid-19 merupakan wabah penyakit seperti digambarkan para sesepuh dan menurut ramalan niteni / menandai kejadian yang pernah terjadi. Virus corona melanda hampir di seluruh penjuru dunia. Pemerintah tentu sudah mengambil langkah-langkah antisipasi mulai dari pengadaan vaksin, melakukan percepatan pemberian vaksin kepada masyarakat agar terbentuk herd immunity. Selain itu melaksanakan refocusing anggaran dengan lebih mengutamakan pada penanganan Covid-19. Pemerintah juga menyusun kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat agar laju penyebaran Covid-19 dapat dihambat. Masih banyak langkah-langkah yang diambil Pemerintah dalam menanggulangi wabah ini. Semua langkah tersebut memerlukan proses dan keterlibatan berbagai pihak. Pemerintah, masyarakat dan organisasi-organisasi yang ada di Indonesia bahkan diri kita sebagai pribadi dituntut untuk ikut serta terlibat dalam menghambat penyebaran Covid-19.
Pilihan tindakan dan pengambilan keputusan setiap individu sebagai anggota masyarakat sangat menentukan keberhasilan pelaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam penanggulangan Covid-19. Pilihan terbaik dalam menghadapi situasi ini adalah selalu berpikir positif. Setiap individu dalam masyarakat adalah bagian dari solusi terkait penanganan Covid-19. Artinya pola hidup dan segala tindakan didasarkan tindakan pencegahan yang semakin menular.
Patuhi aturan untuk senantiasa :
1. Menjaga Jarak.
2. Memakai Masker.
3. Mencuci tangan.
4. Menjauhi Kerumunan.
5. Membatasi mobilitas atau yang lebih dikenal dengan Gerakan 5 M.
Gerakan 5 M ini penting artinya karena menurut pemberitaan, Covid-19 dengan varian baru lebih susah untuk dideteksi dan lebih mudah menular. Setelah menjalankan gerakan 5 M maka wajib untuk mengikuti program vaksinasi. Vaksin dapat mencegah kejadian fatal akibat tertular Covid-19.
Menurut laman Halodoc Coronavirus atau disebut juga dengan virus corona merupakan keluarga besar virus yang mengakibatkan terjadinya infeksi saluran pernapasan atas ringan hingga sedang, seperti penyakit flu. Seperti umumnya virus flu, dengan imunitas yang memadai maka akan sembuh dengan sendirinya. Namun untuk virus corona ini ada faktor-faktor yang dapat memperberat keadaan seperti ada tidaknya penyakit bawaan penderita. Untuk dapat mengalahkan virus ini selain pemberian vaksin juga perlu menjaga stamina tubuh. Virus tidak akan bisa masuk ke tubuh manusia jika staminanya bagus. Sehingga pilihan tindakan yang mesti kita ambil adalah melakukan vaksinasi dan stamina tubuh tetap terjaga. Bagaimana menjaga stamina berikut tips menjaga stamina tubuh berdasarkan pengalaman penulis dan hasil menyarikan dari berbagai sumber.
1. Olahraga.
Berolahraga menjadi menu wajib dalam peningkatan stamina tubuh. Olahraga ini tentu dipilih dan disesuaikan dengan kemampuan tubuh. Jadi bisa jadi setiap orang berbeda-beda kebutuhan olah raganya. Yang terpenting lakukan olahraga secara rutin dan terukur dari yang ringan terlebih dahulu kemudian lakukan peningkatan secara bertahap. Kita ambil contoh dari jalan kaki sebanyak 2.000 langkah kemudian bisa bertahap ditingkatkan menjadi 3.000, 5.000, 10.000 langkah dan seterusnya. Apabila telah dirasa nyaman bisa ditambah dengan olahraga otot. Lakukan kegiatan olahraga minimal 3 kali dalam seminggu.
2. Diet tinggi protein dan serat.
Kandungan protein dan serat dalam makanan dapat membantu stamina tubuh tetap terjaga. Kandungan ini terdapat dalam daging, kacang-kacangan sayuran dan buah-buahan. Variasi makanan dan kelengkapan asupan yang dimakan setiap hari menentukan kebugaran tubuh.
3. Istirahat yang cukup.
Secara teori tubuh butuh istirahat 6-8 jam setiap hari. Hal ini akan membantu tubuh untuk me- recharge. Oleh karena itu beri tubuh kita untuk melakukan recovery setelah aktivitas seharian.
4. Tidak stres.
Stres menjadi pemicu menurunkan stamina. Tetap positive thinking untuk setiap keadaan. Seperti menyikapi kondisi saat ini. Menjadi bagian dari solusi dalam mencegah penyebaran Covid-19 adalah sesuatu yang positif. Dengan berpikir positif maka respon tubuh pun akan positif. Disamping itu tubuh perlu reward, maka berikan asupan jiwa yang memadai. Menekuni hobi adalah salah satu memberikan reward kepada tubuh.
MENANGKAL PAGEBLUK
(Versi Mitologi)
Salah satu representasi simbolik dalam masyarakat tertentu adalah mantra. Mantra dikenal dengan tradisi lisan, sedangkan dalam khazanah sastra digolongkan ke dalam sastra lisan, yaitu sastra yang berupa ucapan-ucapan yang mengandung suatu makna untuk suatu tujuan. Mantra merupakan salah satu hasil kebudayaan suatu masyarakat atau bangsa. Kehadirannya berfungsi sebagai suatu yang bermanfaat atau justru mematikan.
Meski demikian, dapat dimungkinkan sekali kalau mantra mempunyai fungsi khusus lain selain sebagai pengobatan.
Mantra identik dengan kekayaan intelektual suatu kebudayaan dalam bentuk oral atau lisan yang hanya dikuasai oleh orang-orang tertentu. Jadi, tidak sembarang orang dapat menghafal dan menerapkannya. Mereka yang mengetahui, menghafal, dan menerapkan mantra biasa disebut dengan istilah dukun yaitu wong kang gawéné nenambani (Poerwadarminta, 1939:109). Istilah dukun menunjuk kepada suatu pekerjaan yang dilakukan seseorang untuk mengobati. Dalam artian yang lebih luas, dhukun tidak saja sebagai seseorang yang dapat mengobati (suatu penyakit dengan berbagai teknik), tetapi dapat juga berarti seseorang yang membantu memecahkan suatu persoalan hidup, bahkan berkaitan juga dengan suatu prosesi atau ritual tertentu (misalnya, pernikahan), serta mereka yang berhubungan dengan kekuatan alam (misalnya, agar hujan turun).
Perwujudannya yang berbentuk lisan atau ucapan, menyebabkan mantra sebagai sebuah warisan leluhur yang rentan sekali hilang. Adapun penyebab hilangnya hafalan terhadap mantra dipengaruhi oleh daya tahan ingatan seseorang (mnemonik) dan faktor utama lainnya ialah apabila seseorang dengan sadar atau tidak sadar tidak menurunkannya kepada orang lain. Sehingga, bila tidak diajarkan kepada orang lain maka mantra akan lenyap begitu saja.
Meski sudah dikatakan di awal bahwa mantra merupakan suatu tradisi lisan, namun ada beberapa usaha yang dilakukan oleh orang-orang tertentu untuk mennghadirkannya dalam versi tulis. Dengan adanya tulisan, pengetahuan yang tersimpan dan ada dalam ingatan dapat dengan mudah diangkat kembali dan dikembangkan (Achadiati, 2015:238). Hal ini didasari oleh pentingnya menjaga tradisi lisan agar tidak hilang begitu saja. Sehingga, generasi berikutnya dapat melacak bahkan mempelajari mantra yang sudah dalam wujud tulisan.
PAGEBLUK & MITOS
Munculnya coronavirus disease 2019 yang ramai dikenal dengan Corona menyebabkan World Health Organisation (WHO) menetapkan pandemi global. Lantaran pandemi Corona yang mempengaruhi sampai ke dalam aspek kehidupan lokal, maka hal ini sejalan dengan istilah lokal yaitu pagebluk. Berbagai sudut pandang digunakan ditengah masyarakat dalam menghadapi situasi pagebluk. Ada yang melihat dari sudut pandang secara sains-medis, adapula yang menggunakan sudut pandangsecara politis-ekonomis dan tentu sajasudut pandang secaramitologi atau biasa disebut dengan mitos.
Sudut pandang mitologi atau mitos nyatanya adalah perintah, ramalan, maupun penafsiran dari para leluhur salah satunya tentang semesta alam, memiliki arti mendalam dan diungkapkan dengan cara ghaib yang kemudian dikaitkan dengan berbagai peristiwa yang terjadi di dunia terutama Indonesia walau hanya sekedar menggunakan metode Othak Athik Gathuk seperti saat menghadapi pagebluk Corona saat ini. Lantas, apa saja pandangan tentang mitos-mitos yang digoreng oleh masyarakat walau hanya dengan metode Othak Athik Gathuk dalam mengahapi situasi pagebluk saat ini.
Sudut Pandang Mitos dalam Menghadapi Pagebluk
Pagebluk yang sedang dihadapi oleh masyarakat nyatanya sudah ada sejak zaman dahulu kala. Dalam lingkup sastra kesastraan Jawa, berbagai macam bentuk dan upaya penanganan wabah atau pagebluk ini telah tercantum baik secara tulis maupun lisan. Dalam manuskrip dan naskah kuno telah tercantum berbagai informasi mengenai adanya wabah penyakit yang pernah melanda tanah Jawa, antara lain penyakit gudhig, influensa, Kolera, dan tuberkulosis. Hal tersebut terungkap dalam berbagai naskah kuno yang ditulis pada awal abad ke-20, yakni naskah tentang Lelara Gudhig, lelara influensa, lelembut Kolera, dan lelara tuberkulose. Kisah tentang pagebluk senantiasa dibarengi dengan narasi mitos sebagai satu ciri khas.
Dalam pandangan orang Jawa pageblug dipahami sebagai sebuah fenomena kosmologis. Hal itu mendorong manusia harus mengembalikan keseimbangan. Keselarasan antara diri pribadi, manusia dengan sesama dan lingkungannya serta manusia dengan Tuhan.
Masyarakat Indonesia terutama di tanah jawa dan terkhusus masyarakat Jawa Kejawen masih menyepakati narasi tentang mitos-mitos hampir dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam menghadapi situasi pagebluk saat ini, dan hal tersebut menjadi tradisi yang merupakan salah satu aspek membentuk kebudayaan Jawa terutama masyarakat Jawa Kejawen.
MITOS LINTANG KEMUKUS
Melintasnya Lintang Kemukus Sebagai Pertanda Akan Datangnya Pagebluk.
Pada pertengahan bulan Maret tahun 2020, beberapa masyarakat melihat melintasnya sebuah komet atau biasa disebut lintang kemukus oleh orang jawa. Apabila dikaji secara sains, munculnya lintang kemukus terjadi akibat bahan-bahan volatil yang terkandung dalam komet atau kemukus terdorong keluar menjauhi matahari, membentuk semacam ekor akibat didorong oleh tekanan radiasi matahari dan angin matahari.
Namun menurut mitos dalam kepercayaan orang jawa, kemunculan lintang kemukusdari berbagai arah mata angin merupakan suatu Tetengger alam atau pertanda dari alamyang memiliki makna tersendiri yang umumnya merupakan pertanda munculnya hal buruk. Apabila mengacu pada buku karya R.M. Ng. Tiknopranoto dan R. Mardisuwignya dengan judul Sejarah Kutha Sala : Kraton Sala, Bengawan Sala, Gunung Lawu, kemunculan lintang kemukus dari berbagai arah mata angin dapat berarti sebagai berikut :
Yen ana lintang kemukus metu ing :
Wetan :
Ngalamat ana ratu sungkawa. Para nayakaning praja padha ewuh pikirane. Wong desa akeh kang karusakan lan susah atine. Udan deres. Beras pari murah, emas larang yang berarti, bila muncul dari arah Timur Pertanda akan ada raja sedang berbela sungkawa.
Para pengikutnya sedang bingung pikirannya. Orang desa banyak mengalami kerusakan dan bersusah hatinya. Beras dan padi murah harganya, tetapi emas akan mahal harganya
Kidul Wetan :
Ngalamat ana ratu surud (seda). Wong desa akeh kang ngalih, udan arang. Woh2an akeh kang rusak. Ana pagebluk, akeh wong lara lan wong mati. Beras pari larang. Kebo sapi akeh kang didoli, yang berarti, Bila muncul dari arah Tenggara, merupakan pertanda akan ada raja mangkat (meninggal), orang desa banyak yang pindah (ke kota), hujan jarang, buah-buahan banyak yang rusak, muncul wabah penyakit, (banyak orang sakit dan meninggal), harga beras mahal, hewan ternak (kerbau dan sapi) banyak yang dijual.
Kidul :
Ngalamate ana ratu surud (seda). Para panggedhe pada susah atine. Akeh udan. Karang kitri wohe ndadi. Beras pari, kebo sapi murah regane. Wong desa pada nalangsa atine, ngluhurake panguwasane Pangeran kang Maha Suci, yang berarti, Bila muncul dari arah selatan merupakan pertanda akan ada raja mangkat(meninggal), para pembesar/petinggi susah hatinya, Sering turun hujan, Beras, kerbau sapi harganya murah, orang desa pada susah hati, oleh karenanya harus mengagungkan kekuasaan Tuhan Yang Maha Suci
Dengan demikian sesuai dengan narasi diatas, kemunculan lintang kemukus dari arah tenggara menjadi pertanda ada wabah penyakit. Ada banyak orang yang sakit dan meninggal. Oleh karena itu dapat dimaknai, lintang kemukus yang muncul di tenggara diyakini oleh sebagian masyarakat merupakan pertanda terjadinya pagebluk, yakni wabah virus Corona yang menyebabkan banyak orang sakit dan meninggal. Bahkan, sebelum pagebluk ini terjadi kemunculan lintang kemukus di Indonesia telah menimbulkan berbagai peristiwa besar salah satunya adalah mangkat atau wafatnya Mantan presiden Ir. Soekarno pada tahun 1970 silam.
SAYUR LODEH 7 MACAM SEBAGAI TOLAK BALAK PAGEBLUK
Beberapa waktu yang lalu, ramai tentang munculnya kembali anjuran untuk membuat sayur lodeh 7 warna sebagai upaya pemutusan rantai penularan atau tolak bala dari pagebluk Corona yang konon merupakan perintah dari Sri Sultan HB IX pada masa lampau karena Yogyakarta sedang diserang suatu wabah penyakit.
Apabila kita lihat dari sudut pandang sains-medis memang mengkonsumsi sayuran termasuk 7 macam sayuran dalam sayur lodeh dapat memberikan dampak positif bagi tubuh manusia karena sayur memang memiliki kandungan nutrisi maupun vitamin yang tinggi. Namun jika kita merupakan orang jawa terutama orang Jogja, sayur lodeh 7 macam memiliki makna tersendiri lho. Berdasarkan informasi dari para sesepuh, makna 7 macam sayuran tersebut adalah :
1. Kluwih: kluwargo luwihono anggone gulowentah gatekne(perintah untuk lebih memperhatikan keluarga).
2. Cang gleyor(kacang panjang): cancangen awakmu ojo lungo-lungo( tetap di rumah jangan bepergian apabila tidak bermanfaat).
3.Terong: terusno anggone olehe manembah Gusti ojo datnyeng(Teruslah beribadah dan menyembah Gusti Allah Tuhan YME).
4. Kulit melinjo: ojo mung ngerti njobone, ning kudu ngerti njerone babakan pagebluk(Jangan hanya melihat dari luar saja mengenai suatu pagebluk/wabah, namun analisislah secara mendalam).
5. Waluh: uwalono ilangono ngeluh gersulo(Jangan sering mengeluh dan perbanyak bersyukur).
6. Godong so: golong gilig donga kumpul wong sholeh sugeh kaweruh(Berkumpul, dan berdoa bersama orang-orang saleh dan berilmu).
7. Tempe: temenono olehe dedepe nyuwun pitulungane Gusti Allah(Yakinlah dalam memohon pertolongan kepada Allah dan Yakinlah Allah akan memberi pertolongan) .
Menurut para sesepuh yang saya temui membuat sayur lodeh merupakan pesan dari para leluhur yang diwariskan sejak zaman dulu ketika menghadapi suatu pagebluk sebagai bentuk permohonan dan ikhtiar kita kepada Gusti Allah. Hal senada pun diutarakan oleh Putri Pakubuwana XII, GKR Wandasari yang dikutip dari merdeka.com yaitu :
Sayur lodeh merupakan makanan sehari-hari orang Jawa yang semua macam bahannya memiliki makna dan bisa diterjemahkan sebagai bentuk permohonan.
Munculnya Semar di Awan Erupsi Merapi Sebagai Pertanda Bahwa Pagebluk Akan Segera Berakhir
Pada tanggal 27 Maret 2020 bersamaan dengan erupsinya Gunung Merapi, ramai kabar di media sosial maupun dari mulut ke mulut bahwasannya semburan awan panas yang dikeluarkan saat erupsi Merapi mirip dengan tokoh pewayangan Eyang Semar. Pada dasarnya, lumrah jika suatu Gunung Berapi yang masih aktif melakukan erupsi dan mengeluarkan awan panas.
Namun jika dilihat dari sudut pandang mitos, hal ini merupakan suatu tetengger alam atau pertanda dari alam. Berdasarkan kepercayaan orang jawa, tokoh Eyang Semar dikenal sebagai pemomong sejati yang berarti dapat membawa kebahagiaan dan kententraman bagi masyarakat, dan dengan munculnya eyang semar berarti pula sudah saatnya warga masyarakat Jogja dapat hidup dengan bahagia dan damai. Disamping itu, kemunculan Eyang Semar menandakan bahwa pagebluk yang melanda Indonesia terutama tanah jawa akan segera berakhir. Pagebluk Corona merupakan bagian dari sengkala, dan dengan kehadiran Eyang Semar, semua sengkala akan menyingkir. Hal tersebut dikarenakan Eyang Semar lebih berwibawa daripada batara kala dan Dalang Kandha Buwana sebagai penjelmaan dari Wisnu akan hormat kepada Eyang Semar. Dia datang sebagai problem solving. Dengan ajaran Eyang Semar akan mengantarkan dunia menuju aman dan damai.
Berdasarkan hal tersebut diatas, lantas muncul sebuah pertanyaan.
Sejatinya, menggunakan sudut pandang mitos sah-sah saja dilakukan. Dalam menghadapi situasi apapun terutama seperti pandemi pada saat ini, kita memiliki berbagai cara dan pandangan untuk menyikapinya. Sudut pandang secara sains-medis bahkan politis-ekonomis memang penting, namun penggunaan sudut pandang tentang mitos terjadinya pagebluk Corona saat ini akan memunculkan logika berpikir lain dalam menyikapi pagebluk. Pada akhirnya, sudut pandang mitos tetaplah merupakan suatu Tradisi dankearifan lokal yang penting serta mendesak untuk tetap dipegang tegung, minimal dapat menjadi pegangan awal masyarakat Indonesia terutama di tanah jawa sebagai obat penenang untuk melepaskan berbagai bentuk ketakutan dan kepanikan dalam menghadapi suatu pagebluk.
Hari ini, dengan adanya pagebluk Corona, kita sebagai bangsa Indonesia terutama masyarakat jawa kembali tersadarkan bahwa nilai-nilai yang pernah diajarkan oleh para leluhur mulai luntur. Kita selalu menyikapi suatu hal terutama pagebluk Corona ini dengan tergesa-gesa sehingga timbul kepanikan, bahkan sampai timbul stigma-stigma negatif. Padahal, apabila kita memegang teguh ajaran dari para leluhur, sejatinya telah diajarkan bagaimana cara kita untuk mengahadapi situasi pagebluk seperti ini dengan mengerti apa yang diisyaratkan oleh alam, kearifan diri, menguatkan spiritual dengan tidak melupakan Sang Maha Pencipta yang kemudian akan bermuara kepada cara kita menghadapi pagebluk dengan tenang, penuh semangat dan tidak dengan kepanikan.
Sementara itu, terdapat beberapa daerah di Indonesia terlihat masih kental dengan kearifan lokalnya dalam menghadapi Pagebluk Corona, salah satunya DIY. Apabila kita mengacu pada data terakhir yang dikeluarkan oleh humas Jogja tertanggal 3 Juli 2020, jumlah pasien terkontaminasi positif virus Corona tercatat hanya sebanyak 324 orang dengan persentase pasien sembuh lebih dari 83%. Jumlah tersebut dapat dikatakan tergolong sedikit apabila dilihat dari mobilitas penduduk yang tergolong tinggi dan bahkan tanpa menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar(PSBB). Akankah hal tersebut terjadi akibat masyarakat tidak hanya menggunakan sudut pandang secara sains-medis serta politis-ekonomis tetapi juga secara mitologis atau mitos dalam menghadapi situasi pagebluk corona ini.
Coronavirus disease 2019 atau lebih dikenal sebagai covid-19 telah menjelma menjadi sesuatu hal yang sangat mengerikan di masyarakat. Saking berbahayanya, organisasi kesehatan dunia atau World Health Organisation (WHO) sampai menetapkan penyakit ini sebagai wabah pandemi yang mengancam kesehatan global. Perubahan pun dilakukan oleh negara-negara yang terdampak corona, termasuk didalamnya adalah indonesia. Akhirnya corona sebagai sebuah pagebluk jadi mempengaruhi seluruh aspek kehidupan.
Ketika dunia medis menyikapi wabah yang terjadi sebagai pandemi, pagebluk melihatnya menggunakan sudut pandang mitologis alias mitos. Sudut pandang mitologis ini bersandar pada ajaran, perintah atau larangan dari para leluhur yang berusaha meramal kejadian di masa yang akan datang. Meski menggunakan metode othak athik gathuk, namun banyak masyarakat lokal yang percaya karena menghormati generasi sebelumnya dan beranggapan kalau mereka lebih sakti (memiliki kelebihan) dibanding manusia biasa. Sebagai sebuah peristiwa yang erat kaitannya dengan budaya, tentu saja pagebluk memiliki upacara yang bertujuan untuk memperingati (menjauhkan) agar terhindar dari bahaya yang lebih besar. Misalkan saja pada budaya Jawa, terkenal sebuah mitos menyebutkan kalau sayur lodeh yang dibuat dengan menggunakan 7 bahan tertentu dapat menangkal pagebluk.
Bahan-bahan tersebut bukan dipilih tanpa alasan, namun melambangkan arti tertentu yang perlu dimaknai secara tersirat. Adapun bahan-bahan tersebut adalah :
1. Kluwih (keluarga luwihono anggone gulowentah gatekne) yang berarti harus lebih memperhatikan dan merawat keluarga.
2. Cang gleyor (cancangen awakmu ojo lungo-lungo) atau kacang panjang yang berarti anjuran untuk tidak keluar rumah (bepergian) jika tidak bermanfaat.
3. Terong (terusno anggone olehe manembah gusti ojo dhatnyeng) yang merupakan himbauan untuk terus menyembah kepada yang maha kuasa dan tidak hanya ketika ada maunya saja.
4. Kulit melinjo (ojo mung ngerti njobone, ning kudu ngerti jerone babakan pagebluk) yang berarti kita harus menyikapi sebuah pagebluk secara mendalam, tidak hanya dari luar.
5. Waluh (walono ilangno ngeluh ngersulo) atau labu yang berarti kita sebagai manusia harus menghindari sifat mengeluh
6. Godong so (golong gilig donga kumpul wong sholeh sugih kaweruh) alias daun melinjo yang berarti kita sebagai hamba tuhan harus sering-sering berkumpul bersama orang-orang yang pandai lagi sholeh.
7. Tempe (temenono olehe dedepe nyuwun pitulungane Gusti Allah) yang berarti kita harus yakin kalau tuhan tidak akan meninggalkan hambanya dan akan memberi pertolongan. Meski terdengar othak athik gathuk, namun bahkan jika dilihat secara ilmu medis pun beberapa makna yang berusaha disampaikan terbukti merupakan salah satu cara untuk menghindar pandemi, sepertimemakan makanan yang sehat dan jarang keluar rumah kecuali penting. Karenanya, kita sebagai bangsa berbudaya harus bangga akan budaya yang kita miliki.
MANTRA TOLAK PAGEBLUK
Kidungan Semar Karya Sunan Kalijaga jadi Mantra Mujarab Tolak Pageblug.
Masa wabah pageblug seperti saat ini ternyata pernah dialami nenek moyang kita di masa Kerajaan Demak sekitar tahun 1409. Saat itu muncul wabah penyakit disebut Lelepah yang membuat banyak orang meninggal dengan cepat hitungan jam saja.
Kebingungan melanda seluruh penduduk, mereka gempar lantaran tak tahu harus berbuat apa. Apalagi, tanpa adanya pengetahuan obat-obatan apa yang bisa menyembuhkan.
Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar Patah Jimbun Sirullah pun bergerak meminta Para Wali Sanga, guru-guru suci penyebar Islam di Tanah Jawa untuk bersidang. Hasilnya, saat itu Sunan Kalijaga membuat syair kidungan sebagai sarana tolak bala.
Kidung Jawi ini bersifat mistis magis, yang dibaca pada saat tengah malam dengan disertai dupa yang mengepul asapnya.
Begini bunyi mantra Kidungan Semar yang dibuat oleh Sunan Kalijaga :
Singgah singgah kala singgah. Pan suminggah Durga kala sumingkir. Singa ama singa wulu. Singa suku singa sirah. Singa tenggak kalawan singa buntut. Padha sira sumingkira. Muliha mring asalneki.
Kidung ini diciptakan Sunan Kalijaga pada 20 Juli 1409. Bahwa dunia pasti diciptakan oleh Allah dengan keadaan seimbang. Filsafat Cina mengenal ajaran Yin Yang. Pujangga Jawa menyebut gambuhing jagat gumelar dan jagat gumulung. Ekuilibrium antara makrokosmos dan mikrokosmos.
Kesadaran spiritual yang terpantul dalam serat kidungan itu yang kemudian digunakan dalam upacara ruwatan. Kyai Semar yang mendampingi dalang Kondho Buwono mengalunkan syair mantra sakti diiringi dengan senggrengan rebab dan gender.
Mirip dengan lantunan Gendhing Tawang Rujit, pada waktu itulah bibit pengganggu kehidupan kalah wibawa. Wabah penyakit pun sirna seketika.
TOLAK BALAK VERSI SUNAN KALIJAGA
Lazimnya kidung ini biasa dinyanyikan pada malam hari, atau selepas shalat malam. Sebagaimana maknanya, Kidung Rumekso Ing Wengi bertujuan menyingkirkan diri dari balak atau gangguan, baik yang nampak maupun tidak. Kidung ini juga mengingatkan manusia agar mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga terhindar dari kutukan dan malapetaka yang lebih dahsyat.
Syair tembang tolak bala Sunan Kalijaga, Kidung Rumeksa Ing Wengi seperti ini :
1. Ana kidung rumekso ing wengi.
Teguh hayu luputa ing lara luputa bilahi kabeh, jim setan datan purun, paneluhan tan ana wani, niwah panggawe ala, gunaning wong luput, geni atemahan tirta, maling adoh tan ana ngarah ing mami, guna duduk pan sirno.
Artinya :
Ada sebuah kidung doa permohonan di tengah malam. Yang menjadikan kuat selamat terbebas dari semua penyakit. Terbebas dari segala petaka. Jin dan setanpun tidak mau mendekat. Segala jenis sihir tidak berani. Apalagi perbuatan jahat, guna-guna tersingkir. Api menjadi air. Pencuripun menjauh dariku. Segala bahaya akan lenyap.
2. Sakehing lara pan samya bali, Sakeh ngama pan sami mirunda,
Welas asih pandulune, Sakehing braja luput, Kadi kapuk tibaning wesi, Sakehing wisa tawa, Sato galak tutut, Kayu aeng lemah sangar, Songing landhak guwaning Wong lemah miring, Myang pakiponing merak
Artinya :
Semua penyakit pulang ketempat asalnya. Semua hama menyingkir dengan pandangan kasih. Semua senjata tidak mengena. Bagaikan kapuk jatuh dibesi. Segenap racun menjadi tawar. Binatang buas menjadi jinak. Pohon ajaib, tanah angker, lubang landak, gua orang, tanah miring dan sarang merak.
3. Pagupakaning warak sakalir, Nadyan arca myang segara asat.
Temahan rahayu kabeh, Apan sarira ayu, Ingideran kang widadari, Rineksa malaekat, Lan sagung pra rasul, Pinayungan ing Hyang Suksma, Ati Adam utekku baginda Esis, Pangucapku ya Musa
Artinya :
Kandangnya semua badak. Meski batu dan laut mengering. Pada akhirnya semua slamat. Sebab badannya selamat dikelilingi oleh bidadari, yang dijaga oleh malaikat, dan semua rasul dalam lindungan Tuhan. Hatiku Adam dan otakku nabi Sis. Ucapanku adalah nabi Musa.
4. Napasku nabi Ngisa linuwih, Nabi Yakup pamiryarsaningwang, Dawud suwaraku mangke, Nabi brahim nyawaku, Nabi Sleman kasekten mami, Nabi Yusuf rupeng wang, Edris ing rambutku , Baginda Ngali kuliting wang, Abubakar getih daging Ngumar singgih, Balung baginda ngusman
Artinya :
Nafasku nabi Isa yang teramat mulia. Nabi Yakub pendengaranku. Nabi Daud menjadi suaraku. Nabi Ibrahim sebagai nyawaku. Nabi Sulaiman menjadi kesaktianku. Nabi Yusuf menjadi rupaku. Nabi Idris menjadi rupaku. Ali sebagai kulitku. Abu Bakar darahku dan Umar dagingku. Sedangkan Usman sebagai tulangku.
5. Sumsumingsun Patimah linuwih, Siti aminah bayuning angga, Ayup ing ususku mangke, Nabi Nuh ing jejantung, Nabi Yunus ing otot mami, Netraku ya Muhammad, Pamuluku Rasul. Pinayungan Adam Kawa, Sampun pepak sakathahe para nabi, Dadya sarira tunggal
Artinya :
Sumsumku adalah Fatimah yang amat mulia. Siti Aminah sebagai kekuatan badanku. Nanti nabi Ayub ada di dalam ususku. Nabi Nuh di dalam jantungku. Nabi Yunus di dalam otakku. Mataku ialah Nabi Muhammad. Air mukaku rasul dalam lindungan Adam dan Hawa. Maka lengkaplah semua rasul, yang menjadi satu badan.
Uniknya, beberapa kalangan masyarakat Jawa menganggap tembang ini sudah seperti apa yang disebut di tanah Melayu sebagai mantra. Bahkan, dalam kaitannya mengamalkan kidung ini seseorang haruslah puasa mutih selama 40 hari dan ngebleng semalam. Kidung ini dibaca di halaman rumah atau pelataran waktu tengah malam sebanyak 11 kali.
Dan di Kraton Mataram di Jawa setelah berdirinya kerajaan Islam yang pertama di Demak, setiap kali ada wabah yang mereka sebuh sebagai pageblug (masa kini disebut pendemi) yang meluas maka pihak kerajaan biasanya menggelar kirab Bendera Tunggul Wulung yang menjadi pusaka kraton. Bendera berwarna hitam ini dibawa ke segenap pelosok. Tujuannya untuk meminta doa agar wabah segera berlalu.
Hebatnya dengan bendera Tunggul Wulung. Anda perlu tahu bahwa bendera itu sebenarnya terbuat dari Kain Kiswah Ka’bah. Sri Sultan Hamengku Buwono dalam Konggres Umat Islam di Yogyakarta pernah menceritakan soal perihal bendera itu yang dahulu berasal dari Kraton Demak Bintoro dan kini tersimpan sebagai pusaka di Kraton Yogyakarta.
Lazimnya kidung ini biasa dinyanyikan pada malam hari, atau selepas shalat malam. Sebagaimana maknanya, Kidung Rumekso Ing Wengi bertujuan menyingkirkan diri dari balak atau gangguan, baik yang nampak maupun tidak. Kidung ini juga mengingatkan manusia agar mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga terhindar dari kutukan dan malapetaka yang lebih dahsyat.
Syair tembang tolak bala Sunan Kalijaga, Kidung Rumeksa Ing Wengi seperti ini :
Ana kidung rumekso ing wengi, Teguh hayu luputa ing lara luputa bilahi kabeh, jim setan datan purun, paneluhan tan ana wani, niwah panggawe ala, gunaning wong luput, geni atemahan tirta, maling adoh tan ana ngarah ing mami, guna duduk pan sirno
Artinya :
Ada sebuah kidung doa permohonan di tengah malam. Yang menjadikan kuat selamat terbebas dari semua penyakit. Terbebas dari segala petaka. Jin dan setanpun tidak mau mendekat. Segala jenis sihir tidak berani. Apalagi perbuatan jahat, guna-guna tersingkir. Api menjadi air. Pencuripun menjauh dariku. Segala bahaya akan lenyap.
Sakehing lara pan samya bali, Sakeh ngama pan sami mirunda.
Welas asih pandulune, Sakehing braja luput, Kadi kapuk tibaning wesi, Sakehing wisa tawa, Sato galak tutut, Kayu aeng lemah sangar, Songing landhak guwaning Wong lemah miring, Myang pakiponing merak
Artinya :
Semua penyakit pulang ketempat asalnya. Semua hama menyingkir dengan pandangan kasih. Semua senjata tidak mengena. Bagaikan kapuk jatuh dibesi. Segenap racun menjadi tawar. Binatang buas menjadi jinak. Pohon ajaib, tanah angker, lubang landak, gua orang, tanah miring dan sarang merak.
Pagupakaning warak sakalir, Nadyan arca myang segara asat,Temahan rahayu kabeh, Apan sarira ayu, Ingideran kang widadari, Rineksa malaekat, Lan sagung pra rasul, Pinayungan ing Hyang Suksma, Ati Adam utekku baginda Esis, Pangucapku ya Musa
Artinya :
Kandangnya semua badak. Meski batu dan laut mengering. Pada akhirnya semua slamat. Sebab badannya selamat dikelilingi oleh bidadari, yang dijaga oleh malaikat, dan semua rasul dalam lindungan Tuhan. Hatiku Adam dan otakku nabi Sis. Ucapanku adalah nabi Musa.
Napasku nabi Ngisa linuwih, Nabi Yakup pamiryarsaningwang, Dawud suwaraku mangke, Nabi brahim nyawaku, Nabi Sleman kasekten mami, Nabi Yusuf rupeng wang, Edris ing rambutku, Baginda Ngali kuliting wang, Abubakar getih daging Ngumar singgih, Balung baginda ngusman
Artinya :
Nafasku nabi Isa yang teramat mulia. Nabi Yakub pendengaranku. Nabi Daud menjadi suaraku. Nabi Ibrahim sebagai nyawaku. Nabi Sulaiman menjadi kesaktianku. Nabi Yusuf menjadi rupaku. Nabi Idris menjadi rupaku. Ali sebagai kulitku. Abu Bakar darahku dan Umar dagingku. Sedangkan Usman sebagai tulangku.
Sumsumingsun Patimah linuwih, Siti aminah bayuning angga, Ayup ing ususku mangke, Nabi Nuh ing jejantung, Nabi Yunus ing otot mami, Netraku ya Muhammad, Pamuluku Rasul, Pinayungan Adam Kawa, Sampun pepak sakathahe para nabi, Dadya sarira tunggal
Artinya :
Sumsumku adalah Fatimah yang amat mulia. Siti Aminah sebagai kekuatan badanku. Nanti nabi Ayub ada di dalam ususku. Nabi Nuh di dalam jantungku. Nabi Yunus di dalam otakku. Mataku ialah Nabi Muhammad. Air mukaku rasul dalam lindungan Adam dan Hawa. Maka lengkaplah semua rasul, yang menjadi satu badan.
Uniknya, beberapa kalangan masyarakat Jawa menganggap tembang ini sudah seperti apa yang disebut di tanah Melayu sebagai ‘mantra’. Bahkan, dalam kaitannya mengamalkan kidung ini seseorang haruslah ‘puasa mutih’ selama 40 hari dan 'ngebleng' semalam. Kidung ini dibaca di halaman rumah atau pelataran waktu tengah malam sebanyak 11 kali.
Dan di Kraton Mataram di Jawa setelah berdirinya kerajaan Islam yang pertama di Demak, setiap kali ada wabah yang mereka sebuh 'sebagai pageblug' (masa kini disebut pendemi) yang meluas maka pihak kerajaan biasanya menggelar kirab Bendera Tunggul Wulung yang menjadi pusaka kraton. Bendera berwarna hitam ini dibawa ke segenap pelosok. Tujuannya untuk meminta doa agar wabah segera berlalu.
Lalu apa hebatnya dengan bendera Tunggul Wulung itu? Anda perlu tahu bahwa bendera itu sebenarnya terbuat dari Kain Kiswah Ka’bah. Sri Sultan Hamengku Buwono dalam Konggres Umat Islam di Yogyakarta pernah menceritakan soal perihal bendera itu yang dahulu berasal dari Kraton Demak Bintoro dan kini tersimpan sebagai pusaka di Kraton Yogyakarta.
DOA TOLAK BALAK
Doa merupakan permohonan kepada Allah yang disertai kerendahan hati untuk mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada di sisi-Nya. Dalam berdoa penting untuk menerapkan sikap khusyu' atau bersungguh-sungguh terhadap apa yang dimohonkan kepada Allah SWT.
Al-Qur'an memberikan penjelasan bahwa orang-orang yang taat melakukan ibadah senantiasa mengadakan pendekatan kepada Allah dengan memanjatkan doa yang disertai keikhlasan hati dan berulangkali dipanjatkan. Berdoa bisa dilakukan kapanpun, termasuk pada saat kamu merasa tidak aman dan membutuhkan perlindungan.
Sebab pada dasarnya berdoa adalah meminta perlindungan kepada Allah agar terhindar dari segala macam bencana, musibah, malapetaka dan berbagai hal buruk lainnya.
Doa Tolak Bala artinya :
Ya Allah, dengan kebenaran fatihah dan dengan rahasia yang terkandung dalam fatihah, ya Allah Tuhan Yang melapangkan kedudukan dan Yang menghilangkan kesedihan, Ya Allah Tuhan Yang Maha kasih sayang kepada hambanya, Ya Allah, Tuhan Yang menghindarkan bala, Ya Allah Tuhan Pengasih Yang menolakkan bala, Ya Allah Tuhan Yang Maha Penyayang Yang menjauhkan bala, tolakanlah dari kami malapetaka, bala, bencana, kekejian dan kemungkaran, sengketa yang beraneka, kekejaman dan peperangan, yang tampak dan yang tersembunyi, dalam negara kami khususnya dan dalam negara kaum muslimin pada umumnya, sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu.
AMALAN TOLAK BALAK
Selain membaca doa tolak bala, penting bagi kamu mengetahui amalan-amalan tolak bala untuk menangkal berbagai musibah, penyakit dan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya.
Berikut ini ada 5 amalan tolak balak.
1. Rajin Sholat.
Amalan tolak bala yang pertama untuk mencegah berbagai macam musibah atau bencana adalah rajin sholat. Amalan ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Al Baqarah ayat 45.
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Artinya: “Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.
2. Istigfar
Amalan tolak bala berikutnya adalah istigfar yang berarti minta ampun kepada Allah SWT. Kalau kita senantiasa istigfar maka Allah SWT berjanji akan mengangkat bencana dari bumi dan Allah tidak akan menyiksa suatu kaum kalau mereka senantiasa mohon ampun.
3. Berdoa.
Amalan tolak bala di dalam Al-Qur’an dan Hadits selanjutnya adalah berdoa. Kita berdoa kepada Allah SWT karena kita semua harus mengakui bahwa kita semua ini butuh sama Allah. Kita ini fakir miskin, kita butuh pertolongan Allah SWT . Maka Allah memerintahkan kepada kita untuk berdoa kepada-Nya, Maka Allah akan mengabulkan doa-doa kita.
Bahkan Allah marah jika kita tidak mau berdoa kepada-Nya. Maka jika kita ingin Allah mengangkat bala bencana dari kita, maka perbanyaklah berdoa kepada Allah.
4. Sedekah.
Di antara amalan tolak bala di dalam Al-Qur’an dan Hadits adalah sedekah. Sebab sedekah itu bisa mengangkat bencana. Nabi SAW pernah mengatakan bahwa Obatilah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah. Maka yang bisa menyelamatkan kita dari sakit, dari bencana, dari musibah salah satunya adalah sedekah.
5. Akhlak yang Mulia.
Amalan tolak bala yang terakhir adalah dengan akhlak yang mulia, sebagai mana yang dicontohkan Nabi SAW yakni berbuat baik terhadap sesama makhluk hidup, memuliakan tamu, membeli yang benar.
DOA TOLAK BALAK
Doa tolak bala untuk melindungi diri agar terhindar dari segala bahaya, bencana alam, hingga segala bala sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya sejak dahulu. Bacaan doa tolak bala juga dapat diamalkan setiap selesai sholat atau kapan pun sebelum kita memulai aktivitas.
Sebagaimana dengan hadits yang diriwayatkan dalam Hadits Bukhari, Rasulullah pernah bersabda :
تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ جَهْدِ الْبَلاَءِ وَدَرَكِ الشَّقَاءِ وَسُوءِ الْقَضَاءِ وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ
Artinya : "Berlindunglah kalian kepada Allah dari kerasnya musibah, turunnya kesengsaraan yang terus menerus, buruknya qadha serta kesenangan musuh atas musibah yang menimpa kalian. (HR. Bukhari)
Anjuran untuk meminta pertolongan dari Allah juga termaktub dalam firman Allah yaitu, QS. Ash Shoffat ayat 143:
فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
Artinya :
Maka jika sekiranya dia (Nabi Yunus) tidak termasuk orang-orang yang banyak berdzikir (bertasbih) kepada Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. (QS Ash Shoffat: 143).
Doa agar Terhindar dari Bencana Alam dan Amalan Tolak Bala.
Diriwayatkan dalam Hadits Abu Daud dan juga Tirmidzi dari Ustman bin Affan RA, Ustman bin Affan pernah mendengar Rasulullah SAW menganjurkan bacaan doa berikut agar terhindar dari musibah atau doa tolak bala. Berikut bunyi doanya :
Doa Tolak Bala
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Artinya :
Dengan menyebut nama Allah yang dengan sebab nama-Nya tidak ada sesuatu pun di bumi maupun di langit yang dapat membahayakan (mendatangkan mudharat). Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).
Ada juga doa tolak bala yang sering kita dengar dibaca usai sholat berjamaah. Doa tersebut berbunyi :
اللَّهُمَّ افْتَحْ لَنَا أَبْوَابَ الخَيْرِ وَأَبْوَابَ البَرَكَةِ وَأَبْوَابَ النِّعْمَةِ وَأَبْوَابَ الرِّزْقِ وَأَبْوَابَ القُوَّةِ وَأَبْوَابَ الصِّحَّةِ وَأَبْوَابَ السَّلَامَةِ وَأَبْوَابَ العَافِيَةِ وَأَبْوَابَ الجَنَّةِ اللَّهُمَّ عَافِنَا مِنْ كُلِّ بَلَاءِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ وَاصْرِفْ عَنَّا بِحَقِّ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَبِيِّكَ الكَرِيْمِ شَرَّ الدُّنْيَاوَعَذَابَ الآخِرَةِ،غَفَرَ اللهُ لَنَا وَلَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ
Allāhummaftah lanā abwābal khair, wa abwābal barakah, wa abwāban ni'mah, wa abwābar rizqi, wa abwābal quwwah, wa abwābas shihhah, wa abwābas salāmah, wa wa abwābal 'āfiyah, wa abwābal jannah. Allāhumma 'āfinā min kulli balā'id duniyā wa 'adzābil ākhirah, washrif 'annā bi haqqil Qur'ānil 'azhīm wa nabiiyikal karīm syarrad duniyā wa 'adzābal ākhirah. Ghafarallāhu lanā wa lahum bi rahmatika yā arhamar rāhimīn. Subhāna rabbika rabbil 'izzati 'an mā yashifūn, wa salāmun 'alal mursalīn, walhamdulillāhi rabbil 'ālamīn.
Yang artinya, Ya Allah, bukalah bagi kami pintu kebaikan, pintu keberkahan, pintu kenikmatan, pintu rezeki, pintu kekuatan, pintu kesehatan, pintu keselamatan, pintu afiyah, dan pintu surga. Ya Allah, jauhkan kami dari semua ujian dunia dan siksa akhirat. Palingkan kami dari keburukan dunia dan siksa akhirat dengan hak Al Quran yang agung dan derajat nabi-Mu yang pemurah. Semoga Allah mengampuni kami dan mereka. Wahai, zat yang maha pengasih. Maha suci Tuhanmu, Tuhan keagungan, dari segala yang mereka sifatkan. Semoga salam tercurah kepada para rasul. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam.
Doa merupakan intisari dalam ibadah. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW :
Doa itu ibadah dan Tiada sesuatu yang paling mulia dalam pandangan Allah, selain dari berdoa kepada-Nya, sedang kita dalam keadaan.
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW pernah bersabda:“Barang siapa yang keburukannya ingin disembunyikan oleh Allah ketika ia ditimpa masalah dan malapetaka maka banyaklah berdo’a dengan penuh sungguh-sungguh” (H.R. Turmudzi).
Saat ini, hampir seluruh warga di berbagai negara dibuat cemas dengan kasus penyakit virus korona. Penyakit yang awalnya mewabah di Wuhan, China itu sudah menewaskan ribuan orang.
Kasus penyakit itu kini mulai muncul di Indonesia. Sebagai Muslim, tentu perlu waspada namun tidak perlu panik. Yang perlu dilakukan Muslim yakni terus menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan serta banyak berdoa memohon keselamatan kepada Allah SWT.
Berkaitan dengan musibah itu, PBNU menginstruksikan warga Nahdliyin dan para pengurus di daerah dan pondok pesantren untuk membaca doa qunut nazilah dan doa tolak bala agar bangsa Indonesia terhindar dari musibah dan bencana.
Salah satu doa yang perlu dipanjatkan dan dibaca yakni doa tolak bala :
Allaahumma inna nasta‘iinuka wa nastaghfiruka, wa nastahdiika wa nu’minu bik wa natawakkalu 'alaik, wa nutsnii alaikal khaira kullahu nasykuruka wa laa nakfuruk, wa nakhla‘u wa natruku man yafjuruk. Allaahumma iyyaaka na‘budu, wa laka nushallii wa nasjud, wa ilaika nas‘aa wa nahfid, narjuu rahmataka wa nakhsyaa adzaabak, inna adzaabakal jidda bil kuffaari mulhaq.
Allahumadfa' 'annal balaa a wal wabaa a, wal fakhsyaa a wasyadaaida wal Fitriana wal mihana mas dhoharo wamaa bathon 'an bilaadina indonesia wa saaairil buldani yaa rabbal 'alamiin. Washolallahu 'ala sayyidina muhammdin nabiyyil ummiyi wa ' ala aliihi washohbihi wa sallim."
Artinya :
Tuhan kami, kami memohon bantuan-Mu, meminta ampunan-Mu, mengharap petunjuk-Mu, beriman kepada-Mu, bertawakkal kepada-Mu, memuji-Mu, bersyukur dan tidak mengingkari atas semua kebaikan-Mu, dan kami menarik diri serta meninggalkan mereka yang mendurhakai-Mu. Tuhan kami, hanya Kau yang kami sembah, hanya kepada-Mu kami hadapkan shalat ini dan bersujud, hanya kepada-Mu kami berjalan dan berlari. Kami mengaharapkan rahmat-Mu. Kami takut pada siksa-Mu karena siksa-Mu yang keras itu akan menimpa orang-orang kafir.
Ya Allah hindarkanlah kami dari bencana, bala', malapetaka, kekejian, kemungkaran, silang sengketa, serta kekejaman dan peperangan, (baik) yang tampak (maupun) yang tersembunyi di negeri kami khususnya dan negeri-negeri kaum muslimin pada umumnya.
Sesungguhnya Engkau Maha-kuasa atas segala sesuatu.