ILMU PADI
Dengan seksama kita perhatikan tanaman padi yang menguning di hamparan sawah pertanian, padi yang berisi ternyata tidak dapat berdiri tegak, batangnya tidak kuat menopang biji padi yang penuh isi tersebut, dan sebentar lagi akan dipotong.
Sebaliknya padi yang belum berisi dapat berdiri tegak dan menjulang ke atas, tidak butuh waktu lama akan dipotong juga.
Bila ada pepatah yang mengatakan, belajar pada filosofinya ilmu padi, maka dapat diartikan bahwa seseorang semakin berisi :
1. Ilmu.
2. Iman.
3. Amal.
Sudah semestinya semakin merunduk atau rendah hati, sementara kesombongan hanya dimiliki oleh mereka yang kurang berisi untuk menutupi kelemahannya.
Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan, diharapkan dapat belajar dari apa yang ada di sekitar tanda tanda tersirat. Untuk mengimani, mempercayai hal hal di luar jangkauan manusia, karena kemampuan akal untuk berpikir ada batasnya.
Manusia yang baik tidak bangga dan sombong dengan jabatan, kepintaran, kekayaan, karena itu hanyalah titipan bersifat sementara. Setiap manusia berbeda, akan menjadi indah bila dapat hidup berdampingan saling menghormati, menghargai dan memiliki rasa kecukupan, menjadi manusia yang memiliki kesadaran diri atau dalam bahasa jawa nglenggono akan kekuatan sekaligus kekurangan dan selalu berusaha memperbaiki sebagai suatu keniscayaan.
Padi, tumbuhan hijau merumpun yang hidup ditanah bajak yang basah, ternyata banyak hal yang dapat kita petik dari tumbuhan ini. Tumbuhan yang mempunyai nilai filosofi yang tinggi dan jika saja filosofi ini diterapkan pada semua kalangan, pastinya kita dapat hidup dengan sejahtera.
Padi itu terdiri dari berbagai usia, ada yang masih muda, ada yang baru berbuah, ada yang sudah mulai menua. Padi yang baru tumbuh, yang masih muda, sering kali terlihat mendongak, sementara yang sudah mulai berisi dan mulai menua terlihat menunduk. Orang bilang mari kita belajar dari filosofi padi, semakin berisi semakin merunduk.
Diluar sana, banyak kita lihat orang-orang yang masih muda, baru selesai pendidikan, biasanya mereka terlihat begitu sombong, begitu angkuh, begitu membanggakan dirinya, seakan-akan baru dapat jurus baru dari guru yang sakti.
Setelah mereka melewati sekian tahap kehidupan, setelah mereka menemui beberapa orang yang jauh lebih hebat daripada mereka, setelah mereka jatuh bangun dalam menjalankan ilmunya. Baru mereka sadar, bahwa apa yang mereka punya belum cukup. Ilmu dan ketrampilan yang mereka miliki ternyata tidak pantas untuk menjadikan mereka sombong. Ternyata apapun yang mereka miliki, belum ada apa-apanya.
Dari ilmu padi kita bisa banyak belajar, bahwa setinggi apapun ilmu kita, tidak layak kita sombong. Sepintar apapun kita, sebaiknya kita tidak usah membanggakan diri kita.
1. Pertama, karena diatas langit, pasti masih ada langit. Sepintar apapun kita, pasti ada orang yang lebih pintar dari kita. Sehebat apapun kita, pasti ada orang yang lebih hebat daripada kita. Maka kita seharusnya tetap rendah hati.
2. Kedua, bukankah yang layak sombong hanya Allah SWT. Kenapa? Karena yang kita miliki ini, kepintaran kita, keilmuan kita, keterampilan kita, semua datangnya dari Allah SWT. Andai Allah mengambilnya, maka dalam seketika kita tidak punya apa-apa dan tidak bisa melakukan apa-apa.
Kalau demikian, lantas apa yang kita sombongkan dan banggakan di hadapan manusia. Kita tidak punya apa-apa, kita tidak bisa apa-apa, kita tidak mampu apa-apa. Hanya Allah SWT yang memampukan kita.
3. Ketiga, sombong itu penyebab kegagalan. Ketika kita sombong, kita akan dijauhi oleh orang lain, dihindari dan dibenci oleh banyak manusia. Kalau sudah demikian, bagaimana kita bisa sukses? Bagaimana kita bisa berhasil? Bagaimana kita bisa menjalani kehidupan ini dengan baik, ketika semua orang membenci kita, ketika banyak orang tidak suka dengan kita, ketika banyak orang tidak menghargai kita.
Jadi, mari terus belajar, selalu berbagi dan tetaplah rendah hati.
Ilmu padi bukanlah ilmu dalam arti sebenarnya, tetapi merupakan suatu pandangan filosofi hidup pada masyarakat Asia Tenggara, yang diilhami dari perkembangan bulir padi sejak berbunga hingga bernas bulirnya.
Ungkapan lengkapnya berbunyi :
Bagaikan padi, semakin masak semakin merunduk.
Makna dari ungkapan ini adalah manusia tidak layak untuk bersikap angkuh atau sombong karena usia atau kemampuan yang dimilikinya. Masyarakat akan memandang baik seseorang apabila semakin tinggi usia, atau semakin tinggi kemampuannya, ia semakin merendahkan hatinya.
Peribahasa Indonesia yang Pakai Kata Padi.
Padi adalah salah satu tanaman yang sering kita jumpai di beberapa tempat di Indonesia. Tidak mengherankan, sebab beras yang kita olah menjadi nasi berasal dari tanaman tersebut. Ada pun nasi termasuk dalam makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia.
Dalam bahasa Indonesia, padi tidak hanya sekedar untuk merujuk pada tanaman dengan nama latin Oryza sativa saja. Kata padipun juga muncul dalam sejumlah peribahasa. Berikut ini tujuh peribahasa yang memakai kata padi.
1. Ilmu padi, makin berisi makin runduk.
Peribahasa satu ini umum dipakai dalam keseharian. Sering dipakai orang tua untuk menasihati anaknya agar tak sombong jika punya pengetahuan atau wawasan lebih besar dari orang lain.
Bahkan, kita dianjurkan untuk berbagi ilmu kepada sesama. Sebab, ilmu tak akan pernah habis bila terus menerus dibagikan kepada orang lain. Kerendahan hati kita meski miliki pengetahuan luas digambarkan oleh peribahasa ilmu padi, makin berisi makin merunduk.
2. Ada beras, taruh dalam padi.
Pada suatu waktu kita menjadi tempat curhat dari teman atau saudara kita. Mereka menumpahkan keluh kesah mereka terhadap beraneka macam hal termasuk untuk urusan pribadi.
Kita yang mendengarkan sebisa mungkin menghargai kerahasiaan cerita yang disampaikan oleh mereka. Untuk itulah peribahasa ‘ada beras, taruh dalam padi’ tepat menggambarkan hal semacam itu yakni rahasia hendaknya disimpan baik-baik.
3. Padi dikebat dengan daunnya.
Saat pandemi seperti sekarang ini kita mulai terpikir membuka bisnis. Tak harus bisnis dalam skala besar, bisnis kecil-kecilan bisa dilakukan dengan menggunakan modal sendiri. Meski mungkin alami kesusahan di awal, lambat laun akan terbayar jika tetap terus konsisten.
Mengusahakan sesuatu dengan modal sendiri tercermin dalam peribahasa, yaitu padi dikebat dengan daunnya. Untuk kalian yang sedang berupaya dengan modal sendiri tetap semangat.
4. Pagar makan padi.
Ketika seseorang menitipkan amanah/barang kepada kita hendaknya dirawat dengan baik. Jangan sampai kepercayaan yang diberikan kepada kita jadi porak poranda akibat keteledoran kita pada barang yang diserahkan kepada kita.
Jika tidak bisa menjaga dengan baik, maka kita dianggap pagar makan padi. Artinya, orang yang merusakkan barang yang diamanatkan kepadanya. Jangan sampai terjadi.
5. Tanam lalang tak akan tumbuh padi.
Kita sering mendapat nasihat untuk berbuat kebaikan kepada diri sendiri dan juga orang lain. Sebab, perbuatan yang kita lakukan akan mendapatkan balasan yang setimpal di waktu mendatang.
Sebaliknya, jika kita berbuat jahat dan merugikan orang lain maka di hari esok kita bisa dapat ganjarannya. Peribahasa tanam lalang tak akan tumbuh padi cocok gambarkan realitas itu karena bermakna setiap perbuatan jahat pasti akan mendapatkan balasannya.
6. Jika kasih akan padi, buanglah rumput.
Kesetiaan adalah kunci agar hubungan asmara bisa awet. Tanpa adanya kesetiaan, hubungan yang sudah dirajut akan kandas dalam sekejap. Terlebih, jika sudah berstatus pasangan suami dan istri.
Untuk para lelaki peribahasa ‘jika kasih akan padi, buanglah rumput’ bisa menjadi pengingat. Sebab, jika memberi kasih kepada anak istri, berhentilah mengasihi perempuan lain.
7. Padi masak, jagung mengupih.
Salah satu aktivitas yang bisa dilakukan ketika berada di rumah saat pandemi adalah menulis. Kita bisa membuat tulisan dalam bentuk cerpen atau artikel dan mengirimkannya ke beberapa media. IDN Times salah satu yang membuka kesempatan itu untuk kita.
Selain mengasah kemampuan menulis, artikel yang sudah dikirim dan berhasil diterbitkan bisa ditukar menjadi poin yang nantinya dapat dicairkan menjadi uang.
Ibarat peribahasa padi masak, jagung mengupih, kita bisa memperoleh dua keuntungan sekaligus dari aktivitas menulis artikel ini. Peribahasa tersebut baru sebagian dari beberapa peribahasa yang memakai unsur kata padi. Meski begitu, kita bisa kita jadikan pelajaran agar tetap bisa berbuat kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain. Untuk itu, jangan dilupakan petuah baik dari ketujuh peribahasa tersebut.
PADI DALAM KHAZANAH DJAWA.
Padi dalam Bahasa Jawa adalah Pari. Pari ataupun Padi merupakan pohon yang menjadi kebutuhan pokok bagi hampir 99 persen masyarakat Indonesia. karena dari Pohon Padi ini kan menghasilakn beras yang kemuduan kita masak dan kita konsumsi sehari-hari.
Tentu saja padi tumbuh dan bekrmbang disawah para petani padi mereka merawatnya supaya pari ini bisa menghasilakn hasil panen yang baik. Padi banyak sekali makna dan peribahasa menggunakan kata padi atau terinspirasi dari pohon padi.
Semakin tinggi Imunya semakin rendah hatinya ibaratnya ladi semaikin berisi akan semakin menunduk.
Berikut ini merupakan klasifikasi padi dalam bahasa Jawa atau jenis-jenis nama yang dihasilkan padi dalam bahasa jawa :
1. Pari .
Dalam bahasa Jawa Pari adalah pohonnya yang menghasilkan biji beras. Penyebutan Pari adalah pohon yang masih hidup atau batang padi yang masih hidup di sawah.
2. Damen.
Damen merupakan batang padi yang sudah dipisahkan dari bijinya . Biasanya dipakai untuk pakan / makanan ternak Sabi. Pohin bekas panen
3. Gabah.
Gabah adalah biji padi yang sudah dipisahkan dari pohon atau batangnya.
4. Beras / Uwos .
Merupakan biji padi yang sudah di kelupas kulitnya.
5. Sego.
Merupakang hasil dari beras yang sudah dimasak dan untuk konsumsi sehari-hari.
6. Aking / Sego Aking / karak.
Merupakan sisa nadi yang sudah dikonsumsi dijemur dan dikeringkan.
Masyarakat jawa memiliki kekayaan yang tidak ternilai dari aspek filosofi kehidupan. Masyarakat jawa juga dicirikan dengan beragamnya tradisi dan adat istiadat yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki oleh negara-negara lain.
Sebagai bangsa Indonesia dan orang yang lahir dari keluarga besar suku Jawa, penulis mengakui bahwa tradisi dan adat istiadat beserta kesenian yang terdapat pada suku jawa adalah sangat besar, dan mendominasi tradisi-tradisi yang ada di Indonesia.
Artinya bahwa kita harus mengakui bahwa suku Djawa dan segala kekayaan yang dimiliki tersebut adalah bagian penting dari khasanah kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Masyarakat jawa juga kaya dengan beragam istilah atau kosakata atau kalimat-kalimat yang mengandung makna kehidupan yang luar biasa dalam. Salah satu kalimat yang paling dikenal oleh masyarakat jawa adalah filosofi ilmu padi sebagaimana tercantum pada judul di atas. Ilmu padi merupakan istilah yang dianut oleh masyarakat jawa yang menggambarkan bahwa semakin tinggi derajat dan kedudukan seseorang diantara manusia lainnya adalah sebuah kelebihan dan anugerah besar yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Kelebihan dan anugerah ini menjadikan orang tersebut sadar bahwa ada sosok yang maha pencipta yang mengendalikan segala sesuatunya dan menghendaki segala sesuatunya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa tersebut atau Alloh SWT.
Folosofi ilmu padi sangat penting esensinya jika diperhatikan secara mendalam.
Filosofi ilmu padi mengandung makna bahwa semakin tinggi kedudukan dan juga pendidikan seseorang maka orang tersebut semakin menunduk sikapnya, yaitu untuk tidak sombong, tidak angkuh, bijaksana, saling tolong menolong sesama manusia dan selalu berusaha memahami kondisi orang lain yang mungkin lebih rendah statusnya, baik dari sisi ekonomi, kehidupan sosial dan pendidikannya.
Filosofi ilmu padi ini menjadikan manusia untuk saling mencintai dengan sesamanya, dan tidak saling menjatuhkan hanya untuk kepentingan sesaat.
Filosofi ilmu padi jika dilihat pada jaman sekarang adalah sangat jarang yang memahami, dan bahkan tidak sedikit komunitas-komunitas muslim tertentu yang membenci tradisi dan adat istiadat dan filosofi yang dimiliki masyarakat jawa. Hal seperti ini jelas menunjukan bahwa sempitnya pengetahuan, wawasan, dan keilmuan yang dimiliki oleh komunitas muslim tersebut, dan bisanya hanya mencibirkan dan mengatakan yang tidak-tidak akan kebudayaan, adat istiadat, tradisi dan beraneka filosofi yang dimiliki orang jawa. Dan anehnya, yang mencibirkan hal-hal tersebut adalah orang jawa juga.
Sebagai seorang muslim, penulis juga berusaha untuk memahami berbagai macam filosofi yang dimiliki masyarakat jawa.
Dan penulis berada pada titik kesimpulan bahwa banyak sekali filosofi kehidupan yang dianut oleh masyarakat jawa yang sebenarnya tidak bertentangan dengan ajaran islam, banyak sekali dan salah satunya filosofi ilmu padi tersebut. Filosofi ilmu padi jika dilaksanakan dengan konsisten tentunya akan menciptakan keharmonisan dalam berbagai aspek kehidupan, meskipun dalam hal status sosial ada yang tinggi dan rendah.
Filosofi ilmu padi juga merupakan keilmuan di bidang kebudayaan yang banyak diajarkan pada jurusan ilmu budaya pada berbagai perguruan tinggi di pulau jawa.
Jika dilihat secara seksama di dunia lapangan, banyak sekali karakter-karakter manusia yang secara filosofi ini bertentangan jauh, dan yang ada hanyalah menonjolkan ego sektoral dan kesombongan serta keangkuhan status sosial.
Padahal mereka-mereka ini juga banyak sekali yang memeluk agama islam.
Betapa banyak kita lihat di lapangan orang yang pendidikannya sangat tinggi hingga jenjang guru besar tidak memiliki etika dan sopan santun terhadap orang lain yang mungkin lebih rendah dari sisi pendidikannya. Betapa banyak juga orang kaya yang angkuh dan sombong dan memamerkan segala kekayaan yang dimiliki untuk dilihat dan disanjung serta untuk dihormati oleh orang lain. Bagi penulis karakter-karakter seperti ini sudah jelas bertentangan dengan ajaran islam, dan tidak terkecuali juga bertentang dengan filosofi ilmu padi tersebut.
Kita sama-sama renungkan secara bijak dan penuh kesadaran bahwa filosofi ilmu padi ini sangat sesuai dengan ajaran islam.
Nabi Muhammad sangat menekankan pentingnya persaudaraan sesama muslim dan agar muslim yang mampu membantu muslim yang lemah. Hal ini juga terkandung dalam filosofi ilmu padi tersebut.
Filosofi ilmu padi akan menciptakan persaudaraan di masyarakat untuk saling tolong menolong, sebab orang yang memiliki kedudukan yang tinggi dan menyadari bahwa kedudukan yang dimiliki merupakan titipan dari Tuhan tentunya tidak akan disalahgunakan dan berusaha untuk mensyukurinya dan memanfaatkan kelebihan yang dimiliki untuk membantu sesama manusia.
PENTINGNYA NILAI-NILAI FILOSOFI ILMU PADI.
1. Segala sesuatu yang dimiliki merupakan titipan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Alloh). Dengan adanya titipan tersebut, orang yang bersangkutan akan menggunakan segala sesuatu yang dimiliki untuk membantu sesama manusia.
2. Filosofi ilmu padi menekankan adanya sikap kearifan, kebijaksanaan, dan rasa syukur kepada Tuhan.
3. Filosofi ilmu padi akan menciptakan rasa persaudaraan diantara sesama manusiaFilosofi ilmu padi akan membuat orang tidak memiliki sikap sombong, tidak angkuh, tidak takabur dan tidak memamerkan segala sesuatu yang dimiliki.
4. Filosofi ilmu padi juga merupakan kekayaan budaya bangsa yang bernilai tinggi dan tetap dilestarikan.
5. Filosofi ilmu padi jelas tidak bertentangan dengan ajaran islam, bahkan sudah sejalan dengan ajaran islam.
6. Filosofi ilmu padi dapat dihayati oleh siapapun juga, dan tidak hanya masyarakat jawa saja.
7. Filosofi ilmu padi dapat diajarkan pada manusia dari segi jenjang usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua.
8. Filosofi ilmu padi jika mampu dilaksanakan secara maksimal dan penuh kesadaran, akan tercipta tatanan sosial yang harmoni dan tentram. Sebab masyarakat yang tidak mampu tidak perlu khawatir karena akan dibantu oleh masyarakat lain yang mampu.
Melalui penjelasan-penjelasan di atas, penulis mengajak para pembaca dan khususnya umat muslim untuk tidak gampang mengatakan bahwa tradisi, kesenian, dan segala ruang lingkupnya adalah sesat. Bagi penulis ini sangat tidak bijaksana. Kita harus mempelajari dulu, memahami, mengerti, dan mengetahui akan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Janganlah kita menjadi pribadi yang fanatik berlebihan dan menganggap itu semua sesat. Bukankah Tuhan (Alloh) tidak menyukai hambanya yang berlebih-lebihan dalam segala aspek.
Menjalankan kehidupan dan berusaha untuk bijaksana dan mempelajari secara mendalam akan budaya, kesenian dan filosofi yang dimiliki oleh masyarakat jawa.
Kalau kita ingin mengembangkan diri, sebenarnya ada banyak sekali hal yang bisa jadi sumber inspirasi supaya hidup kita jadi lebih baik. Misalnya saja hal yang krusial dari hidup kita salah satunya ialah mengatasi masalah finansial. Bagaimana caranya supaya kita bisa memenuhi kebutuhan hidup dengan penghasilan yang ada. Apapun yang kita miliki saat ini sebaiknya disyukuri, tak baik untuk menginginkan sesuatu yang jauh dari jangkauan kita.
Memang benar kalau membuat diri sendiri menerima apa adanya yang kita punya itu sulit. Kita selalu menginginkan sesuatu. Akan tetapi, sebenarnya mengusahakan bisa mengontrol diri itu bisa dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya meditasi dan mengadopsi ilmu filosodi padi. Kita bisa mengatasi masalah hidup ini dengan itu.
Mungkin kita tidak setuju dengan filosofi padi mengajarkan kita untuk semakin berisi maka semakin merunduk. Kalau begitu pertanyaannya bagaimana caranya memahami ilmu filosofi padi haruskah terus merunduk untuk sukses dalam kehidupan.
1. Padi Sebagai Akar Kebudayaan Manusia.
Baiklah sebelum mengelaborasi kehidupan kita dengan filosofi padi, sebaiknya kita selami dulu bagaimana padi menjadi akar kebudayaan manusia. Padi menjadi nasi, dan nasi inilah yang dimakan sebagian besar manusia di bumi. Dengan adanya nasi, manusia menjadi lebih bertenaga kemudian menjadi lebih produktif untuk melaksanakan tugas hariannya.
Karenanya, padi menjadi akar kebudayaan manusia. Nutrisi yang menjamin dan meningkatkan produktifitas manusia sehingga kebudayaan manusia meningkat. Peningkatan ini terjadi seiring dengan ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh manusia di suatu tempat kemudian menyebar ke berbagai tempat. Bisa dibayangkan bagaimana rantai produktifitas ini bekerja.
Sejak budidaya padi di kenal manusia, peningkatan kegiatan produksi berkembang pesat. Mereka yang tidak bisa membudidayakan padi sendiri kemudian membeli padi dari para pembudidaya. Mereka adalah petani. Kemudian terjadi aspek jual beli antara petani dengan mereka yang membutuhkan. Kebutuhan pokok tidak hanya makan, maka mereka yang bisa menyediakan sandang dan pangan pun berusaha menyediakannya. Uang pun berputar.
Di sini kita menjadi salah satu bagiannya. Kita butuh uang untuk beli padi, bahan pangan pokok, sampai dengan sandang dan papan untuk tempat tinggal. Peradaban terus bergerak, perubahan terjadi, dan sampailah kita kini di era digital. Internet berperan penting dalam berbagai bidang.
2. Padi Sebagai Keniscayaan Hidup.
Dari uraian singkat di atas, membuktikan padi adalah sebuah keniscayaan hidup bagi peradaban. Padi mengawali pemenuhan kebutuhan lain. Dari bulir-bulir padi, orang-orang kemudian menetap menjadi petani. Bagi yang tak bisa jadi petani, jadi pedagang, kontraktor, dan seterusnya hingga kebudayaan manusia berkembang pesat. Kualitas bahan pokok bahkan bisa menjadi pemicu perselisihan di berbagai daerah. Dalam sejarah, banyak peperangan terjadi karena memperebutkan tanah subur.
Keberlimpahan Jawa akan padi dapat ditilik kembali dalam peristiwa Mataram dengan rajanya Sultan Agung menyerang Batavia pada 1628-29. Dua abad setelahnya, abad ke-19, Thomas Stamford Raffles dalam The History of Java mengakui bahwa seluruh tanah di Jawa bisa dimanfaatkan, kualitas variasi tanaman dan kuantitas produksi yang bisa dihasilkan di pulau ini tak tertandingi. Betapa beruntungnya kita yang tinggal di Jawa kalau begitu.
Filosofi Padi dan Elaborasinya dalam Kehidupan
Bagaimana kita sebaiknya memahami lalu menerapkan folosofi benda ini ke dalam kehidupan kita? Padi menjadi sebuah keskralan di Jawa karena padi merupakan kebutuhan pokok yang sangat penting. Orang-orang Jawa menjadikan padi sebagai bagian dari upacara suci.
Padi seolah menjadi wakil keagungan Tuhan. Manusia Jawa percaya, padi adalah bagian dari keberkahan yang dilimpahkan Tuhan untuk umat manusia. Tak hanya untuk bertahan hidup di bumi, tapi juga untuk memahami diri sebagai manusia ciptaan yang takkan sanggup menciptakan padi tanpa bantuan Sang Adi Kuasa. Pemahaman ini kemudian diwujudkan dalam berbagai tradisi. Tak hanya itu, proses hidup padi menjadi pandangan orang Jawa dalam mengarungi kehidupan. Tercetuslah ilmu yang disebut dengan filosofi padi.
Ilmu padi dalam filosofi padi tak bisa diartikan secara harfiah. Filosofi padi ini mengandung berbagai macam penghayatan manusia Jawa terhadap kehidupan. Peran alam dalam pertumbuhan padi dan peran roh satau spirit yang mempengaruhi kehidupan padi masuk ke dalam dua kata: filosofi padi. Dalam ujaran singkat, kita kerap mendengar, Bagaikan padi, semakin masak semakin merunduk atau bagaikan padi, semakin berisi, semakin merunduk.
Makna dari dua ungkapan tersebut sama. Kurang lebih mengajarkan agar manusia tidak angkuh atau sombong karena kemampuan yang dimilikinya. Sejatinya, diri sendiri tidak memiliki apa-apa. Manusia sebagai individu takkan mampu hidup tanpa peran lingkungan luarnya. Karenanya orang Jawa berpesan agar ketika semakin tinggi ilmu atau kedudukan yang didapatkan, maka bisa menjadi orang yang samakin mampu merendahkan hatinya.
Lalu apa yang bisa kita manfaatkan dari ilmu padi di masa modern ini. Ketika teknologi dan persaingan sangat ketat tak hanya di dunia nyata tapi juga di internet. Terutama dalam bisnis, haruskah kita terus merunduk ?
Filosofi Padi, Haruskah Terus Merunduk
Persaingan tak bisa dihadapi dengan hanya terus merunduk dalam arti sebenarnya yakni mengalah. Terutama dalam bisnis, kita perlu menunjukkan kemampuan kita. Tentu saja kemampuan yang sesuai dengan kenyataan. Untuk mengembangkan diri dan bisa bersaing dalam bisnis, kita perlu memiliki skill yang mumpuni. Ketika sudah memilikinya, kita gunakan semestinya. Hal ini seperti ini yang mungkin lebih cocok kita manfaatkan dari mengadopsi filosofi padi ini.
Tidak terus merunduk dalam arti sebenarnya, melainkan bertindak sesuai dengan porsi yang kita miliki. Tidak perlu sesumbar sesuatu yang belum kita miliki atau sesuatu yang tidak benar-benar kita ketahui. Sesumbar ilmu yang belum kita kuasai akan membuat kita dalam masalah. Seperti menciptakan kesalahpahaman di berbagai bidang.
Pernahkah kita mendengar atau mengikuti kasus Anji Drive dengan channel Youtubenya di masa Pandemi Covid-19 ini? Dia adalah contoh nyata, bahwa kita sebaiknya tidak membicarakan sesuatu yang tidak kita ketahui dengan sungguh-sungguh. Lebih baik diam daripada memperkeruh suasana. Lebih baik mengerjakan hal-hal produktif yang benar-benar kita kuasai di masa ini.
Pada saat Anji membagikan postingannya-yang pada akhirnya dihapus oleh Youtube-internet jadi makin keruh. Penonton YouTube kemudian tak hanya mengkritik Anji, tapi juga mengkritik YouTuber lain yang dinilai produktifitasnya unfaedah bagi penontonnya. Pada momen ini, kita tak perlu meniru. Bila ingin menginspirasi orang melalui channel YouTube, buatlah channel yang berisikan konten yang betul-betul kamu kuasai. Pamer kepemilikan barang, menceritakan kekayaaan, dan hal-hal yang bersifat material lainnya bukanlah yang dimaksud dalam filosofi padi.
Filosfofi padi ini mengajarkan kita juga untuk berbagai ilmu sesuai dengan porsinya. Lihat bagaimana satu tanaman padi membuahkan beberapa butir padi dan hanya itu. Satu hektar tanah bisa jadi dipanen hanya 7 kwintal sampai 10 kwintal, artinya ya hanya itu yang bisa dibagikan kepada petani sebagai imbalan atas kerja keras dan usahanya menanam. Kalau mau dibawa ke aspek yang lebih luas, kita bisa membagikan apa yang kita ketahui kepada orang lain, tapi cukupkan sesuai dengan yang kita ketahui saja. Hindarkan diri dari membicarakan sesuatu yang belum benar-benar kita ketahui.
Penerapan lainnya filosofi padi di era teknologi ini tentunya berusaha untuk santun ketika menggunakan sosial media. Ada banyak isu dan berita yang dibagikan di sosial media. Kita sebaiknya tidak terburu-buru menanggapi isi berita tersebut. Sebaiknya dipahami lebih dulu. Lalu kalau mau memberikan komentar, sebaiknya dipertimbangkan. Berusahalah untuk bijak dalam segala situasi, karena satu komentar kita bisa mengubah banyak hal yang tidak kita ketahui secara langsung. Kita bisa jadi adalah orang-rang yang mengarahkan para pemilik bisnis media untuk membuat berita receh yang isinya dangkal karena kita menikmatinya.
Berkacalah juga pada kasus idol-idol K-pop yang bunuh diri karena depresi. Mereka mendapatkan komentar pedas dari netizen. Mereka sudah punya masalah pribadi yang tak bisa diungkapkan, tapi kita sebagai netizen kurang bijak dan membuatnya semakin punya alasan untuk bunuh diri.
Kalau kita ingin ada perubahan baik di lingkungan kita, baik di internet atau di luar internet, mari sama-sama menerapkan filosofi padi, berusaha untuk bijak dalam menganggapi berbagai peristiwa. Kontrol diri agar tak lekas bereaksi yang bisa menyebabkan tragedi di tempat lain.
3. Makna Tanaman Padi
Secara spesifik, ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari tanaman padi ini. Mulai dari batangnya sampai faktor alam yang menumbuhkannya sebagai berikut.
1. Batang
Batang yang awalnya hijau berubah menjadi kecokelatan ketika sudah siap di panen. Hal ini menandakan penambahan usia. Hijau melambangkan usia muda. Bisa dipastikan pengalamannya masih belum banyak. Kemudian berangsur-angsur tumbuh dengan berbagai pengalaman. Untuk tanaman padi itu sendiri, akan tumbuh dengan baik kalau adau pupuk yang tepat, tanah disiangi, tanah mengandung air yang cukup, tidak diguyur hujan sepanjang musim, dan juga tidak diganggu hama secara berlebihan. Jika semua itu terpenuhi, tanaman padi itu bisa membuahkan bulir padi yang sehat.
Akan tetapi, bagaimana ketika hama mengganggu sampai tanaman padi itu tak dapat tumbuh ? Tentunya petani tak jadi panen. Kurang lebih hal itu bisa dijadikan pandangan bahwasanya kehidupan dan pertumbuhan seorang anak mencapai keberhasilan dalam hidupnya juga penuh tantangan. Di antara semua itu, mungkinkah sang anak mampu melewati setiap tantangan yang datang kepadanya ?
Jawabannya tergantung pada si anak itu dan apa dukungan yang diberikan orang tuanya. Si anak bisa tumbuh dengan baik, ketika orang tua memperhatikan kebutuhannya. Si anak bisa memperoleh pendidikan yang baik ketika orang tua memperhatikan kebutuhan pendidikannya. Kemudian si anak bisa siap bersaing dengan yang lainnya ketika orang tua membantunya untuk siap bersaing.
2. Padi Menguning.
Padi yang menguning melambangkan kematangan manusia. Menyambung penjelasan sebelumya. Ketika seorang anak telah memiliki bekal ilmu, dari pendidikan orang tua di rumah, sekolah, dan kemampuan beradaptasinya dengan perubahan lingkungan berhasil, dia bisa menjadi anak yang siap untuk menjadi produktif. Entah dia akan jadi karyawan atau pebisnis. Ketika dia memiliki ilmu dan pengalaman yang cukup, dia bisa membuktikan diri di antara persaingan bisnis itu. Dia memiliki kesehatan mental yang kuat untuk menghadapi berbagai macam perubahan budaya.
3. Padi siap panen.
Fase ini melambangkan karakter manusia itu telah sampai kepada manfaat. Seorang anak telah tumbuh dewasa, dengan ilmu yang cukup dia siap memberikan manfaat kepada lingkungannya. Entah dengan ia menjadi karyawan atau pebisnis, pada intinya yang diharapkan darinya ialah kemampuannya memberikan manfaat kepada lingkungannya. Padi yang siap panen, berarti tidak hanya karena usianya yang mencapai waktu panen, tapi juga berarti manusia itu telah matang secara emosional, perilaku, responnya dan lain-lain sehingga dia bisa menjadi pemimpin atau menjadi bagian positif dari masyarakat.
Dalam kondisi siap panen, tanamana padi merunduk. Ini melambangkan, seseorang yang telah tumbuh dewasa dan cukup ilmu serta pengalaman, diharapkan dapat bersikap bijak dalam berbagai situasi. Hidupnya diharapkan dapat menjadi lebih fleksibel dengan kondisi lingkungan. Dapat bertenggang rasa dengan lingkungan luarnya. Alih-alih menyebabkan masalah, dia justru dapat menemukan solusi dari masalah yang muncul di sekitarnya.
Masihkah kita punya pertanyaan atau ingin menyanggah tentang filosofi padi: haruskah terus merunduk? Selain filosofi padi, ada juga filosofi stoikisme. Di tahun 2020 ini saatnya kamu mengenal filosofi stoikisme selain ilmu padi. Ilmu ini dapat kamu pelajari untuk meningkatkan kualitas hidup.
Sudah lama tanaman padi menjadi contoh klasik yang selalu diberikan oleh orang tua terhadap anak-anaknya atau guru terhadap muridnya. Karena memang padi adalah tanaman yang banyak mengandung pelajaran.
Dan jika diperhatikan lebih dalam, sejatinya dari padi kita bisa mendapatkan tiga filosofi yang bisa kita renungkan dan kita ambil pelajaran.
1. Semakin berisi semakin merunduk.
Merunduknya padi bisa kita analogikan sebagai sikap kepasrahan diri kepada Allah swt. Ketika dia mendapat kenikmatan maka dia akan bersyukur dan menyadari bahwa itu semua adalah keutamaan yang datang dari Allah swt. Sebaliknya, ketika dia ditimpa masalah dia akan pasrah dan tawakal. Bahwa semua kejadian berasal dari Allah dan akan kembali kepadanya. Semua itu disikapi dengan rendah hati tanpa ada sikap sombong dan merendahkan orang lain.
Rendah hati berbeda dengan rendah diri. Rendah hati menunjukan sikap tawadhu, sementara rendah diri bersifat negatif yang menunjukan kelemahan diri seseorang.
Sosok rendah hati tidak akan mau diinjak-injak harga dirinya oleh orang lain, meski dia sendiri akan selalu menghormati siapa pun. Ia akan selalu bereaksi positif terhadap orang yang menginjak-injaknya tanpa sekalipun merendahkannya. Namun orang yang rendah diri ia tidak akan bisa bangkit dan terus terpuruk ketika diinjak-injak oleh orang lain
Allah berfirman di dalam Quran surat Al-furqon ayat yang ke-63 : Dan hamba-hamba Rabb yang maha penyayang itu ialah orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan.
2. Memberi manfaat kepada sesama.
Padi adalah makanan bahan makanan pokok yang dikonsumsi orang setelah diolah menjadi beragam jenis makanan, seperti nasi, bubur, lontong, ketupat dan lain sebagainya. Padi merupakan tanaman yang mengenyangkan orang lapar dan memberi tenaga untuk bisa beraktifitas. Begitulah sifat padi yang semestinya ditiru oleh kita.
Seperti padi, hendaknya kita menjadi pribadi yang berguna bagi banyak orang. Ini pula yang diajarkan oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim.
Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya.
3. Pintar beradaptasi.
Tanaman padi bisa hidup di mana saja. Padi bisa hidup di sawah, ladang, rawa atau bahkan perbukitan. Ketika padi tumbuh di sawah tentu saja padi tumbuh dengan baik karena pengairan relatif mudah didapat. Namun di daerah yang airnya sulit, seperti di ladang dan bebukitan, mau tidak mau padi harus beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk daerah yang sulit ini, padi bisa ditanam saat pada musim hujan saja, itu pun tidak selalu mendapatkan air yang tergenang.
Ada juga jenis padi rawa atau padi pasang surut yang tumbuh liar atau dibudidayakan di rawa-rawa. Mampu membentuk batang yang panjang sehingga bisa mengikuti perubahan kedalaman air yang sangat ekstrim.
Intinya, tanaman padi mengajarkan kita untuk bisa beradaptasi dimana saja kita berada, terlebih kita adalah makhluk berakal yang tentunya bisa beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi lingkungan di sekitar kita.
Padi mengajarkan kepada kita untuk mampu menahan gempuran cobaan. Tahan banting meski ditempatkan pada tempat yang tidak mengenakan sekalipun.
Belajarlah dari padi yang membuat damai hati orang lain, terutama para petani. Dirinya selalu ditunggu-tunggu kehadirannya karena memiliki ketawadhuan, rajin memberikan manfaat kepada orang lain dan mampu beradaptasi dalam kondisi apapun.
SEKILAS PADI
Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM.
Hasil dari pengolahan padi dinamakan beras.
CIRI KHAS.
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae. Terna semusim, berakar serabut, batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset,warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang, bagian bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula, tipe buah bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuknya hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan padi yang biasa dikonsumsi yaitu jenis enduspermium.
BIBIT PRODUKSI.
Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma) bercabang dua berbentuk sikat botol.Kedua organ seksual ini umumnya siap bereproduksi dalam waktu yang bersamaan.Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma jika telah masak. Dari segi reproduksi,padi merupakan tanaman berpenyerbukan sendiri,karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama. Setelah pembuahan terjadi,zigot dan inti polar yang telah dibuahi segera membelah diri.Zigot berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi endosperm.Pada akhir perkembangan,sebagian besar bulir padi mengadung pati dibagian endosperm.Bagi tanaman muda,pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi.
GENETIKA TURUNAN.
Satu set genom padi terdiri atas 12 kromosom. Karena padi adalah tanaman diploid, maka setiap sel padi memiliki 12 pasang kromosom (kecuali sel seksual).
Padi merupakan organisme model dalam kajian genetika tumbuhan karena dua alasan: kepentingannya bagi umat manusia dan ukuran kromosom yang relatif kecil, yaitu 1.6~2.3 × 108 pasangan basa (base pairs, bp)[2]. Sebagai tanaman model, genom padi telah disekuensing, seperti juga genom manusia.
Perbaikan genetik padi telah berlangsung sejak manusia membudidayakan padi. Dari hasil tindakan ini orang mengenal berbagai macam ras lokal, seperti 'Rajalele' dari Klaten atau 'Pandanwangi' dari Cianjur di Indonesia atau 'Basmati Rice' dari India utara. Orang juga berhasil mengembangkan padi lahan kering (padi gogo) yang tidak memerlukan penggenangan atau padi rawa yang mampu beradaptasi terhadap kedalaman air rawa yang berubah-ubah. Di negara lain dikembangkan pula berbagai tipe padi.
Pemuliaan padi secara sistematis baru dilakukan sejak didirikannya IRRI di Filipina sebagai bagian dari gerakan modernisasi pertanian dunia yang dijuluki sebagai Revolusi Hijau. Sejak saat itu muncullah berbagai kultivar padi dengan daya hasil tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia. Dua kultivar padi modern pertama adalah 'IR5' dan 'IR8' (di Indonesia diadaptasi menjadi 'PB5' dan 'PB8'). Walaupun hasilnya tinggi tetapi banyak petani menolak karena rasanya tidak enak (pera). Selain itu, terjadi wabah hama wereng coklat pada tahun 1970-an.
Ribuan persilangan kemudian dirancang untuk menghasilkan kultivar dengan potensi hasil tinggi dan tahan terhadap berbagai hama dan penyakit padi. Pada tahun 1984 pemerintah Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara swasembada beras. Prestasi ini tidak dapat dilanjutkan dan baru kembali pulih sejak tahun 2007.
Hadirnya bioteknologi dan rekayasa genetika pada tahun 1980-an memungkinkan perbaikan kualitas nasi. Sejumlah tim peneliti di Swiss mengembangkan padi transgenik yang mampu memproduksi toksin bagi hama pemakan bulir padi dengan harapan menurunkan penggunaan pestisida. IRRI, bekerja sama dengan beberapa lembaga lain, merakit Padi emas (Golden Rice) yang dapat menghasilkan provitamin A pada berasnya, yang diarahkan bagi pengentasan defisiensi vitamin A di berbagai negara berkembang. Suatu tim peneliti dari Jepang juga mengembangkan padi yang menghasilkan toksin bagi bakteri kolera. Diharapkan beras yang dihasilkan padi ini dapat menjadi alternatif imunisasi kolera, terutama di negara-negara berkembang.
Sejak tahun 1970-an telah diusahakan pengembangan padi hibrida, yang memiliki potensi hasil lebih tinggi. Karena biaya pembuatannya tinggi, kultivar jenis ini dijual dengan harga lebih mahal daripada kultivar padi yang dirakit dengan metode lain.
Selain perbaikan potensi hasil, sasaran pemuliaan padi mencakup pula tanaman yang lebih tahan terhadap berbagai organisme pengganggu tanaman (OPT) dan tekanan (stres) abiotik (seperti kekeringan, salinitas, dan tanah masam). Pemuliaan yang diarahkan pada peningkatan kualitas nasi juga dilakukan, misalnya dengan perancangan kultivar mengandung karoten (provitamin).
RAGAM GENETIKA
Hingga sekarang ada dua spesies padi yang dibudidayakan manusia secara massal: Oryza sativa yang berasal dari Asia dan O. glaberrima yang berasal dari Afrika Barat.
Pada awal mulanya Oryza sativa dianggap terdiri dari dua subspesies, indica dan japonica (sinonim sinica). Padi japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, lemmanya memiliki ekor atau bulu (Ing. awn), bijinya cenderung membulat, dan nasinya lengket.
Padi indica, sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, lemmanya tidak ber-bulu atau hanya pendek saja, dan bulir cenderung oval sampai lonjong. Walaupun kedua anggota subspesies ini dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil persilangan ini adalah kultivar IR8, yang merupakan hasil seleksi dari persilangan japonica (kultivar Deegeowoogen dari Formosa) dengan indica (kultivar Peta dari Indonesia). Selain kedua varietas ini, dikenal varietas minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua tipe utama di atas. Varietas javanica hanya ditemukan di Pulau Jawa.
Kajian dengan bantuan teknik biologi molekular sekarang menunjukkan bahwa selain dua subspesies O. sativa yang utama, indica dan japonica, terdapat pula subspesies minor tetapi bersifat adaptif tempatan, seperti aus (padi gogo dari Bangladesh), royada (padi pasang-surut/rawa dari Bangladesh), ashina (padi pasang-surut dari India), dan aromatic (padi wangi dari Asia Selatan dan Iran, termasuk padi basmati yang terkenal). Pengelompokan ini dilakukan menggunakan penanda RFLP dibantu dengan isozim.
Kajian menggunakan penanda genetik SSR terhadap genom inti sel dan dua lokus pada genom kloroplas menunjukkan bahwa pembedaan indica dan japonica adalah mantap, tetapi japonica ternyata terbagi menjadi tiga kelompok khas: temperate japonica (japonica daerah sejuk dari Cina, Korea, dan Jepang), tropical japonica (japonica daerah tropika dari Nusantara), dan aromatic. Subspesies aus merupakan kelompok yang terpisah.
Berdasarkan bukti-bukti evolusi molekular diperkirakan kelompok besar indica dan japonica terpisah sejak 440.000 tahun yang lalu dari suatu populasi spesies moyang O. rufipogon.
Domestikasi padi terjadi di titik tempat yang berbeda terhadap dua kelompok yang sudah terpisah ini. Berdasarkan bukti arkeologi padi mulai dibudidayakan (didomestikasi) 10.000 hingga 5.000 tahun sebelum masehi.
VARIETAS PADI.
1. Padi gogo.
Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi meningkat.Biasanya di daerah yang hanya bisa bercocok tanam padi gogo menggunakan model Tumpang Sari. Sistem Tumpang sari yaitu dalam sekali tanam tidak hanya menanam padi, akan tetapi juga tanaman lain dalam satu lahan. Padi gogo biasanya di tumpang sari dengan jagung atau Ketela Pohon.
2. Padi rawa.
Padi rawa atau padi pasang surut tumbuh liar atau dibudidayakan di daerah rawa-rawa. Selain di Kalimantan, padi tipe ini ditemukan di lembah Sungai Gangga. Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem musiman.
3. Padi pera.
Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya.
4. Ketan.
Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya. Patinya didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat.
5. Padi wangi.
Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia, yang terkenal adalah ras 'Cianjur Pandanwangi' (sekarang telah menjadi kultivar unggul) dan 'rajalele'. Kedua kultivar ini adalah varietas javanica yang berumur panjang.
Di luar negeri orang mengenal padi biji panjang (long grain), padi biji pendek (short grain), risotto, padi susu umumnya menggunakan metode silsilah. Salah satu tahap terpenting dalam pemuliaan padi adalah dirilisnya kultivar 'IR5' dan 'IR8', yang merupakan padi pertama yang berumur pendek namun berpotensi hasil tinggi. Ini adalah awal revolusi hijau dalam budidaya padi. Berbagai kultivar padi berikutnya umumnya memiliki 'darah' kedua kultivar perintis.
BUDAYA BERCOCOK TANAM PADI.
Teknik budidaya padi telah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sejumlah sistem budidaya diterapkan untuk padi.
Budidaya bercocok tanam padi sawah (Ing. paddy atau paddy field), diduga dimulai dari daerah lembah Sungai Yangtse di Tiongkok.
Budidaya padi lahan kering, dikenal manusia lebih dahulu daripada budidaya padi sawah.
Budidaya padi lahan rawa, dilakukan di beberapa tempat di Pulau Kalimantan.
Budidaya gogo rancah atau disingkat gora, yang merupakan modifikasi dari budidaya lahan kering. Sistem ini sukses diterapkan di Pulau Lombok, yang hanya memiliki musim hujan singkat.
Setiap sistem budidaya memerlukan kultivar yang adaptif untuk masing-masing sistem. Kelompok kultivar padi yang cocok untuk lahan kering dikenal dengan nama padi gogo.
Secara ringkas, bercocok tanam padi mencakup persemaian, pemindahan atau penanaman, pemeliharaan (termasuk pengairan, penyiangan, perlindungan tanaman, serta pemupukan), dan panen. Aspek lain yang penting namun bukan termasuk dalam rangkaian bercocok tanam padi adalah pemilihan kultivar, pemrosesan biji dan penyimpanan biji.
HAMA DAN PENYAKIT.
Hama-hama penting kita ketahui :
1. Penggerek batang padi putih ("sundep", Scirpophaga innotata).
2. Penggerek batang padi kuning (S. incertulas).
3. Wereng batang punggung putih (Sogatella furcifera).
4. Wereng coklat (Nilaparvata lugens).
5. Wereng hijau (Nephotettix impicticeps).
6. Lembing hijau (Nezara viridula).
7. Walang sangit (Leptocorisa oratorius).
8. Ganjur (Pachydiplosis oryzae).
9. Lalat bibit (Arterigona exigua).
10. Ulat tentara/Ulat grayak (Spodoptera litura dan S. exigua).
11. Tikus sawah (Rattus argentiventer).
12. Penyakit-penyakit pentingblas (Pyricularia oryzae, P. grisea).
13. hawar daun bakteri (kresek, Xanthomonas oryzae pv. oryzae)
PENGOLAHAN GABAH MENJADI NASI.
Setelah padi dipanen, bulir padi atau gabah dipisahkan dari jerami padi. Pemisahan dilakukan dengan memukulkan seikat padi sehingga gabah terlepas atau dengan bantuan mesin pemisah gabah.
Gabah yang terlepas lalu dikumpulkan dan dijemur. Pada zaman dulu, gabah tidak dipisahkan lebih dulu dari jerami, dan dijemur bersama dengan merangnya. Penjemuran biasanya memakan waktu tiga sampai tujuh hari, tergantung kecerahan penyinaran matahari. Penggunaan mesin pengering jarang dilakukan. Istilah Gabah Kering Giling (GKG) mengacu pada gabah yang telah dikeringkan dan siap untuk digiling. Gabah merupakan bentuk penjualan produk padi untuk keperluan ekspor atau perdagangan partai besar.
Gabah yang telah kering disimpan atau langsung ditumbuk/digiling, sehingga beras terpisah dari sekam (kulit gabah). Beras merupakan bentuk olahan yang dijual pada tingkat konsumen. Hasil sampingan yang diperoleh dari pemisahan ini adalah :
1. Sekam (atau merang), yang dapat digunakan sebagai bahan bakarbekatul, yakni serbuk kulit ari beras; digunakan sebagai bahan makanan tambahan yang kaya akan vitamin B, dandedak, campuran bekatul kasar dengan serpihan sekam yang kecil-kecil; untuk makanan ternak.
2. Beras dapat dikukus atau ditim agar menjadi nasi yang siap dimakan. Beras atau ketan yang ditim dengan air berlebih akan menjadi bubur. Pengukusan beras dapat juga dilakukan dengan pembungkus, misalnya dengan anyaman daun kelapa muda menjadi ketupat, dengan daun pisang menjadi lontong, atau dengan bumbung bambu yang disebut lemang (biasanya dengan santan). Beras juga dapat diolah menjadi minuman penyegar (beras kencur) atau obat balur untuk mengurangi rasa pegal (param).
PRODUSEN PADI.
Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Tiongkok (28% dari total produksi dunia), India (21%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia). Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brasil (3%).Produksi padi Indonesia pada 2006 adalah 54 juta ton, kemudian tahun 2007 adalah 57 juta ton (angka ramalan III), meleset dari target semula yang 60 juta ton akibat terjadinya kekeringan yang disebabkan gejala ENSO.
Produsen padi terbesar 2011 (juta metrik ton).
1. Republik Rakyat Tiongkok 201.
2.:India158.
3. Indonesia66.
4. Bangladesh 51.
5. Vietnam 42.
6. Thailand35.
7. Myanmar29.
8. Filipina17.
9. Brasil13.
10. Pakistan9
Total Dunia723
Sumber :
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO)
BUDAYA DAN BAHASA.
Padi merupakan bagian penting dalam budaya masyarakat Asia Tenggara dan Asia Timur. Masyarakat setempat mengenal filosofi ilmu padi. Sejumlah peribahasa juga melibatkan padi, misalnya :
1. Padi ditanam tumbuh lalang.
2. Padi masak, jagung mengupih.
3. Bagai ayam mati di lumbung padi